DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 10
Teguh Dwi Saputro 131511133090
Risniawati 131511133070
1. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang mobilisasi selama 30
menit, diharapkan sasaran dapat mengetahui, mengerti, dan memahami
tentang mobilisasi.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang mobilisasi, diharapkan
sasaran dapat :
1) Mengetahui apa itu mobilisasi post operasi
2) Mengetahui apa tujuan mobilisasi post operasi
3) Mengetahui cara melakukan mobilisasi post operasi
4) Mempraktikan cara melakukan mobilisasi post operasi
2. Sasaran
Sasaran dalam penyuluhan kesehatan ini adalah pasien dan keluarga
rawat inap bedah Bougainville Rumah Sakit Umum Dr.Soetomo.
3. Metode
Metode yang digunakan penyaji dalam penyuluhan kesehatan ini adalah
ceramah dan demonstrasi.
4. Media
Media yang digunakan penyaji dalam penyampaian materi adalah:
a. Leaflet
5. Struktur Organisasi
a. Pembimbing
Laily Hidayati, S.Kep.Ns., M.Kep.
b. Moderator
Heny Oktora Safitri
c. Penyaji
Yenny Paramitha
d. Notulen
Risniawati
e. Observer
Teguh Dwi Saputro
6. Job Description
a. Moderator
Membuka acara, mengatur jalannya diskusi, dan menutup acara.
b. Penyaji
Menyampaikan materi dan menjawab pertanyaan dari peserta.
c. Notulen
Menulis, mencatat, dan melaporkan jalannya penyuluhan.
d. Observer
Mengamati jalannya diskusi dan menyampaikan hasil diskusi pada
saat evaluasi.
Setting Tempat
7. Kegiatan Penyuluhan
No Keterangan
Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 Pembukaan 5 a. Moderator a. Peserta menjawab
menit Penyaji
mengucapkan salam Moderator
salam
b. Peserta
b. Moderator
Peserta memperhatikan
memperkenalkan diri
dengan baik
c. Moderator
Pengamat
menjelaskan latar
dan Notulen
belakang
1. Materi
dilakukannya
Terlampir 1
penyuluhan
2. Waktu
2 Penyampaian a. Penyaji memaparkan a. Peserta
Kegiatan
Materipenyuluhan
10 ini dilaksanakan
informasi pada hari Kamis,
tentang 05 September
mendengarkan dan
2019 dan dimulai pada pukul 10.00–10.30
menit mobilisasi WIB. memperhatikan
3. Tempat informasi yang
Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Bedah Bougainvillea Rumah oleh
diberikan
Sakit Dr.Soetomo Surabaya. penyaji
3 Praktik 10 a. Moderator membuka a. Peserta bertanya
menit sesi tanya jawab mengenai materi
4. Evaluasi kepada peserta yang yang disampaikan
Kriteria evaluasi : ingin bertanya yang dirasa belum
b. Pemateri
a. Struktur: Penyuluhan dapat cukup jelas
berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. mencontohkan cara b. Peserta
mobilisasi
b. Proses: 70% dari seluruh peserta memperhatikan
hadir pada kegiatan tersebut, 30% daricara
mobilisasikegiatandan
peserta mengajukan pertanyaan, 80% dari peserta mengikuti
dari awal sampai akhir. mempraktikkkannya
4 Penutup a. Moderator a. Mendengarkan apa
c. Hasil :
5 menit menyimpulkan hasil yang disampaikan
Peserta dapat:
diskusi oleh moderator
a. Mengetahui apa itu mobilisasi post operasi
b. Moderator b. Mengucapkan salam
b. Mengetahui apa tujuan dari mobilisasi post operasi
mengucapkan maaf
c. Mengetahui cara melakukan mobilisasi post operasi
jika ada kesalahan
d. Mempraktikkan cara melakukan mobilisasi post operasi
c. Moderator
mengucapkan salam
penutup
Lampiran 1
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR MOBILISASI POST
OPERASI
1.1 Pengertian Mobilisasi
Mobilisasi post operasi adalah proses aktivitas yang dilakukan setelah
operasi, dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur sampai dengan bisa
turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar
kamar (Brunner & Suddarth, 2002).
