Anda di halaman 1dari 4

http://isrofilamar.blogspot.

com/2018/04/pencegahan-primer-sekunder-dan-
tersier.html

april, 18 2018 tgl 22 oktober 2018 pukul 15.05

Pencegahan HIV/AIDS
1. Primer
Pencegahan primer dilakukan sebelum seseorang terinfeksi HIV. Hal ini
diberikan pada seseorang yang sehat secara fisik dan mental. Pencegahan ini
tidak bersifat terapeutik, tidak menggunakan tindakan yang terapeutik dan
tidak menggunakan identifikasi gejala penyakit. Pencegahan ini meliputi dua
hal, yaitu:

a. Peningkatan kesehatan, misalnya: dengan pendidikan kesehatan reproduksi


tentang HIV/AIDS, standarisasi nutrisi, menghindari seks bebas screening,
dan sebagainya.
b. Perlindungan khusus, misalnya: imunisasi, kebersihan pribadi, atau
pemakaian kondom.
2. Sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) agar
tidak mengalami komplikasi atau kondisi yang lebih buruk. Pencegahan ini
dilakukan melalui pembuatan diagnosa dan pemberian intervensi yang tepat
sehingga dapat mengurangi keparahan kondisi dan memungkinkan ODHA
tetap bertahan melawan penyakitnya. Pencegahan sekunder terdiri dari teknik
skrining dan pengobatan penyakit pada tahap dini. Hal ini dilakukan dengan
menghindarkan atau menunda keparahan akibat yang ditimbulkan dari
perkembangan penyakit atau meminimalkan potensi tertularnya penyakit lain.
3. Tersier
Pencegahan tersier dilakukan ketika seseorang teridentifikasi terinfeksi
HIV/AIDS dan mengalami ketidakmampuan permanen yang tidak dapat
disembuhkan. Pencegahan ini terdiri dari cara meminimalkan akibat penyakit
atau ketidakmampuan melalui intervensi yang bertujuan mencegah komplikasi
dan penurunan kesehatan. Kegiatan pencegahan tersier ditujukan untuk
melaksanakan rehabilitasi, dari pada pembuatan diagnosa dan tindakan
penyakit. Perawatan pada tingkat ini ditujukan untuk membantu ODHA
mencapai tingkat fungsi setinggi mungkin, sesuai dengan keterbatasan yang
ada akibat HIV/AIDS. Tingkat perawatan ini bisa disebut juga perawatan
preventive, karena di dalamnya terdapat tindak pencegahan terhadap kerusakan
atau penurunan fungsi lebih jauh. Misalnya, dalam merawat seseorang yang
terkena HIV/AIDS, disamping memaksimalkan aktivitas ODHA dalam
aktivitas sehari-hari di masyarakat, juga mencegah terjadinya penularan
penyakit lain ke dalam penderita HIV/AIDS. Mengingat seseorang yang
terkena HIV/AIDS mengalami penurunan imunitas dan sangat rentan tertular
penyakit lain.
Selain hal-hal tersebut, pendekatan yang dapat digunakan dalam upaya
pencegahan penularan infeksi HIV/AIDS adalah penyuluhan untuk
mempertahankan perilaku tidak beresiko. Hal ini bisa dengan menggunakan
prinsip ABCDE yang telah dibakukan secara internasional sebagai cara efektif
mencegah infeksi HIV/AIDS lewat hubungan seksual. ABCDE ini meliputi:
a. A = abstinensia, tidak melakukan hubungan seks terutama seks berisiko
tinggi dan seks pranikah.
b. B = be faithful, bersikap saling setia dalam hubungan perkawinan atau
hubungan tetap.
c. C = condom, cegah penularan HIV dengan memakai kondom secara benar
dan konsisten untuk para penjaja seksual.
d. D = drugs, hindari pemakaian narkoba suntik.
e. E = equipment , jangan memakai alat suntik bergantian.
Upaya penanggulangan penyakit HIV/AIDS dapat dilakukan dengan
menyediakan Rumah Sakit atau tempat perawatan khusus bagi pasien penderita
HIV/AIDS dan dijaga sedemikian rupa sehingga penularan kepada yang sehat
dapat dicegah serta melakukan pemantauan secara terus menerus untuk melihat
perkembangan masalah AIDS agar masalah AIDS ini dapat ditangani dengan
baik.
https://mayangnovika1114.blogspot.com/2018/04/pencegahan-primer-sekunder-
tersier-pada.html

