OLEH:
DISUSUN OLEH:
1. Nur Fadhilah Rahmah C014172111
2. Ayu Dwilestari C111 14 373
3. Camilia Salsabilah Ikhsan C111 14 515
4. Audina Ulfa Adria C111 14 528
Pembimbing Residen
dr. Ivan Kurniadi
Dosen Pembimbing
dr. Idrianti idrus, Sp.KK, M.Kes
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Departemen Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Definisi...........................................................................................................3
2.2 Epidemiologi.................................................................................................3
2.3 Etiologi...........................................................................................................4
2.4 Patogenesis.....................................................................................................5
2.6 Diagnosis......................................................................................................10
2.7.Diagnosis Banding.......................................................................................15
2.8.Tatalaksana...................................................................................................18
2.9.Pencegahan...................................................................................................20
2.10. Komplikasi................................................................................................21
2.11. Prognosis...................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Uretritis adalah peradangan pada uretra dan terbagi menjadi Uretritis Gonokokus
(UG) dan Uretritis non Gonokokus (UNG). UG merupakan peradangan uretra yang
disebabkan oleh bakteri Gram negatif Neisseria gonorrhoeae, sedangkan UNG merupakan
peradangan uretra yang disebabkan oleh kuman lain selain gonokok. Gonore dalam arti
luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria gonorheae. Penyebab
Gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru
diumumkan pada tahun 1882.1
Gonore terdapat dimana-mana di seluruh dunia dan merupakan penyakit kelamin
yang terbanyak dewasa ini. Tidak ada imunitas bawaan setelah menderita penyakit ini.
Juga tidak ada perbedaan mengenai kekebalan antar berbagai suku bangsa atau jenis
kelamin atau umur. Diperkirakan setiap tahun tidak kurang dari 25 juta kasus baru
ditemukan di dunia. Beberapa strain kuman gonokok yang resisten terhadap penisilin,
quinolone dan antibiotik lainnya telah ditemukan beberapa tahun yang lalu dan membawa
masalah dalam pengobatan yang telah tersebar di beberapa negara.1
Menurut WHO, UG dan UNG merupakan masalah kesehatan lingkungan yang sangat
penting. Penyakit ini ditransmisikan terutama melalui hubungan seksual dengan partner
yang terinfeksi. WHO memperkirakan bahwa tidak kurang dari 25 juta kasus baru
ditemukan setiap tahun di seluruh dunia.2
Di dunia, Gonore merupakan IMS yang paling sering terjadi sepanjang abad ke 20,
dengan perkiraan 200 juta kasus baru yang terjadi tiap tahunnya1 Penelitian di Amerika
Serikat ditemukan 4 juta orang dengan uretritis. Kejadian uretritis gonokokus menurun
pada tahun 2000, dan uretritis non gonokokus meningkat.2 Tahun 2000-2006 di RSU Dr.
Soetomo Surabaya, UG sebanyak 291 penderita (90,7%) dengan angka insiden kejadian
pada usia 25-44 tahun sebanyak 169 penderita (52,6%).3 Penelitian di Manado pada tahun
2009-2011 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado terdapat 56 pasien (68,5%) dengan
UG dan 26 pasien (31,5%) dengan UNG. Usia 25-44 tahun merupakan kelompok usia
terbanyak yaitu 51 pasien (62%).4 Penelitian oleh Silalahi et al.5 di Manado pada tahun
2012 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado terdapat UG 11 pasien (14,9%) dan UNG 4
1
pasien (5,4%). Usia 25-44 tahun merupakan kelompok usia terbanyak yaitu 10 pasien
(66,7%).3
Pada pengobatan UG dan UNG, semua pasangan seksual berisiko harus dinilai dan
ditawarkan pengobatan serta menjaga kerahasiaan pasien. Pemahaman mengenai UG dan
UNG pada laki-laki serta penanganan awal sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi
penyakit dan penularan lebih lanjut.
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Definisi
Uretritis adalah peradangan pada uretra dan terbagi menjadi Uretritis Gonokokus
(UG) dan Uretritis non Gonokokus (UNG).
