Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“MOBILISASI POST OPERASI”


DI RUANG BEDAH BUGENVILLE RUMAH SAKIT DR. SOETOMO

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 10
Teguh Dwi Saputro 131511133090

Yenny Paramitha 131511133071

Risniawati 131511133070

Asti Pratiwi 131511133069

Heny Oktora Safitri 131511133068

Prisdamayanti Ayuningsih 131511133067

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : MOBILISASI POST OPERASI


Hari/Tanggal: Kamis, 05 September 2019
Waktu : 10.00–10.30 WIB
Tempat : Ruang Bedah Bougainville Rumah Sakit Dr.
Soetomo Surabaya
Penyaji : Mahasiswa Kelompok 10 Profesi Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga

1. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang mobilisasi selama 30
menit, diharapkan sasaran dapat mengetahui, mengerti, dan memahami
tentang mobilisasi.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang mobilisasi, diharapkan
sasaran dapat :
1) Mengetahui apa itu mobilisasi post operasi
2) Mengetahui apa tujuan mobilisasi post operasi
3) Mengetahui cara melakukan mobilisasi post operasi
4) Mempraktikan cara melakukan mobilisasi post operasi
2. Sasaran
Sasaran dalam penyuluhan kesehatan ini adalah pasien dan keluarga
rawat inap bedah Bougainville Rumah Sakit Umum Dr.Soetomo.
3. Metode
Metode yang digunakan penyaji dalam penyuluhan kesehatan ini adalah
ceramah dan demonstrasi.
4. Media
Media yang digunakan penyaji dalam penyampaian materi adalah:
a. Leaflet

5. Struktur Organisasi
a. Pembimbing
Laily Hidayati, S.Kep.Ns., M.Kep.
b. Moderator
Heny Oktora Safitri
c. Penyaji
Yenny Paramitha
d. Notulen
Risniawati
e. Observer
Teguh Dwi Saputro
6. Job Description
a. Moderator
Membuka acara, mengatur jalannya diskusi, dan menutup acara.
b. Penyaji
Menyampaikan materi dan menjawab pertanyaan dari peserta.
c. Notulen
Menulis, mencatat, dan melaporkan jalannya penyuluhan.
d. Observer
Mengamati jalannya diskusi dan menyampaikan hasil diskusi pada
saat evaluasi.
Setting Tempat
7. Kegiatan Penyuluhan
No Keterangan
Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 Pembukaan 5 a. Moderator a. Peserta menjawab
menit Penyaji
mengucapkan salam Moderator
salam
b. Peserta
b. Moderator
Peserta memperhatikan
memperkenalkan diri
dengan baik
c. Moderator
Pengamat
menjelaskan latar
dan Notulen
belakang
1. Materi
dilakukannya
Terlampir 1
penyuluhan
2. Waktu
2 Penyampaian a. Penyaji memaparkan a. Peserta
Kegiatan
Materipenyuluhan
10 ini dilaksanakan
informasi pada hari Kamis,
tentang 05 September
mendengarkan dan
2019 dan dimulai pada pukul 10.00–10.30
menit mobilisasi WIB. memperhatikan
3. Tempat informasi yang
Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Bedah Bougainvillea Rumah oleh
diberikan
Sakit Dr.Soetomo Surabaya. penyaji
3 Praktik 10 a. Moderator membuka a. Peserta bertanya
menit sesi tanya jawab mengenai materi
4. Evaluasi kepada peserta yang yang disampaikan
Kriteria evaluasi : ingin bertanya yang dirasa belum
b. Pemateri
a. Struktur: Penyuluhan dapat cukup jelas
berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. mencontohkan cara b. Peserta
mobilisasi
b. Proses: 70% dari seluruh peserta memperhatikan
hadir pada kegiatan tersebut, 30% daricara
mobilisasikegiatandan
peserta mengajukan pertanyaan, 80% dari peserta mengikuti
dari awal sampai akhir. mempraktikkkannya
4 Penutup a. Moderator a. Mendengarkan apa
c. Hasil :
5 menit menyimpulkan hasil yang disampaikan
Peserta dapat:
diskusi oleh moderator
a. Mengetahui apa itu mobilisasi post operasi
b. Moderator b. Mengucapkan salam
b. Mengetahui apa tujuan dari mobilisasi post operasi
mengucapkan maaf
c. Mengetahui cara melakukan mobilisasi post operasi
jika ada kesalahan
d. Mempraktikkan cara melakukan mobilisasi post operasi
c. Moderator
mengucapkan salam
penutup

