2.2 Meningokel
2.2.1 Definisi
Meningokel adalah penyakit kongenital dari kelainan embriologis yang disebut
neural tube defect (NTD) yaitu adanya defek pada penutupan spina yang berhubungan
dengan pertumbuhan yang abnormal pada korda spinalis atau penutupannya.
Meningokel adalah satu dari tiga jenis kelainan bawaan spina bifida. Meningokel
merupakan meningens yang menonjol melalui vertebrata yang tidak utuh dan teraba sebagai
suatu benjolan berisi cairan dibawah kulit (Wafi Nur, 2010).
2.2.3 Patofisiologi
Defek neural tube, termasuk meningokel timbul karena adanya kegagalan pembentukan
mesoderm dan neurorectoderm. Defek embriologi primer pada semua defek neural tube adalah
kegagalan penutupan neural tube, mempengaruhi neural dan struktur kutaneus ectodermal. Hal ini
terjadi pada hari ke 17 - 30 kehamilan. Selama kehamilan, otak, tulang belakang manusia bermula
dari sel yang datar, yang kemudian membentuk silinder yang disebut neural tube. Jika bagian dari
tabung neural (neural tube) tidak menutup, tulang belakang juga tidak menutup akan
menyebabkan terjadinya spina bifida. Serta jika bagian tersebut gagal menutup atau terdapat
daerah yang terbuka yang disebut cacat neural tube terbuka. Daerah yang terbuka itu
kemungkinan 80% terpapar atau 20% tertutup tulang atau kulit. 90% dari kasus yang terjadi
bukanlah faktor genetik/ keturunan yang berdiri sendiri tetapi sebagian besar terjadi dari
kombinasi faktor lingkungan dan gen dari kedua orang tuanya. Pada meningokel penonjolan
terdiri atas meninges dan sebuah kantong yang berisi cairan serebrospinal. Tidak ada kelainan
neurologi, dan medulla spinalis tidak terkena (Muttaqin, 2010).
2.2.6 Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan awal meningokel adalah mengurangi kerusakan saraf,
meminimalkan terjadinya komplikasi, serta membantu keluarga dalam menghadapi kelainan ini.
Penatalaksanaan utama pada kasus bayi dengan meningokel adalah pembedahan. Pembedahan
dilakukan pada periode neonatal untuk mencegah rupture. Kadang-kadang pembedahan shunting
juga dilakukan untuk memperbaiki hidrosefalus. Perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal
dan pirau CSS pada bayi hidrosefalus dilakukan pada saat kelahiran. Pencangkokan kulit perlu
dilakukan bila lesinya besar. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada bayi sebelum pelaksanaan
tindakan pembedahan, antara lain:
1. Sebelum dioperasi, bayi dimasukkan kedalam incubator dengan kondisi tanpa baju.
2. Bayi dalam posisi telungkup atau tidur jika kantungnya besar untuk mencegah infeksi.
3. Cegah infeksi perlukaan pada meningokel, tutup luka dengan kasa steril.
4. Persiapan operasi dilakukan sedini mungkin untuk mencegah terjadinya infeksi otak yang
sangat berbahaya.
5. Berkolaborasi dengan dokter anak, ahli bedah dan ahli ortopedi, dan ahli urologi,
terutama untuk tidakan pembedahan dengan sebelumnya melakukan informed consent
6. Lakukan pengamatan dengan cermat terhadap adanya tanda-tanda hidrosefalus (dengan
mengukur lingkar kepala setiap hari) setelah dilakukan pembedahan atau juga
kemungkinan terjadinya meningitis (lemah, tidak mau minum, mudah terangsang, kejang
dan ubun-ubun akan besar menonjol). Selain itu, perhatikan pula banyak tidaknya
gerakan tungkai dan kaki, retensi urin, inkontinensia fekal, dan kerusakan kulit akibat
iritasi urin dan feses.
Antibiotic profilaktik dapat diberikan untuk mencegah meningitis, serta pemberian
antibiotic untuk mengobati infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya jika ada. Dalam mengatasi
gejala muskulo skeletal diperlukan campur tangan dari bidang bedah ortopedi maupun bidang
rehabilitasi fisik. Keleinan saraf lainnya ditatalaksanai sesuai dengan jenis dan luasnya gangguan
fungsi yang terjadi. Seksio sesarae terencana sebelum melahirkan, dapat mengurangi kerusakan
neurologis yang terjadi pada bayi dengan defek korda spinalis.
Intervensi keperawatan yang dilakukan tergantung ada tidaknya disfungsi dan berat
ringannya disfungsi tersebut pada berbagai system tubuh. Latihan ROM perlu dilakukan agar
pergerakan sendi tetap terjaga dan memperkuat fungsi otot. Penekanan lembut diatas kandung
kemih bias dilakukan untuk membantu memperlancar aliran kemih. Pada kasus yang berat
kadang harus dilakukan pemasangan kateter. Diet kaya serat dan program pelatihan buang air
besar bisa membantu memperbaiki fungsi saluran pencernaan bayi.
Alogaritma Penatalaksanaan Meningokel
2.2.7 Komplikasi
1. Hidrosefalus
2. Meningitis
3. Hidrosiringomielia
4. Intraspinal tumor
5. Kiposkoliosis
6. Kelemahan permanen atau paralisis pada ekstermitas bawah
7. Serebral palsy disfungsi batang otak
8. Infeksi pada sistem organ lain
9. Sindroma Arnold-Chiari
10.Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada bayi
2.2.8 Pencegahan
Risiko terjadinya meningokel dapat dikurangi dengan mengonsumsi asam folat yang
adekuat selama masa kehamilan. Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus dikoreksi
sebelum wanita tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini. Wanita yang berencana
untuk hamil dianjurkan untuk mengonsumsi asam folat sebanyak 0.4 mg/hari. Kebutuhan asam
folat pada wanita hamil adalah 1 mg/hari.
2.2.9 WOC Meningokel
Daftar Pustaka