Anda di halaman 1dari 16

MANAGEMENT PATIENT SAFETY

DESINFEKSI

Oleh Kelompok 1 :

1. Khirotul Masruroh (14.40.1.16.048)


2. Krisna Prasetia Budi (14.401.16.049)
3.Kurnia Hadi Santoso (14.401.16.050)
4.Lailiatul Mukharomah (14.401.16.051)
5.Lailiya Kripsiana (14.401.16.052)
6.Lambang Kurniawan (14.401.16.053)
7.Lia Isti Kholilah (14.401.16.054)
8.M. Davit Hidayat (14.401.16.055)
9.Manistia Ayu Audrina (14.401.16.056)
10.Marshella Herindra S. (14.401.16.057)
11.Maulida Nur Imama (14.401.16.058)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI

2017/2018
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “DESINFEKSI”.

Makalah ini kami susun dengan maksud memberikan pengetahuan tentang Management
Pasien Safety. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada : Maulida Nurfazriah O,
S.Kep,Ns.MPH dan Siswoto Hadi P, AMK.,S.Pd.,M.Si. Selaku dosen pengampu Management
Pasient Safety yang telah berbagi ilmu dan pengalaman sehingga kami dapat belajar tentang
pentingnya mengenai keselamatan pasien.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan pengaruh yang baik untuk pembaca. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan terbatasnya
pngetahuan yang kami miliki. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari para
pembaca selalu kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Krikilan, 04 September 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Tujuan Umum ..................................................................................................... 2
C. Tujuan Khusus .................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Desinfeksi ......................................................................................... 3


B. Klasifikasi Desinfeksi ......................................................................................... 4
C. Penggolongan Desifeksi ..................................................................................... 5
D. Penggunaan Desinfeksi ....................................................................................... 6
E. Metode-metode Desinfeksi ................................................................................. 6
F. Cara Desinfeksi ................................................................................................... 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkup bidang keperawatan memberikan asuhan keperawatan baik pada pasien
yang beresiko terinfeksi atau telah terinfeksi pengetahuan bagai mana terjadinya infeksi
sangat penting dikuasai untuk membatasi dan mencegah terjadinya penyebaran infeksi
dengan cara mempelajari ilmu bakteriologi, imunologi, virologi, dan parasitologi yang
terkandung pada ilmu mikrobiologi.
Selain itu di perlukan juga cara untuk mengurangi atau bahkan mengatasi infeksi
tersebut secara keseluruhan dan secara spesifik diperlukan pula pengetahuan mendasar
akan kondisi seperti apa yang bisa dijadikan lokasi atau tempat untuk melakukan asuhan
keperawatan.
Oleh karena itu, untuk melindungi pasien dari penularan infeksi dilakukan
pencegahan seperti desinfeksi. Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab
penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya infeksi dengan jalan membunuh mikroorganisme pathogen. Desinfeksi
dilakukan apabila sterilisasi sudah tiak mungkin di kerjakan, yang meliputi :
penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme pathogen tanpa tindakan khusus untuk
mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut.
Desinfeksi yang sering digunakan yakni dengan cara desinfeksi tingkat tinggi,
tingkat sedang, dan tingkat rendah. Penggolongannya pun sangat beragam yakni,
desinfektan ada alcohol, glutaradehid, biguanid, fenol, dan klorsinol. Banyak cara
melakukan desinfeksi yakni dengan cara mencuci, menjemur, merendam, dan
mengoleskan.
Maka dari itu sangat perlu bagi tenaga medis seperti perawat untuk mengetahui
dan mempeajari tentang desinfeksi untuk bisa menerapkab dan mengaplikasikan ilmu ini
dalam kesehariannya dirumah sakit maupun tempat praktek.

