Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan menurut Pembukaan UUD 1945 adalah hak asasi manusia dan unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai cita-cita bangsa Indonesia. Program

Jaminan Kesehatan Nasional merupakan program Pemerintah untuk mencapai

Universal Health Coverage (UHC) Tahun 2019. Pencapaian UHC (Universal Health

Coverage) menjadi isu penting dimana Indonesia menargetkan pencapaian UHC pada

tahun 2019. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) menyatakan bahwa pada

tahun 2015 BPJS mengalami defisit anggaran yang mencapai Rp. 5.7 triliun, pada tahun

2016 ketimpangan rasio klaim mencapai Rp. 9,7 triliun dan pada akhir tahun 2017

diperkirakan defisit anggaran juga mencapai Rp. 9 triliun (Utama, 2017). Pemerintah

berupaya untuk meminimalkan defisit anggaran dengan meningkatkan besaran iuran

bulanan untuk peserta mandiri kelas satu dan dua yaitu sebesar Rp. 51.000,- per orang

per bulan untuk kelas II dan sebesar Rp. 80.000,- per orang per bulan untuk kelas I

(Indonesia, 2016).

Program Jaminan Kesehatan Nasional merupakan Program jaminan sosial yang

menjamin biaya pemeliharaan kesehatan serta pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan

yang diselenggarakan nasional secara bergotong-royong wajib oleh seluruh penduduk

Indonesia dengan membayar iuran berkala atau iurannya dibayari oleh Pemerintah

kepada badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan nirlaba - BPJS Kesehatan.

Manfaat yang dijamin oleh Program JKN berupa pelayanan kesehatan perseorangan

yang komprehensif, mencakup pelayanan peningkatan kesehatan (promotif),

pencegahan penyakit (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif)

1
2

termasuk obat dan bahan medis. Pemberian manfaat tersebut dengan menggunakan

teknik layanan terkendali mutu dan biaya (managed care) (Putri,E.A, 2014). Tujuan

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah agar seluruh masyarakat dapat menikmati

pelayanan kesehatan dengan sistem asuransi serta menjadi sistem jaminan yang bersifat

wajib bagi seluruh Warga Negara Indonesia (WNI). Pelaksanaan program Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) Kesehatan yang ditetapkan dalam UU No. 24 tahun 2011 dan mulai beroperasi

sejak tanggal 1 Januari 2014.

Berdasarkan Jumlah penduduk Indonesia sebanyak 265.015.30 jiwa (2018).

Jumlah penduduk di kota makasssar sebanyak 1.508.154 (BPS,April 2019), sedangkan

jumlah penduduk di kota Makassar berdasarkan data yang diambil dari Capil yaitu

sebanyak1.671.001 jiwa (April,2019). Indonesia yang sudah terdaftar sebagai peserta

BPJS Kesehatan per september 2019 adalah 221.203.615, dan di kota Makassar yang

telah terdaftar dalam peserta JKN yaitu sebanyak 1.168.662 dan terbagi dalam 3

kategori yaitu Peserta JKN dengan PBI APBN sebanyak 329.726 jiwa, PBI APBD

sebanyak 170.135 jiwa dan Non PBI sebanyak 668.201 jiwa.

Sistem pembayaran kolektif tersebut berlaku sejak 1 September 2016, sehingga

transaksi pembayaran untuk seluruh anggota keluarga cukup dilakukan satu kali dengan

menghitung jumlah iuran dari seluruh anggota yang terdaftar dalam KK tersebut.

Manfaat dari sistem pembayaran kolektif adalah menghindari adanya penagihan

double/berulang dan lebih praktis.

Terbitnya Peraturan Presiden nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua

atas Perpres Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diiringi

dengan terbitnya peraturan Direksi BPJS nomor 16 Tahun 2016 tentang mekanisme

pembayaran iuran JKN. Tagihan iuran Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU) dan
3

Bukan Peserta (BP) adalah bersifat kolektif. Maksud dari bersifat kolektif adalah untuk

seluruh anggota keluarga sebagaimana terdaftar pada Kartu Keluarga dan atau yang

sudah didaftarkan sebagai anggota keluarga (BPJS, 2016).

Hasil penelitian Wargina (2017) tentang persepsi peserta BPJS dalam penerapan

pembayaran kolektif menyatakan bahwa beberapa informan penelitiannya belum

mengetahui adanya pembayaran kolektif keluarga melalui virtual account sehingga

menyebabkan menunggak pembayaran iuran dan juga beberapa masih menunggak

pembayaran saat masih menggunakan sistem sebelumnya. Selain itu sebagian besar

informan menyatakan bahwa mereka belum mendapatkan sosialisasi langsung dari

pihak BPJS Kesehatan dan juga adanya kesulitan dalam mengakses informasi tersebut

(Wargina, 2017).

Kepatuhan pembayaran iuran peserta mandiri merupakan tantangan tersendiri

bagi BPJS untuk meningkatkan kolektibilitas anggaran. Kondisi tersebut karena peserta

BPJS mandiri tidak memiliki instansi atau lembaga yang menanggung pembayaran

iuran bulanan. Sehingga dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk Menganalisis

Kepatuhan Peserta Mandiri Dalam Membayar Iuran JKN Di Kelurahan Tamangappa

Makassar.

B. Fokus Penelitian

Bersarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti merumuskan masalah dalam

penelitian adalah “Menganalisis Determinan Ketidakpatuhan Peserta Mandiri dalam

membayar iuran JKN di Kelurahan Tamangappa Makassar”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


4

a. Untuk mengetahui pengaruh antara karakteristik demografis, dan pemanfaatan

layanan yang berhubungan dengan kepatuhan pembayaran iuran pada peserta JKN

Mandiri di keluarhaan Tamangappan Kota Makassar.

b. Untuk mengetahui factor factor- factor penghambat kepatuhan peserta mandiri

dalam mebayar iuran JKN di keluarhan Tamangappa kota Makassar.

D. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat bagi pememerintah

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif terhadap

pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan peserta

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) kategori peserta mandiri dalam membayar

iuran.

2. Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan wawasan dan pengalaman peneliti

dalam mempraktekkan teori yang didapat.

3. Manfaat bagi Instansi terkait

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada BPJS Kesehatan mengenai

faktor yang menyebabkan peserta JKN tidak teratur dalam membayar iuran dan bisa

mengimplemntasikan karya desain yang didesain sebagai salah satu bentuk

dukungan solusi kepada instansi terkait serta dapat dijadikan sebagai salah satu

referensi dalam meningkatkan keteraturan pembayaran iuran bagi peserta mandiri

JKN

Anda mungkin juga menyukai