Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi II


Asuhan Keperawatan Pada Persalinan dengan Komplikasi
Ketuban Pecah Prematur (KPP)

Fasilitator
Retnaayu Pradanie, S.Kep., Ns., M.Kep.

Kelompok 1/ Kelas A2:


Alfi Rahmawati Mufidah 131511133041
Dyah Rohmatussolichah 131511133043
Hesti Lutfia Arif 131511133050
Fifa Nasrul Ummah 131511133056
Alip Nur Apriliyani 131511133063
Ni Komang Ayu Santika 131511133066
Ayu Rahmawati 131511133075
Regina Dwi Fridayanti 131511133130

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Persalinan dengan Komplikasi: Ketuban Pecah Prematur (KPP)”
dengan tepat waktu. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam
mata kuliah Keperawatan Reproduksi II di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Selanjutnya, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang
membantu baik moril maupun materil dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada Ibu
Retnayu Pradanie, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku fasilitator pada mata kuliah Keperawatan
Reproduksi I di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
baik pada penulisan maupun isi dalam makalah ini. Untuk itu, penulis mengharapkan adanya
kitik dan saran dari semua pihak sebagai penyempurna makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Surabaya, Februari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar Isi ........................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3. Tujuan ................................................................................................... 2
1.4. Manfaat ................................................................................................. 3
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1. Definisi Ketuban Pecah Prematur (KPP) .......................................... 3
2.2. Etiogi Ketuban Pecah Prematur (KPP) ............................................. 3
2.3. Patofisiologi Ketuban Pecah Prematur (KPP) .................................. 4
2.4. WOC Ketuban Pecah Prematur (KPP) ............................................. 6
2.5. Manifestasi Klinis Ketuban Pecah Prematur (KPP) ....................... 7
2.6. Pemeriksaan Diagnostik Ketuban Pecah Prematur (KPP) ................ 7
2.7. Pemeriksaan Penunjang Ketuban Pecah Prematur (KPP) ................ 7
2.8. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Prematur (KPP) ............................ 8
2.9. Komplikasi Ketuban Pecah Prematur (KPP) .................................. 11
2.10. Asuhan Keperawatan Teori Ketuban Pecah Prematur (KPP) ......... 11
BAB III Asuhan Keperawatan Kasus ........................................................... 18
BAB IV Kesimpulan ....................................................................................... 31
Daftar Pustaka ................................................................................................ 32

iii
`BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketuban Pecah Prematur (KPP) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Sebagian besar ketuban pecah prematur yang terjadi pada umur kehamilan
diatas 37 minggu, sedangkan pada umur kehamilan kurang 36 minggu tidak terlalu
banyak. Ketuban pecah prematur merupakan masalah kontroversial obstetric dalam
kaitannya dengan penyebabnya. Pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya
menyebabkan kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas yang akan
meningkatkan kesakitan dan kematian ibu maupun janinnya (Manuaba, 2009).
Insidensi ketuban pecah prematur berkisar antara 8 % sampai 10 % dari semua
kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6% sampai 19 %,
sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2 % dari semua kehamilan (Sualman,
2009). Kejadian ketuban pecah prematur di Amerika Serikat terjadi pada 120.000
kehamilan per tahun dan berkaitan dengan resiko tinggi terhadap kesehatan dan
keselamatan ibu, janin dan neonatal (Mercer, 2003).
Asuhan keperawatan sistem reproduksi yang di berikan seorang perawat
profesional sangat mempengaruhi kualitas pelayanan pada klien dengan ketuban pecah
prematur. Mengingat kompleksnya permasalahan kesehatan ini maka perlu
sumberdaya manusia yang professional dan sehingga mampu memberikan tindakan
tepat terhadap permasalahan kesehatan pada kasus ketuban pecah prematur.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan ketuban pecah prematur?
1.2.2 Apa saja penyebab terjadinya atau etiologi pada ketuban pecah prematur?
1.2.3 Bagaimanakah patofisiologi pada ketuban pecah prematur?
1.2.4 Bagaimanakah manifestasi klinis pada ketuban pecah prematur?
1.2.5 Bagaimanakah WOC pada ketuban pecah prematur?
1.2.6 Apa saja pemeriksaan diagnostik yang digunakan pada ketuban pecah
prematur?
1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan pada ketuban pecah prematur?
1.2.8 Apa saja komplikasi akibat ketuban pecah prematur?
1.2.9 Bagaimana asuhan keperawatan pada ketuban pecah prematur?

1
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Setelah proses pembelajaran diharapkan mahasiswa mampu memahami
konsep dan teori serta asuhan keperawatan pada klien dengan ketuban pecah
prematur.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami definisi dari ketuban pecah
prematur.
2. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami etiologi dari ketuban pecah
prematur.
3. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami patofisiologi pada ketuban pecah
prematur.
4. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami WOC pada ketuban pecah
prematur.
5. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami manifestasi klinis pada klien
dengan ketuban pecah prematur.
6. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami pemeriksaan penunjang yang
digunakan pada klien dengan ketuban pecah prematur.
7. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami penatalaksanaan pada klien
dengan ketuban pecah prematur.
8. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami komplikasi pada klien dengan
ketuban pecah prematur.
9. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami asuhan keperawatan pada klien
dengan ketuban pecah prematur.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Ketuban Pecah Prematur (KPP)


