Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TANDA BAHAYA KEHAMILAN


DI PUSKESMAS TUMPANG MALANG

Disusun oleh :
Kelompok 2A
Sony Apriliawan 19007030011021
Lailatul Mukaroma 19007030011058
Eritia Ekky W. 19007030011045
Marya Nurhana 19007030011018

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Hari/Tanggal : Selasa, 17 September 2019s


Waktu : Pukul 10.00 - 10.30 WIB
Pokok Bahasan : Tanda Bahaya Kehamilan
Sub Pokok Bahasan : Menjelaskan mengenai tanda bahaya kehamilan
Sasaran : Ibu hamil
Penyuluh : Mahasiswa Profesi Ners UB 2018
Tempat : Kelas Ibu Hamil wilayah kerja Puskesmas Tumpang

I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah dilakukan penyuluhan mengenai tanda bahaya kehamilan, diharapkan
ibu dapat mengetahui manfaat pentingnya mengetahui tanda bahaya kehamilan.
II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapat penyuluhan tanda bahaya kehamilan, diharapkan ibu
mengerti :
1. Pengertian tanda bahaya kehamilan.
2. Macam - macam tanda bahaya kehamilan.
3. Tindakan yang harus dilakukan apabila mengalami salah satu dari tanda
bahaya kehamilan tersebut.
4. Langkah-langkah untuk mengantisipasi tanda bahaya tersebut, agar
tidak terjadi
5. Faktor risiko kehamilan

III. Materi
Terlampir

IV. Manfaat
Penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan para ibu hamil mengenai macam -
macam tanda bahaya pada kehamilan.

V. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

VI. Media dan Alat Peraga


1. Leaflet
2. Power Point
3. Proyektor

VII. Petugas Pelaksana


Pembimbing : Ida Priyanti, S.ST
1. Moderator : Marya Nurhana
Tugas : Mengatur jalannya penyuluhan
2. Penyaji : Sony Apriliawan
Tugas : Menyampaikan materi penyuluhan
3. Anggota : Lailatul Mukaroma dan Eritia Ekky W
Tugas : Membagikan leaflet ke peserta dan menjawab pertanyaan

VIII. Proses Kegiatan Penyuluhan

Sasaran
No Waktu Kegiatan Klien dan keluarga
Penyaji
Klien
1. 5 menit Pembukaan  Menyampaikan salam  Menjawab salam
a. Salam pembuka pembuka  Memperhatikan dan
b. Perkenalan  Memperkenalkan diri dan terlihat antusias
c. Menyampaikan tujuan menjelaskan kontrak waktu mengikuti
d. Kontrak waktu pelaksanaan kegiatan penyuluhan
kepada peserta penyuluhan  Menjawab
dengan bahasa yang sopan pertanyaan
dan jelas serta penggunaan
kata yang efisien.
 Menjelaskan tujuan
penyuluhan dan pokok
materi yang akan
disampaikan
 Menanyakan beberapa
pertanyaan seputar opini
peserta mengenai topik
penyuluhan.
2. 15 menit Kegiatan Inti  Menyampaikan  Menyimak dan
 Penyampaian materi dengan jelas dan memperhatikan
materi tepat sesuai dengan metode penyuluhan dengan
yang dipilih. Materi meliputi: baik dan antusias.
b. Pengertian tanda
bahaya kehamilan
c. Macam macam tanda
bahaya kehamilan
d. Tindakan yang harus
dilakukan apabila
mengalami salah satu
dari tanda bahaya
kehamilan tersebut.
e. Langkah-langkah untuk
mengantisipasi tanda
bahaya tersebut, agar
tidak terjadi.
 Menyampaikan
materi tidak berbelit-belit
serta efisien sehingga
mencegah kekurangan
waktu
 Memanfaatkan
semua media yang tersedia
untuk menyampaikan materi
dengan baik.
3. 10 menit Penutup  Melalukan dialog interaktif Peserta penyuluhan
 Sesi tanya jawab dengan peserta penyuluhan. dengan antusias
 Melakukan evaluasi  Menanyakan beberapa
bertanya dan
 Menyimpulkan materi
pertanyaan singkat kepada berdialog tentang
yang didiskusikan pasien tentang materi
 Mengakhiri kegiatan materi penyuluhan.
penyuluhan untuk Bersama penyaji
dengan salam
mengetahui feed back. menyimpulkan
Contoh pertanyaan: materi.
Mengerti dan
1. Apa itu tanda bahaya
mempunyai
kehamilan?
2. Sebutkan 3 tanda pengetahuan baru
bahaya kehamilan! tentang materi
3. Sebutkan 3 tindakan
penyuluhan ditandai
yang harus dilakukan
dengan hampir
jika menemui tanda
keseluruhan peserta
bahaya kehamilan!
dapat menjawab
4. Sebutkan 1 tidakan
pertanyaan.
untuk mencegah tanda
Menjawab salam.
bahaya kehamilan!
 Menyampaikan kesimpulan
dengan singkat dan jelas.
 Memberi reward kepada
peserta yang aktif dan
dapat menjawab
pertanyaan dengan baik.
 Menyampaikan salam
penutup dan ucapan
terimakasih dengan sopan
dan jelas.

