Anda di halaman 1dari 12

2.

1 Konsep Tumbuh Kembang


2.1.1 Definisi pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya
jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu. Anak tidak hanya bertambah
besar secara fisik, melainkan juga ukuran dan struktur organ-organ tubuh dan otak. Sebagai
contoh, hasil dari pertumbuhan otak adalah anak mempunyai kapasitas lebih besar untuk belajar,
mengingat, dan mempergunakan akalnya. Jadi anak tumbuh baik secara fisik maupun mental.
Pertumbuhan fisik dapat dinilai dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang
(cm, meter) umur tulang, dan tanda-tanda seks sekunder (Soetjiningsih, 2013). Menurut Karl E
Garrison (Syamsussabri, 2013) pertumbuhan adalah perubahan individu dalam bentuk ukuran
badan, perubahan otot, tulang, kulit, rambut dan kelenjar.
Pengertian perkembangan secara terminologis adalah proses kualitatif yang mengacu
pada penyempurnaan fungsi sosial dan psikologis dalam diri seseorang dan berlangsung
sepanjang hidup manusia. Menurut para ahli perkembangan merupakan serangkaian perubahan
progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman (E.B Harlock
dalam Syamsusbahri, 2013). Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf
pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuscular,
kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi (Depkes, 2007).
2.1.2 Aspek-aspek pertumbuhan dan perkembangan
1. Aspek pertumbuhan
Untuk menilai pertumbuhan anak dilakukan pengukuran antopometri, pengukuran
antopometri meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala,
lingkar lengan atas, dan lingkar dada (Saputri, 2014). Pengukuran berat badan digunakan untuk
menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, pengukuran
tinggi badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor genetik,
sedangkan pengukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menilai pertumbuhan otak.
Pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) menunjukkan adanya reterdasi mental, apabila otaknya
besar (volume kepala meningkat) terjadi akibat penyumbatan cairan serebrospinal. (Hidayat,
2011). Pada umur 6 bulan lingkar kepala rata-rata adalah 44 cm (Angelina, 2014).
2. Aspek Perkembangan
a. Motorik kasar (gross motor) merupakan keterampilan meliputi aktivitas otot-otot besar
seperti gerakan lengan, duduk, berdiri, berjalan dan sebagainya (Saputri, 2014).
b. Motorik halus (fine motor skills) merupakan keterampilan fisik yang melibatkan otot
kecil dan koordinasi mata dan tangan yang memerlukan koordinasi yang cermat.
Perkembangan motorik halus mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari
kaki menggambar dua tau tiga bagian, menggambar orang, melambaikan tangan dan
sebagainya (Saputri, 2014).
c. Bahasa (Languange) adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan, berkomunikasi (Hidayat, 2011).
d. Sosialisasi dan kemandirian merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan
mandiri (makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan
ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya ( Rusmil,
2008).
2.1.3 Tahap tumbuh kembang Anak
1. Pertumbuhan
a. Berat badan
Pemantauan pertumbuhan bayi dan anak dapat dilakukan dengan menimbang
berat badan, mengukur tinggi badan, dan lingkar kepala anak. Pertumbuhan berat
badan bayi usia 0-6 bulan mengalami penambahan 150-250 gram/minggu dan
berdasarkan kurva pertumbuhan yang diterbitkan oleh National Center for Health
Statistics (NCHS), berat badan bayi akan meningkat dua kali lipat dari berat lahir
pada anak usia 4-7 bulan (Wong, 2008).
b. Panjang badan
Istilah panjang badan dinyatakan sebagai pengukuran yang dilakukan ketika anak
terlentang (Wong, 2008). Pengukuran panjang badan digunakan untuk menilai
status perbaikan gizi. Selain itu, panjang badan merupakan indikator yang baik
untuk pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting) dan untuk perbandingan
terhadap perubahan relatif, seperti nilai berat badan dan lingkar lengan atas
(Nursalam, 2008). Pengukuran panjang badan dapat dilakukan dengan sangat
mudah untuk menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Panjang
bayi baru lahir normal adalah 45-50 cm dan berdasarkan kurva yang ditentukan
oleh National Center for Health Statistics (NCHS), bayi akan mengalami
penambahan panjang badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya (Wong, 2008).
c. Pengukuran Lingkar Kepala Anak
Cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan otak
anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak mengikuti perkembangan otak,
sehingga bila ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak maka perkembangan
otak anak juga terhambat. Pengukuran dilakukan pada diameter occipitofrontal
dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai standar (Chamidah, 2009).
Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata adalah 34-35 cm dan lingkar kepala ini
lebih besar daripada lingkar dada. Pada anak umur 6 bulan, lingkar kepala rata-
rata adalah 44 cm, umur 1 tahun 47 cm, 2 tahun 49 cm, dan dewasa 54 cm. Jadi,
pertambaha lingkar kepala pada 6 bulan pertama adalah 10 cm, atau sekitar 50%