Ketuban Pecah Premature (KPP) adalah pecahnya ketuban sebelum waktu
melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho,
2010). KPP adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya persalinan
yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum usia kehamilan mencapai 37
minggu dengan atau tanpa kontraksi (Mitayani, 2009).
KPP atau Premature Rupture of the Membranes (PROM) adalah pecahnya selaput
ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan (Manuaba, 2008).
2.2. Etiologi Ketuban Pecah Prematur (KPP)
Etiologi pada sebagian besar kasus tidak diketahui. Namun, ada beberapa hal yang
menjadi penyebab pecahnya ketuban secara premature, hal-hal tersebut diantaranya
adalah:
a. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot
leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin
yang semakin besar. Inkompetensi serviks adalah serviks dengan suatu kelainan
anatomi yang nyata, disebabkan laserasi. Sebelumnya melalui ostium uteri atau
merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya
dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester
kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan
selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2002).
b. Peninggian tekanan intra uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah prematur. Misalnya:
a) Trauma: hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b) Gemelli (kehamilan kembar) adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena
jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban )
relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga
3
mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah.
(Saifudin. 2002)
c) Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan
makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan
menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput
ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan
membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah
(Winkjosastro, 2006).
d) Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus
dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis
adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur.
Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan
mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.
c. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
d. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo
pelvic disproporsi)
e. Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran organisme
vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnya selaput
ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
f. Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang
meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkan terjadinya
proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga
memudahkan ketuban pecah.
g. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
h. Riwayat KPD sebelumya
i. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
j. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
2.3. Patofisiologi Ketuban Pecah Prematur (KPP)
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi
kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban. Banyak mikroorganisme
4
servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat meningkatkan konsentrasi secara
local asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa
dan selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium. Pada infeksi juga dihasilkan
produk sekresi akibat aktivitas monosit/makrofag, yaitu sitokrin, interleukin 1, factor
nekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-
paru janin dan ginjal janin yang ditemukan dalam cairan amnion, secara sinergis juga
mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam cairan amnion
juga akan merangsang sel-sel disidua untuk memproduksi sitokin dan kemudian
prostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan.
Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain
terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi. Enzim bacterial dan atau
produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan
kelemahan dan rupture kulit ketuban. Banyak flora servikoginal komensal dan
patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang
menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban. Elastase leukosit polimorfonuklear secara
spesifik dapat memecah kolagen tipe III pada manusia, membuktikan bahwa infiltrasi
leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat
menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini.
Enzim hidrolitik lain, termasuk katepsin B, katepsin N, kolagenase yang
dihasilkan netrofil dan makrofag, nampaknya melemahkan kulit ketuban. Sel inflamasi
manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah plasminogen menjadi
plasmin, potensial, potensial menjasi penyebab ketuban pecah dini (Taylor, 2009)

5
2.4. WOC Ketuban Pecah Prematur (KPP)

6
2.5. Manifestasi Klinis Ketuban Pecah Prematur (KPP)
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah keluarnya cairan
ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau
amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran. Tetapi bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di
bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam,
bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Manuaba, 2010).
2.6. Pemeriksaan Diagnostik Ketuban Pecah Prematur (KPP)
Diagnosis ketuban pecah dini meragukan kita, apakah ketuban benar sudah pecah
atau belum. Apalagi bila pembukaan kanalis servikal belum ada atau kecil. Penegakkan
diagnosis KPD dapat dilakukan dengan berbagai cara yang meliputi :
a) Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di vagina.
b) Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, vernik kaseosa, rambut lanugo
dan kadang-kadang bau kalau ada infeksi.
c) Dari pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan ketuban dari cairan servikalis.
d) Test nitrazin/lakmus, kertas lakmus merah berubah menjadi biru (basa) bila ketuban
sudah pecah.
e) Pemeriksan penunjang dengan menggunakan USG untuk membantu dalam
menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta serta jumlah air
ketuban. Pemeriksaan air ketuban dengan tes leukosit esterase, bila leukosit darah
lebih dari 15.000/mm3, kemungkinan terdapat adanya infeksi (Sarwono, 2010).
2.7. Pemeriksaan Penunjang Ketuban Pecah Prematur (KPP)
A. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan PHnya.
1) Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
,menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
2) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering, pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
B. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit (Manuaba, 2009).

7
2.8. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Prematur (KPP)
Penatalaksanaan KPD memerlukan pertimbangan usia kehamilan, adanya infeksi
pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. Penanganan ketuban
pecah dini menurut Sarwono (2010), meliputi :
A. Konserpatif
1) Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada ibu
maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
2) Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak tahan
ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3) Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar,
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4) Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes buss
negativ beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan
janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.
5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi.
7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).
8) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu kematangan
paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap
minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
9) Pantau TTV secara berkala, dan rekomendasikan ibu untuk bedrest
B. Aktif
1) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan persalinan
diakhiri.
3) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
4) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
5) Pantau TTV secara berkala dan catat bila ada perubahan