1.2 Tujuan Mobilisasi
Beberapa tujuan mobilisasi menurut (Susan J Garrison, 2004) adalah
sebagai berikut:
1) Mempertahankan fungsi tubuh
2) Memperlancar peredaran darah
3) Membantu pernapasan menjadi lebih baik
4) Mempertahankan tonus otot
5) Memperlancar BAB dan BAK
6) Mempercepat proses penutupan jahitan operasi
7)Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali
normal dan dapat memenuhi kebutuhan gerak harian
8)Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau
berkomunikasi.
1.3 Latihan Gerak
Menurut Merdawati (2018) dalam mobilisasi terdapat tiga rentang
gerak, yaitu:
a. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya
perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
b. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan
cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya ketika berbaring
pasien menggerakkan kakinya.
c. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan
aktifitas yang diperlukan.
1.4 Manfaat Mobilisasi
Menurut Merdawati (2018) menyatakan bahwa manfaat mobilisasi bagi
klien post operasi yaitu:
1) Pasien merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation melalui
bergerak yang akan berpengaruh terhadap otogt – otot perut dan
panggul yang akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat
kembali dan dapat mengurangi rasa sakit. Hal tersebut akan membuat
pasien merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan,
mempercepat organ – organ tubuh bekerja seperti semula.
2) Mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Mobilisasi dapat
membuat sirkulasi darah menjadi normal atau lancar, sehingga resiko
terjadi thrombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan.
1.5 Kerugian Apabila tidak Mobilisasi
Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi
a. Penyembuhan luka menjadi lama
b. Menambah rasa sakit.
c. Badan menjadi pegal dan kaku
d. Kulit menjadi lecet dan luka
e. Memperlama perawaatan dirumah sakit.
1.6 Indikasi Mobilisasi
Indikasi umum dilakukannya mobilisasi menurut Manual Theraphy
Concept (2019) dan Medawati, L. (2018) antara lain:
1) Nyeri akut akibat cedera
2) Nyeri siku lateral
3) Kehilangan gerak karena kondisi artritis/rematik
4) Ankle sprain akut maupun kronis
5) Fraktur extremitas bawah yang telah diindikasikan untuk latihan
mobilisasi
6) Post pengobatan kompresi lumbal
7) Pasien pasca serangan stroke dengan kerusakan mobilitas fisik
8) Pasien post operasi yang memerlukan latihan mobilisasi seperti
kolostomi atau laparostomi, operasi tulang belakang
1.7 Kontraindikasi Mobilisasi
Kontra indikasi untuk latihan rentang gerak menurut Potter & Perry
(2006) dalam Kusuma (2017) meliputi:
1) Trombus/emboli pada pembuluh darah
2) Kelainan sendi atau tulang
3) Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)
4) Trauma medulla spinalis atau trauma system saraf pusat
5) Kasus Infark Miokard akut
6) Disritmia jantung
7) Syok sepsis
8) Klien yang mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dispneu
atau nyeri dada selama latihan.
9) Klien dengan kelemahan umum dengan tingkat energi yang kurang.
1.8 Tahap-Tahap Mobilisasi
Tahap – tahap mobilisasi dini menurut Kasdu (2003) dalam Kusuma
(2017) dilakukan secara beberapa tahap, berikut merupakan tahapan
mobilisasi:
1. Setelah operasi, pada 6 jam pertama klien harus tirah baring.
Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan kaki,
mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser
kaki. Bertujuan untuk memperlancar aliran darah.
2. Setelah 6 – 10 jam, klien diharuskan untuk dapat miring kekiri dan
kekanan mencegah thrombosis dan tromboli emboli.
