Anda di halaman 1dari 17

CASE REPORT

Baker’s Cyst

Disusun Oleh :

dr.

Pembimbing :

dr. Ninoy Mailoa, Sp.B

Program Dokter Internship

Periode Tahun 2019 -2020


RUMAH SAKIT SUMBER HIDUP - GPM

LEMBAR PENGESAHAN

Penyusun : dr.

Judul : Baker’s Cyts

Tanggal :

Mengesahkan,

Dokter Pembimbing,

dr. Ninoy Mailoa, Sp.B

Mengetahui,

Dokter Pendamping I Dokter Pendamping II

2
dr. Ania E Soplanit dr. Elma Wattimena

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Baker’s cyst merupakan lesi kistik yang paling sering muncul di sekitar sendi
lutut. Kista ini memberikan gambaran sebagai massa yang terdapat di aspek
posteromedial lutut. Baker’s cyst merupakan distensi abnormal berisi cairan dari
bursa gastrocnemius-semimembranosus, yang biasanya meluas ke posterior
diantara tendon medial head muskulus gastrocnemius dan muskulus
semimembranosus dan mempunyai saluran hubungan dengan sendi lutut.

Massa yang paling banyak ditemukan pada fosssa politeal dihasilkan dari
distensi cairan pada bursa semimembran gastroknemius, massa ini biasa disebut
dengan kista popliteal atau kista Baker. Nama ini diambil dari Dr William Morrant
Baker. Pada tahun 1877, Baker menjelaskan 8 kasus kista periartikular yang
penyebabnya adalah cairan sinovial yang keluar dari sendi lutut dan membentuk
kantong di luar sendi. Osteoarthritis dan Charcot joint juga ikut menyertai kasus
ini.

Baker’s cysts biasanya terjadi pada orang dewasa dan jarang terjadi pada anak
anak. Kista ini jarang bermanifes sendirian dan sering ditemukan berkaitan dengan
patologi intra-artikular dan kondisi inflamasi, seperti osteoarthritis, meniscus tears,
dan rheumatoid arthritis. Pada anak-anak, Baker’s cyst hanya sedikit yang terkait
dengan kondisi tersebut dan lebih sering ditemukan tidak sengaja selama
pemeriksaan fisik rutin. Insiden Baker’s cyst bervariasi tergantung pada kelainan
sendi lutut lain yang terkait. Pada suatu penelitian dapat diidentifikasi adanya
Baker’s cyst sebanyak 4,7% - 37% pada sendi lutut tanpa gejala pada orang dewasa.

3
Penelitian lain memperlihatkan bahwa Baker’s cyst dapat diidentifikasi sebanyak
42% dari pasien dengan osteoarthritis dan 48% pasien dengan rheumatoid arthritis
pada pemeriksaan ultrasonografi. Pada anak, prevalensi popliteal cysts mencapai
6,3%.

Manifestasi klinis dari Baker’s cyst bervariasi. Pada anak-anak, kista ini
sering ditemukan secara insidental pada pemeriksaan fisik. Gambaran klinis pada
pasien dewasa dapat berupa nyeri lutut posterior, pembengkakan atau massa lokal,
dan terasa tegang di daerah poplitea. Gejala dan temuan fisik lainnya sering
berkaitan dengan penyakit lain yang terkait dengan kista. Pembesaran progresif dari
Baker’s cyst dapat menyebabkan pseudotromboflebitis akibat kebocoran atau
ruptur dari kista dan deep vein trombosis akibat kompresi langsung pada arteri dan
vena poplitea.

4
BAB II
PRESENTASI KASUS

IDENTITAS

- Nama : An. D

- Umur : 8 tahun

- Jenis Kelamin : Laki-laki

- Agama : Kristen

- Pekerjaan : Pelajar

- Alamat : Mangga Dua

- No. RM : 039713

ANAMNESIS

Aloanamnesis dengan ibu pasien, 25 Juni 2019

- Keluhan Utama : Benjolan pada belakang lutut kanan

- Keluhan tambahan : Nyeri pada tungkai kanan atas

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan di belakang lutut kanan.


Benjolan tersebut dirasakan sejak 2 tahun yang lalu. Benjolan awalnya sebesar
kelereng kemudian membesar hingga sebesar bola pingpong. Pasien juga merasa
nyeri pada bagian lutut kanan atas hingga paha kanan bagian atas yang dirasakan
sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengeluh sering terasa mengganjal jika berjalan.
Benjolan tidak terasa panas dan berwarna seperti kulit disekitarnya. Pasien
mengaku keluhan ini baru dirasakan pertama kali.

5
Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada riwayat penyakit terdahulu.

Riwayat Penyakit Keluarga

Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti pasien.

