PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DISUSUN:
NAMA : RIVALDO SIREGAR
NIM : 41832121012
KELAS : FISIKA DIK C 2018
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga saya masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan critical jurnal
review ini dengan judulPendidikanKewarganegaraan Paradigma Baru Implementasinya
Dalam Kurikulun Berbasis Kompetensi Critical jurnal review ini saya buat guna
memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah PendidikanKewarganegaraan, semoga
critical jurnal review ini dapat menambah wawasan dan pengatahuan bagi para pembaca.
Dalam penulisan critical jurnal review ini, saya tentu saja tidak dapat menyelesaikannya
sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada
kedua orang tua saya yang selalu mendoakan dan kepada dosen pengampu.
Saya menyadari bahwa critical jurnal review ini masih jauh dari kata sempurna karena
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, itu dengan segala kerendahan hati saya meminta
maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan ke depannya.
Akhir kata saya mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam
critical jurnal review ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para
pembaca.
Rivaldo Siregar
DAFTAR ISI
KATA PEGANTAR………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………......
a. Pendahuluan…………………………………………………………………………..
b. Kajian Teori…………………………………………………………………………..
c. Metodologi Penelitian..................................................................................................
d. Pembahasan.................................................................................................................
e. Kesimpulan dan Saran……………………………………………………………….
a. Kelebihan Jurnal…………………………………………………………………….
b. Kelemahaan Jurnal………………………………………………………………….
BAB IV PENUTUP………………………………………………..………………………...
a. Kesimpulan…………………………………………………………………..……….
b. Rekomendasi……………………………………………………….………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Sejalan dengan paradigma tersebut, Pendidikan Kewarganegaraan yang hingga sekarang masih
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) mempunyai misi yang lebih khas. Mata pelajaran
ini menonjol dengan misinya untuk mewujudkan sikap toleransi, tenggang-rasa, memelihara
persatuan dan kesatuan, tidak memaksakan pendapat dan lain-lain, yang dirasionalkan demi
terciptanya stabilitas nasional sebagai prasyarat bagi kelangsungan pembangunan. Di balik semua itu,
Pendidikan Kewarganegaraan sesungguhnya telah berfungsi sebagai alat penguasa untuk
melanggengkan kekuasaan. Sosok Pendididikan Kewarganegaraan (Civic atau Citizenship) yang
demikian memang sering muncul di sejumlah negara, khususnya negara-negara berkembang, sesuai
dengan laporan penelitan Cogan (1998) yang dikutip oleh Ace Suryadi dan Somardi (2000: 1) yang
mengatakan, Ciüzenship education has oten reflected the interest of those in power in particular
society and thus has been a matter of indoctrination and the establishment of ideological hegemony
rather than of education.
Berdasar kenyataan tersebut tidak aneh jika kemudian muncul penilaian bahwa mata pelajaran ini
bersifat politis dari pada akademis, lemah landasan keilmuannya, tidak tampak sosok keilmiahannya
dan lain-lain. Akibatnya lebih lanjut, mata pelajaran ini kurang menantang, sehingga kurang diminaü
oleh siswa.
B. Kajian teori
Pendidikan kewarganegaraan merupakan bagian atau usaha salah satu tujuan pendidikan IPS (Social
Science Education) dari berbagai disiplin ilmu-ilmu social, humaniora, dokumen Negara, terutama
Pancasila, UUD1945, dan perundang Negara dengan tekanan bahan pendidikan pada hubungan warga
Negara dan yang berkenaan dengan bela Negara. Pada Pasal 39 UU No. 20 Tahun 2003 menegaskan
bahwa PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan
dasar berkenaan dengan hubungan antara warga Negara dengan Negara serta pendidikan pendahulu
bela Negara agar menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara. Hal senada
di kemukakan oleh Nu’man Soemantri (2001: 299) antara sebagai berikut :
Mata pelajaran PKn adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas
dengan sumber-sumber pengetahuan lainya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah,
masyrakat dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berfikir kritis,
analitis, bersikap dan bertindak demokrartis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang
berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Mata Pelajaran PKn sebagaimana tercantum dalam susunan kurikulum PKn merupakan mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan
dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 (Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi).
C. Metodologi Penelitian
Penelitian yang dilakukan dalam jurnal ini menggunakan metodologi kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dancenderung
menggunakan analisis . Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam
penelitian kualitatif. Landasan teoridimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian
sesuai dengan fakta di lapangan.
D. Pembahasan
g
pencapaian target materi", "daya serap", "kekurangan waktun akibat overload materi. Untuk
U
kasus PPKn dapat sebaliknya, seorang guru dapat saja menyaiik:o materi apa yang
dikembangkan dari topik/pokok behasan Kepatuhan, Kebanggaan, Kedisiplinan, Kasih-
sayang dan lain-lain
Berkaitan dengan isi Pendidikan Kewarganegaraan, Print (1999: 11) mengemukakan tentang
adanya keragaman pemahaman sebagai berikut : For some, civic education is the study of
government, constitutions, institutions, the rule of law and the rights and responsibilities
citizens For others, civics is called citizenship education emphasises processes of of
democracy, active citizen participation and the engagement of people in civil society. For
many, the study of civic eduation includes learnings related to the insfitutions and systems
involved in govemment, political heritage, democratic proæsses, lights and responsibilities of
citizens, public administration andjudicial systems.