pertambahan lingkar kepala sejak lahir sampai dewasa terjadi 6 bulan pertama
kehidupan. (Soetjiningsih, 2013).
2. Perkembangan
1) Perkembangan motorik halus
a) Masa neonatus (0 – 28 hari)
Perkembangan motorik halus pada masa ini dimulai dengan adanya
kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons
terhadap gerakan jari atau tangan.
b) Masa bayi (28 hari – 1 tahun)
- Usia 1 – 4 bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah dapat melakukan hal-
hal seperti memegang suatu objek, mengikuti objek dari sisi ke sisi,
menvoba memegang dan memasukan benda kedalam mulut, memegang
benda tapi terlepas, memerhatikan tangan dan kaki, memegang benda
dengan kedua tangan, serta menahan benda di tangan walaupun hanya
sebentar.
- Usia 4 – 8 bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah sudah mulai mengamati
benda, menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang,
mengekplorasi benda yang sedang dipegang, mengambil objek dengan
tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan secara
simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, serta
memindahkan objek dari satu tangan ketangan yang lain.
- Usia 8 – 12 bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah mencari atau merainh
benda kecil; bila diberi kubus mampu memindahkan, mengambil,
memegang dengan telunjuk dan ibu jari, membenturkannya, serta
meletakkan benda atau kubus ke tempatnya.
2) Perkembangan motorik kasar
a) Masa neonatus
Perkembangan motorik kasar yang dapat dicapai pada usia ini diawali dengan
tanda gerakan seimbang pada tubuh dan mulai mengangkat kepala.
b) Masa bayi
- Usia 1 – 4 bulan
Perkembangan motorik kasar pada usia ini dimulai dengan kemampuan
mengangkat kepala saat tegkurap, mencoba duduk sebentar dengan
ditopang, mampu duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan
ketika disokong pada posisi berdiri, kontrol kepala sempurna,
mengangkat kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari terlentang
ke miring, kesisi lengan dan tungkai kurang fleksi, dan berusaha untuk
merangkak.
- Usia 4 – 8 bulan
Usia perkembangan motorik kasar awal bulan ini dapat dilihat pada
pertumbuhan dalam aktivitas, seperti posisi telungkup pada alas dan
sudah mulai mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan
kedua tangannya. Pada bulan ke empat sudah mampu memalingkan
kepala ke kanan dan kiri, duduk dengan kepala tegak, membalikan badan,
bangkit dengan kepala tegak, menumpu beban pada kaki dengan lengan
berayun kedepan dan kebelakang, berguling dari terlentang dan
tengkurap, serta duduk dengan bantuan dalam waktu yang singkat.
- Usia 8 – 12 bulan
Perkembangan motorik kasar dapat diawali dengan duduk tanpa
pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit lalu berdiri, berdiri 2 detik
dan berdiri sendiri.
3) Perkembangan bahasa
a) Masa neonatus (0 – 28 hari)
Perkembangan bahasa masa neonatus ini dapat ditunjukan dengan adanya
kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bel.
b) Masa bayi (28 hari – 1 tahun)
- Usia 1 – 4 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai dengan adanya kemampuan
bersuara dan tersenyum, mengucapkan huruf hidup, berceloteh,
mengucapkan kata “oh/ah”, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan,
serta bereaksi dengan mengoceh.
- Usia 4 – 8 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat menirukan bunyi atau
kata-kata, menoleh ke arah suara atau sumber bunyi, tertawa, menjerit,
menggunakan vokalisasi semakin banyak, serta menggunakan kata yang
terdiri atas dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang
bersamaan seperi “ba-ba”.
- Usia 8 – 12 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah mampu mengucapkan kata
“papa” dan “mama” yang belom spesifik, mengoceh hingga
mengatakannya secara spesifik, serta dapat mengucapkan satu sampai dua
kata.
4) Perkembangan perilaku atau adaptasi sosial
a) Masa neonatus (0 – 28 hari)
Anak akan menangis jika merasa lapar, tidak nyaman. Selain itu sebagian
besar waktu masih dihabiskan untuk tidur.
b) Masa bayi (28 hari – 1 tahun)
- Usia 1 – 4 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat diawali dengan
kemampuan mengamati tangannya: tersenyum spontan dan membalas
senyum bila di ajak tersenyum; mengenali ibunya dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran, dan kontak; tersenyum pda wajah manusia;
waktu tidur dalam sehari lebih sedikit dari pada waktu terjaga;
membentuk siklus tidur bangun; menangis bila terjadi sesuatu yang aneh;
membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal; senang
menatap wajah-wajah yang dikenalnya; serta terdiam bila ada orang yang
tak dikenal (asing).
- Usia 4 – 8 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini antara lain anak merasa takut
dan terganggu dengan keberadaan orang asing, mulai bermain dengan
mainan, mudah frustasi, serta memukul-mukul lengan dan kaki jika
sedang kesal.
- Usia 8 – 12 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dimulai dengan kemampuan
bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan
cangkir, menirukan kegiatan orang, bermain bola atau lainnya dengan
orang lain.

2.2 Meningokel
2.2.1 Definisi
Meningokel adalah penyakit kongenital dari kelainan embriologis yang disebut
neural tube defect (NTD) yaitu adanya defek pada penutupan spina yang berhubungan
dengan pertumbuhan yang abnormal pada korda spinalis atau penutupannya.
Meningokel adalah satu dari tiga jenis kelainan bawaan spina bifida. Meningokel
merupakan meningens yang menonjol melalui vertebrata yang tidak utuh dan teraba sebagai
suatu benjolan berisi cairan dibawah kulit (Wafi Nur, 2010).

2.2.2 Faktor Risiko


Penyebab spesifik dari meningokel belum diketahui. Banyak faktor seperti keturunan dan
lingkungan diduga terlibat dalam terjadinya defek ini. Tuba neural umumnya lengkap empat
minggu setelah konsepsi. Faktor risiko yang diduga mendasari terjadinya meningokel
diantaranya adalah:
a. Memiliki riwayat melahirkan anak dengan meningokel
b. Kadar vitamin maternal rendah, termasuk asam folat
c. Mengonsumsi obat-obatan, seperti: klomifen dan asam valfroat:
d. Adanya riwayat hipertermia selama kehamilan.
e. Ibu riwayat terinfeksi TORCH saat masa kehamilan

2.2.3 Patofisiologi
Defek neural tube, termasuk meningokel timbul karena adanya kegagalan pembentukan
mesoderm dan neurorectoderm. Defek embriologi primer pada semua defek neural tube adalah
kegagalan penutupan neural tube, mempengaruhi neural dan struktur kutaneus ectodermal. Hal ini
terjadi pada hari ke 17 - 30 kehamilan. Selama kehamilan, otak, tulang belakang manusia bermula
dari sel yang datar, yang kemudian membentuk silinder yang disebut neural tube. Jika bagian dari
tabung neural (neural tube) tidak menutup, tulang belakang juga tidak menutup akan
menyebabkan terjadinya spina bifida. Serta jika bagian tersebut gagal menutup atau terdapat
daerah yang terbuka yang disebut cacat neural tube terbuka. Daerah yang terbuka itu
kemungkinan 80% terpapar atau 20% tertutup tulang atau kulit. 90% dari kasus yang terjadi
bukanlah faktor genetik/ keturunan yang berdiri sendiri tetapi sebagian besar terjadi dari
kombinasi faktor lingkungan dan gen dari kedua orang tuanya. Pada meningokel penonjolan
terdiri atas meninges dan sebuah kantong yang berisi cairan serebrospinal. Tidak ada kelainan
neurologi, dan medulla spinalis tidak terkena (Muttaqin, 2010).

2.2.4 Manifestasi klinis


Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis
dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan
yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis atau
akar saraf yang terkena. Secara umum gejala yang nampak pada meningokel adalah:
a. Penonjolan seperti kantung dipunggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir
b. Benjolan ditutup dengan membrane tipis yang semi-transparan berwarna kebirubiruan
atau ditutup sama sekali oleh kulit yang dapat menunjukkan hipertrikhosis atau nevus.

2.2.5 Pemeriksaan Diagnostik


1. Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.
2. USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda spinalis
maupun vertebra
3. CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi
dan luasnya kelainan.