8
Sedangkan menurut Abadi (2008) membagi penatalaksanaan ketuban pecah dini
pada kehamilan aterm, kehamilan pretem, ketuban pecah dini yang dilakukan induksi,
dan ketuban pecah dini yang sudah inpartu.
1) Ketuban pecah dengan kehamilan aterm
Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm yaitu : diberi antibiotika, Observasi
suhu rektal tidak meningkat, ditunggu 24 jam, bila belum ada tanda-tanda inpartu
dilakukan terminasi. Bila saat datang sudah lebih dari 24 jam, tidak ada tanda-tanda
inpartu dilakukan terminasi
2) Ketuban pecah dini dengan kehamilan prematur
Penatalaksanaan KPD pada kehamilan prematur yaitu :
a. EFW (Estimate Fetal Weight) < 1500 gram yaitu pemberian Ampicilin 1 gram/
hari tiap 6 jam, IM/ IV selama 2 hari dan gentamycine 60-80 mg tiap 8-12 jam
sehari selama 2 hari, pemberian Kortikosteroid untuk merangsang maturasi paru
(betamethasone 12 mg, IV, 2x selang 24 jam), melakukan Observasi 2x24 jam
kalau belum inpartu segera terminasi, melakukan Observasi suhu rektal tiap 3
jam bila ada kecenderungan meningkat > 37,6°C segera terminasi
b. EFW (Estimate Fetal Weight) > 1500 gram yaitu melakukan Observasi 2x24
jam, melakukan Observasi suhu rectal tiap 3 jam, Pemberian
antibiotika/kortikosteroid, pemberian Ampicilline 1 gram/hari tiap 6 jam, IM/IV
selama 2 hari dan Gentamycine 60-80 mg tiap 8-12 jam sehari selama 2 hari,
pemberian Kortikosteroid untuk merangsang meturasi paru (betamethasone 12
mg, IV, 2x selang 24 jam ), melakukan VT selama observasi tidak dilakukan,
kecuali ada his/inpartu, Bila suhu rektal meningkat >37,6°C segera terminasi,
Bila 2x24 jam cairan tidak keluar, USG: bagaimana jumlah air ketuban :Bila
jumlah air ketuban cukup, kehamilan dilanjutkan, perawatan ruangan sampai
dengan 5 hari, Bila jumlah air ketuban minimal segera terminasi. Bila 2x24 jam
cairan ketuban masih tetap keluar segera terminasi, Bila konservatif sebelum
pulang penderita diberi nasehat : Segera kembali ke RS bila ada tanda-tanda
demam atau keluar cairan lagi, Tidak boleh coitus, Tidak boleh manipulasi
digital, dan usahakan untuk tidak terlalu banyak aktifitas.

9
Rekomendasi dalam penatalaksanaan KPD (Himpunan Kedokteran Feto
Maternal, 2016) :
Berdasarkan literatur yang ada dan terkini serta level of evidence masing-masing
pernyataan, direkomendasikan penatalaksanaan (diagnosis, pemeriksaan antenatal, dan
medikamentosa) seperti berikut ini:
a. Diagnosis KPD spontan paling baik didapatkan dari anamnesis dan pemeriksaan
spekulum steril (Rekomendasi B)
b. Pemeriksaan USG berguna pada beberapa kasus untuk mengkonfirmasi USG
(Rekomendasi B)
c. Ibu hamil harus dipantau tanda tanda klinis dari korioamnionitis (Rekomendasi B)
d. Uji darah ibu, CRP, swab vagina setiap minggu tidak perlu dilakukan karena
sensitivitas dalam mendeteksi infeksi intrauterin yang sangat rendah (Rekomendasi
B)
e. Kardiotokografi berguna untuk dilakukan karena takikardia fetal adalah salah satu
definisi dari korioamnionitis. Skor profil biofisik dan velosimetri Doppler dapat
dilakukan namun ibu hamil harus diinformasikan bahwa uji tersebut memiliki
keterbatasan dalam memprediksi infeksi fetus. (Rekomendasi B)
f. Amniosentesis tidak memiliki cukup bukti untuk memperbaiki outcome sebagai cara
diagnosis infeksi intrauterin. (Rekomendasi B)
g. Eritromisin perlu diberikan 10 hari paskadiagnosis KPD preterm (Rekomendasi A)
h. Kortikosteroid antenatal harus diberikan pada wanita dengan KPD preterm
(Rekomendasi A)
i. Tokolisis pada KPD preterm tidak direkomendasikan karena penatalaksanaan ini
tidak secara signifikan memperbaiki outcome perinatal (Rekomendasi A)
j. Persalinan harus dipikirkan pada usia gestasi 34 minggu. Ketika manajemen
ekspektatif mungkin di atas usia gestasi ini, ibu harus tetap diinformasikan bahwa
ada resiko korioamnionitis yang meningkat dan resiko masalah respirasi neonatus
yang menurun. (Rekomendasi B)
k. Amnioinfus selama persalinan tidak direkomendasikan pada wanita dengan KPD
karena tidak ada bukti yang cukup. Amnioinfusi juga tidak terbukti mencegah
hipoplasia pulmoner.
l. Tidak ada bukti yang cukup bahwa fibrin sealants adalah tatalaksana rutin dari
oligohidramnion trimester kedua karena KPD preterm.

10
2.9. Komplikasi Ketuban Pecah Prematur (KPP)
1) Deformitas Janin
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan.
Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia
karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau
gagalnya persalinan normal (Mochtar, 2011).
2) Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam
setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28- 34 minggu 50% persalinan dalam
24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu
(Mochtar, 2011).
3) Risiko Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu terjadi
korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis.
Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini
premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi
sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten (Mochtar,
2011).
4) Asfiksia dan Hipoksia
Pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi
asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat
oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat. Ketuban pecah
dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan
disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal
(Mochtar, 2011).
4.1. Asuhan Keperawatan Teori Ketuban Pecah Prematur (KPP)
2.9.1 Pengkajian
a. Biodata klien
Biodata klien berisi tentang : nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku,
agama, alamat, no. medical record, nama suami, umur, pendidikan, pekerjaan,
suku, agama, alamat, tanggal pengkajian.
b. Keluhan utama

