BAB 1
PENDAHULUAN
1
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
semen memiliki banyak jenis, tetapi sifat semen pada umumnya sangatlah mudah
menyerap air.
Dalam menggunakan produk semen, banyak hal-hal yang perlu kita
pahami, antara lain dalam pembuatan plesteran, dinding harus terlebih dahulu
dibasahi guna mengurangi penguapan pada tembok sehingga tembok tidak cepat
terlihat retak-retak. Selain itu campuran semen dan bahan pendukung lain perlu
diperhatikan, agar campuran tersebut terlihat baik (tidak lembek atau mudah
rontok).
Material penyusun yang kedua adalah air. Kualitas air sangat
mempengaruhi kekuatan beton. Kualitas air erat kaitannya dengan bahan-bahan
yang terkandung dalam air tersebut. Air yang digunakan seharusnya tidak
membuat rongga pada beton, tidak membuat retak pada beton dan tidak membuat
korosi pada tulangan yang mengakibatkan beton menjadi rapuh. Pada pengecoran,
keenceran beton mengakibatkan mutu beton akan turun sangat jauh, walaupun
permukaan yang dihasilkan tidak berongga pada awalnya. Hal ini disebabkan
faktor air semen yang tinggi pada kandungan beton, sehingga akan timbul banyak
rongga pada beton setelah airnya mengering.
Pada proses pencampuran beton, penggunaan air dari sumber yang sudah
diketahui pasti baik mutunya tidak perlu dilakukan pengujian mutu air
sebelumnya. Syarat umum air yang langsung dapat digunakan yaitu bersih, dapat
diminum, bebas dari bahan perusak (oli, asam, alkali, garam, dan bahan organik),
dan tidak mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan. Hal lain
yang perlu diketahui, bahwa air yang dapat diminum mempunyai kisaran kadar
pH sekitar 4,5 sampai dengan 8,5, jika tidak memenuhi syarat di atas, air perlu
diuji mutunya terlebih dahulu.
Material penyusun yang ketiga adalah agregat. Sebagai salah satu
komponen penyusun beton, agregat mengisi sebagian besar dari total volume yang
ada. Perlu diketahui, agregat dapat mengisi volume beton dalam kisaran 60%
sampai dengan 75% dari total keseluruhan, sehingga dapat terlihat bahwa
kontribusi agregat sebagai komponen penyusun beton sangatlah besar. Beton akan
tinggi mutunya bila agregat yang digunakan juga berkualitas tinggi. Tidak semua
2
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
agregat dapat langsung digunakan dalam campuran beton, perlu adanya kontrol
terhadap kualitas dan berbagai perilaku agar diperoleh beton dengan mutu baik.
Pemeriksaan kontrol terhadap agregat mencakup sifat-sifatnya, ukurannya,
jenisnya, juga bentuk serta kekuatannya. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa
sifat suatu bahan komposit tidak dapat dilepaskan dari sifat-sifat bahan
penyusunnya.
Agregat yang digunakan pada campuran bahan beton meliputi agregat
kasar dan agregat halus. Dalam hal ini, dapat didefinisikan bahwa agregat kasar
adalah jenis agregat yang tertahan pada saringan No.4 dalam percobaan,
sedangkan agregat halus dalam percobaan adalah jenis agregat yang lolos saringan
No.4 dan tertahan saringan No.50.
Beton akan mengalami perubahan mikrostruktur pada temperatur tinggi
yang disebabkan oleh reaksi fisik maupun reaksi kimia yang bervariasi sesuai
tingkat pemanasannya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur material
penyusun beton ini dipengaruhi oleh tinggi temperatur pembakaran, durasi
pembakaran, dan sifat termal dari material beton itu sendiri. Sifat termal itu adalah
koefisien muai termal, penghantaran panas (konduktivitas termal), dan panas
jenis.