Lampiran 1
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR MOBILISASI POST
OPERASI
1.1 Pengertian Mobilisasi
Mobilisasi post operasi adalah proses aktivitas yang dilakukan setelah
operasi, dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur sampai dengan bisa
turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar
kamar (Brunner & Suddarth, 2002).
1.2 Tujuan Mobilisasi
Beberapa tujuan mobilisasi menurut (Susan J Garrison, 2004) adalah
sebagai berikut:
1) Mempertahankan fungsi tubuh
2) Memperlancar peredaran darah
3) Membantu pernapasan menjadi lebih baik
4) Mempertahankan tonus otot
5) Memperlancar BAB dan BAK
6) Mempercepat proses penutupan jahitan operasi
7)Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali
normal dan dapat memenuhi kebutuhan gerak harian
8)Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau
berkomunikasi.
1.3 Latihan Gerak
Menurut Merdawati (2018) dalam mobilisasi terdapat tiga rentang
gerak, yaitu:
a. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya
perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
b. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan
cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya ketika berbaring
pasien menggerakkan kakinya.
c. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan
aktifitas yang diperlukan.
1.4 Manfaat Mobilisasi
Menurut Merdawati (2018) menyatakan bahwa manfaat mobilisasi bagi
klien post operasi yaitu:
1) Pasien merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation melalui
bergerak yang akan berpengaruh terhadap otogt – otot perut dan
panggul yang akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat
kembali dan dapat mengurangi rasa sakit. Hal tersebut akan membuat
pasien merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan,
mempercepat organ – organ tubuh bekerja seperti semula.
2) Mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Mobilisasi dapat
membuat sirkulasi darah menjadi normal atau lancar, sehingga resiko
terjadi thrombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan.
1.5 Kerugian Apabila tidak Mobilisasi
Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi
a. Penyembuhan luka menjadi lama
b. Menambah rasa sakit.
c. Badan menjadi pegal dan kaku
d. Kulit menjadi lecet dan luka
e. Memperlama perawaatan dirumah sakit.
1.6 Indikasi Mobilisasi
Indikasi umum dilakukannya mobilisasi menurut Manual Theraphy
Concept (2019) dan Medawati, L. (2018) antara lain:
1) Nyeri akut akibat cedera
2) Nyeri siku lateral
3) Kehilangan gerak karena kondisi artritis/rematik
4) Ankle sprain akut maupun kronis
5) Fraktur extremitas bawah yang telah diindikasikan untuk latihan
mobilisasi
6) Post pengobatan kompresi lumbal
7) Pasien pasca serangan stroke dengan kerusakan mobilitas fisik
8) Pasien post operasi yang memerlukan latihan mobilisasi seperti
kolostomi atau laparostomi, operasi tulang belakang
1.7 Kontraindikasi Mobilisasi
Kontra indikasi untuk latihan rentang gerak menurut Potter & Perry
(2006) dalam Kusuma (2017) meliputi:
1) Trombus/emboli pada pembuluh darah
2) Kelainan sendi atau tulang
3) Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)
4) Trauma medulla spinalis atau trauma system saraf pusat
5) Kasus Infark Miokard akut
6) Disritmia jantung
7) Syok sepsis
8) Klien yang mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dispneu
atau nyeri dada selama latihan.
9) Klien dengan kelemahan umum dengan tingkat energi yang kurang.
1.8 Tahap-Tahap Mobilisasi
Tahap – tahap mobilisasi dini menurut Kasdu (2003) dalam Kusuma