IX. EVALUASI
1. Evaluasi Terstruktur
a. Alat dan media dapat digunakan dengan baik
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Kelas ibu hamil
c. Pengorganisasian dan persiapan kegiatan dilakukan pada sehari sebelumnya
2. Proses
a. Penyuluh mampu menguasai materi penyulihan yang diberikan
b. Peserta mengikuti penyuluhan dari awal hingga akhir secara tertib
c. Peserta mendengarkan ceramah dengan baik dan berkonsentrasi terhadap
materi yang disampaikan oleh pemberi penyuluhan
d. Peserta yang mengikuti penyuluhan minimal adalah 7 orang
3. Hasil
Peserta mengetahui terkait tanda bahaya kehamilan terbukti dapat menjawab
dengan benar minimal tiga pertanyaan yang diberikan penyuluh.
MATERI TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN

MATERI TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN

A. Pengertian Tanda Bahaya Kehamilan


Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya
bahaya yang bisa terjadi selama kehamilan, jika tidak dilaporkan atau tidak segera
terdeteksi dapat menyebabkan kematian pada ibu (Asrinah, 2010: 154). Menurut
Pillitteri (2010), tanda bahaya kehamilan yang dapat muncul antara lain perdarahan
pervagina, edema pada wajah dan tangan, demam tinggi, ruftur membran,
penurunann pergerakan janin, dan muntah persistens (Isdiaty, Nur, 2013: 19). Tanda
bahaya kehamilan, menurut Yuni dkk (2010) diantaranya terdapat perdarahan
pervaginam, mengalami sakit kepala yang berat, penglihatan mata kabur, terdapat
bengkak di wajar dan jari-jari tangan, keluarnya cairan pervaginam, gerakan janin
tidak terasa, dan nyeri abdomen yang hebat (Sartika, 2016: 15).

B. Macam-macam tanda bahaya kehamilan


1. Keluar darah dari jalan lahir
Pada kehamilan muda (trimester 1) salah satu komplikasi terbanyak pada
kehamilan ialah terjadinya perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia
kehamilan. Beberapa penyebab kehamilan antara lain:
a. Abortus. Menurut Prawirohardjo (2008) abortus adalah pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dan sebagai batas-
annya yaitu kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500
gram.
b. Kehamilan ektopik. Menurut Kusmiyati (2008) kehamilan ektopik adalah
kehamilan diluar rahim, misalnya dalam tuba, rongga perut, servik atau dalam
tanduk rudimenter rahim.
c. Mola hidatidosa. Menurut Kusmiyati (2008) mola hidatidosa atau hamil anggur
adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak dapat
berkembang menjadi embrio atau bakal janin tetapi terjadi proliferasi dari villi
korialis disertai dengan degenerasi hidrofik.
Dilihat dari SDKI tahun 2007 penyebab kematian ibu dikarenakan
perdarahan (28%). Pada akhir kehamilan perdarahan yang tidak normal adalah
merah, banyak dan kadang-kadang tidak disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan
semacam ini berarti plasenta previa. Plasenta previa adalah keadaan dimana
plasenta berimplantasi pada tempat yang abnormal yaitu segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri interna. Penyebab lain
adalah solusio plasenta dimana keadaan plasenta yang letaknya normal, terlepas
dari perlekatannya sebelum janin lahir, biasanya dihitung sejak kehamilan 28
minggu.
Perdarahan dapat mengakibatkan beberapa komplikasi yang membaha-
yakan pasien, mulai dari syok hipovolemik, gumpalan darah dan perdarahan
terjadi di saat yang bersamaan (koagulasi intravaskular diseminata/DIC), gagal
ginjal akut, acute respiratory distress syndrome, kegagalan multiorgan, hingga
kematian.

2. Keluar air ketuban sebelum waktunya


Ketuban yang pecah pada kehamilan aterm dan disertai dengan munculnya
tanda-tanda persalinan adalah normal. Pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda-tanda
persalinan ini disebut ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan
ruangan dalam rahim sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Makin lama
periode laten (waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi rahim), makin
besar kemungkinan kejadian kesakitan dan kematian ibu atau janin dalam rahim
(Marjati Kusbandiyah Jiarti, Julifah Rita, 2010).
Komplikasi yang biasa terjadi pada KPD meliputi; mudah terjadinya infeksi
intra uterin, partus prematur, prolaps bagian janin terutama tali pusat (Manuaba,
2009). Terdapat tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini yaitu
peningkatan morbiditas neonatal oleh karena prematuritas, komplikasi selama
persalinan dan kelahiran, resiko infeksi baik pada ibu maupun janin, dimana
resiko infeksi karena ketuban yang utuh merupakan barrier atau penghalang
terhadap masuknya penyebab infeksi (Sarwono, 2010).