Sifat-sifat beton pada umumnya dipengaruhi oleh kualitas bahan, cara
pengerjaan, dan cara perawatannya. Karakteristik semen mempengaruhi kualitas
beton dan kecepatan pengerasannya. Gradasi agregat halus mempengaruhi
pengerjaannya, sedang gradasi agregat kasar mempengaruhi kekuatan beton.
Kualitas dan kuantitas air mempengaruhi pengerasan dan kekuatan. Kekuatan
beton terutama dipengaruhi oleh banyaknya air dan semen yang digunakan atau
tergantung pada faktor air semen dan derajat kekompakannya. Adapun faktor yang
mempengaruhi kekuatan beton adalah perbandingan berat air dan semen, tipe
agregat, gradasi agregat, kualitas semen, dan perawatan (curing). Sedangkan sifat
beton setelah terbakar pada umumnya merupakan reaksi kimia dari material yang
mudah terbakar (combustible material) dengan oksigen yang dikenal dengan
reaksi pembakaran yang menghasilkan panas. Panas hasil pembakaran ini
diteruskan ke massa beton atau mortar dengan dua macam mekanisme,
3
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
mekanisme tersebut yakni secara radiasi dan konveksi. Secara radiasi dapat
diartikan pancaran panas diterima oleh permukaan beton sehingga permukaan
beton menjadi panas. Pancaran panas akan sangat potensial, jika suhu sumber
panas relatif tinggi. Sedangkan secara konveksi yaitu udara panas yang bertiup
atau bersinggungan dengan permukaan beton atau mortar sehingga beton menjadi
panas. Bila tiupan angin semakin kencang, maka panas yang dipindahkan dengan
cara konveksi semakin banyak. Akibat panas, beton akan mengalami retak,
terkelupas (spalling), dan kehilangan kekuatan. Kehilangan kekuatan terjadi
karena perubahan komposisi kimia secara bertahap pada pasta semen tersebut.
Pengaruh pemanasan sampai pada temperatur 200ºC sebenarnya menguntungkan
terhadap beton, karena akan menyebabkan penguapan air (dehidrasi) dan penetrasi
ke dalam rongga-rongga beton lebih dalam, sehingga memperbaiki sifat lekatan
antar partikel-partikel C-S-H. Pada suhu antara 400oC sampai dengan 600ºC,
penurunan kuat tekan dan kuat lentur hingga mencapai 50% dari kuat tekan
sebelumnya.
disebabkan karena semen bertipe high early strength akan meningkatkan suhu
beton pada proses hidrasi ditambah dengan suhu panas di Indonesia dan akibatnya
suhu beton makin tinggi sehingga crack pun muncul.
Penggunaan air sebagai salah satu bahan pencampur beton dapat kita
gunakan secara langsung apabila sumber air yang kita gunakan sudah kita ketahui
pasti baik mutunya seperti air ledeng, air PDAM dan air sumur. Apabila
persyaratan secara kondisi sekilas fisik telah diketahui, maka air tersebut dapat
kita gunakan sebagai salah satu bahan dalam proses pencampuran beton tanpa
pengujian mutu air tersebut. Karakteristik air yang langsung dapat kita gunakan
adalah semua jenis air yang dapat dikonsumsi. Air tersebut memenuhi kadar pH
air yang diizinkan yaitu mencapai besaran sekitar 4,5 sampai dengan 8,5.
Pemeriksaan agregat dan pengendalian mutu harus dikerjakan secara
berkala untuk komposisi bahan-bahan lain, pemeriksaan dan pengendalian
tersebut meliputi pemeriksaan mutu bahan dan sampel uji yang dibuat dari
campuran yang diperiksa. Dalam kondisi tertentu, menguji struktur beton
(existing structure) harus juga dilakukan. Umumnya pengujian ini baru dikerjakan
bila hasil pengujian sampel-sampel uji menunjukkan mutu di bawah mutu yang
disyaratkan.
6
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
7
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
8
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
9
Kelompok 3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma