Anda di halaman 1dari 8

Aplikasi Metode Elemen Hingga pada Aliran Debris

Kasus aliran debris mempunyai front yang bergerak sehingga tingkat kesulitannya lebih
tinggi. Oleh karena itu pendekatan Lagrangian yang menghitung perubahan dengan mengikuti
bagian yang bergerak secara alami lebih sesuai untuk memodelkan kasus aliran debris.

Persamaan aliran debris disusun dengan pendekatan Lagrangian sebgai berikut ini. Untuk itu
dapat diperhatikan sketsa pergerakan pias aliran pada Gambar 1. Gambar pias aliran sebelah
kiri mewakili posisi awal sedangkan gambar pias aliran sebelah kanan mewakili pias aliran yang
sama pada posisi akhir dalam sebuah selang waktu. Lingkaran di tengah pias mewakili posisi
titik berat pias aliran dan menjadi acuan posisi pias aliran. Posisi awal pias aliran di X0. Panjang
pias aliran adalah l0 dan kedalaman aliran di titik berat aliran adalah h0.

Setelah selang waktu tertentu yaitu sebesar dt, posisi pias aliran bergeser ke kanan sejauh
DX/Dt atau kecepatan gerak titik berat pias aliran pada sumbu x yaitu bidang dasar aliran

(miring dengan sudut ), u, dikalikan dt. Simbol DX/Dt mewakili diferensial total X (posisi titik
berat pias aliran).

DX
X=X 0+ dt
Dt h= h0 +
Dh
Dt
dt

Gambar 1. Sketsa pergerakan pias aliran

Dengan berpindahnya posisi pias aliran ke X0 + u dt, maka parameter pias aliran lain yaitu
kedalaman, kecepatan dan panjang pias juga berubah seperti terlihat pada Gambar 1. Dengan
pemahaman tersebut di atas dan berdasar prinsip kekekalan massa dapat disusun persamaan
berikut ini.
DX D × ¶× ¶×
= u , dengan = + (1)
Dt Dt ¶x ¶t
DV
= il éëC* + ( 1- C* ) sbùû + rl
Dt (2)

D ( CV )
= ilC*
Dt (3)

V = h× l (4)

Dl ¶u ¶ ( lu)
=l =
Dt ¶x ¶x (5)

dengan: V, h dan l berturut-turut adalah volume per unit lebar, kedalaman dan panjang pias
aliran. Persamaan (5) dapat dihilangkan karena perubahan l sudah dapat dihitung berdasar
prinsip kekekalan massa dan Persamaan (2) dan (4).

Prinsip kekekalan momentum digunakan untuk menurunkan persamaan perubahan


kecepatan pada suatu pias aliran yang dapat dijelaskan dengan sketsa momentum dan gaya-
gaya yang bekerja pada pias aliran seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.

h h cos l
F1

ghcos F4 F3
F2


ghl x

Gambar 2. Sketsa gaya-gaya yang bekerja pada pias aliran

Pada Gambar 2 ditunjukkan bahwa pada suatu pias aliran terdapat gaya-gaya yang bekerja
padanya, baik yang di hulu pias mengarah ke hilir (F1, positif) dan dihilir pias mengarah ke hulu
(F2, negatif), yang di dasar selalu melawan arah gerak pias aliran (F4) dan proyeksi gaya berat
ke sumbu x yang mengarah ke hilir (F3, positif, namun tergantung kemiringan dasar aliran
terhadap arah gaya gravitasi).
Persamaan perubahan momentum pada pias oleh karena gaya-gaya tersebut sesuai Hukum
Newton adalah bahwa perubahan momentum pias aliran atau (gVu) pada selang waktu t
adalah sama dengan resultan gaya yang bekerja padanya (F1 –F2 – F4 + F3) dikalikan t.
Dengan prinsip tersebut diperoleh persamaan-persamaan berikut ini.

D ( uV ) ∂h lτ b (6)
=gV sinθ−gV cos −
Dt ∂ x ρT

Persamaan-persamaan tersebut, (1) sd. (6), dapat ditulis dalam bentuk persamaan matriks
dan vektor sebagai berikut ini.

DU ¶F
= +R (7)
Dt ¶x

dengan,

U T=( X V CV l uV ) (8)

(
FT = 0 0 0 lu
gl 2
2
h cos θ ) (9)

( )
il [ C ¿ + ( 1−C ¿ ) s b ] +rl
R= ilC ¿
0
lτ b
gV sin θ−
ρT
(10)

Persamaan (7) dapat diselesaikan, yaitu mendapatkan vektor U pada langkah waktu
berikutnya, dengan menerapkan kombinasi Metode Elemen Hingga dengan Metode Beda
Hingga. MEH mempunyai keunggulan pada diskretisasi ruang (spatial) sehingga pada
diskretisasi ruang digunakan MEH, sedangkan diskretisasi waktu menggunakan MBH. Untuk
kasus 1D pendekatan MBH saja sudah mencukupi. Selain itu, belajar dari metode partikel
(Moving Particle Semi-implicit, MPS), dimungkinkan mengevaluasi perubahan pada pias aliran
yang bergerak secara bertahap dengan mempertimbangkan pengaruh suku source/sink, R dan
gradien F secara berurutan (sebagaimana Metode Pemisahan Operator / Operator Split
Method). Dengan metode ini hanya evaluasi F yang terkait variasi spasial yang memerlukan
diskretisasi suku diferensial.
Metode-metode tersebut telah dicobakan pada pencarian solusi Persamaan (7).
Implementasi MEH pada persamaan tersebut memberikan persamaan integral sebagai berikut
ini.

æ ¶N ö
ò N N dW ( U)
j i i
= tç ò N j i dW Fi n + ò N j Ni dW Rin ÷
èW ¶W ø
W W (11)

Dalam bentuk persamaan matriks-vektor menjadi,

M× ( U) = t( K × Fn + M× Rn )
(12)

dengan,

[ ]
M= ∫ N j N i d Ω ; K = ∫ N j
Ω
[ Ω
∂ Ni
∂Ω
dΩ ]
Nj dan Ni berturut-turut adalah fungsi bobot dan fungsi. Untuk Metode Galerkin, Nj dan Ni
adalah sama yaitu fungsi linier atau kuadratik pada tiap elemen. W adalam simbol yang
mewakili domain komputasi spasial. Untuk pendekatan 1D, W adalah ruang pada sumbu x atau
nilai x dalam domain komputasi.

Penyelesaian Persamaan (7) dengan MEH dan MBH tidak memberikan konvergensi pada
hitungan iterasi. Setelah diperiksa hal ini disebabkan solusi Persamaan (6) memberikan
jawaban angka debit per unit lebar (uV), sehingga kecepatan pias aliran, u, dihitung kemudian
dengan membagi angka tersebut dengan V dari solusi Persamaan (2). Karena u diperlukan
dalam menghitung perubahan posisi X, yang akhirnya juga akan memberikan perubahan
panjang pias, l, maka kesalahan sedikit pada hitungan V memberikan kontribusi kesalahan
besar pada u dan akhirnya X. Oleh karena itu diperlukan perubahan bentuk Persamaan (6)
sehingga solusi dapat langsung digunakan untuk mengevaluasi Persamaan (1).

Perubahan persamaan ini tidak mengubah Persamaan (7) namun mengubah persamaan-
persamaan isinya yaitu Persamaan (8) sd. (10) menjadi sebagai berikut ini.

U T=( X V CV l u) (13)

FT =( 0 0 0 lu gh cos θ ) (14)
u

( )
il [ C ¿ + ( 1−C ¿ ) sb ] +rl
R= ilC ¿
0
τb u DV
g sin θ− −
hρT V Dt
(15)

Perubahan bentuk persamaan tersebut dapat memberikan hasil yang lebih baik. Model aliran
debris 1D disusun pertama kali dengan bantuan spreadsheet (MS Excel). Setelah hitungan
dalam model sudah dapat berjalan dan memberikan hasil hitungan yang masuk akal baru
disusun program komputer dalam bahasa Fortran 95. Program komputer dalam bahasa Fortran
95 tersebut dapat dilihat pada Lampiran berturut-turut untuk yang dikembangkan dengan MEH-
MBH dan dengan Metode MBH-Partikel Bergerak. Hasil uji coba yang berhasil pada beberapa
kasus aliran debris adalah sebagai berikut ini.

Pengujian simulasi aliran debris pada saluran lurus dengan kemiringan 30o (0,523 rad) yang
memberikan nilai tangen sudut kemiringan dasar sebesar 0,577. Aliran debris diawali dengan
debris yang siap meluncur dengan bentuk setengah fungsi Gauss (Normal) dengan bagian
tengah berada di hilir, sebagai front aliran. Kedalaman maksimum pada front sebesar 2 m.
Kecepatan awal diset sama dengan nol. Pengujian awal fokus pada aliran, sehingga proses
erosi dan deposisi diset nol. Koefisien kekasaran dasar diset sama dengan 0, 0,020 dan 0,035
d/m(1/3). Lebar pias aliran pada awal hitungan diset seragam yaitu sebesar 10 m. Panjang total
rangkaian pias aliran yang disimulasi sebesar 300 m. Hasil uji coba tersebut dapat dilihat pada
Gambar 3. dan 4.

.
250

bentuk awal, t = 0 d
200

t = 1.5 d
150
t = 3.0 d
100
t = 6.0 d
50
dasar
elevasi (m)

-50

-100

-150

-200

-250
0 100 200 300 400 500 600 700 800

x (m)

(a)

(b)
(c)

Gambar 3. Hasil pengujian pada kemiringan seragam (a) tanpa gesekan dasar, (b) dengan nM =
0,02, (c) nM -= 0,035
Pengujian pada aliran debris yang mengalir pada dasar yang berbentuk kurva parabola
adalah sebagai berikut ini.
Gambar 4. Hasil pengujian simulasi luncuran debris pada dasar parabola, nM -= 0,035

Hasil pengujian di atas menunjukkan metode simulasi berjalan baik dan dapat digunakan
sebagai modul perangkat lunak Simlar v 2.0.

Anda mungkin juga menyukai