Uretritis gonokokus (UG) yaitu peradangan uretra yang disebabkan oleh bakteri
Gram negatif Neisseria gonorrhoeae dengan keluhan gatal dan panas dibagian orifisium
uretra eksternum, nyeri saat berkemih, keluhan keluar duh tubuh mukopurulen dari ujung
uretra, kadang dapat mengeluarkan darah, dan polakisuria. 3
Uretritis non gonokokus (UNG) adalah peradangan uretra sering disebabkan oleh
bakteri Gram negatif Chlamydia trachomatis, Mycoplasma genitalium, Ureuaplasma
urealyticum, Trichomonas vaginalis, anaerobes, herpes simplex virus(HSV), dan
adenovirus.7 Ditularkan melalui kontak seksual. Umumnya gejala tidak seberat gonore yaitu
berupa disuria ringan, perasaan tidak enak di uretra, sering berkemih, dan keluarnya duh
tubuh seropurulen. 3
2.2 Epidemiologi
Uretritis gonore adalah penyakit tertinggi kedua yang paling sering dilaporkan di
Amerika Serikat. Kasus UG dilaporkan sebanyak 333,004 kasus pada tahun 2013, tingkat
infeksi Neisseria gonorrhoeae lebih tinggi dialami oleh pria dibandingkan wanita, terkait
dengan hubungan sesama jenis. Tingkat kejadian tertinggi pada perempuan yaitu pada
rentang usia 15-24 tahun dan pada pria yaitu 20-24 tahun.5
Kasus UNG yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis adalah penyakit yang
paling sering dilaporkan di Amerika Serikat yaitu sebanyak 1.401.906 infeksi Klamidia
telah dilaporkan di Centers for Disease Control and Prevention pada tahun 2013.
Prevalensinya adalah 446.6 kasus per 100,000 populasi yang merupakan peningkatan kasus
dari tahun sebelumnya. Untuk kasus yang disebabkan oleh spesies Mycoplasma dan
Ureaplasma, prevalensi lebih sulit diukur karena belum adanya amplifikasi tes asam nukleat
yang disetujui untuk mengidentifikasi organisme ini.4,5
2.3 Etiologi
3
Penyebab gonore adalah bakteri gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun
1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Bakteri tersebut termasuk dalam grup Neisseria
dan dikenal ada 4 spesies, yaitu N. gonorrhoeae dan N. meningitidis yang bersifat patogen
serta N. catarrhalis dan N. pharyngis ini sukar dibeadakan kecuali dengan tes fermentasi. 6
Bakteri Neisseria gonorrhoeae termasuk golongan diplokok berbentuk seperti biji kopi
berukuran lebar 0,8 μm dan panjang 0,6 μm, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung
dengan pewarnaan gram yang bersifat gram-negatif akan terlihat di luar dan di dalam
leukosit yang tidak tahan lama di udara bebas dan cepat mati dalam keadaan kering, selain itu
tidak tahan suhu di atas 39°C serta tidak tahan cat desinfektan. 6
Secara morfologik bakteri gonokok terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang
mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan
bersifat non virulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi
radang.6
Penyebab UNG paling sering adalah Chlamydia trachomatis bakteri yang secara rutin
diuji dan terisolasi dari 20–50 % kasus. Mycoplasma genitalium adalah bakteri penyebab
terbaknyak kedua, yang menyebabkan 10–30 % dari (total) kasus, dengan infeksi ganda pada
C. trachomatis sebanyak 5 – 1 5 %.7
Di bagian barat Eropa, Trichomonas vaginalis jarang menyebabkan uretritis pada
pria. Di Amerika, T. vaginalis di dikaitkan dengan ras Afro-American, sebanyak 2.5–17%.
Respon imun tubuh bisa mempengaruhi perkembangan dari NGU seperti dalam suatu
penelitian dikaitkan dengan U. urealyticum. U. urealyticum dapat menjadi penyebab dari 5–
10 % kasus ringan NGU, tetapi biasa terdeteksi tanpa urethritis, dan karenanya screening dan
tes pengobatan dari mikro-organisme ini bisa dipertanyakan.
Adenovirus dapat bettanggung jawab atas 2–4 % dari pasien yg menunjukkan gejala
dan umumnya diaitkan dengan konjuntivitis. Virus Herpes tunggal tipe 1 and 2 adalah
penyebab yang tidak biasa dari NGU (2–3 %). Jika etiologi dari urethritis menyebar,
monocytes terlihat dalam ukuran mikroskopis N. meningitidis, Haemophilus sp, Candida sp.
Dengan teknik modern, bermacam-macam microorganisme bisa dideteksi pada uretra laki-
laki, dan bisa saja masih ada bakteria yg tidak diketahui yg menyebabkan uretritis. 7
.