(2017) dilakukan secara beberapa tahap, berikut merupakan tahapan
mobilisasi:
1. Setelah operasi, pada 6 jam pertama klien harus tirah baring.
Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan kaki,
mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser
kaki. Bertujuan untuk memperlancar aliran darah.
2. Setelah 6 – 10 jam, klien diharuskan untuk dapat miring kekiri dan
kekanan mencegah thrombosis dan tromboli emboli.
3. Setelah 24 jam klien dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk.
4. Setelah klien dapat duduk, dianjurkan klien belajar berjalan.
Sedangkan, tahap mobilisasi pasca operasi menurut Emily et al (2015)
dalam Kusuma (2017) dibagi menjadi 4 level terapi, meliputi:
1. Level pertama dikhususkan untuk klien tidak sadar dimana terapi yang
dilakukan adalah latihan rentang gerak pasif. Latihan rentang gerak pasif
pada ekstremitas atas dan bawah selama 3 kali sehari.
2. Level kedua dikhususkan untuk klien sadar yang dapat mengikuti
perintah. Terapi yang diberikan adalah latihan gerak pasif.
3. Level ketiga dan keempat dikhususkan untuk klien sadar dengan kondisi
umum yang baik. Terapi yang dilakukan adalah membantu pasien keluar
dari tempat tidur dan ke kursi, menjuntai kaki di sisi tempat tidur, berdiri
disamping tempat tidur, dan ambulasi.
Sebagian besar klien post operasi masih merasa khawatir dan percaya
bahwa jika menggerakkan tubuhnya akan mempengaruhi luka operasi dan
membuat luka tersebut tidak segera sembuh. Padahal, tidak seharusnya klien
merasa demikian karena mobilisasi dapat mempersingkat masa pemulihan
dan mengurangi waktu rawat di rumah sakit serta menekan pembiayaan.
Mobilisasi dapat mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga dapat
mengurangi nyeri yang dirasakan, melancarkan peredaran darah,
mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru
akan mempercepat penyembuhan luka dan pemulihan fisik (Medawati, 2018).
Mobilisasi sudah dapat dilakukan sejak 8 jam setelah pembedahan, tentu
setelah pasien sadar atau anggota gerak tubuh dapat digerakkan kembali
setelah dilakukan pembiusan regional. Pada saat awal, pergerakan fisik bisa
dilakukan di atas tempat tidur dengan menggerakkan tangan dan kaki yang
bisa ditekuk atau diluruskan, memiringkan badan ke kiri atau ke kanan.
Kemudian, pada 12 sampai 24 jam berikutnya atau bahkan lebih awal lagi
badan sudah bisa diposisikan duduk, baik bersandar maupun tidak dan fase
selanjutnya duduk di atas tempat tidur dengan kaki yang dijatuhkan atau
ditempatkan di lantai sambil digerak-gerakan. Di hari kedua pasca operasi,
pasien berjalan berjalan.
1.9 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Mobilisasi
1) Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mobilisasi, yaitu:
Perhatikan keadaan umum klien, observasi tanda-tanda kelelahan
2) Pastikan cincin dan perhiasan dilepas untuk menghindari terjadinya
pembengkakan dan luka
3) Pastikan pakaian dalam keadaan longgar
4) Jangan lakukan latihan fisik segera setelah makan
5) Gunakan gerakan badan yang benar untuk menghindari ketegangan
atau luka pada klien
6) Gunakan kekuatan dengan pegangan yang nyaman ketika melakukan
latihan
7) Gerakan bagian tubuh dengan lancar, pelan dan berirama
8) Hindari gerakan yang terlalu sulit
9) Jika kejang pada saat latihan, hentikan
10) Jika terjadi kekakuan tekan pada daerah yang kaku, teruskan latihan
dengan perlahan.
1.10 Standar Operasional Prosedur Mobilisasi
No Prosedur Keterangan
Teknik Berjalan dengan Tongkat

