Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ESSAY

PEMODELAN DAN SIMULASI


“Simulasi Prosedur Kedatangan pada Terminal Airspace”

Oleh:

Ni Putu Ayu Sherly Anggita Sugiarta (1708561053)

Kelas B

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
BADUNG
2019
Simulasi Prosedur Kedatangan pada Terminal Airspace

Seiring berjalannya waktu kebutuhan dan kapasitas sistem transportasi udara nasional
semakin meningkat. Pertumbuhan ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan
implementasi ASEAN Open Sky yang sudah mulai berlaku pada tahun 2015. Hal ini
membutuhkan antisipasi yang tepat dan cepat, salah satunya dengan diimbangi peningkatan
pelayanan sistem transportasi udara yang baik dan memadai. Sehingga dapat mencegah
dan/atau mengurangi keterlambatan atau penundaan pergerakan. Salah satu cara untuk
meningkatkan pelayanan sistem transportasi udara di antaranya dengan meningkatkan
kapasitas bandara melalui pengembangan infrastruktur, teknologi, dan prosedur penerbangan.
Upaya untuk mengembangkan prosedur penerbangan dapat dilakukan dengan cara
pembaharuan prosedur kedatangan (arrival) yang lebih dikenal dengan prosedur Standard
Terminal Arrival Route (STAR). Salah satu contoh pembaharuan STAR adalah seperti yang
dilakukan oleh Bandara Internasional Soekarno Hatta dimana STAR konvensional
ditingkatkan menjadi RNAV (Area Navigation) STAR. Pembaharuan tersebut dimaksudkan
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas Terminal Airspace bandara. Tujuan dari
diimplementasikannya STAR & SID RNAV-1 di wilayah udara Bandar Udara Soekarno Hatta
adalah untuk mengurangi beban kerja ATC dan Pilot yang selama ini terasa sangat berat jika
menggunakan pengaturan konvensional (radar vector). Tujuan lainnya adalah untuk efisiensi
penggunaan ruang udara serta penghematan bahan bakar pesawat. Kinerja Terminal Airspace
langsung akan mempengaruhi kinerja bandara. Aspek utama yang harus dipertimbangkan
dalam analisis kinerja Terminal Airspace adalah keselamatan dan pelayanan. Keselamatan
penerbangan yang ditunjukkan oleh pengaturan untuk pemisahan antara pesawat di
persimpangan mendatang. Sementara aspek layanan yang diwakili oleh banyak pesawat yang
dapat dilayani (kapasitas) dan selama penundaan (delay) yang mungkin terjadi.
Pada simulasi ini menggunakan konsep pemodelan pada tingkatan ceno-model. Ceno-
model memiliki tingkat pemodelan yang lebih detail dibandingkan dengan model makroskopik
dan mesoskopik namun masih di bawah kedetailan mikroskopik. Pengembangan model
simulasi ini dapat digunakan untuk menganalisis kapasitas dan penundaan lalu lintas udara
Terminal Airspace. Model ini dibangun menggunakan konsep diskrit model simulasi
berdasarkan aktivitas, dan digunakan untuk menganalisis prosedur kedatangan untuk
penerbangan instrumen yang disebut Standard Terminal Arrival Routes (STAR). Model
simulasi dibangun menggunakan ARENA ® berupa model simulasi diskrit yang berbasiskan
pada kejadian (discrete-event simulation model). Pemodelan dilakukan terbatas hanya pada
lalu lintas kedatangan. Analisis dilakukan pada beberapa skenario simulasi seperti penggunaan
pemisahan radar yang berbeda, konfigurasi runway dan waktu antar-kedatangan. Hasil analisis
ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan pengelolaan bandara
untuk meningkatkan kapasitas bandara dan keselamatan penerbangan.
Pembangunan model Terminal Airspace pada penelitian ini berpatokan pada prosedur
kedatangan untuk penerbangan instrumen yang disebut dengan Standard Terminal Arrival
Routes (STAR). Lebih khusus lagi, STAR yang digunakan adalah STAR R-NAV 1. Pada
Model Kedatangan Terminal Airspace Bandara Internasional Soekarno-Hatta, untuk entry