3. Kejang
Menurut SDKI tahun 2007 penyebab kematian ibu karena eklampsi (24%).
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya keadaan dan
terjadinya gejala-gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila
semakin berat, penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun kemudian kejang.
Kejang dalam kehamilan dapat merupakan gejala dari eklampsia (Saifuddin, 2002).
Eklampsia didefinisikan sebagai peristiwa terjadinya kejang pada kehamilan
≥ 20 minggu disertai atau tanpa penurunan tingkat kesadaran bukan karena
epilepsi maupun gangguan neurologi lainnya. Kejang eklampsia hampir selalu
didahului oleh preeklampsia. Eklampsia paling sering terjadi pada trimester ketiga
dan menjadi sering saat kehamilan mendekati aterm. Eklampsia dapat terjadi pada
antepartum, intrapartum, dan postpartum. Eklampsia postpartum umumnya terjadi
dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.
4. Bengkak pada wajah, kaki dan tangan
Hampir separuh wanita hamil akan mengalami bengkak pada kaki dan tungkai
bawah yang biasanya muncul pada usia kehamilan 24 minggu ke atas (trimester 3)
atau bisa muncul pada trimester kedua, bengkak ini terjadi karena penyumbatan
yang disebabkan oleh tekanan yang menghalangi sirkulasi jaringan. Bengkak
biasanya hilang setelah beristirahat dan meninggikan kaki. Keadaan ini dapat
dikatakan normal, akan tetapi bengkak dapat menunjukkan masalah serius jika
muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan
keluhan fisik yang lain dan bertahan lebih dari 24 jam. Bila dibiarkan keadaan ini
dapat membahayakan ibu dan janin. Bengkak yang terjadi merupakan pertanda
gagal jantung, pre-eklampsi dan eklampsia bila kejang (Astuti, 2010).

5. Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 10 kali dalam 12jam) Ibu mulai
merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-6. Beberapa ibu dapat
merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan
melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam. Gerakan bayi
akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan
dan minum dengan baik. Kurangnya gerakan janin biasanya dipengaruhi dari
kondisi ibu, nutrisi, dan karena terjadi kecelakaan yang dapat mengakibatkan
benturan, atau pengaruh dari janin sendiri. Jika ibu tidak merasakan gerakan
janin selama 12 jam atau sesudah kehamilan 22 minggu, kemungkinan dapat
terjadi solusio plasenta, ruptur uteri, gawat janin dan kematian janin (Yulifah,
2011).

6. Demam Tinggi
Demam tinggi (suhu diatas >37,5) pada ibu hamil biasanya disebabkan karena
infeksi atau malaria. Demam tinggi biasanya membahayakan keselamatan jiwa
ibu bisa menyebabkan keguguran atau kelahiran (Nurhayati, 2012). Penanganan
demam antara lain dengan istirahat baring, minum banyak dan mengompres
untuk menurunkan suhu (Lalega ,2013). Demam dapat disebabkan oleh infeksi
dalam kehamilan yaitu masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh
wanita hamil yang kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau gejala-gejala
penyakit. Pada infeksi berat dapat terjadi demam dan gangguan fungsi organ
vital. Infeksi dapat terjadi selama kehamilan, persalinan dan masa nifas
(Pusdinakes, 2013).

4. Nyeri perut yang hebat


Nyeri pada daerah abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan
normal adalah suatu kelainan. Nyeri abdomen yang mengindikasikan
mengancam jiwa adalah nyeri perut yang hebat, menetap dan tidak hilang
setelah beristirahat, terkadang dapat disertai dengan perdarahan lewat jalan
lahir. Hal ini bisa berarti appendicitis (radang usus buntu), kehamilan ektopik
(kehamilan di luar kandungan), aborstus (keguguran), penyakit radang panggul,
persalinan preterm, gastritis (maag), solutio placenta, penyakit menular seksual,
infeksi saluran kemih atau infeksi lain (Kusumawati, 2014).

5. Sakit kepala yang hebat


Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit
kepala hebat, menetap dan tidak hilang dengan beristriahat. Terkadang karena
sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa
penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam
kehamilan adalah gejala dari pre eklampsi. Perubahan visual (penglihataan)
secara tiba-tiba (pandangan kabur) dapat berubah pada masa kehamilan. Nyeri
kepala hebat pada masa kehamilan dapat menjadi tanda gejala preeklamsi, dan
jika tidak diatasi dapat mnyebabkan komplikasi kejang maternal, stroke,
koagulapati hingga kematian. Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lengkap
baik oedem pada tangan/ kaki, tekanan darah, dan protein urin ibu sejak dini
(Kusumawati, 2014).