1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri.


Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2

3 Gunakan tongkat pada sisi tubuh klien yang terkuat.


Klien mulai melangkah dengan kaki yang terlemah,
bergerak maju dengan tongkat, sehingga berat
4
badan klien terbagi antara tongkat dan kaki yang
terkuat.
Kaki yang terkuat maju melangkah setelah tongkat,
5 sehingga kaki terlemah dan berat badan klien
disokong oleh tongkat dan kaki terkuat.
Berjalanlah disisi bagian tungkai klien yang lemah.
6 Klien kemungkinan jatuh ke arah bagian tungkai
yang lemah tersebut.
Ajak klien berjalan selama waktu atau jarak yang
7
telah ditetapkan dalam rencana keperawatan.
8 Jika klien kehilangan keseimbangan atau
kekuatannya dan tidak segera pulih, masukkan
tangan anda keketiak klien, dan ambil jarak berdiri
yang luas untuk mendapatkan dasar tumpuan yang
baik. Sandarkan klien pada pinggul anda sampai
tiba bantuan, atau rendahkan badan anda dan
turunkan klien secara perlahan ke lantai.
9 Dokumentasikan kemajuan klien.
Teknik Berjalan dengan Kruk

1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri.


2 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3 Pastikan panjang kruk sudah tepat.
4 Bantu klien mengambil posisi segitiga dan posisi
dasar berdiri menggunakan kruk sebelum mulai
berjalan.
5 Ajarkan klien tentang salah satu dari empat cara
berjalan dengan kruk.
6 Perubahan empat titik atau cara berjalan empat titik
memberi kestabilan pada klien, tetapi memerlukan
panahanan berat badan pada kedua tungkai.
Masing-masing tungkai digerakkan secara
bergantian dengan masing-masing kruk, sehingga
sepanjang waktu terdapat tiga titik dukungan pada
lantai.
7 Perubahan tiga titik atau cara berjalan tiga titik
mengharuskan klien menahan semua beratbadan
pada satu kaki. Berat badan dibebankan pada kaki
yang sehat, kemudian pada kedua krukdan
selanjutnya urutan tersebut diulang. Kaki yang
sakit tidak menyentuh lantai selama fase dini
berjalan tiga titik.
8 Cara berjalan dua titik memerlukan sedikitnya
pembebanan berat badan sebagian pada masing-
masing kaki. Kruk sebelah kiri dan kaki kanan
maju bersama-sama. Kruk sebelah kanan dan kaki
kiri maju bersama-sama.
9 Cara jalan mengayun ke kruk (swing to gait), klien
yang mengalami paralisis tungkai dan pinggul dapat
menggunakan cara jalan mengayun ini. Penggunaan
cara ini dalam jangka waktu yang lama dapat
mengakibatkan atrofi otot yang tidak terpakai,
sehingga minta klien untuk menggerakkan kedua
kruk ke depan secara bersamaan lalu pindahkan
berat badan ke lengan dan mengayun melewati
kruk.
10 Cara jalan mengayun melewati kruk (swing through
gait).
11 Cara jalan ini sangat memerlukan ketrampilan,
kekuatan, dan koordinasi klien. Minta klien untuk
menggerakkan kedua kruk ke depan secara
bersamaan lalu pindahkan berat badan ke lengan
dan mengayun melewati kruk.
12 Apabila terdapat perbaikan ajarkan klien menaiki
dan menuruni tangga.
13 Dokumentasi kemajuan klien.
Teknik Berjalan dengan Kursi Roda
1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri.
2 Jelaskan prosedur pelaksanaan.
3 Rendahkan posisi tempat tidur pada posisi terendah
sehinggaa kaki klien dapat menyentuh lantai. Kunci
semua roda tempat tidur.
4 Letakkan kursi roda sejajar dan sedekat mungkin
dengan tempat tidur. Kunci semua roda dari kursi
roda. Bantu klien pada posisi duduk di tepi tempat
tidur.
5 Kaji adanya hipotensi sebelum memindahkan klien
dari tempat tidur.
6 Ketika klien turun dari tempat tidur, perawat harus
berdiri tepat dihadapannya dan klien meletakkan
tangannya dipundak perawat. Selanjutnya, perawat
meletakkan tangannya dipinggang klien.
7 Sementara klien mendorong badannya ke posisi
berdiri dan perawat membantu mengangkat bagian
atas tubuh klien.
8 Klien dibiarkan berdiri selama beberapa detik untuk
memastikan tidak adanya pusing.
9 Perawat tetap berdiri menghadap klien lalu
memutar tubuh klien sehingga membelakangi kursi
roda. Setelah itu, perawat memajukan salah satu
kakinya dan memegang kedua lutut untuk menjaga
keseimbangan, kemudian membantu klien untuk
duduk di kursi roda.
10 Dokumentasi kegiatan yang dilakukan.
Teknik Berjalan dengan Walker Kruk