3. Setelah 24 jam klien dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk.
4. Setelah klien dapat duduk, dianjurkan klien belajar berjalan.
Sedangkan, tahap mobilisasi pasca operasi menurut Emily et al (2015)
dalam Kusuma (2017) dibagi menjadi 4 level terapi, meliputi:
1. Level pertama dikhususkan untuk klien tidak sadar dimana terapi yang
dilakukan adalah latihan rentang gerak pasif. Latihan rentang gerak pasif
pada ekstremitas atas dan bawah selama 3 kali sehari.
2. Level kedua dikhususkan untuk klien sadar yang dapat mengikuti
perintah. Terapi yang diberikan adalah latihan gerak pasif.
3. Level ketiga dan keempat dikhususkan untuk klien sadar dengan kondisi
umum yang baik. Terapi yang dilakukan adalah membantu pasien keluar
dari tempat tidur dan ke kursi, menjuntai kaki di sisi tempat tidur, berdiri
disamping tempat tidur, dan ambulasi.
Sebagian besar klien post operasi masih merasa khawatir dan percaya
bahwa jika menggerakkan tubuhnya akan mempengaruhi luka operasi dan
membuat luka tersebut tidak segera sembuh. Padahal, tidak seharusnya klien
merasa demikian karena mobilisasi dapat mempersingkat masa pemulihan
dan mengurangi waktu rawat di rumah sakit serta menekan pembiayaan.
Mobilisasi dapat mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga dapat
mengurangi nyeri yang dirasakan, melancarkan peredaran darah,
mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru
akan mempercepat penyembuhan luka dan pemulihan fisik (Medawati, 2018).
Mobilisasi sudah dapat dilakukan sejak 8 jam setelah pembedahan, tentu
setelah pasien sadar atau anggota gerak tubuh dapat digerakkan kembali
setelah dilakukan pembiusan regional. Pada saat awal, pergerakan fisik bisa
dilakukan di atas tempat tidur dengan menggerakkan tangan dan kaki yang
bisa ditekuk atau diluruskan, memiringkan badan ke kiri atau ke kanan.
Kemudian, pada 12 sampai 24 jam berikutnya atau bahkan lebih awal lagi
badan sudah bisa diposisikan duduk, baik bersandar maupun tidak dan fase
selanjutnya duduk di atas tempat tidur dengan kaki yang dijatuhkan atau
ditempatkan di lantai sambil digerak-gerakan. Di hari kedua pasca operasi,
pasien berjalan berjalan.
1.9 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Mobilisasi
1) Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mobilisasi, yaitu:
Perhatikan keadaan umum klien, observasi tanda-tanda kelelahan
2) Pastikan cincin dan perhiasan dilepas untuk menghindari terjadinya
pembengkakan dan luka
3) Pastikan pakaian dalam keadaan longgar
4) Jangan lakukan latihan fisik segera setelah makan
5) Gunakan gerakan badan yang benar untuk menghindari ketegangan
atau luka pada klien
6) Gunakan kekuatan dengan pegangan yang nyaman ketika melakukan
latihan
7) Gerakan bagian tubuh dengan lancar, pelan dan berirama
8) Hindari gerakan yang terlalu sulit
9) Jika kejang pada saat latihan, hentikan
10) Jika terjadi kekakuan tekan pada daerah yang kaku, teruskan latihan
dengan perlahan.
1.10 Standar Operasional Prosedur Mobilisasi
No Prosedur Keterangan
Teknik Berjalan dengan Tongkat
Kusuma, V. 2017. Efektifitas Mobilisasi Dini Terhadap Tekanan Darah Pasien Post Operasi
Dengan Spinal Anestesi Di Ruang Perawatan Rsud Ngudi Waluyo Wlingi. Malang:
Pepustakaan Poltekkes Malang. Diakses pada 1 September 2019 pukul
19.10 WIB di http://perpustakaan.poltekkes
malang.ac.id/index.php/web_kti/detail_by_id/39440
Leni Merdawati. 2018. Mobilisasi dini pasca operasi di Ruang Irna Bedah Pria.
Padang: Universitas Andalas