PEMERIKSAAN FISIK (25 Juni 2019)

Status Present

- Keadaan umum : Tampak sakit sedang

- Kesadaran : Compos mentis

- Nadi : 90 x/ mnt, reguler, tegangan dan isi cukup

- Suhu : 36,70 C

- Pernapasan : 20 x / mnt

- Berat Badan : 29 kg

- Tinggi badan : 115 cm

Status Generalis

KEPALA

- Bentuk : Normocephali

- Rambut : Hitam, lurus

- Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak pucat, palpebra tidak

udem, pupil bulat isokor, reflek cahaya (+/+)

- Telinga : Simetris, liang lapang, serumen (-)

- Mulut : Bibir tidak sianosis, tidak kering, gusi tidak berdarah.

6
Lidah bersih, tremor (-), gigi karies (+)

LEHER

- Inspeksi : Simetris, trakea ditengah, KGB tidak membesar

- Palpasi : Tidak ada pembesaran KGB dan kelenjar tiroid

TORAKS

PARU

Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan pernapasan simetris kanan dan

kiri

Palpasi : Fremitus taktil kanan = kiri

Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler normal seluruh lapang paru

Rhonki (-), wheezing (-)

JANTUNG

Inspeksi : Pulsasi di ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga V midklavicula kiri

Perkusi : Batas atas : sela iga II garis parasternal kiri

Batas kanan : sela iga V garis midklavikula kanan

Batas kiri : sela iga IV midklavikula kiri

Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, murmur (-) gallop (-)

ABDOMEN

Inspeksi : Perut terlihat datar

7
Palpasi : Supel, Hepar dan lien tidak ada kelainan, nyeri tekan (+)

epigastrium,defans muskular (-) tidak teraba massa

Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal

EKSTREMITAS

Superior kanan kiri : udem (-) , akral hangat, CRT <2’

Inferior kanan kiri : udem (-) , akral hangat, CRT <2’

STATUS LOKALIS

Keterangan :

Teraba benjolan ukuran 10 x 10 cm ad fossa poplitea dextra. Konsistensi


kenyal, batas tegas, dapat digerakkan, permukaan licin, undulasi (+), warna kulit
sama dengan sekitar. Kalor (-) rubor (-)

8
RESUME

Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan di belakang lutut kanan.


Benjolan tersebut dirasakan sejak 2 tahun yang lalu. Benjolan awalnya sebesar
kelereng kemudian membesar hingga sebesar bola pingpong. Pasien juga merasa
nyeri pada bagian lutut kanan atas hingga paha kanan bagian atas yang dirasakan
sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengeluh sering terasa mengganjal jika berjalan.
Benjolan tidak terasa panas dan berwarna seperti kulit disekitarnya. Pasien
mengaku keluhan ini baru dirasakan pertama kali.

Status lokalis : Teraba benjolan ukuran 10 x 10 cm ad fossa poplitea dextra.


Konsistensi kenyal, batas tegas, dapat digerakkan, permukaan licin, undulasi (+),
warna kulit sama dengan sekitar. Kalor (-) rubor (-)

DIAGNOSA BANDING

Bursitis

Kista ateroma

DIAGNOSA KERJA

Kista Baker ad fossa popliteal dextra

PEMERIKSAAN ANJURAN

Pungsi

USG muskuloskeletal

PENATALAKSANAAN

Rencana operasi 26 Juni 2019

Lapor anestesi

Konsul anak (ACC Operasi)

IVFD RL

9
Cek DL

EKG

Foto thorax

PROGNOSIS
 ad vitam : dubia ad bonam
 ad functionam : dubia ad malam
 ad sanationam : dubia ad bonam

10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Baker’s cyst adalah pembengkakan yang disebabkan oleh cairan dari sendi
lutut menonjol dibagian belakang lutut. Bagian belakang lutut disebut juga sebagai
daerah poplitea lutut. Baker’s cyst kadang-kadang disebut kista poplitea.

Gambar 1. Kista Baker

Kista poplitea atau Baker (gambar 1) merupakan distensi cairan dari bursa
antara tendon gastrocnemius dan semimembranosus melalui komunikan dengan
sendi lutut. Disebut juga bursa gastrocnemiosemimembranosus.

B. EPIDEMIOLOGI

Chatzopoulos et al menemukan bahwa kista Baker terdapat pada 72 dari 195


(37%) pasien yang menderita osteoarthritis. Akumulasi dari deteksi abnormal dan
secara intensif pada fase awal bone scintigraphy secara signifikan lebih didapatkan
pada penderita osteoartritis yang memiliki kista baker dibandingkan dengan yang

11
tidak memiliki kista baker.Penulis menekankan bahwa variabel klinis dan
radiografis tidak dapat memprediksi keberadaan kista tersebut.