6. Muntah terus dan tidak bisa makan pada kehamilan muda.


Mual (Nausea) dan muntah (Emesis Gravidarum) adalah gejala yang
wajar dan sering terdapat pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada
pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini
kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung
selama kurang lebih 10 minggu. Mual muntah yang berlebihan menyebabkan
cairan tubuh berkurang, sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) dan
sirkulasi darah ke jaringan terlambat. Jika hal itu terjadi, maka konsumsi oksigen
dan makanan ke jaringan juga ikut berkurang. Kekurangan oksigen dan makanan
ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat mengurangi
kesehatan ibu dan perkembangan janin yang dikandungnya. Kasus semacam ini
memerlukan penanganan yang serius (Oktavia, 2016).

7. Selaput kelopak mata pucat


Tanda ini berhubungan dengan keadaan dimana ibu hamil menderita
anemia atau kekurangan darah. Adalah kekurangan darah yang dapat
menganggu kesehatan ibu pada saat proses persalinan (BKKBN, 2009:24).
Kondisi ibu hamil dengan kadar Hemoglobin kurang dari 11 g% pada trimester 1
dan 3 dan < 10,5 g% pada trimester 2. Anemia dapat menimbulkan dampak
buruk terhadap ibu maupun janin, seperti infeksi, partus prematurus, abortus,
kematian janin, cacat bawaan (Prawirohardjo, 2010)

8. Berat badan ibu hamil tidak naik


Pertambahan berat badan pada ibu hamil merupakan salah satu
fenomena biologis yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan janin. Di
Indonesia, standar pertambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah
sekitar 9-12 kg (Kemenkes, 2010). Namun, terdapat kelemahan terkait standar
pertambahan berat badan ibu hamil di Indonesia yakni belum adanya standar
pertambahan berat badan ibu hamil sesuai dengan kategori IMT sebelum hamil
dan pertambahan berat badan per trimester. Beberapa penelitian di Negara Asia
lainnya (Jepang, Taiwan dan Sri Lanka) telah menggunakan standar berat badan
pada ibu hamil yang telah ditetapkan oleh Institute of Medicine (IOM)
(Watanabe., dkk, 2009; Tsai Ms., dkk, 2011). Hasil penelitian Abeysena (2011) di
Kota Gampaha Sri Lanka menunjukan bahwa hampir sebagian besar (45,5%) ibu
yang memiliki IMT overweight sebelum hamil memiliki pertambahan berat badan
normal selama masa kehamilan. Berikut standar pertambahan berat badan pada
ibu hamil selama masa kehamilan sesuai dengan IMT Sebelum hamil:
Tabel 1
Standar Pertambahan Berat Badan Selama Masa Kehamilan
IMT Sebelum Hamil Total Pertambahan BB (Kg)
Kurang (<18,5) 12,5-18
Normal (18,5-24,9) 11,5-16
Overweght (25-29,9) 7-11,5

9. Kelainan Letak Janin


Normalnya, kepala janin berada di bagian bawah rahim ibu dan menghadap ke
arah punggung ibu. Menjelang persalinan, kepala bayi turun dan masuk ke rongga
panggul ibu. Namun, terkadang letak janin tidak normal sampai usia kehamilan 9 bulan.
Sehingga ibu harus melahirkan di rumah sakit supaya ibu dan janin bisa diselamatkan.
Kelainan letak janin antara lain :
1. Letak sungsang : kepala janin di bagian atas rahin
2. Letak lintang: letak janin melintang di dalam rahim
Jika menjelang persalinan bagian tubuh janin terlihat di jalan lahir, misalnya tangan, kaki
atau tali pusat, maka ibu harus segera mendapat perawatan medis di rumah sakit
(Ernawati, 2013).
C. Tindakan yang harus dilakukan apabila mengalami salah satu dari tanda
bahaya kehamilan tersebut.
a. Jangan panik
b. Mencari dan mempersiapkan transportasi
c. Segera bawa ibu ke tempat bidan, puskesmas, RS atau pelayanan
kesehatan yang lain.
d. Siapkan donor darah bila diperlukan.