2.4 Patogenesis
4
2.4.1 Uretritis gonore
Gonore diperoleh melalui kontak seksual. Gonore juga bisa ditularkan secara vertikal
dari ibu ke anak selama kelahiran pervaginam, Manusia adalah satu-satunya host alami
Neisseria gonorrhoeae. Neisseria gonorrhoeae menginfeksi mukosa uretra, endoserviks dan
anus. Bakteri kemudian ke microvillus sel epitel kolumnar untuk berkolonisasi dengan
bantuan pili atau fimbriae. Paling sering pada mukosa saluran urogenital. Fimbriae terdiri
dari protein pilin oligomer yang digunakan untuk melekatkan bakteri ke sel-sel dari
permukaan selaput lendir. Protein membran luar PII 9 Oppacity protein associated (OPA)
membantu bakteri mengikat dan menyerang sel inang. Invasi juga dimediasi oleh adhesins
dan sphingomyelinase yang berkontribusi pada proses endositosis. Gonokokkus
menghasilkan imunoglobulin Protease yang membelah rantai berat imunoglobin dan
memblok respon imun manusia, Begitu berada di dalam sel, organisme mengalami replikasi
dan dapat tumbuh di lingkungan aerobik dan anaerobik. Setelah invasi sel, organisme
bereplikasi dan berproliferasi secara lokal, menurunkan respons peradangan. Di luar sel,
bakteri rentan terhadap perubahan suhu, sinar ultraviolet, pengeringan, dan pergeseran
lingkungan lainnya. Membran luar mengandung lipooligosaccharide endotoksin, yang
dilepaskan oleh bakteri selama periode pertumbuhan dan kerkontribusi. pengobatan
antibiotik yang kurang tepat dan daya tahan tubuh menurun dapat memudahkan penyebaran
melalui hematogen dan penyebaran infeksi yang luas.
2.4.2.1 Chlamidia
Chlamidia memiliki dua bentuk Elementary Body (EB) dan Reticulate Body
(RB) yang menginfeksi sel epitel sehingga terjadi endositosis terhadap EB oleh sel
epitel host. EB berkembang menjadi RB, RB bertumbuh dan membentuk inklusi
intraseluler , RB berubah menjadi EB kembali dan mengalami eksositosis lalu
menginfeksi sel lain.
Respon tubuh terhadap infeksi memicu inflamasi secara umum ada 2 fase :
5
-Fase I: fase non-infeksiosa, terjadi keadaan laten yang dapat ditemukan pada
genitalia maupun konjungtiva. Pada saat ini kuman sifatnya intraselular dan berada
di dalam vakuol yang letaknya melekat pada inti sel hospes, disebut badan inklusi.
-Fase II: fase penularan, bila vakuol pecah kuman keluar dalam bentuk badan
elementer yang dapat menimbulkan infeksi pada sel hospes yang baru.
Pada Urethritis Gonore masa inkubasi sangat singkat, pada pria umumnya
bervariasi antara 2-5 hari, kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena
penderita telah mengobati diri sendiri, tetapi dosis yang tidak cukup atau gejala sangat
samar sehingga tidak diperhatikan oleh penderita. Pada wanita biasanya masa
inkubasinya lebih dari 14 hari, namun pada 75 % kasus sulit di tentukan karena pada
umumnya asimtomatik6
6
Urethritis Anterior merupakan manifestasi yang paling sering di jumpai dan dapat
menjalar ke proximal selanjutnya mengakibatkan komplikasi local, ascendens, dan
diseminata. Keluha ubjektif berupa rasa gatal, panas dibagian distal urethra disekitar
orifisium uretra ekternum, kemudian disusul dysuria, keluar duh dari ujung urethra
yang kadang-kadang disertai darah, dan disertai perasaan nyeri pada waktu ereksi.6
Selain Urethritis, ada beberapa komplikasi yang dapat di timbulkan oleh Gonore
diataranya tysonitis, Paraurethritis, Littritis, Cowperitis, Prostatitis, Veskulitis,
Funikulitis, Serta Epididimitis namun manifestasi lain seperti infeksi rectal maupun
faring juga sering terjadi khususnya bagi pada pria yang sering berhubungan sesama
jenis6,11
7
Pada mulanya haya serviks uteri yang terkena infeksi. Duh tubuh yang
mukopurulen dan mengandung banyak gonokok juga dapat menyerang uretra, ductus
paraurethra, kelenjar bartolin, rectum, dan dapat juga naik keatas sampai pada daerah
kandung telur6,11
8
Pada pemeriksaan klinis muara uretra tampak tanda peradangan berupa edema
dan eritem, dapat ringan sampai berat. Sekret uretra bisa banyak atau sedikit sekali
atau kadang-kadang hanya terlihat pada celana dalam penderita. Sekret umumnya
serosa, seromukous, mukous, dan kadang bercampur dengan pus. Kalau tidak
ditemukan sekret bisa dilakukan pengurutan saluran uretra yang dimulai dari daerah
proksimal sampai distal sehingga mulai nampak keluar sekret. Kelainan yang
nampak pada UNG umumnya tidak sehebat pada urethritis gonore.11
9
Gambar 2.4 Genital Chlamydia infection (Rooks Text Book Of Dermatology)
2.6 Diagnosis
2.6.2 Urethritis Gonore
a. Kultur (biakan)
Untuk identifikasi perlu dilakukan kultur (pembiakan). Dua macam media yang
dapat digunakan ialah media transpor dan media pertumbuhan.