11
Keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau/kecoklatan sedikit /
banyak, pada periksa dalam selaput tidak ada, air ketuban sudah kering,
inspeksikula tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering
c. Riwayat haid
Umur menarche pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal
partus
d. Riwayat perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan
sah atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua?
e. Riwayat obstetri
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium: USG , darah,
urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi,
upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh.
f. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan
yang dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut
diderita sampai saat ini atau kambuh berulang – ulang.
g. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara
genetik seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit
menular, kelainan kongenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita
oleh keluarga.
h. Kebiasaan sehari –hari
 Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan
nafsu makan, frekuensi minum klien juga mengalami penurunan
 Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD mengalami nyeri pada daerah
pinggang sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah
terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum)
 Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin),hilangnya kontrol
blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa

12
takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB,
freguensi, konsistensi,rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan
penggunaan toilet.
 Personal hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan
pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan
wajah
 Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan
KPD di anjurkan untuk bedresh total
 Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan
yang membuat fresh dan relaks.
i. Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan kesadaran klie, BB / TB, tekanan darah, nadi, pernafasan dan
suhu
 Head To Toe
- Rambut : warna rambut, jenis rambut, bau nya, apakah ada luka lesi /
lecet
- Mata : sklera nya apakah ihterik / tdk, konjungtiva anemis / tidak,
apakah palpebra oedema / tidak,bagaimana fungsi penglihatan nya baik
/ tidak, apakah klien menggunakan alat bantu penglihatan /tidak. Pada
umumnya ibu hamil konjungtiva anemis
- Telinga : apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat serumen
/ tidak, apakah klien menggunakan alat bantu pendengaran / tidak,
bagaimana fungsi pendengaran klien baik / tidak
- Hidung : apakah klien bernafas dengan cuping hidung / tidak, apakah
terdapat serumen / tidak, apakah fungsi penciuman klien baik / tidak
- Mulut dan gigi : bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah
lembab atau kering, keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan
pendarahan, apakah ada karies gigi / tidak, keadaan lidah klien bersih /
tidak, apakah keadaan mulut klien berbau / tidak. Pada ibu hamil pada
umum nya berkaries gigi, hal itu disebabkan karena ibu hamil
mengalami penurunan kalsium
- Leher : apakah klien mengalami pembengkakan tyroid
- Paru – paru

13
Inspeksi : warna kulit, apakah pengembangan dada nya simetris kiri
dan kanan, apakah ada terdapat luka memar / lecet, frekuensi
pernafasan nya
Palpasi : apakah ada teraba massa / tidak , apakah ada teraba
pembengkakan / tidak, getaran dinding dada apakah simetris / tidak
antara kiri dan kanan
Perkusi : bunyi Paru
Auskultasi : suara nafas
- Jantung
Inspeksi : warna kulit, apakah ada luka lesi / lecet, ictus cordis apakah
terlihat / tidak
Palpasi : frekuensi jantung berapa
Perkusi : bunyi jantung
Auskultasi : apakah ada suara tambahan / tidak pada jantung klien
- Abdomen
I : keadaan perut, warna nya, apakah ada / tidak luka lesi dan lecet
P : tinggi fundus klien, letak bayi, persentase kepala apakah sudah
masuk PAP / belum
P : bunyi abdomen
A : bising usu klien, DJJ janin apakah masih terdengar/tidak
- Payudara : puting susu klien apakah menonjol / tidak,warna aerola,
kondisi mamae, kondisi ASI klien, apakah sudah mengeluarkan ASI
/belum
- Ekstremitas
Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi / memar, apakah ada oedema /
tidak
Bawah : apakah ada luka memar / tidak , apakah oedema / tidak
- Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema / tidak
pada daerah genitalia klien
- Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit baik / tidak.

14
2.9.2 Diagnosa Keperawatan
a) Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban,
kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen
b) Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadinya ketegangan
otot rahim
c) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau konfirmasi tentang
penyakit
d) Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri,
peningkatan HIS

2.9.3 Intervensi Keperawatan


No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1 Risiko infeksi Tujuan :  Tinjau ulang kondisi  Dasar ibu, seperti
infeksi tidak terjadi / faktor risiko yang diabetes atau
pada ada hemoragi,
ibu sebelumnya. Catat menimbulkan
Kriteria Hasil: waktu pecah potensial resiko
pencapaian tepat ketuban. infeksi atau
waktu  Kaji terhadap tanda penyembuhan luka
pada pemulihan luka dan gejala infeksi yang buruk. Resiko
tanpa komplikasi (misalnya: korioamnionitis
peningkatan suhu, meningkat dengan
nadi, jumlah sel berjalannya waktu,
darah putih, atau sehingga
bau/warna rabas meningkatkan resiko
vagina). infeksi ibu dan
 Berikan perawatan janin.
perineal sedikitnya  Pecah ketuban
setiap 4 jam bila terjadi 24jam
ketuban telah pecah sebelum
pembedahan dapat
menyebabkan