D. Langkah-langkah untuk mengantisipasi tanda bahaya tersebut, agar tidak


terjadi.
a. ANC secara rutin
b. Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang seperti : sayuran hijau, lauk,
buah, susu hamil / susu kedelai / kacang hijau
c. Istirahat cukup
d. Olahraga ringan misalnya : jalan-jalan
e. Dukungan dari keluarga
f. Hindari stres dengan tidak berfikir berat
g. Jangan melakukan pekerjaan yang terlalu barat atau beresiko dan jangan
mudah lelah
h. Bila timbul keluhan yang meresahkan, segera pergi ke tenaga kesehatan
atau tempat pelayanan kesehatan

Faktor Risiko Kehamilan menurut Pudji Rochyati


1. Ada potensi gawat obstetri (Faktor risiko kelompok 1), meliputi:
a. Usia ibu pertama hamil terlalu muda (≤ 16 tahun)
Pada usia ini rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan baik dan relatif
masih kecil, biologis sudah siap tetapi psikologis belum matang. Sebaiknya tidak hamil
pada usia di bawah 16 tahun. Apabila telah menikah pada usia di bawah 16 tahun,
gunakanlah salah satu alat/obat kontrasepsi untuk menunda kehamilan anak pertama
sampai usia yang ideal untuk hamil (Ambarwati, 2012).

b. Primi tua (kehamilan pertama terlalu tua)


Pada penelitian Awad Shehadeh di Queen Alia and Prince Hashem Hospital tahun 2017
pada primigravida yang berusia ≥ 35 tahun, jumlah komplikasi keluaran maternal
meningkat bila dibandingkan dengan primigravida berusia 20-35 tahun yaitu pada
kejadian perdarahan postpartum, persalinan dengan bedah sesar (Widarta, 2015).

c. Usia ibu terlalu tua (≥ 35 tahun)


Risiko persalinan kembali meningkat setelah umur 30 tahun yaitu risiko terjadinya
kematian ibu. Pada usia ini organ kandungan menua, jalan lahir tambah kaku, ada
kemungkinan besar ibu hamil mendapat anak cacat, terjadi persalinan macet dan
perdarahan. Pada umur ≥ 35 tahun kesehatan ibu sudah menurun akibatnya akan
beresiko lebih besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama, dan perdarahan.
Penyulit lain yang mungkin timbul adalah kelainan letak, plasenta previa, dystocia dan
partus lama. Pada proses pembuahan kualitas sel telur juga telah menurun dibandingkan
dengan usia reproduksi sehat yaitu usia 20-30 tahun (Sofiyana, 2017).

d. Jarak kehamilan terlalu dekat (< 2 tahun)


Menurut BKKBN, jarak kehamilan yang paling tepat adalah 2 tahun atau lebih. Jarak
kehamilan yang pendek akan mengakibatkan belum pulihnya kondisi tubuh ibu setelah
melahirkan. Sehingga meningkatkan risiko kelemahan dan kematian ibu
Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2 tahun. Kesehatan fisik
dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu masih menyusui. Anak
masih butuh asuhan dan perhatian orang tuanya (Widarta, 2015).
e. Jarak kehamilan terlalu jauh / terlalu lama hamil lagi (≥ 10 tahun)
Ibu hamil dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu. Ibu dalam kehamilan dan
persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang pertama lagi. Kehamilan ini bisa
terjadi pada:
 Anak pertama mati, janin didambakan dengan nilai sosial tinggi.
 Anak terkecil hidup umur 10 tahun lebih, ibu tidak ber-KB.
Bahaya yang dapat terjadi:
 Persalinan dapat berjalan tidak lancar
 Perdarahan pasca persalinan
 Penyakit ibu: Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, dan lain-lain. Sehingga
dalam persalinan untuk keselamatan ibu maupun janin, dengan seksio sesarea.
(Taufiqy, 2013)

f. Jumlah anak terlalu banyak (≥ 4 anak)


Ibu pernah hamil atau melahirkan 4 kali atau lebih, karena ibu sering melahirkan
maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan seperti kesehatan terganggu,
dan kekendoran pada dinding rahim. Bahaya yang dapat terjadi yaitu kelainan
letak, persalinan letak lintang, robekan rahim pada kelainan letak lintang,
persalinan lama, dan perdarahan pasca persalinan. Grande multipara juga bisa
menyebabkan solusio plasenta dan plasenta previa (Widatiningsih dan Dewi,
2017).
g. Ibu dengan tinggi badan 145 cm atau kurang (terlalu pendek)
Terdapat tiga batasan pada kelompok risiko ini, yaitu:
a) Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus. Luas panggul ibu dan
besar kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan
yang terjadi. Pertama, panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan janin
atau kepala tidak besar. Kedua, panggul ukuran normal tetapi anaknya besar atau
kepala besar.
b) Ibu hamil kedua, dengan kehamilan lalu bayi lahir cukup bulan tetapi mati dalam
waktu (umur bayi) 7 hari atau kurang.
c) Ibu hamil kehamilan sebelumnya belum penah melahirkan cukup bulan, dan berat
badan lahir rendah < 2500 gram. Bahaya yang dapat terjadi yaitu persalinan berjalan
tidak lancar dan bayi sukar lahir. Kebutuhan pertolongan medik yang diperlukan
adalah persalinan operasi sesar (Annisa, 2011).

h. Riwayat Obstetrik Buruk (ROB)


Riwayat Obstetrik Buruk dapat terjadi pada:
a) Ibu hamil dengan kehamilan kedua, dimana kehamilan yang pertama mengalami
keguguran, lahir belum cukup bulan, lahir mati, dan lahir hidup lalu mati umur ≤ 7
hari.
b) Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah mengalami keguguran ≥
2 kali.
c) Kehamilan kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam kandungan.
Bahaya yang dapat terjadi pada ibu:
(1) Kegagalan kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi dengan tanda-tanda
pengeluaran buah kehamilan sebelum waktunya, keluar darah, dan perut
kencang
(2) Penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan kehamilan, misalnya diabetes
mellitus dan radang saluran kencing (Widatiningsih dan Dewi, 2017).