juni, 28 2018 tgl 22 oktober 2018 pukul15.10

Pencegahan HIV/AIDS

 Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya agar orang sehat tetap
sehat atau mencegah orang sehat menjadi sakit. Pencegahan primer
merupakan hal yang paling penting, terutama dalam merubah perilaku.
1. Melalui hubungan seksual.
HIV dapat menyebar melalui hubungan seks pria ke wanita, wanita ke pria
maupun pria ke pria. Hubungan melalui seks ini dapat tertular melalui cairan
tubuh penderita HIV yakni cairan mani, cairan vagina dan darah.
Upaya pencegahannya adalah dengan cara, tidak melakukan hubungan
seksual bagi orang yang belum menikah, dan melakukan hubungan seks
hanya dengan satu pasangan saja yang setia dan tidak terinfeksi HIV atau
tidak berganti-ganti pasangan.
2. Melalui darah.
Penularan AIDS melalui darah terjadi dengan cara transfusi yang
mengandung HIV, penggunaan jarum suntik atau alat tusuk lainnya
(akupuntur, tato, tindik) bekas digunakan orang yang mengidap HIV tanpa
disterilkan dengan baik. Juga penggunaan pisau cukur, gunting kuku, atau
sikat gigi bekas pakai orang yang mengidap virus HIV.
Upaya pencegahannya dengan cara, darah yang digunakan untuk transfusi
diusahakan terbebas dari HIV dengan memeriksa darah donor.
3. Melalui ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya.
Penularan dapat terjadi pada waktu bayi masih berada dalam kandungan,
pada waktu persalinan dan sesudah bayi dilahirkan serta pada saat
menyusui. ASI juga dapat menularkan HIV, tetapi bila wanita sudah terinfeksi
pada saat mengandung maka ada kemungkinan bayi yang dilahirkan sudah
terinfeksi HIV. Maka dianjurkan agar seorang ibu tetap menyusui anaknya
sekalipun HIV.

 Pencegahan Sekunder

Infeksi HIV/AIDS menyebabkan menurunnya sistem imun secara progresif


sehingga muncul berbagai infeksi oportunistik yang akhirnya dapat berakhir
pada kematian. Sementara itu, hingga saat ini belum ditemukan obat maupun
vaksin yang efektif. sehingga pengobatan HIV/AIDS dapat dibagi dalam tiga
kelompok sebagai berikut :

1. Pengobatan suportif yaitu pengobatan untuk meningkatkan keadaan


umum penderita. Pengobatan ini terdiri dari pemberian gizi yang baik, obat
simptomatik dan pemberian vitamin.

2. Pengobatan infeksi opurtunistik merupakan pengobatan untuk


mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang menyertai infeksi
HIV/AIDS. 28 Jenis-jenis mikroba yang menimbulkan infeksi sekunder adalah
protozoa (Pneumocystis carinii, Toxoplasma, dan Cryptotosporidium), jamur
(Kandidiasis), virus (Herpes, cytomegalovirus/CMV, Papovirus) dan bakteri
(Mycobacterium TBC, Mycobacterium ovium intra cellular, Streptococcus,
dll).

3. Pengobatan antiretroviral (ARV), ARV bekerja langsung menghambat


enzim reverse transcriptase atau menghambat kinerja enzim protease.
Pengobatan ARV terbukti bermanfaat memperbaiki kualitas hidup,
menjadikan infeksi opurtunistik Universitas Sumatera Utara menjadi jarang
dan lebih mudah diatasi sehingga menekan morbiditas dan mortalitas dini,
tetapi ARV belum dapat menyembuhkan pasien HIV/AIDS ataupun
membunuh HIV.

 Pencegahan Tersier

ODHA perlu diberikan dukungan berupa dukungan psikososial agar penderita


dapat melakukan aktivitas seperti semula/seoptimal mungkin. Misalnya :
1. Memperbolehkannya untuk membicarakan hal-hal tertentu dan
mengungkapkan perasaannya.
2. Membangkitkan harga dirinya dengan melihat keberhasilan hidupnya atau
mengenang masa lalu yang indah.
3. Menerima perasaan marah, sedih, atau emosi dan reaksi lainnya.
4. Mengajarkan pada keluarga untuk mengambil hikmah, dapat
mengendalikan diri dan tidak menyalahkan diri atau orang lain.
5. Selain itu perlu diberikan perawatan paliatif (bagi pasien yang tidak dapat
disembuhkan atau sedang dalam tahap terminal) yang mencakup, pemberian
kenyamanan (seperti relaksasi dan distraksi, menjaga pasien tetap bersih
dan kering, memberi toleransi maksimal terhadap permintaan pasien atau
keluarga), pengelolaan nyeri (bisa dilakukan dengan teknik relaksasi,
pemijatan, distraksi, meditasi, maupun pengobatan antinyeri), persiapan
menjelang kematian meliputi penjelasan yang memadai tentang keadaan
penderita, dan bantuan mempersiapkan pemakaman.

Anda mungkin juga menyukai