Hugh Barr dalam Print (1999: 53) mengemukakan tentang sebagian isi mata pelajaran di
Australia dan USA. Nations like Australia and United States of America recognise the
cultural plurality of their populations by representing them as cultural mosaics. Sementara itu
Byong Sun Kwak dalam Print (1999: 99) mengemukakan tentang kasus Korea sebagai
berikut :
In the mid-1980s, the Korean political structure loosened and became considerably more
demæratic, concluding a long history of struggle which dates back to Korean independence in
1948. The Korean situation is unique, however, in that the country had to contend with its
own Confucian traditions, which favours suboMination to authority.
Berdasarkan hasil studi di berbagai negara, Print (1999: 12) berpendapat isi
Pendidikan Kewargan4araan yang prinsipial adalah :
Dalam penataannya di dalam struktur kurikulum, Belinda Charles dalam Print (1999: 133-
135), merekomendasikan isi Pendidikan Kewarganegaraan dapat ditata datam tiga model,
yaitu Formal Curriculum, Informal Curiculum, dan Hidden Curriculum. Dengan model
formal currtulum, implementasi dapat menembus berbagai mata pelajararan (cross-
curftulum). Dengan model informal cumculum dapat diimplementasikan dalam kegiatan-
kegiatan ekstra kurikuler, seperti kepanduan, klub-klub remaja, PMR, kegiatan rekreasi,
dan olah raga. Model ini justru efektif dalam pembentukan karakter remaja. Dengan model
hidden curriculum, seperti misalnya etika, dapat dikembangkan dalam tingkah laku sehari-
hari. Terkait dengan model yang terakhir ini, The Study of Civic Awarenes and Afftudes of
Secondary School Pupils (CDC, 1995) dalam rekomendasinya menekankan pentingnya etos
sekolah dalam memeiihara pertimbangan moral dan Äejaran nilai-nilai spiritual. Untuk
kasus Indonesia, tradisi yang sudah tziangsung lama dalam sistem pendidikan nasional,
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bagian dari formal curriculum dan isinya disusun
dalam suatu mata pelajaran yang berdiri sendiri (separate subject curriculum), bukan cross
cumculum, (contohnya IPA dan IPS di SD dan SLTP), atau integrated curriculum. Hal ini
hendaknya tetap dipertahankan, tidak saja karena pola ini sudah lama dan mapan, akan
tetapi juga sudah diikuti dengan kelembagaan yang kuat, misalnya adanya program studi di
LPTK, banyaknya sarjana dengan spesialisasi bidang sWdi ini, berkembangnya lembaga
swadaya masyarakat yang menaruh terhadap bidang ini dan lain-lain. Dalam hal materi
pembelajaran, memang masih ada yang tumpang indih dengan mata peiajaran yang lain,
dan hai ini idak hanya tecjadi dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
E. Kesimpulan dan Saran
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kelebihan Jurnal
Di dalam jurnal ini memiliki kelebihan dalam isi yang diberikan sudah bagus dan tidak
terlalu panjang sehingga membuat pembahaca untuk tidak malas membaca
B. Kelemahaan Jurnal
Di dalam jurnal ini, masih memiliki kekurangan yaitu dalam penulisan. Penulisan asih
terdapat salah kata dan kekurangan huruf. Materi pun masih tidak lengkap seperti tidak
memiliki kesimpulan dan saran.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bloom, Benjamin S., et al. (1981). Evaluation to Improve Leaming. New York: McGraw Hill Book
Company.
Dasimansyah, Dasim. (2002). Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio. Bandung: PT Genesindo.
Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education)
Buku l. Jakarta: Tim Broad Based Education Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat Kurikulum,
Baiitbang.
Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and
Leaming). Jakarta: Depdiknas.
Downey, Merial & A.V. Kelly. (1978). Moral Education. Sydney: Harper & Row Publisher.
McAshan, H.H. (1979). Comßtency Based Education and Behavioral Objectives. USA: Educational
Technology Publication.
Print, Murray et al. (1999). Civic Education for Civil Society. London: Asian Academic Press.
Redaksi Skets Masa. (1961). Tujuh Bahan Pokok Indoktrinasi. Surabaya: Fa Penerbit GRIP.
Ringnass, Thomas A. (1975). The Affective Domain in Education. Boston-Toronto: Litde, Brown and
Company.
Suryadi, Ace dan Somantri. (2000). "Pemikiran Ke Arah Rekayasa Kurikulum Pendidikan
Kewarganegaraann Paper. The Intemational Seminar: The Need for New Indonesian Civic
Education, March 29, 2000, at Bandung.
Wahab, Abdul Azis. (2000). "New Paradigm and Curriculum Design for New Indonesian Civic
Educaüon". Paper. The Intemational Seminar: The Need for New Indonesian Civic Education,
March 29, 2000, at Bandung.
Waterworth, Peter. (1998). "Trends in Social Studies Education and Citizenship Education". Paper.
Faculty of Education, Deakin University, Australia.