15
amnionitis sebelum
intervensi bedah dan
dapat mengubah
penyembuhan luka.
 Untuk mencegah
agar tidak terjadi
infeksi
2 Gangguan rasa Tujuan :  Monitor tanda-tanda  Nyeri dapat
nyaman : nyeri rasa nyeri berkurang vital :TD, mengakibatkan
pernafasan, nadi dan peningkatan
Kriteria hasil : suhu frekuesni pernafasan
- klien tampak  Ajarkan klien teknik dan nadi
tenang relaksasi  Untuk mengurangi
- klien tampak  Atur posisi klien rasa nyeri yang
nyaman  Berikan lingkungan dirasakan klien
yang nyaman dan  Untuk memberikan
batasi pengunjung kenyamanan pada
klien
 Agar klien dapat
beristirahat
3 Ansietas Tujuan :  Tinjau proses  Memberikan
pengetahuan klien penyakit dan pengetahuan dasar
bertambah setelah harapan masa depan dimana klien dapat
diberikan informasi  Dorong periode membuat pilihan
mengenai istirahat yang  Agar klien tidak
penyakitnya adekuat dengan merasa jenuh dan
aktifitas terjadwal mempercepat proses
Kriteria Hasil :  Berikan pelayanan penyembuhan
Klien tidak resah kesehatan mengenai  Agar klien mengerti
lagi dengan penyakit nya dengan bahaya nya
peyakitnya infeksi dan
menunjukkan penyakitnya
pemahaman akan

16
proses penyakit dan
prognosis

4 Gangguan pola Tujuan :  Lakukan pengkajian  Agar dapat


tidur Kebutuhan terhadap gangguan memberikan
istirahat tidur klien kebutuhan tidur gambaran sampai
terpenuhi  Motivasi klien agar sejauh mana
mengalihkan kebutuhan tidur
Kriteria Hasil : perhatian terganggu
- Klien dapat  Monitor kebutuhan  Dengan
tidur dengan tidur mengalihkan
tenang dan perhatian, maka
tidak gelisah perhatian klien tidak
- Klien hanya tertuju pada
menunjukkan rasa nyeri sehingga
pola tidur yang membantu relaksasi
adekuat pada klien sewaktu
tidur.
 Untuk mengetahui
apakah kebutuhan
tidur klien terpenuhi
seperti biasa atau
belum

17
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Kasus:

Ny. L (26 tahun) datang ke RS X dengan keluhan keluar cairan per vagina yang berwarna
putih keruh. Cairan tersebut keluar pada jam 5 sore, 15 jam sebelum klien datang ke rumah
sakit. Saat ini klien tengah hamil anak pertama dengan usia kehamilan 36 minggu. Klien
mengatakan takut terjadi sesuatu dengan bayinya. Selama dianamnesa klien terlihat lemah
dan cemas. Klien tidak memiliki riwayat penyakit kronis, namun sejak usia kehamilan 30
minggu klien memiliki riwayat polihyramnion. Hasil pemeriksaan menunjukkan TD: 120/90
mmHg, nadi: 84 x/menit, RR: 24 x/menit, suhu 37,5oC. Diagnosa medis: Ketuban Pecah
Prematur.

A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas
Nama : Ny L
Usia : 26 tahun
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia

Nama suami : Tn M
Usia : 28 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Surabaya
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia

18
b. Riwayat kesehatan
1) Alasan masuk
Klien datang ke RS X dengan keluhan keluar cairan per vagina berwarna putih
keruh
2) Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan cairan berwarna putih keruh keluar per vagina pada jam 5
sore, 15 jam sebelum klien datang ke rumah sakit. Saat ini klien tengah hamil
anak pertama dengan usia kehamilan 36 minggu. Sejak usia kehamilan 30
minggu klien memiliki riwayat polihyramnion.
3) Riwayat penyakit dahulu
Klien tidak memiliki riwayat penyakit kronis.
4) Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang dapat diturunkan pada klien.
5) Riwayat haid
Menarche pada umur 13 tahun
Siklus haid 30 hari, lamanya 5 hari, saat haid sebanyak 3-4 kali ganti pembalut
sehari, keluhan waktu haid : nyeri saat 2 hari pertama
HPHT 23 Mei 2017
6) Riwayat kontrasepsi
Klien mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya.
7) Riwayat kehamilan
G1P0000
Usia kehamilan 36 minggu

c. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
Kesadaran: Compos mentis
TTV: TD= 120/90 mmHg, nadi= 84 x/menit, RR= 24 x/menit, suhu= 37,5oC
 Pemeriksaan head to toe
1) Kulit
Warna kulit sawo matang; turgor kulit baik.
2) Rambut
Rambut warna hitam; tidak berketombe; tidak mudah patah.

19
3) Leher
Bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis.
4) Mata
Konjungtiva ananemis; sclera anikterik.
5) Gigi dan mulut
Mukosa mulut lembab; tidak ada caries; keadaan mulut bersih.
6) Dada
Dada simetris; tidak ada dipsnea.
7) Payudara
Bentuk payudara simetris, konsitensi kenyal, ada pembesaran, putting susu
menonjol, aerola berwarna kehitaman, tidak ada pelebaran vena sekitar
payudara, colostrum keluar sejak usia kehamilan 8 bulan
8) Abdomen
a) Inspeksi
Bentuk perut bundar, posisi menonjol kedepan, terdapat linea gravida dan
stretch mark
b) Palpasi
Pada pemeriksaan leopold ditemukan:
Leopold I : Tinggi fundus Uteri 30 cm dari simpisis pubis
Leopold II : Letak janin punggung kanan (PUKA)
Leopold III : Bagian terbawah janin adalah letak kepala
Leopold IV : Janin belum masuk pintu atas panggul (konvergen) atau
hanya
sebagian kecil dari kepala turun kedalam rongga panggul.
c) Auskultasi
Dengan menggunakan doppler fetal terdengar denyut jantung janin 155
kali/ menit
9) Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas atas dan bawah tidak ditemukan oedema.
10) Genetalia
Pada vulva terdapat oedema, tidak terdapat varises serta tanda tanda infeksi,
keluar cairan pervaginam berwarna putih keruh, belum ada prmbukaan servix