Berikut adalah contoh media transport.6
1. Media Stuart : hanya untuk transpor saja, sehingga perlu ditanam kembali pada
media pertumbuhan.
2. Media Transgrow : selektif dan nutritif untuk N. gonorrhoeaee dan merupakan
gabungan media transpor dan media pertumbuhan, sehingga tidak perlu ditanam pada
media pertumbuhan. Media ini merupakan modifikasi media Thayer-Martin dengan
menambahkan trimetoprim untuk mematikan proteus spp.
10
18 Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang semula
bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung.
2. Tes fermentasi
Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltosa,
dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa.
3. Tes Beta-Laktamase
Tes ini menggunakan cefinase TM disc. BBL 96192 yang mengandung
chromogenic cephalosporin. Apabila kuman mengandung enzim beta laktamase,
akan menyebabkan perubahan warna koloni dari kuning menjadi merah.
4. Tes Thompson
Tes Thompson ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah
berlangsung. Pafa tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan yaitu
1) Sebamnya dilakukan setelah bangun pagi
2) Urin dibagi dalam dua gelas
11
2.6.1 Urethritis Non Gonore
Diagnosis secara klinis sukar untuk membedakan infeksi karena gonore atau non-gonore
Menegakkan diagnosis servisitis atau uretritis karena klamidia sebagai penyebab, perlu
pemeriksaan khusus untuk menemukan adanya C. trachomatis 6
Pemeriksaan laboratorium sederhana dan relatif mudah, serta cepat adalah dengan
pemeriksaan pewarnaan Gram, kriteria yang dipakai adalah:
C.Jumlah lekosit PMN> 5/LPB, pada spesimen duh uretra atau PMN>30/LPB pada
spesimen duh serviks
Pemeriksaan yang digunakan sejak lama adalah pemeriksaan sediaan sitologi langsung
dan biakan dari inokulum yang diambil dari spesimen urogenital. Pada tahun 1980-an
ditemukan teknologi pemeriksaan terhadap antigen dan asam nukleat C. trachomatis
Pemeriksaan sitologi langsung ini dengan pewamaan Giemsa memiliki sensitivitas tinggi
untuk konjungtivitis (95 %) , sedangkan untuk infeksi genital rendah (laki - laki 15 % ,
perempuan 41 %) Sitologi dengan Papaniculou sensitivitasnya juga rendah , yaitu 62 % .
Hingga saat ini pemeriksaan biakan masih dianggap sebagai baku emas pemeriksaan
klamidia . Spesifisitasnya mencapai 100 % , tetapi sensitivitasnya bervariasi bergantung
pada labora- torium yang digunakan ( berkisar antara 75-85 % )
Pemeriksaan ini tidak diindikasikan pada kasus asimtomatik dan infeksi subakut.
Prosedur tehnik, dan biaya pemeriksaan biakan ini tinggi serta perlu waktu 3-7 hari. Sampai
saat ini pemeriksaan dengan biakan bahkan PCR belum dapat dilakukan secara rutin di
Indonesia.