2. Ada gawat obstetri (faktor risiko kelompok II), meliputi:


a. Penyakit pada ibu hamil
Penyakit-penyakit yang menyertai kehamilan ibu yaitu sebagai berikut:
a) Anemia (kurang darah)
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah
11 g% pada trimester I dan III atau kadar < 10,5 g% pada trimester II. Hipoksia akibat
anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan sulit, walaupun tidak
terjadi perdarahan. Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik, seperti
kematian mudigah, kematian perinatal, prematuritas, dapat terjadi cacat bawaan, dan
cadangan besi kurang. Keluhan yang dirasakan ibu hamil yaitu lemah badan, lesu, lekas
lelah, mata berkunang-kunang, dan jantung berdebar. Berdasarkan inspeksi didapatkan
keadaan ibu hamil pucat pada muka, pucat pada kelopak mata, lidah dan telapak tangan.
Hasil laboratorium yaitu kadar hemoglobin < 11 g%.
Pengaruh anemia pada kehamilan yaitu menurunkan daya tahan ibu hamil,
sehingga ibu mudah sakit, menghambat pertumbuhan janin, sehingga janin lahir dengan
berat badan lahir rendah, dan persalinan prematur. Bahaya yang dapat terjadi bila terjadi
anemia berat (Hemoglobin < 6 g%) yaitu kematian janin, persalinan prematur pada
kehamilan < 37 minggu, persalinan lama, dan perdarahan pasca persalinan
(Widatiningsih dan Dewi, 2017).

b) Malaria
Keluhan yang dirasakan ibu hamil yaitu panas tinggi, menggigil, keluar keringat, sakit
kepala, dan muntah-muntah. Bila penyakit malaria ini disertai dengan panas yang tinggi
dan anemia, maka akan mengganggu ibu hamil dan kehamilannya. Bahaya yang dapat
terjadi yaitu abortus, Intrauterine Fetal Death (IUFD), dan persalinan prematur
(Widatiningsih dan Dewi, 2017).

c) Tuberkulosis paru
Keluhan yang dirasakan yaitu batuk lama tak sembuh-sembuh, tidak suka makan, badan
lemah, semakin kurus, dan batuk darah. Penyakit ini tidak secara langsung berpengaruh
pada janin. Janin baru tertular setelah dilahirkan. Jika tuberkulosis paru berat dapat
menurunkan fisik ibu, tenaga, dan air susu ibu (ASI) ikut berkurang. Bahaya yang dapat
terjadi yaitu keguguran, bayi lahir belum cukup umur, dan janin mati dalam kandungan
(Widatiningsih dan Dewi, 2017).

d) Payah jantung
Keluhan yang dirasakan yaitu sesak napas, jantung berdebar, dada terasa berat, kadang
kadang nyeri, nadi cepat, dan kaki bengkak. Bahaya yang dapat terjadi yaitu payah
jantung bertambah berat, dan kelahiran prematur. Bahaya yang terjadi dalam persalinan
yaitu Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan bayi dapat lahir mati. Penyakit jantung
memberi pengaruh tidak baik
kepada kehamilan dan janin dalam kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan
sianosis, hasil konsepsi dapat menderita pula dan mati, yang kemudian disusul oleh
abortus (Widatiningsih dan Dewi, 2017).

e) Diabetes mellitus
Perkiraan adanya kencing manis pada ibu hamil apabila ibu pernah mengalami
beberapa kali kelahiran bayi yang besar, pernah mengalami kematian janin dalam rahim
pada kehamilan minggu-minggu terakhir dan ditemukan glukosa dalam air seni
(glikosuria). Bahaya yang dapat terjadi yaitu persalinan prematur, hidramnion, kelainan
bawaan, makrosomia, kematian janin dalam kandungan sesudah kehamilan minggu ke-
36, dan kematian bayi perinatal (bayi lahir hidup, kemudian mati < 7 hari) (Widatiningsih
dan Dewi, 2017).
Diabetes mempengaruhi timbulnya komplikasi dalam kehamilan seperti
preeklampsia, kelainan letak janin, dan insufisiensi plasenta. Diabetes sebagai penyulit
yang sering dijumpai dalam persalinan yaitu inersia uteri dan atonia uteri, distosia bahu
karena anak besar, lebih sering pengakhiran partus dengan tindakan, termasuk seksio
sesarea, lebih mudah terjadi infeksi, dan angka kematian maternal lebih tinggi. Diabetes
lebih sering mengakibatkan infeksi nifas dan sepsis, serta menghambat penyembuhan
luka jalan lahir, baik ruptur perineum maupun luka episiotomi (Widatiningsih dan Dewi,
2017).

f) Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS)


Bahaya yang dapat terjadi yaitu gangguan pada sistem kekebalan tubuh dan ibu hamil
mudah terkena infeksi. Kehamilan memperburuk progesivitas infeksi HIV. Bahaya HIV
pada kehamilan adalah pertumbuhan intra uterin terhambat dan berat lahir rendah, serta
peningkatan risiko prematur. Bayi dapat tertular dalam kandungan atau tertular melalui
ASI (Widatiningsih dan Dewi, 2017).

g) Toksoplasmosis
Toksoplasmosis penularannya melalui makanan mentah atau kurang masak, yang
tercemar
kotoran kucing yang terinfeksi. Bahaya yang dapat terjadi yaitu infeksi pada kehamilan
muda menyebabkan abortus, infeksi pada kehamilan lanjut menyebabkan kelainan
kongenital dan hidrosefalus (Widatiningsih dan Dewi, 2017).

h) Preeklampsia ringan
Tanda-tandanya yaitu edema pada tungkai dan muka karena penumpukan cairan disela-
sela jaringan tubuh, tekanan darah tinggi, dalam urin terdapat proteinuria, sedikit bengkak
pada tungkai bawah atau kaki pada kehamilan 6 bulan keatas mungkin masih normal
karena tungkai banyak di gantung atau kekurangan vitamin B1. Bengkak pada muka,
tangan disertai dengan naiknya tekanan darah sedikit, berarti ada preeklampsia ringan.
Bahaya bagi janin dan ibu yaitu menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, dan janin
mati dalam kandungan (Widatiningsih dan Dewi, 2017).

b. Hamil kembar (gemelli)


Menurut Taufiqy 2013, kehamilan ini dianggap mempunyai risiko tinggi karena:
a) Kejadian komplikasi pada kehamilan ganda lebih tinggi yaitu, emesis
gravidarum, hipertensi dalam kehamilan, kehamilan dengan hidroamnion,
persalinan prematuritas, IUGR(Intra Uterine Growth Retardation), pertumbuhan
tidak sama, terjadi transfusi antara janin.
b) Dikaitkan dengan kelainan kongenital.
c) Memerlukan tindakan operasi persalinan.
d) Menimbulkan trauma persalinan.
e) Komplikasi postpartum seperti perdarahan postpartum akibat atonia uteri,
infeksi pueperum, subinvolusi uteri.
f) Saat hamil dikaitkan dengan kejadian anemia tinggi karena nutrisi dan vitamin
atau Fe masih kurang.

c. Hamil kembar air


Batasan hidroamnion (polihidroamnion) adalah jika air ketuban melebihi 2000 cc.
Terjadinya hidroamnion dapat berasal dari maternal atau fetal yaitu:
a) Sebab fetal, yaitu atresia esofagus dan duodenal atresia.
b) Gangguan saraf pusat.
c) Poliuria janin, yaitu diabetes insipidus.
d) Kegagalan jantung janin, yaitu anemia berat.
e) Infeksi kongenital, yaitu sifilis dan viral hepatitis.

d. Janin mati dalam rahim (Intra Uterine Fetal Death)


Menurut Taufiqy, 2013 keluhan-keluhan yang dirasakan adalah:
 Tidak terasa gerakan janin
 Perut terasa mengecil
 Payudara mengecil
Pada kehamilan normal gerakan janin dapat dirasakan pada umur kehamilan 4-5 bulan.
Bila gerakan janin berkurang, melemah, atau tidak bergerak sama sekali dalam 12 jam,
kehidupan janin mungkin terancam.

e. Hamil serotinus/hamil lebih bulan


Hamil serotinus adalah ibu dengan umur kehamilan ≥ 42 minggu. Fungsi dari
jaringan uri dan pembuluh darah menurun. Dampak tidak baik bagi janin yaitu janin
mengecil, kulit janin mengkerut, lahir dengan berat badan rendah, dan janin dalam rahim
dapat mati mendadak. Kehamilan lewat bulan dapat juga menyebabkan risiko pada ibu,
seperti distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding (moulase)
kepala kurang sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri,
distosia bahu, dan perdarahan pasca persalinan (Widatiningsih dan Dewi, 2017).