1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri.


2 Jelaskan prosedur yang dilakukan.
3 Ketika klien membutuhkan bantuan maksimal:
1) Gerakkan walker kedepan kira-kira 15 cm
sementara berat badan bertumpu pada kedua
tungkai.
2) Kemudian gerakkan kaki kanan hingga mendekakti
walker sementara berat badan dibebankan pada
tungkai kiri dan kedua tangan.
3) Selanjutnya, gerakkan kaki kiri hingga mendekati
kaki kanan sementara berat badan bertumpu pada
tungkai kanan dan kedua lengan.
4 Jika salah satu tungkai klien lemah:
1) Gerakkan tungkai yang lemah ke depan secara
bersamaan sekitar 15 cm (6 inchi) sementara berat
badan bertumpu pada tungkai yang kuat.
2) Kemudian, gerakkan tungkai yang lebih kuat ke
depan sementara berat badan bertumpu pada
tungkai lemah dan kedua lengan.
5 Dokumentasi kegiatan yang dilakukan.
Daftar Pustaka

Brunner&Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 1. Jakarta: EGC

Kusuma, V. 2017. Efektifitas Mobilisasi Dini Terhadap Tekanan Darah Pasien Post Operasi
Dengan Spinal Anestesi Di Ruang Perawatan Rsud Ngudi Waluyo Wlingi. Malang:
Pepustakaan Poltekkes Malang. Diakses pada 1 September 2019 pukul
19.10 WIB di http://perpustakaan.poltekkes
malang.ac.id/index.php/web_kti/detail_by_id/39440

Leni Merdawati. 2018. Mobilisasi dini pasca operasi di Ruang Irna Bedah Pria.
Padang: Universitas Andalas

Merdawati, L. 2018. Mobilisasi Pasca Operasi di Ruang IRNA Bedah Pria.


Padang: Repository Universitas Andalas. Diakses pada 1 September
2019 pukul 19.10 WIB di http://repo.unand.ac.id/12981/1/Materi
%20dan%20Satuan%20Acara%20Penyuluhan%20Mobilisasi%20Post
%20Operasi.pdf

Susan J. Garrison, 2004. Dasar-dasar Terapi dan Latihan Fisik. Jakarata :


Hypocrates

Diakses pada 1 September 2019 pukul 19.10 WIB di


https://www.bmulligan.com/aboutus/benefits/#targetText=Common
%20Indicat20injury,post%20scope%20conditions%2C%20spinal
%20surgery&targetText=%E2%80%9CTennis%20elbow%E2%80%9D%20or
%20lateral%20elbow%20pain

Anda mungkin juga menyukai