1
B. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami bagaimana metode desinfeksi
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami klasifikasi desinfeksi
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami penggolongan desinfeksi
3. Mahasiswa mampu memahami penggunaan desinfeksi
4. Mahasiswa mampu memahami metode desinfeksi
5. Mahasiswa mampu memahami cara desinfeksi

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan
kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dengan
jalan membunuh mikroorganisme pathogen. Desinfektan yang tidak berbahaya bagi
permukaan tubuh dan dapat digunakan dinamakan Antiseptik. Antiseptik adalah zat yang
menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang
desinfeksi digunakan pada benda mati (Saifuddin, 2005)
Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptic atau sebaliknya tergantung
dari toksisitasnya. Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat
tersebut dari debris organic dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat
proses desinfeksi. Desinfeksi dilakukan menggunakan bahan desinfektan melalui cara
mencuci, mengoles, merendam, dan menjemur dengan tujuan mencegah terjadinya
infeksi dan mengondisikan alat dalam keadaan steril dan siap pakai (Ester, 2005)
Desinfektan dapat membunuh mikroorganisme pathogen pada benda mati.
Desinfektan dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok
mikroorganisme, desinfektan “Tingkat Tinggi” dapat membunuh virus seperti virus
influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B dan
tuberculosis.
Kemampuan desinfeksi ditentukan oleh waktu sebelum pembersihan objek,
kandungan zat organic, tipe dan tingkat kontaminasi mikroba, konsentrasi, waktu,
pemaparan, kealamian objek, suhu dan derajat keasaman (pH). Kriteria desinfeksi yang
ideal adalah :
1. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organic, pH, temperature dan kelembapan
3. Tidak toksik pada hewan dan manusia
4. Tidak bersifat korosif
5. Tidak berwarna dan meninggalkan noda
6. Tidak berbau

3
7. Bersifat biodegradable atau mudah diurai
8. Larutan stabil
9. Mudah digunakan dan ekonomis
10. Aktivitas spektrum luas (Mubarak, 2015)

B. Klasifikasi
1. Desinfeksi Tingkat Tinggi
Desinfeksi tingkat tinggi (DTT), dapat membunuh semua organisme kecuali spora
dan bakteri. DTT dapat dilakukan dengan merebus, mengukus atau menggunakan
bahan kimia.
a. DTT dengan merebus
Mulai menghitung waktu saat air mulai mendidih, selanjutnya merebus selama
20 menit dalam panic tertutup, seluruh alat harus terendam, pakai alat sesegera
mungkin atau simpan dalam wadah tertutup dan kering yang telah di DTT,
penyimpanan maksimal 1 mingggu.
b. DTT dengan Mengukus
Kukus alat selama 20 menit, kecilkan api sehingga air tetap mendidih, waktu
dihitung mulai saat keluarnya uap (jangan pakai lebih dari 3 panci dalam
menguap), lalu keringkan dalam container.
c. DTT dengan kimia
Desinfektan kimia untuk DTT klorin 0,1%, Formaldehid 8%, glutaraldehid 2%.
Lakukan dekontaminasi dengan cuci dan dibilas dengan air mengalir lalu
keringkan, rendam semua alat dalam larutan desinfektan selama 20 menit, bilas
dengan air yang telah direbus dan dikeringkan di udara. Segera pakai atau
disimpan dalam container yang kering dan telah di DTT.
2. Desinfeksi Tingkat Sedang
Desinfeksi tingkat sedang dapat membunuh bakteri, kebanyakan jamur kecuali spora
bakteri.

4
3. Desinfeksi Tingkat Rendah
Desinfeksi tingkat rendah dapat membunuh kebanyakan bakteri, beberapa virus dan
beberapa jamur teapi tidak dapat membunuh mikroorganisme yang resisten seperti
basil tuberculosis dan spora bakteri. Desinfeksi ini akan menghilangkan jumlah
mikroba sehingga peralatan atau permukaan badan aman untuk di pegang (Ester,
2005)