12
Tes tersebut menggunakan antibodi mono- klonal atau poliklonal dengan
mikroskop imuno- fluoresen (1.F.). Tampak badan elementer (BE) atau retikulat (BR) ,
hasil dinyatakan positif bila ditemukan BE > 10. Waktu pemeriksaan diperlukan
kurang lebih 30 menit, perlu tenaga terlatih dan biaya lebih murah. Sensitivitasnya
berkisar antara 80-90 % dan spesifisitasnya 98-99 % .
Metode yang terbaru adalah dengan cara mendeteksi asam nukleat C. trachomatis.
Hibridisasi DNA Probe Dikenal dengan istilah Gen Probe. Metode tersebut
mendeteksi DNA CT, lebih sensitif dibandingkan dengan cara ELISA, karena dapat
mendeteksi DNA dalam jumlah kecil melalui proses hibridisasi. Sensitivitasnya
tinggi ( 85 % ) dan juga spesifisitasnya ( 98-99 % )
Amplifikasi asam nukleat Termasuk dalam katagori tersebut tes Polimerase Chain
Reaction (PCR) dan Ligase Chain Reaction (LCR). PCR mempunyai sensitifitas 90%
dan spesvisitas 99-100 % , sedangkan LCR sensitifitas 94 % dan spesifisitas 99-100%.
Uretritis yang persisten paska terapi doksisiklin dipikirkan tentang kemungkinan
infeksi oleh U. Urealiticum atau M. Genitalium yang resisten doksisiklin, T vaginalis
13
dapat juga sebagai penyebab infeksi uretra pada laki- laki. Dalam hal ini, dindikasikan
pemeriksaan kultur atau NAAT dari bahan duh genital, swab uretra, first void urine,
atau semen.
a. Trichomoniasis
14
b. Bacterial Vaginosis
Gambar 2.6 Bacterial Vaginosis Clue cells dengan epithel berukuran besar yang tertutup dengan
bakteri (FitzPatrick Dermatology in General Medicin 8th Ed)
c. Herpes Simpleks
Herpes simpleks merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus herpes simpleks
tipe 1 dan 2 dimana manifestasi utamanya adalah infeksi mukokutan. HSV tipe 1 lebih
sering menyerang daerah oral serta facial. sedangkan HSV tipe 2 berhubungan dengan
infeksi perigenital. Manifestasi klinis yang disebabkan oleh HSV khususnya pada tipe
2 adalah vesikel, pustul, ulkus eritematous yang membutuhkan waktu 2-3 minggu
15
proses penyembuhan. Terdapat juga nyeri, gatal, disuria, sekret vaginal dan sekret
uretral dan limfadenopati inguinal. Sering juga ditemukan gejala sistemik seperti
demam, sakit kepala, malaise dan mialgia.9
Gambar 2. 7 Herpes Genital A. Infeksi Rekuren pada penis B. Infeksi Rekuren pada Vulva
(FitzPatrick Dermatology in General Medicin 8th Ed)
a. Gonore
Gonore merupakan penyakit menular seksual yang umum terjadi dan disebabkan
oleh Neisseria gonorrhoeae, menyebabkan perubahan padamukosa dan epitel
transisional. Pada pria, gejala awal biasanya timbul dalamwaktu 2-8 hari setelah
terinfeksi. Manifestasi umum dari infeksi gonokokkus pada pria adalah urethritis.
Karakteristiknya berupa sekret yang purulen atauberawan keluar dari uretra yang
membedakannya dari urethritisnon gonore. Inflamasi membran mukosa pada uretra
anterior menyebabkan rasa nyeri saat berkemih dan terjadi kemerahan serta
pembengkakan. Nyeri dan bengkak pada testis mengindikasikan terjadinya
epididimitis atau orkitis dan mungkin akan menjadi satu-satunya gejala yang muncul.
Pada wanita, 50% infeksi N. gonorrhoeae bersifat asimtomatis. Skrining yang sesuai,
diagnosis dini, dan perawatan adalah krusial karena dapat menyebabkan komplikasi
serius berupa sterilitas. Endoserviks adalah lokasi umum terjadinya infeksi dan invasi
organisme ini. Gejala urethritis mencakup sekret mukopurulen, pruritus vagina, dan
disuria. Vaginitis tidak terjadi kecuali pada wanita prapuber atau post menopause
16
karena epitel vagina wanita yang sudah dewasa secara seksual tidak mendukung
pertumbuhan N. gonorrhoeae. Lokasi infeksi lainnya adalah kelenjar Bartolin dan
Skene. Organisme juga dapat menginvasi traktus genitalia atas seperti uterus, tuba
fallopi, dan ovarium menyebabkan terjadinya Pelvic Inflammatory Disease (PID)9
2.8. Tatalaksana
2.8.1 Non Medikamentosa10
3. Kunjungan ulang untuk tindak lanjut di hari ke-3 dan hari ke-7
5. Lakukan provider Initiated Testing and Counseling terhadap infeksi HIV dan
kemungkinan mendapat infeksi menular seksual lain.