Sansone et al melaporkan 4.7% dari angka prevalensikista popliteal pada


1001 pasien dewasa. lesi yang berhubungan adalah lesi meniscal (83%), paling
sering berhubungan dengan bagian posterior meniscus medialis. Penulis juga
menemukan 43% lesi meniscal berhubungan dengan kerusakan kartilago sendi dan
32% berhubungan dengan robekan bagian anterior dari ligamen.

Bagaimanapun juga, pada anak-anak, kista popliteal biasanya tidak


berhubungan dengan sendi lutut; pada kasus yang langka kista terhubung dengan
patologi intra-artikuler. Pada kebanyakan, kista bisa hilang sendiri dan jarang
memerlukan bedah eksisi.

Yang terpenting adalah selalu berpikir akan adanya kemungkinan bahwa kista
di sekitar lutut bisa terinfeksi seperti yang ditunjukan pada sebuah laporan kasus
langka kista popliteal terinfeksi Neiserria gonorrheae.

C. ETIOLOGI

Kista baker diakibatkan oleh penumpukan cairan sendi yang terjebak, yang
menonjol dari kapsul sendi di belakang lutut sebagai kantung yang menonjol.
Penyebab dari penumpukancairan sendi termasuk radang sendi rheumatoid,
osteoarthritis, dan terlalu banyak menggunakan lutut. Kista baker menyebabkan
ketidaknyamanan di bagian belakang lutut. Kista mungkin membesar dan
memanjang menurun ke dalam otot betis.

E. MANIFESTASI KLINIK

Gejala sangat mudah dikenali yakni terdapat tonjolan halus di belakang sendi
lutut atau di atas betis. Kista Baker biasanya tidak menimbulkan rasa sakit sebelum
pecah. Hal ini dapat menyebabkan sakit ringan atau tidak nyaman di belakang lutut,
terutamaketika berolahraga. Jika kista pecah, bisa menyebabkan pembengkakan
yang menyakitkan. Gejala-gejala kista pecah serupa dengan thrombophlebitis dari
tungkai bawah.

12
F. DIAGNOSIS

Diagnosis berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik serta kadang melalui


pemeriksaan diagnostik. Diagnosis kista Baker secara efektif dengan MRI karena
distensi cairan dari bursa gastrocnemiosemimembranosus baik digambarkan pada
T2-tertimbang gambar MR aksial (Gambar 2). Cairan distensi bursa
gastrocnemiosemimembranosus adalah karakteristik pada sonografi, mirip dengan
yang di MRI.Namun, penelitian menentukan efektivitas sonografi dalam diagnosis
kista Baker dibatasi oleh ukuran sampel yang kecil, kurangnya standar baku, dan
kriteria sonografi terdefinisi.

Dalam penelitian Sonographic detection baker’s cysts comparison with MRI


mengevaluasi kemampuan sonografi untuk menggambarkan kista Baker
menggunakan MRI sebagai standar baku. Selain itu juga menentukan karakteristik
sonografi penting untuk diagnosis kista Baker memungkinkan diferensiasi dari
posterior jaringan lunak massa atau kista lainnya. Namun,saat ini penggunaan
ultrasonografi dalam mendiagnosis kista baker adalah yang tercepat dan terefisien
dalam biaya.Ultrasonografi (gambar 3) bisa mendeteksi apakah itu suatu kista atau
massa solid.

Gambar 2. Potongan sagittal, T2-tertimbang MRI dengan saturasi lemak pada


lutut memperlihatkan adanya efusi besar pada lutut dan kista baker.

13
G. DIAGNOSA BANDING

Bursitis

Bursitis adalah peradangan dari bursa. Bursa adalah struktur seperti kantong
diantara kulit dan tulang atau diantara tendon, ligamen dan tulang. Bursa dibatasi
oleh jaringan sinovial, yang memproduksi cairan yang melubrikasi dan mengurangi
friksi diantaranya.Bursitirs terjadi ketika garis sinovial menebal dan memproduksi
banyak cairan, menyebabkan rasa nyeri dan bengkak. Biasanya menyerang daerah
olecranon subacromial, olecranon,trokanter, per patellar,dan bursa
infrapatellar.Gejala dari bursitis bisa saja berupa nyeri, edeman eritema, localized
tenderness atau gerakan yang tebatas. Nyeri disebabkan oleh gerakan dari sendi
yng spesifik, tendon, atau keduanya.