20
B. Analisa Data
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 DS: Polihydramnion Risiko cedera
Klien mengatakan keluar pada janin
cairan per vagina yang Peningkatan tekanan intra
berwarna putih keruh dari 15 uteri
jam yang lalu.
Servix tidak dapat menahan
DO: tekanan intra uteri
 Tinggi fundus Uteri 30 cm
dari simpisis pubis Ketuban pecah premature
 DJJ: 155 kali/ menit
Air ketuban dalam uteri
berkurang

Penekanan pada janin

Risiko cedera janin


2 DS: Polihydramnion Risiko infeksi
Klien mengatakan keluar
cairan per vagina yang Peningkatan tekanan intra
berwarna putih keruh dari 15 uteri
jam yang lalu.
Servix tidak dapat menahan
DO: tekanan intra uteri
 Tinggi fundus Uteri 30 cm
dari simpisis pubis Ketuban pecah premature
 Dari pemeriksaan genitalia
terlhat keluar cairah putih Tidak ada perlindungan dari
keruh dunia luar dengan daerah
 TTV: uteri
TD= 120/90 mmHg,

21
Nadi= 84 x/menit, Mikroorganisme mudah
RR= 24 x/menit, masuk
Suhu= 37,5oC
Risiko infeksi
3 DS: Polihydramnion Ansietas
Klien mengatakan takut tejadi
sesuatu dengan bayinya. Peningkatan tekanan intra
uteri
DO:
 Klien tampak cemas Servix tidak dapat menahan
 Klien beberapa kali tekanan intra uteri
menanyakan keadaan
bayinya Ketuban pecah premature

Kurangnya pengetahuan ibu


mengenai penyakit

Ansietas

C. Diagnosa Keperawatan
a) Kategori: Lingkungan, Subkategori: Keamanan dan Proteksi
Risiko cedera pada janin (D.0138)
b) Kategori: Lingkungan, Subkategori: Keamanan dan Proteksi
Risiko Infeksi (D.0142)
c) Kategori: Psikologis, Subkategori: Integritas Ego
Ansietas b.d Kurang terpapar informasi (D.0080)
D. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1 Risiko Cedera Janin Setelah dilakukan tindakan Perawatan Prenatal (6960)
keperawatan 3x24 jam, janin a. Pantau denyut jantung janin
tidak akan mengalami cedera. b. Ukur tinggi fundus dan bandingkan
Dengan kriteria hasil: dengan usia kehamilan

22
Status janin: antepartum c. Pantau gerakan janin
(0111) d. Kaji ulang perubahan pasien pada
a. Detak jantung janin pertumbuhan dan status janin
normal (120-160 x/menit) e. Diskusikan tingkat aktivitas dengan
b. Frekuensi gerakan janin pasien (mis., Latihan yang tepat,
teratur aktivitas yang harus dihindari, dan
c. Pola gerakan janin teratur pentingnya istirahat)
d. Temuan sampel cairan f. Pantau faktor risiko yang
ketuban normal mempengaruhi status kesehatan pasien
e. Kecepatan aliran darah atau janin (mis., gangguan kesehatan
arteri umbilikalis normal mental dan kekerasan pasangan intim)

Perawatan kehamilan risiko tinggi


(6800)
a. Tinjau riwayat obstetris untuk faktor
risiko terkait kehamilan (mis.,
Prematuritas, postmaturitas,
preeklampsia, kehamilan multifetal,
retardasi pertumbuhan intrauterine,
abrupsi, previa, sensitisasi Rh, ruptur
membran awal, dan riwayat kelainan
genetik keluarga)
b. Diskusikan risiko janin yang terkait
dengan kelahiran prematur pada
berbagai usia kehamilan
c. Ajarkan jumlah pergerakan janin
d. Lakukan tes untuk mengevaluasi
status janin dan fungsi plasenta,
seperti nonstress, tantangan oksitosin,
profil biofisik, dan tes ultrasound.
2 Domain 11: Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi (6540)
Keamanan/Perlindu keperawatan 3x24 jam, klien a. Pertahankan lingkungan aseptis yang
ngan. Kelas 1. tidak mengalami infeksi. optimal selama insersi pada tempat

23
Infeksi. Risiko Dengan kriteria hasil: tidur
Infeksi (0004) Status maternal: b. Ajarkan pasien dan keluarga tentang
antepartum (2509) tanda dan gejala infeksi dan kapan
a. Tekanan darah normal harus melaporkannya ke petugas
b. Denyut nadi radial normal kesehatan
c. Tingkat pernapasan c. Ajarkan pasien dan anggota keluarga
normal bagaimana menghindari infeksi
d. Suhu tubuh normal
e. Jumlah darah normal Perawatan kehamilan resiko tinggi
f. Tidak merasa mual (6800)
g. Tidak merasa muntah a. Tinjau riwayat obstetris untuk faktor
h. Tidak merasa nyeri perut risiko terkait kehamilan (mis.,
i. Tidak ada perdarahan Prematuritas, postmaturitas,
vagina preeklampsia, kehamilan multifetal,
Kontrol risiko: proses retardasi pertumbuhan intrauterine,
infeksi (1924) abrupsi, previa, sensitisasi Rh, ruptur
a. Dapat mengidentifikasi membran awal, dan riwayat kelainan
faktor risiko infeksi genetik keluarga)
b. Dapat mengidentifikasi b. Anjurkan klien dalam teknik
tanda dan gejala infeksi perawatan diri untuk meningkatkan
c. Dapat mengidentifikasi kesehatan (mis., Hidrasi, diet,
strategi untuk modifikasi aktivitas, pentingnya
melindungi diri dari pemeriksaan kehamilan pranatal,
orang lain dengan infeksi normalisasi gula darah, dan tindakan
d. Dapat menggunakan pencegahan seksual, termasuk
layanan kesehatan sesuai pantangan)
dengan kebutuhan c. Pantau status fisik dan psikososial
selama kehamilan
3 Domain 9: Setelah dilakukan tindakan Pengurangan kecemasan (5820)
Koping/Toleransi keperawatan 3x24 jam, a. Berikan informasi faktual mengenai
Stres. Kelas 2. tingkat kecemasan klien diagnosis, pengobatan, dan prognosis
Respons Koping. berkurang. Dengan kriteria b. Ciptakan suasana untuk memfasilitasi
Ansietas b.d hasil: kepercayaan