2.8.2 Medikamentosa
Gejala ureteritis yang menetap (setelah pengobatan satu periode selesai) atau
rekuren (setelah dinyatakan sembuh, dan muncul lagi dalam waktu 1 minggu tanpa
17
hubungan seksual), kemungkinan disebabkan oleh resistensi obat, atau sebagai akibat
kekurang- patuhan minum obat, atau reinfeksi. Namun pada beberapa kasus hal ini
mungkin akibat infeksi oleh Trichomonas vaginalis (Tv). Sebagai protozoa
diperkirakan bahwa Tv memakan kuman gonokok tersebut (fagositosis), sehingga
kuman gonokok tersebut terhindar dari pengaruh pengobatan. Setelah Tv mati maka
kuman gonokok tersebut kembali melepaskan diri dan berkembang biak.Ada temuan
baru yang menunjukkan bahwa di daerah tertentu bisa dijumpai prevalensi Tv yang
tinggi pada laki-laki dengan keluhan duh tubuh uretra. Bilamana gejala duh tubuh
tetap ada atau timbul gejala kambuhan setelah pemberian pengobatan secara benar
terhadap gonore maupun klamidiosis pada kasus indeks dan pasangan seksualnya,
maka pasien tersebut harus diobati untuk infeksi Tv. Hal ini hanya dilakukan bila
ditunjang oleh data epidemiologis setempat. Bilamana simtom tersebut masih ada
sesudah pengobatan Tv, maka pasien tersebut harus dirujuk. Sampai saat ini data
epidemiologi trikomoniasis pada pria di Indonesia sangat sedikit, oleh karena itu bila
gejala duh tubuh uretra masih ada setelah pemberian terapi awal sebaiknya penderita
dirujuk pada tempat dengan fasilitas laboratorium yang lengkap.
Tabel 2.2 Terapi urethritis gonokokkus dan urethritis Non-Gonokokkus (Pedoman Nasional
penanganan IMS Depkes Tahun 2016.)
18
2.9. Pencegahan
Praktek pencegahan penyakit menular seksual, antara lain: pencegahan primer, sekunder
dan tertier. 13
Pencegahan primer, meliputi :
1) Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang
terinfeksi.
2) Selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
3) Selalu menjaga kebersihan alat kelamin.
4) Segera memeriksakan diri serta melakukan konseling ke dokter atau petugas kesehatan
apabila mengalami tanda dan gejala penyakit menular seksual, meliputi : rasa sakit atau
nyeri pada saat kencing atauberhubungan seksual, rasa nyeri pada perut bagian bawah,
pengeluaran lendir pada vagina/ alat kelamin, keputihan berwarna putih susu, bergumpal
dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin atausekitarnya, keputihan yang
berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal, timbul bercak-bercak darah setelah
berhubungan seks, bintil-bintil berisi cairan , lecet atau borok pada alat kelamin.
Pencegahan sekunder, meliputi :
1) Adanya pemahaman tentang agama dilakukan di lokalisasi.
2) Peningkatan pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual melalui penyuluhan dari
dinas kesehatan.
Pencegahan Tersier, meliputi :
1) Adanya peraturan dari pemerintah tentang larangan prostitusi.
2) Adanya usaha rehabilitasi dengan pelatihan ketrampilan pada wanita pekerja seksual yang
meninggalkan pekerjaan sebagai pekerja seksual.
2.10. Komplikasi
19
Epididimitis dan orkhitis jarang terjadi pada pria yang tidak diberikan terapi. Kondisi
ini biasanya terjadi dengan penggunaan jenis antibiotik yang sama pada urethritis
dengan penggunaan jangka panjang
- Arthritis
Arthritis merupakan komplikasi dari urethritis pada dewasa muda, tetapi penyakit ini
adalah komplikasi yang sangat jarang terjadi.
- Konjunktivitis Akut.