C. Penggolongan Desinfeksi
1. Alcohol
Etil alcohol atau pupil alcohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit.
Alcohol yang di campur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi
untuk mendesinfeksi permukaan gigi, namun PDGI (Persatuan Dokter Gigi
Indonesia) tidak menganjurkan pemakaian alcohol untuk mendesinfeksi permukaan
gigi karena dapat cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa. (Mubarak, 2015)
2. Aldehida
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang popular pada kedokteran
gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan
yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat di pakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak
dapat di sterilkan dengan cara, di ulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali
dengan kasa steril yang dibasahi dengan akuades, karena gultaraldehid yang tersisa
pada instrument dapat mengiritasi kulit/mukosa, operator yang mendesinfeksi wajib
menggunakan masker, kacamata pelindung, dan sarung tangan heavy duty. Larutan
glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetative M. Tubercolosis, fungi, dan
virus akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedangkan spora baru akan mati setelah 10
jam dilakukannya desinfeksi. (Mubarak, 2015)
3. Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang di gunakan secara luas dalam
bidang kedokteran gigi sebagai antiseptic dan perontok plak, misalnya 0,4% larutan
pada detergen digunakan pada surgical scrub (hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat
pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak. (Mubarak, 2015)

5
4. Senyawa halogen
Hiploklorit dan providon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide.
Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat
diinaktifkan oleh bahan organic (misalnya chlorous, domestos, dan bethadine).
(Mubarak, 2015)
5. Fenol
Larutan jernih tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan
alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organic. Zat ini
bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri
dapat dibunuh oleh zat ini makanya fenol banyak digunakan dirumah sakit dan
laboratorium (Mubarak, 2015)
6. Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan
sebagai antiseptic, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya
terbatas sebagai desinfektan (misalnya Dettol). (Mubarak, 2015)

D. Penggunaan Desinfeksi
1. Untuk mencegah penyebaran infeksi melalui peralatan pasien atau permukaan
lingkungan
2. Untuk membuang kotoran yang tampak
3. Untuk membuang kotoran yang tidak terlihat (mikroorganisme)
4. Untuk menyiapkan semua permukaan untuk kontak langsung denan alat pensteril
atau desinfeksi
5. Untuk melindungi personal dan pasien (Hidayat, 2012)

E. Metode-metode Desinfeksi
Metode desinfeksi terbagi menjadi 3 yaitu :
1. Kimia
Desinfeksi secara kimia ini dilakukan dengan cara menambahkan bahan-bahan kimia
tertentu yang dapat membunuh bakteri yang disebut dengan desinfektan. Desinfektan
memberikan efek penghambatan (cidal effect) dengan cara berinteraksi dengan satu

6
atau lebih target di dalam sel microba. Target-target desinfetan di dalam sel mikroba
yaitu lapisan peptidoglikan, membrane sitoplasma, membrane luar, protein structural,
asam nukleat, amplop viral, kapsid, dan lapisan pelindung spora.
a. Klorin kornasi (Cl2) membentuk asam Hiploklorit (HOCl) yang secara aktif
mampu menginaktifkan mikroorganisme di dalam air. Penggunaan klorin
sebagai desinfektan ternyata mempunyai kelemahan yaitu :
1) Meningkatkan resiko timbulnya penyakit kardiovaskuler
2) Terbentuknya senyawa beracun yang dapat membahayakan manusia seperti
THM (trihalometana) dan klorhidroksifuranon yang mengakibatkan kanker
b. Klorin dioksida adalah desinfektan yang mempunyai kecepatan dan efektifitas
yang lebih baik jika dibandingkan dengan klorin dalam menginaktifkan bakteri.
c. Ozon diproduksi dengan cara melewatkan udara kering ke celah antara elektroda
dan dengan menggunakan listrik AC dengan tegangan antara 8000-20.000 volt.
Ozon digunakan sebagai agen pengoksidasi yang kuat untuk menghilangkan
rasa, warna, bau, dan untuk menginaktifkan bakteri patogenik dan sebagai
prekusor THM.
2. Mekanis
a. Pembersihan benda-benda atau permukaan tubuh akan mengurangi jumlah
mikroba sehingga memperkecil kemungkinan terjadi infeksi, misalnya : cuci
tangan dengan sabun dan dibilas dengan air yang mengalir sebelum melakukan
tindakan operasi. Mencuci tangan harus menggunakan sabun dan dibasahi
dengan menggunakan alcohol 70%. Cuci luka khusunya luka kotor
menggunakan bethadine.
b. Pendinginan suhu rendah menyebabkan pertumbuhan dan perkembang biakan
mikroba dapat terhenti. Cara ini di pakai untuk mengawetkan bahan makanan
yang mudah membusuk. Pada suh -20oC mikroba tidak bisa merombak makanan
sehingga tidak terjadi pembusuka, bakteri pathogen mati pada suhu 0oC,
misalnya Neisseria Gonorrhoe, Trepnema Pallid.
c. Sinar matahari terdapat sinar ultraviolet yang bersifat germicida. Dapat
membunuh bakteri bentuk vegetatife maupun bentuk spora, walaupun untuk
membunuh bentuk spora waktunya harus lebih lama. Sinar ultraviolet juga