24
ancaman pada Tingkat kecemasan (1211) c. Dorong verbalisasi perasaan, persepsi,
status terkini a. Kegelisahan berkurang dan ketakutan
(00146) b. Tidak ada peningkatan d. Identifikasi saat tingkat kecemasan
tekanan darah berubah
c. Tidak ada peningkatan e. Bantu pasien mengidentifikasi situasi
denyut nadi yang memicu kecemasan
d. Tidak terjadi gangguan f. Anjurkan pasien tentang penggunaan
tidur teknik relaksasi
e. Tidak terjadi perubahan
pola makan Terapi relaksasi (6040)
a. Jelaskan alasan untuk relaksasi dan
manfaat, batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis., Musik, meditasi,
pernapasan berirama, relaksasi rahang,
dan relaksasi otot progresif)
b. Berikan penjelasan secara rinci
tentang intervensi relaksasi yang
dipilih
c. Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi dengan pasien
d. Kembangkan teknik relaksasi yang
digunakan pasien, jika sesuai
e. Gunakan relaksasi sebagai strategi
ajuvan dengan obat nyeri atau
bersamaan dengan tindakan lain, jika
sesuai

E. Implementasi Keperawatan
Diagnosa
No NIC Implementasi
Keperawatan
1 Risiko Cedera Janin Perawatan Prenatal (6960) Perawatan Prenatal (6960)
a. Pantau denyut jantung janin a. Memantau denyut jantung janin
b. Ukur tinggi fundus dan b. Mengukur tinggi fundus dan

25
bandingkan dengan usia bandingkan dengan usia
kehamilan kehamilan
c. Pantau gerakan janin c. Memantau gerakan janin
d. Kaji ulang perubahan pasien d. Mengkaji ulang perubahan
pada pertumbuhan dan status pasien pada pertumbuhan dan
janin status janin
e. Diskusikan tingkat aktivitas e. Mendiskusikan tingkat aktivitas
dengan pasien (mis., Latihan dengan pasien (mis., Latihan
yang tepat, aktivitas yang harus yang tepat, aktivitas yang harus
dihindari, dan pentingnya dihindari, dan pentingnya
istirahat) istirahat)
f. Pantau faktor risiko yang f. Memantau faktor risiko yang
mempengaruhi status kesehatan mempengaruhi status kesehatan
pasien atau janin (mis., pasien atau janin (mis.,
gangguan kesehatan mental dan gangguan kesehatan mental dan
kekerasan pasangan intim) kekerasan pasangan intim)

Perawatan kehamilan risiko Perawatan kehamilan risiko


tinggi (6800) tinggi (6800)
a. Tinjau riwayat obstetris untuk a. Meninjau riwayat obstetris
faktor risiko terkait kehamilan untuk faktor risiko terkait
(mis., Prematuritas, kehamilan (mis., Prematuritas,
postmaturitas, preeklampsia, postmaturitas, preeklampsia,
kehamilan multifetal, retardasi kehamilan multifetal, retardasi
pertumbuhan intrauterine, pertumbuhan intrauterine,
abrupsi, previa, sensitisasi Rh, abrupsi, previa, sensitisasi Rh,
ruptur membran awal, dan ruptur membran awal, dan
riwayat kelainan genetik riwayat kelainan genetik
keluarga) keluarga)
b. Diskusikan risiko janin yang b. Mendiskusikan risiko janin
terkait dengan kelahiran yang terkait dengan kelahiran
prematur pada berbagai usia prematur pada berbagai usia
kehamilan kehamilan

26
c. Ajarkan jumlah pergerakan c. Mengajarkan jumlah
janin pergerakan janin
d. Melakukan tes untuk d. Melakukan tes untuk
mengevaluasi status janin dan mengevaluasi status janin dan
fungsi plasenta, seperti fungsi plasenta, seperti
nonstress, tantangan oksitosin, nonstress, tantangan oksitosin,
profil biofisik, dan tes profil biofisik, dan tes
ultrasound. ultrasound.
2 Domain 11: Kontrol Infeksi (6540) Kontrol Infeksi (6540)
Keamanan/Perlindu a. Pertahankan lingkungan aseptis a. Mempertahankan lingkungan
ngan. Kelas 1. yang optimal selama insersi aseptis yang optimal selama
Infeksi. Risiko pada tempat tidur insersi pada tempat tidur
Infeksi (0004) b. Ajarkan pasien dan keluarga b. Mengajarkan pasien dan
tentang tanda dan gejala infeksi keluarga tentang tanda dan
dan kapan harus melaporkannya gejala infeksi dan kapan harus
ke petugas kesehatan melaporkannya ke petugas
c. Ajarkan pasien dan anggota kesehatan
keluarga bagaimana c. Mengajarkan pasien dan
menghindari infeksi anggota keluarga bagaimana
menghindari infeksi
Perawatan kehamilan resiko
tinggi (6800) Perawatan kehamilan resiko
a. Tinjau riwayat obstetris untuk tinggi (6800)
faktor risiko terkait kehamilan a. Meninjau riwayat obstetris
(mis., Prematuritas, untuk faktor risiko terkait
postmaturitas, preeklampsia, kehamilan (mis., Prematuritas,
kehamilan multifetal, retardasi postmaturitas, preeklampsia,
pertumbuhan intrauterine, kehamilan multifetal, retardasi
abrupsi, previa, sensitisasi Rh, pertumbuhan intrauterine,
ruptur membran awal, dan abrupsi, previa, sensitisasi Rh,
riwayat kelainan genetik ruptur membran awal, dan
keluarga) riwayat kelainan genetik
b. Anjurkan klien dalam teknik keluarga)