Transmisi dari ibu ke bayi dapat terjadi melalui penularan vertikal pada saat persalinan
berlangsung.5,13
2.11. Prognosis
Pemberian terapi yang adekuat dan cepat akan menghasilkan penyembuhan dan
pengembalian fungsi seperti semula. Penanganan yang lambat, tertunda atau tidak sesuai
dapat mengakibatkan morbiditas signifikan atau pada kejadian yang sangat jarang yaitu
kematian.13
BAB III
KESIMPULAN
Uretritis didefinisikan sebagai peradangan yang diinduksi oleh infeksi di urethra. Uretritis
dikategorikan menjadi dua bentuk berdasarkan etiologinya, yaitu: uretritis gonore (UG) dan
uretritis non-gonore (UNG).
Uretritis gonore merupakan penyakit menular seksual yang bersifat akut yang disebabkan
oleh Neisseria gonorrhoeae. Neisseria gonorrhoeae dapat ditularkan melalui kontak seksual atau
melalui penularan vertikal pada saat melahirkan. Bakteri ini terutama mengenai epitel kolumnar
dan epitel kuboidal manusia. Diagnosis uretritis gonore dapat ditegakkan atas dasar anamnesis,
20
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Neisseria gonorrhoeae dapat menyebabkan
gejala simptomatik maupun asimptomatik infeksi pada saluran genital.
Uretritis non-gonore merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi dari bakteri selain
Neisseria gonorrhoeae, yaitu bakteri seperti Chlamydia trachomatis, Trichomonas vaginalis,
atau Ureaplasma urealyticum. Gejala yang ditimbulkan hampir sama dengan uretritis gonore.
Gejala dan tanda klinis yang sama, maka diperlukan teknik anamnesis dan pemeriksaan
penunjang yang ideal. Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga dan
sesedikit mungkin efek toksiknya. Tatalaksana uretritis gonore yaitu ceftriaxone 125mg IM atau
Cefixime 400mg PO, sedangkan uretritis non gonore yaitu azithromisin 1 g dosis tunggal atau
doksisiklin 100 mg per 7 hari Penatalaksanaan dengan antibiotik yang tepat dan adekuat
membuat prognosis penyakit baik.
Pentingnya bagi tenaga kesehatan dan masyarakat awam dalam mengetahui pengendalian
penyakit ini dengan meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan dan pengobatan yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alson, S., Nurdjannah J.N., Herry E.J. P. Profil uretritis gonokokus dan non-gonokokus
di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari –
Desember 2012. Vol 4. No. 1. 2016
2. Jawas FA, Murtiastutik D. Penderita Gonore di Divisi Penyakit Menular Seksual Unit
Rawat Jalan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2002-
2006. Surabaya: Departemen Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga, 2008. [cited 2014 Oct 5]. Available from:
http://journal.unair.ac.id/ilerPDF/BIKK_vol%2020%20no%203_des%202008_
Acc_4.pdf. , akses 1 Juli 2018
3. Jonna, P., Ferra O.M., Nurdjanah J.N. Profil uretritis gonokokus dan uretritis non
gonokokus di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
periode Januari – Desember 2013. Vol 4. No.2. 2016
4. Horner, Patrick. Role of Mycoplasma genitalium and Ureaplasma urealyticum in Acute
and Chronic Nongonococcal Urethritis.
https://academic.oup.com/cid/article/32/7/995/335300
5. Sexually Transmitted Disease Surveillance 2013. Centers for Disease Control and
Prevention. Atlanta, 2013. https://www.cdc.gov/std/stats13/surv2013-print.pdf
21
6. Adhi Djuanda, dkk. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
7. Harald M., Karla B., Patrick J H., 2015. Management Of Non-Gonococcal Urethritis.
BMC. Infectious Diseases, 15: 294
9. Klaus Wolff, etc. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Eight Edition Volume 2.
McGraw Hill. 2012
11. Tony Burns and StephenBreathnach. Rook’s textbook of Dermatology 8th edition volume
2. UK: Wiley-Blackwell; 2010.
12. Daili Fahmi, Sjaiful. dkk.(2017). Infeksi Menular Seksual Ed. kelima. Jakarta:Balai
Penerbit FKUI
13. Wong, Brian. Gonorrhea. Departement of Internal Medicine, Wayne State University
School of Medicine, 2017. https://emedicine.medscape.com/article/218059-overview#a6
22