Gambar 3. Gambaran ultrasonografi transversal dari pasien yang telah menjalani


arthroskopi memperlihatkan suatu kompleks, massa kistik (panah) pada bagian
medial fossa poplitea. Massa berhubungan dengan sendi lutut (kepala panah) yang
berupa kista baker

H. PENATALAKSANAAN

Konservatif : Ketika radang sendi menyebabkan pembengkakan lutut kronis,


dokter perlu mengeluarkan cairan dengan jarum (prosedur disebut aspirasi sendi)
dan menyuntikkan kortikosteroid dengan aksi lama (seperti triamcinolone
acetonide) untuk mencegah pembentukan kista baker. Jika kista sudah pecah, rasa
sakit diobati dengan nonsteroidal obat anti inflamasi (NSAID). Jika kista yang

14
pecah menyebabkan thrombophlebitis di vena popliteal, keadaan ini diobati dengan
istirahat di tempat tidur, mengangkat kaki, kompres hangat dan antikoagulan.
Kadang-kadang, antibiotika diperlukan juga.

Operatif : menghilangkan kista dengan pembedahan merupakan pilihan jika


tindakan lain tidak efektif yaitu dengan eksisi. Menurut sumber lain kista popliteal
biasanya tidak di eksisi. Terapi bedah biasanya dilakukanuntuk menyingkirkan
penyebab. Terapi ini meliputi prosedur bedah artroskopi pada lutut untuk melihat
proses intraartikuler. MRI bisa sangat membantu dalam menggiring rencana terapi.

Teknik Operasi

 Penderita posisi miring dengan lutut yang terdapat kista baker diletakkan di
bawah.
 Desinfeksi lapangan pembedahan → dipersempit dengan linen steril.
 Incisi lazy S diperdalam lapis demi lapis melewati subkutis sampai dengan
masa kista.
 Kista dibebaskan dari jaringan sekitarnya sampai dengan pangkal kista →
dipotong dan dilakukan kauterisasi sisa kantong kista.
 Luka operasi kemudian ditutup lapis demi lapis

15
BAB IV
KESIMPULAN

Baker’s cyst merupakan lesi kistik yang paling sering muncul di sekitar sendi
lutut. Kista ini memberikan gambaran sebagai massa yang terdapat di aspek
posteromedial lutut. Baker’s cysts biasanya terjadi pada orang dewasa dan jarang
terjadi pada anak anak, pada kasus ini kita dapatkan pada anak-anak. Kista ini
jarang bermanifes sendirian dan sering ditemukan berkaitan dengan patologi intra-
artikular dan kondisi inflamasi, seperti osteoarthritis, meniscus tears, dan
rheumatoid arthritis.

Pada anak-anak, Baker’s cyst hanya sedikit yang terkait dengan kondisi
tersebut dan lebih sering ditemukan tidak sengaja selama pemeriksaan fisik rutin.
Pada anak, prevalensi popliteal cysts mencapai 6,3%.

Manifestasi klinis dari Baker’s cyst bervariasi. Pada anak-anak, kista ini
sering ditemukan secara insidental pada pemeriksaan fisik. Gambaran klinis pada
pasien dewasa dapat berupa nyeri lutut posterior, pembengkakan atau massa lokal,
dan terasa tegang di daerah poplitea. Dan pada kasus ini pasien merasakan gejala
nyeri tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Baker Cyst Imaging Author: Liem T Bui-Mansfield, MD; Chief Editor:


Felix S Chew, MD, MBA, EdM. diunduh dari http://www.medline.com.
2. Baker WM. On the formation of synovial cysts in the leg in connection with
disease of the knee-joint. 1877. Clin Orthop Relat Res. Feb 1994;(299):2-
10. [Medline]. Dalam Baker Cyst Imaging Author: Liem T Bui-Mansfield,
MD; Chief Editor: Felix S Chew, MD, MBA, EdM. diunduh dari
http://www.medline.com.
3. Chatzopoulos D, Moralidis E, Markou P, Makris V, Arsos G. Baker's cysts
in knees with chronic osteoarthritic pain: a clinical, ultrasonographic,
radiographic and scintigraphic evaluation. Rheumatol Int. Dec
2008;29(2):141-6. [Medline]. Dalam Baker Cyst Imaging Author: Liem T
Bui-Mansfield, MD; Chief Editor: Felix S Chew, MD, MBA, EdM.
diunduh dari http://www.medline.com.
4. Cystic Lesions About the Knee. Author: David M Gonzalez, MD, FACS;
Chief Editor: Carlos J Lavernia, MD, FAAOS diunduh dari
http://www.medline.com.
5. Sansone V, de Ponti A, Paluello GM, del Maschio A. Popliteal cysts and
associated disorders of the knee. Critical review with MR imaging. Int
Orthop. 1995;19(5):275-9. [Medline]. Dalam Cystic Lesions About the
Knee. Author: David M Gonzalez, MD, FACS; Chief Editor: Carlos J
Lavernia, MD, FAAOS diunduh dari http://www.medline.com.

17

Anda mungkin juga menyukai