27
perawatan diri untuk b. Menganjurkan klien dalam
meningkatkan kesehatan (mis., teknik perawatan diri untuk
Hidrasi, diet, modifikasi meningkatkan kesehatan (mis.,
aktivitas, pentingnya Hidrasi, diet, modifikasi
pemeriksaan kehamilan aktivitas, pentingnya
pranatal, normalisasi gula pemeriksaan kehamilan
darah, dan tindakan pencegahan pranatal, normalisasi gula
seksual, termasuk pantangan) darah, dan tindakan pencegahan
c. Pantau status fisik dan seksual, termasuk pantangan)
psikososial selama kehamilan c. Memantau status fisik dan
psikososial selama kehamilan
3 Domain 9: Pengurangan kecemasan (5820) Pengurangan kecemasan (5820)
Koping/Toleransi a. Berikan informasi faktual a. Memberikan informasi faktual
Stres. Kelas 2. mengenai diagnosis, mengenai diagnosis,
Respons Koping. pengobatan, dan prognosis pengobatan, dan prognosis
Ansietas b.d b. Ciptakan suasana untuk b. Menciptakan suasana untuk
ancaman pada memfasilitasi kepercayaan memfasilitasi kepercayaan
status terkini c. Dorong verbalisasi perasaan, c. Mendorong verbalisasi
(00146) persepsi, dan ketakutan perasaan, persepsi, dan
d. Identifikasi saat tingkat ketakutan
kecemasan berubah d. Mengidentifikasi saat tingkat
e. Bantu pasien mengidentifikasi kecemasan berubah
situasi yang memicu kecemasan e. Membantu pasien
f. Anjurkan pasien tentang mengidentifikasi situasi yang
penggunaan teknik relaksasi memicu kecemasan
f. Menganjurkan pasien tentang
Terapi relaksasi (6040) penggunaan teknik relaksasi
a. Jelaskan alasan untuk relaksasi
dan manfaat, batasan, dan jenis Terapi relaksasi (6040)
relaksasi yang tersedia (mis., a. Menjelaskan alasan untuk
Musik, meditasi, pernapasan relaksasi dan manfaat, batasan,
berirama, relaksasi rahang, dan dan jenis relaksasi yang tersedia
relaksasi otot progresif) (mis., Musik, meditasi,

28
b. Berikan penjelasan secara rinci pernapasan berirama, relaksasi
tentang intervensi relaksasi rahang, dan relaksasi otot
yang dipilih progresif)
c. Demonstrasikan dan latih b. Memberikan penjelasan secara
teknik relaksasi dengan pasien rinci tentang intervensi
d. Kembangkan teknik relaksasi relaksasi yang dipilih
yang digunakan pasien, jika c. Mendemonstrasikan dan
sesuai melatih teknik relaksasi dengan
e. Gunakan relaksasi sebagai pasien
strategi ajuvan dengan obat d. Mengembangkan teknik
nyeri atau bersamaan dengan relaksasi yang digunakan
tindakan lain, jika sesuai pasien, jika sesuai
e. Menggunakan relaksasi sebagai
strategi ajuvan dengan obat
nyeri atau bersamaan dengan
tindakan lain, jika sesuai

F. Evaluasi
1. Risiko Cedera Janin
S : Klien mengatakan sudah tidak mengeluarkan cairan dari vagina
O : Tinggi fundus Uteri 30 cm dari simpisis pubis, DJJ: 155 kali/ menit
A : Kriteria hasil tercapai
P : Hentikan intervensi, observasi dilanjutkan
2. Risiko Infeksi
S : Klien mengatakan sudah tidak mengeluarkan cairan dari vagina
O : Tinggi fundus Uteri 30 cm dari simpisis pubis
A : Kriteria hasil tercapai
P : Hentikan intervensi, observasi dilanjutkan
3. Ansietas b.d Kurang terpapar informasi
S : Klien mengatakan sudah tidak merasa cemas lagi
O : Ekspresi klien tampak lebih tenang
A : Kriteria hasil tercapai
P : Hentikan intervensi

29
BAB 4

KESIMPULAN

Ketuban Pecah Premature (KPP) adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion sebelum


dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum usia
kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi. Hal ini terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. Tanda dan gejala pada kehamilan
yang mengalami KPP adalah keluarnya cairan ketuban yang merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak
akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.

30
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, IBG. (2008). Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obstetri-Ginekologi


Manuaba. 2010. Gawat Darurat, Obstetri Ginekologi dan Obstetri Gibekologi Sosial untuk
Profesi Bidan. Jakarta: EGC.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho, Taufan.2012.Obstetri dan Ginekologi untuk Mahasiswa Kebidanan dan
Keperawatan.Jakarta:Nuha Medika.
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBP-SP
Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC

31

Anda mungkin juga menyukai