2.2.6 Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan awal meningokel adalah mengurangi kerusakan saraf,
meminimalkan terjadinya komplikasi, serta membantu keluarga dalam menghadapi kelainan ini.
Penatalaksanaan utama pada kasus bayi dengan meningokel adalah pembedahan. Pembedahan
dilakukan pada periode neonatal untuk mencegah rupture. Kadang-kadang pembedahan shunting
juga dilakukan untuk memperbaiki hidrosefalus. Perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal
dan pirau CSS pada bayi hidrosefalus dilakukan pada saat kelahiran. Pencangkokan kulit perlu
dilakukan bila lesinya besar. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada bayi sebelum pelaksanaan
tindakan pembedahan, antara lain:
1. Sebelum dioperasi, bayi dimasukkan kedalam incubator dengan kondisi tanpa baju.
2. Bayi dalam posisi telungkup atau tidur jika kantungnya besar untuk mencegah infeksi.
3. Cegah infeksi perlukaan pada meningokel, tutup luka dengan kasa steril.
4. Persiapan operasi dilakukan sedini mungkin untuk mencegah terjadinya infeksi otak yang
sangat berbahaya.
5. Berkolaborasi dengan dokter anak, ahli bedah dan ahli ortopedi, dan ahli urologi,
terutama untuk tidakan pembedahan dengan sebelumnya melakukan informed consent
6. Lakukan pengamatan dengan cermat terhadap adanya tanda-tanda hidrosefalus (dengan
mengukur lingkar kepala setiap hari) setelah dilakukan pembedahan atau juga
kemungkinan terjadinya meningitis (lemah, tidak mau minum, mudah terangsang, kejang
dan ubun-ubun akan besar menonjol). Selain itu, perhatikan pula banyak tidaknya
gerakan tungkai dan kaki, retensi urin, inkontinensia fekal, dan kerusakan kulit akibat
iritasi urin dan feses.
Antibiotic profilaktik dapat diberikan untuk mencegah meningitis, serta pemberian
antibiotic untuk mengobati infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya jika ada. Dalam mengatasi
gejala muskulo skeletal diperlukan campur tangan dari bidang bedah ortopedi maupun bidang
rehabilitasi fisik. Keleinan saraf lainnya ditatalaksanai sesuai dengan jenis dan luasnya gangguan
fungsi yang terjadi. Seksio sesarae terencana sebelum melahirkan, dapat mengurangi kerusakan
neurologis yang terjadi pada bayi dengan defek korda spinalis.
Intervensi keperawatan yang dilakukan tergantung ada tidaknya disfungsi dan berat
ringannya disfungsi tersebut pada berbagai system tubuh. Latihan ROM perlu dilakukan agar
pergerakan sendi tetap terjaga dan memperkuat fungsi otot. Penekanan lembut diatas kandung
kemih bias dilakukan untuk membantu memperlancar aliran kemih. Pada kasus yang berat
kadang harus dilakukan pemasangan kateter. Diet kaya serat dan program pelatihan buang air
besar bisa membantu memperbaiki fungsi saluran pencernaan bayi.
Alogaritma Penatalaksanaan Meningokel

2.2.7 Komplikasi
1. Hidrosefalus
2. Meningitis
3. Hidrosiringomielia
4. Intraspinal tumor
5. Kiposkoliosis
6. Kelemahan permanen atau paralisis pada ekstermitas bawah
7. Serebral palsy disfungsi batang otak
8. Infeksi pada sistem organ lain
9. Sindroma Arnold-Chiari
10.Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada bayi

2.2.8 Pencegahan
Risiko terjadinya meningokel dapat dikurangi dengan mengonsumsi asam folat yang
adekuat selama masa kehamilan. Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus dikoreksi
sebelum wanita tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini. Wanita yang berencana
untuk hamil dianjurkan untuk mengonsumsi asam folat sebanyak 0.4 mg/hari. Kebutuhan asam
folat pada wanita hamil adalah 1 mg/hari.
2.2.9 WOC Meningokel
Daftar Pustaka

Soetjiningsih. 2013. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.


Hidayat, A. Aziz Alimul. 2011. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta;
Salemba Mesika.
Muttaqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Persyarafan. Salemba
Medika: Jakarta.
Donna L. Wong et all. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik. Cetakan pertama. Jakarta : EGC.
Wafi Nur Muslihatun. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.
Saputri, L.D et al. 2014. Teori dan Konsep Tumbuh Kembang : Bayi, Toddler, Anak, dan Usia
Remaja. Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai