Anda di halaman 1dari 2

Argyl, tambang berlian terbesar di dunia

segera ditutup
KONTAN.CO.ID - LEBIH dari empat dekade beroperasi, tambang berlian
terbesar di dunia, yaitu Argyle milik Rio Tinto Grup akan ditutup. Penutupan
tambang yang terkenal memproduksi belian merah, dan pink ini diprediksi dapat
mendongkrak harga berlian yang anjlok sejak 2011.

Arnaud Soirat, Head of Copper and Diamonds Rio menyatakan Tambang Argyle
yang terletak sekitar 2.600 km dari Ibu Kota Perth, Australia akan melempar habis
pasokannya ke pasar.

“Akan ada pasokan sedikit pasokan yang aan kami keluarkan ke pasar. Pada akhir
2020, kami akan mulai menghentikan operasi dan memulai rehabilitasi
pertambangan,” katanya dikutip dari Bloomberg, Jumat (12/7).

Tambang Argyle terkenal lantaran memproduksi 90% pasokan berlian pink yang
memiliki harga tertinggi dari seluruh jenis berlian. Sebagai gambaran, pada April
2017, Sotheby’s pernah melelang berlian pink yang ditambang saingan Rio, De
Beers seharga US$ 71 juta.

Meskipun Tambang Argyle terkenal akan produksi berlian pinknya, namun


kontribusi jenis berlian ini cuma 0,01% dari total produksi Argyle.

Argyle juga merupakan produsen berlian terbesar di dunia berdasarkan volume


produksinya. Ini yang membuat Argyle menjadi pusat kelebihan pasokan berlian di
dunia. Sayangnya, tiga perempat dari produksi di Argyle memproduksi berlian
cokelat yang bernilai rendah.

Secara total, rata-rata produk berlian di Argyle berharga US$ 15 hingga US$ 25 per
karat, jauh di bawah harga rata-rata De Beers senilai US$ 171 per karat.

Kelebihan pasokan berlian murah ini pada tingkat seanjutnya juga turut mengikis
pendapatan pelaku industri pendukungnya. Mulai dari pemotong, pemoles, hingga
penjual. Bahkan pada Desember 2018 lalu, beberapa pelanggan Rio menolak
membeli pasokan berlian murah.

Sedangkan bagi penambang di segmen berlian berharga tinggi macam kelebihan


pasokan ini juga mengakibatkan pihaknya mesti memangkas harga, dan lebih
sering bernegosiasi dengan pelanggannya.

Meski demikian, karena permintaan terhadap berlian sendiri sejatinya stabil,


penurunan produksi yang ditandai dengan ditutupnya Argyle diprediksi bisa
kembali menaikkan harga berlian. Beberapa pelaku industri lain pun optimistis
kenaikan harga akan terjadi

“Ini merupakan konteks rasional dari persediaan dan permintaan yang akan
mengarah kepada pertumbuhan harga,” kata CEO Stornoway Diamond Corp Pat
Godin.

Hingga 2023 sendiri, diperkirakan akan ada 21 juta karat berlian, di mana 14 juta
karat akan berasal dari Argyle yang akan disediakan di pasaran. Produsen asal
Rusia Alrosa PJSC dalam sebuah paparannya menyatakan, ketersediaan berlian
pada 2023 baru akan bias bertambah jika ada tambang baru yang dibuka.

Alrosa juga memperkirakan pada 2023, selisih antara permintaan dan pasokan
berlian akan mencapai 11 juta karat hingga 35 juta karat.

“Untuk berlian pink dampaknya atas kurangnya persediaan akan lebih terasa akibat
penutupan Argyle. Anda bisa membayangkan hukum penawaran dan permintaan
akan berlaku, dan bayangkan dampaknya terhadap berlian berwarna (pink, ungu,
merah, dan biru) yang sangat langka itu,” kata Soirat.

Soirat blang saat ini di Argyle sendiri cuma menyisakan 150 berlian berwarna yang
bisa diesktraksi dan dapat dijual dalam lelang tahunan yang biasanya memamerkan
50 hingga 60 batu mulia paling berharga.

Frauke Bolten, pemilik Kimberley Fine Diamonds peritel berlian yang terletak 200
kilometer dari Argyle menyatakan sejak sepuluh tahun terakhir harga berlian pink
sendiri memang telah meningkat empat kali lipat. “Dan orang-orang juga baru
menyadari dampak penutupan Argyle terhadap peningkatan harga,” katanya.

Anda mungkin juga menyukai