point ada 4 (empat) buah yaitu CARLI, BUNIK, DENDY dan GAPRI. Entitas sistem yang
berupa pesawat udara akan meninggalkan sistem melalui empat buah titik yang merupakan
Runway entry gate untuk final approach Runway 25R/L dan Runway 07R/L yaitu PILAR,
LOMBA, SURYA dan BINAM. Pada sistem juga ditentukan 6 (enam) titik tunggu
(holdingpoint) yang terdiri dari empat buah entry point ditambah dengan 2 (dua) holdingpoint
lainnya yaitu ESALA dan NOKTA. NOKTA juga merupakan titik pertemuan dari beberapa
penggal rute (merging point). Pada model yang dibangun, entitas akan dibangkitkan pada dua
sektor yaitu Sektor Utara dan Sektor Timur. Entitas dari sektor timur akan masuk ke dalam
sistem melalui entry point CARLI, BUNIK dan DENDY. Sedangkan pada Sektor Timur akan
masuk melalui entry point GAPRI. Pada Sektor Utara, entitas yang dibangkitkan akan
memasuki entry point dengan presentase kesempatan yang sama. Untuk memastikan model
yang telah dibangun bekerja sesuai dengan karakteristik sistem aslinya dan hasil yang
dikeluarkan dari simulasi model di dalam level akurasi yang masih dapat diterima, dilakukan
validasi model (Huynh & Walton, 2005). Beberapa entitas diamati pergerakannya mulai dari
saat masuk sistem sampai keluar dari sistem, dengan demikian dapat diketahui apakah entitas
bergerak dengan benar sesuai dengan konsep pemodelan yang telah ditentukan. Beberapa
pertanyaan yang dapat dijawab melalui validasi animasi ini di antaranya adalah apakah entitas
bergerak sesuai dengan rute pendaratannya, apakah model antriean di holdingpoint telah
berjalan sesuai aturan yang diterapkan dan apakah aturan separasi telah diterapkan. Hasil dari
validasi animasi ini diperkuat dengan validasi data dan grafis operasional. Model simulasi yang
telah dibangun selanjutnya dijalankan dengan 100 replikasi yang independen secara statistik
untuk setiap set simulasi. Masing-masing replikasi memiliki panjang 100 menit dengan waktu
pemanasan (warm up) 40 menit. Keluaran juga direkam dalam format Comma Separated Value
(CSV) yang dapat diolah lebih lanjut menggunakan MICROSOFT EXCEL. Guna menganalisis
kapasitas, keterlambatan dan waktu holding pada Terminal Airspace, dijalankan beberapa
skenario simulasi dengan menerapkan beberapa parameter yang diduga akan mempengaruhi
keluaran simulasi.
Model simulasi yang dilengkapi dengan animasi merupakan salah satu metode yang
andal dan efektif untuk merepresentasikan dan menganalisis sistem yang kompleks seperti
operasi Terminal Airspace. Aturan separasi antar pesawat berhasil diterapkan. Aturan holding
juga dapat diikuti dengan baik oleh model. Tampilan animasi dari pergerakan pesawat di rute
penerbangan sangat membantu dalam proses validasi dan analisis model. Pengaturan kecepatan
simulasi dan penghitungan statistik yang dimiliki oleh ARENA memberikan efisiensi dalam
proses analisis.
Walau demikian, model simulasi ini masih memiliki beberapa keterbatasan. Model
hanya mampu merepresentasikan satu tipe pesawat dengan asumsi kecepatan yang konstan
pada tiap segmen. Padahal pada sistem nyata pesawat dikelompokkan menjadi tiga tipe yang
memiliki karakteristik kecepatan pendekatan (approach) masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

Aswia, Pangsa Rizkina, dan Dwi Lestari. 2015. “Optimalisasi Star Rnav 1 Menggunakan
Konsep Point Of Merge Di Wilayah Terminal Airspace Bandar Udara Soekarno Hatta.
Jurnal Ilmiah Aviasi Langit Biru. 10(2): 29-41.
Gunawan, dan Rully Mediato. 2017. “Pemodelan Simulasi Jaringan Transportasi Udara
Nasional”. Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-10 2015, dalam
//journal.itny.ac.id/index.php/ReTII/article/view/303.
Mediato, Rully, dkk. 2013. “Simulasi Prosedur Kedatangan Pada Terminal Airspace”.
Angkasa. 5(2): 143-153

Anda mungkin juga menyukai