7
digunakan untuk desinfeksi air, sterilisasi ruang bedah, dan ruang indutri
farmasi. Walaupun sinar ultraviolet sangat panas terhadap mikroba, tetapi daya
tembusnya kurang, sehingga hanya dapat mematikan mikroba-mikroba yang
terdapat pada permukaan saja.
3. Fisik
Desinfeksi ini dilakukan dengan cara pendidihan air, penyaringan dan radiasi Sinar
Ultraviolet (UV)
a. Pendidihan air adalah cara yang paling sederhana dan popular untuk membunuh
bakteri. Pendidihan sangat efektif dan ekonomis untuk membunuh bakteri, hanya
saja beberapa bakteri menghasilkan endospore yang tahan pada suhu yang sangat
tinggi sampai beberapa jam. Endospore tersebut dihasilkan oleh bakteri
patogenik semacam antraks. Setelah mendapatkan tempat dan lingkungan yang
sesuai endospore tersebut dapat aktif kembali menjadi bakteri.
b. Penyaringan tidak efektif digunakan karena ukuran bakteri sangat kecil. Hanya
bakteri yag melekat pada partikel pada dengan ukuran yang cukup besar dapat
disaring. Hanya 5% dari bakteri yang disaring dengan penyaring kasar, 15%
dengan penyaring halus, 20% dengan grit chamber dan 30% dengan sedimentasi
primer.
c. Radiasi sinar UV dalam proses desinfeksi menggunakan lampu-lampu merkuri
tekanan rendah yang ditutup dengan tabung-tabung kuarsa. Tabung-tabung
kuarsa tersebut dibenamkan didalam air, sehingga air terkena radiasi UV. UV
mempunyai efisiensi yang sangat baik, tidak menghasilkan produk yang
mutagenic maupun beracun, tidak menimbulkan masalah pada bau dan rasa
hanya membutuhkan ruangan yang smepit untuk alatnya (Ester, 2005)

F. Cara Desinfeksi
Desinfeksi dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu sebagai berikut :
1. Desinfeksi dengan mencuci
Prosedur kerja :
a. Cucilah tangan dengan sabun lalu bersihkan, kemudian siram atau membasahi
dengan alcohol 70%

8
b. Cucilah luka dengan H2O2, bethadine, atau larutan lainnya
c. Cucilah kulit atau jaringan tubuh yang akan dioperasi dengan yodium tinktur 3%
kemudian dengan alcohol
d. Cucilah vuvla dengan larutan sublimat atau larutan sejenisnya
2. Desinfeksi dengan mengoleskan
Prosedur kerja :
Oleskan luka dengan merkurokrom atau bekas luka jahitan menggunakan alcohol
atau bethadine.
3. Desinfeksi dengan merendam
Prosedur kerja :
a. Rendamlah tangan dengan larutan lisol 0,5%
b. Rendamlah peralatan dengan larutan lisol 3-5% selama 2 jam
c. Rendamlah alat tenun dengan lisol 3-5% kurang lebih 24 jam
4. Desinfeksi denan menjemur
Prosedur kerja :
Jemurlah Kasur, tempat tidur, urinal, pispot dan lain-lain dengan masing-masing
permuaaan selama 2 jam dibawah sinar matahari (Mubarak, 2015)

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan
kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dengan
jalan membunuh mikroorganisme pathogen. Berdasarkan jensinya ada 3 macam
desinfeksi yaitu, desinfeksi tingkat tinggi, desinfeksi tingkat sedang dan desinfeksi
tingkat rendah. Dengan berbagai macam golongan seperti, alcohol, glutaraldehid,
biguanid fenol dan klorsinol. Metode yang digunakanpun cukup beragam yakni, kimia,
mekanis dan fisik. Dengan cara mencuci, menjemur, merendam dan mengoleskan.

B. Saran
Kita sebagai perawat yang akan bekerja dalam lingkup kesehatan dan sebagai
pelayan kebutuhan dasar manuisa hendaknya menerapkan penggunaan desinfeksi di
rumah sakit maupun di tempat praktek, sesuai dengan prosedur agar tidak terjadi
penularan infeksi silang terhadap pasien maupun perawat itu sendiri.

10
Daftar Pustaka

Ester, M. (2005). Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: Salemba Medka.


Hidayat, A. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Mubarak, W. I. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika.
Saifuddin. (2005). Panduan Pencegahan Infeksi untuk Failitas Pelayanan Kesehatan dengan
Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka .

11
GLOSARIUM
1. Antiseptik : Senyama kimia yang digunakan untuk membuhuh atau
menghambat mikroorganisme pada jaringan yang hidup
2. Bakteri : Jasad-jasad renik bersel tunggal, termasuk golongan prokariotik
3. Biodegradable : Semua limbah yang mudah di urai
4. Ciddal effect : Desinfektan yang memberikan efek menghambat
5. Debris organik : Sisa bahan organik dari hewan atau tumbuhan
6. Desinfeksi : Membunuh bentuk-bentuk vegetative dari sebagian besr
organsime yang berbahaya dan pathogen tetapi tidak ditujukan untuk membunuh semua
mikroba
7. Desinfektan : Subsatansi kimia yang di pakai untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme
8. Endospora : Fase bakteri untuk menebalkan dinding selnya sebagai bentuk
pertahanan diri
9. Germicidal : Sebagai bahan yang dapat mengurangi dan menghilangkan
mikroorganisme
10. Heay Duty : Bahan bermutu tinggi yang mampu menahan beban, tekanan dan
perlakuan ekstrim lainnya
11. Hospes : makhluk hidup sebagai tempat hidup parasite
12. Infeksi : proses masuknya bibit-bibit penyakit ke dalam tubuh biasanya
ditandai dengan peradangan
13. Infeksi silang : Media perantara penularan mikroorganisme penyebab infeksi
dapat terjadi melalui cara kontak langsung
14. Korosif : Substansi yag dapat menyebabkan benda lain hancur
15. Mikroorganisme : Organisme yang berukuran kecil sehingga untuk mengamatinya
diperlukan alat bantuan
16. Mikroorganisme pathogen : Agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya
17. Plak : Lapisan lenget yang melapisi gigi dan mengandung bakteri
18. Protozoa : organisme bersel tunggal yang melakukan sebagian fungsi
fisiologis yang sama seperti organisme yang lebih kompleks

12
19. Spora : unit reproduksi aseksual yang bertujuan untuk berkembang biak dan
juga untuk bertahan hidup. Fungsi spora sebagai alat persebaran (dispersi), mirip dengan
biji, meskipun berbeda jika ditinjau dari segi anatami dan evolusi
20. Sporosidal : Bahan/senyawa yang dapat membunuh endospore bakteri
21. Sterilisasi : pemusnahan atau eliminasi semua mikroorganisme termasuk
spora bakteri, yang sangat resisten
22. Sinar UV : Sinar elektromagnetis yang merupakan bagian dari spectrum sinar
matahari
23. Urinal : Alat untuk memberikan pertolongan pada pasien yang hendak
BAK/BAB karena pasien masih harus berbaring di tempat tidur dan tidak dapat
melakukannya sendiri
24. Toksisitas : Tingkat merusaknya suatu zat jika di paparkan terhadap organisme
25. Virusidal : Mampu menghancurkan virus

13

Anda mungkin juga menyukai