f. Kehamilan dengan kelainan letak


Menurut Annisa, 2011 kehamilan dengan kelainan letak meliputi:
1. Letak lintang
Sumbu panjang janin yang tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu. Pada
letak lintang, bahu berada diatas pintu panggul sedangkan kepala terletak di
salah satu fossa iliaka dan pantat berada pada fosa iliaka yang lain. Penyebab
utama letak lintang adalah relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat
multiparitas yang tinggi, janin prematur, plasenta previa, uterus abnormal, cairan
amnion berlebih, panggul sempit. Letak lintang dan letak sungsang merupakan
indikasi seksio sesarea, untuk keselamatan ibu maupun janin
2. Letak sungsang
Janin terletak memanjang dengan posisi kepala di fundus uteri dengan
presentasi pantat. Penyebabnya adalah prematuritas, multiparitas, plasenta
previa, gamelli dan lain-lain

3. Ada gawat darurat obstetri (faktor risiko kelompok III), meliputi:


1) Perdarahan pada saat kehamilan
Perdarahan antepartum adalah perdarahan sebelum persalinan atau perdarahan
terjadi sebelum kelahiran bayi. Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu
hamil setelah 28 minggu, disebut perdarahan antepartum. Perdarahan antepartum harus
dapat perhatian penuh, karena merupakan tanda bahaya yang dapat mengancam nyawa
ibu dan janinnya, perdarahan dapat keluar sedikit-sedikit tapi terus-menerus, lama-lama
ibu menderita anemia berat atau sekaligus banyak yang menyebabkan ibu syok dan bayi
dapat mengalami kelahiran prematur sampai kematian janin karena asfiksia
(Widatiningsih dan Dewi, 2017).
2) Preeklampsia berat dan Eklamsia
Peeklampsia berat terjadi bila ibu dengan preeklampsia ringan tidak dirawat dan
ditangani dengan benar. Preeklampsia berat bila tidak ditangani dengan benar akan
terjadi kejang-kejang atau eklamsia. Sudip lidah dimasukkan ke dalam mulut ibu diantara
kedua rahang, supaya lidah tidak tergigit saat terjadi kejang. Bahaya yang dapat terjadi
yaitu ibu dapat tidak sadar (koma) sampai meninggal. Bahaya bagi janin yaitu ada
gangguan pertumbuhan janin dan bayi lahir kecil hingga mati dalam kandungan
(Widatiningsih dan Dewi, 2017).
Daftar Pustaka
Ernawati, Fitrah., dkk. 2013. Hubungan Antenatal Care dengan berat bdan Lahir di
Indonesia. Jurnal Gizi Indonesia, Vol. 1, No.34
Oktavia, Lina. 2016. Kejadian hiperemisis gravidarum ditinjau dari jarak kehamilan dan
paritas. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 1 (2). STIKES AISYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
Maghfiroh, Lailatul. 2015. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dan Kejadian Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang
Selatan Tahun 2013-2015. UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Tiran D. 2009. Mengatasi mual-mual dan gangguan lain selama hamil. Jakarta: EGC
Risma Karlina Putri. Edy Soesanto. Dwi Wahyuni. 2013. Hubungan Paritas dan Status
Nutrisi dengan Hiperemisis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di RB
Kuwaron Gubug Kab. Purwodadi. Fikes UNIMUS
Astuti, Puji. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Kehamilan. Yogyakarta: Rohima
Press
Ambarwati, Maria Retno.Gambaran Faktor Penyebab Ibu Hamil Resiko Tinggi Tahun
2005- 2010(Di Polindes Sambikerep Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk).
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 2(1):1-8.2012.
Lalega, Zarlena. 2013. Menghadapi Kehamilan Berisiko Tinggi. Klaten: Abata Press
Yulifah, Dkk. 2011. Asuhan kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba
Medika
Widarta, Gede. 2015. Deteksi Dini Risiko Ibu Hamil dengan Kartu Skor Poedji Rochjati
dan Pencegahan Faktor Empat Terlambat. Departemen Obstetri dan Ginekologi.
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
Taufiqy, M. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Cara Persalinan di RSUD Tugurejo
Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
Sofiyana, Ana. 2017. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU
SUAMI TERHADAP DETEKSI DINI KEHAMILAN RISIKO TINGGI DI KELURAHAN
BANDARHARJO, SEMARANG UTARA 2017. Semarang: Tugas Akhir.
Rochjati P. 2003. Skrining antenatal pada ibu hamil: pengenalan faktor risiko. Surabaya:
Airlangga University Press.
Annisa, Silvia Aulia. 2011. Faktor-Faktor Risiko Persalinan Seksio Sesearea di RSUD
Dr.Adjidarmo Lebak pada Bulan Oktober-Desember 2010.
(Skripsi).Jakarta:Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Widatiningsih, Sri, Christin Hinaya Tungga Dewi.2017. Praktik Terbaik Asuhan
Kehamilan.Yogyakarta: Trans Medika

Anda mungkin juga menyukai