PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan salah satu elemen primer dalam kehidupan manusia di
masa modern. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha memanusiakan manusia.
Paulo Freire, seperti yang dikutip Yunus (1), melihat pendidikan sebagai salah satu
upaya untuk mengembalikan fungsi manusia menjadi manusia agar terhindar dari
berbagai bentuk penindasan, kebodohan, sampai ketertinggalan. Pendidikan,
sebagai suatu usaha yang disengaja dan sistematis, tidak semata-mata terbatas
sekat ruang sekolah formal namun juga nonformal dan dimulai sejak usia dini.
Semakin tingginya kesadaran orang tua dan pemerhati pendidikan mendorong
terbentuknya suatu wadah pendidikan anak usia dini (PAUD) yang bergerak hingga
ke masyarakat akar rumput.
Untuk suatu upaya pendidikan berjalan dengan baik diperlukan beberapa
elemen, tidak terkecuali dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) dimana salah satu
elemen yang penting keberadaannya adalah pendidik. Pendidik, menurut Zahara
Idris dan Lisma Jamal, adalah orang dewasa yang bertanggungjawab memberikan
bimbingan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar
mencapai tingkat kedewasaan (mampu berdiri sendiri) memenuhi tugasnya sebagai
makhluk Tuhan, makhluk individu yang mandiri, dan makhluk sosial. Peran mereka
terutama nampak dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran di sekolah, yaitu
mentransformasikan kebudayaan secara terorganisasi demi perkembangan peserta
didik (siswa). Khususnya dalam pendidikan anak usia dini, pendidik sangat
memegang peran sentral sebagai role model peserta didiknya. Mengutip Diaz,
pendidik sebagai model harus dapat menunjukkan :
- Guru sebagai ahli di bidangnya
- Guru sebagai contoh pembentukan moral
- Guru sebagai orang yang memiliki kepedulian dan melakukan tindakan
- Guru sebagai figur pemimpin yang memiliki otoritas
- Guru sebagai fasilitator yang selalu siap membantu siswanya
1
- Guru sebagai delegator
2
perkembangan dan cara belajar yang berbeda dengan anak-anak yang usianya
lebih tua, sehingga memerlukan bimbingan yang khas pula. Untuk itu, seorang
pendidik PAUD penting untuk memiliki pengetahuan dan kapasitas etika maupun
karakter yang positif sehingga dalam melaksanakan tugas, para pendidik dapat
memberikan contoh positif bagi anak didiknya. Hal ini tentunya akan menghasilkan
peserta didik yang potensinya berkembang secara optimal serta beretika dan
berkarakter positif yang siap bersosialisasi dengan anggota masyarakat lain dalam
interaksinya sehari-hari serta.
B. TUJUAN
Materi dan modul ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan bagi pendidik
PAUD terkait konsep etika dan karakter sehingga nantinya pendidik PAUD dapat
mengaplikasikan dalam proses pengajaran yang dilakukan.
D. PETUNJUK BELAJAR
Peserta didik membaca modul, melakukan diskusi dan tanya-jawab, serta
mengerjakan tugas-tugas yang telah disiapkan
3
BAB II
RENCANA PENYAJIAN MATERI
A. KOMPETENSI
Kompetensi yang diharapkan dari materi ini adalah peserta didik dapat
memahami etika dan karakter pendidik PAUD.
B. INDIKATOR
1) Peserta dapat menjelaskan konsep etika dan etika pendidik PAUD
2) Peserta dapat menjelaskan pentingnya etika pendidik dalam proses
pembelajaran di PAUD
3) Peserta dapat menjelaskan konsep karakter dan karakter pendidik PAUD
4) Peserta dapat mengaplikasikan etika dan karakter dalam pembelajaran di
PAUD.
C. MATERI/SUBMATERI
Materi yang akan dibahas dalam modul ini adalah :
1) Etika
a. Definisi etika
b. Manfaat Etika Bagi Pendidik PAUD
c. Kode Etik dan Etika Pendidik PAUD
2) Karakter
a. Definisi karakter
b. Faktor-Faktor Yang Membentuk Karakter
c. Karakter dan Citra Diri Pendidik
4
D. METODE PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran yang akan dilakukan dalam penyajian materi ini adalah :
1) Ceramah
2) Tanya jawab
3) Diskusi kelompok
4) Aktivitas lain (menonton film, analisis kasus dari media massa)
E. PENILAIAN
Penilaian akan dilakukan melalui evaluasi pre-test dan Post test yang berbentuk
soal pilihan berganda (multiple choice)
F. ALOKASI WAKTU
4 jam pelajaran
G. SUMBER BELAJAR
Modul, pustaka acuan, film, contoh kasus
H. MEDIA PEMBELAJARAN
Media pembelajaran yang digunakan dalam penyajian materi ini adalah :
1) Modul
2) Slide dan OHP
3) Film
4) Kliping artikel media massa (surat kabar)
5
BAB III
MATERI
A. URAIAN MATERI
1. ETIKA
a. Pengertian
Etika berasal dari bahasa Yunani, “ethos”, yang berarti “timbul dari
kebiasaan”. Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau
kualitas yang menjadi studi mengenai standard dan penilaian moral. Etika
berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat penilai
kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah dilakukan. Etika biasanya
sering diasumsikan bersinonim atau memiliki kesamaan dengan moral. Moral
atau moralitas biasanya dikaitkan dengan sistem nilai tentang bagaimana kita
harus hidup secara baik sebagai manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam
ajaran berbentuk petuah-petuah, nasehat, peraturan, perintah, dan semacamnya
yang diwariskan secara turun-temurun melalui agama atau kebudayaan tertentu
tentang bagaimana manusia harus hidup secara baik agar ia benar-benar
menjadi manusia yang baik.
6
b. Manfaat Etika Bagi Pendidik
Menurut Suseno, ada empat alasan mengapa manusia perlu beretika:
Pertama, kita hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistik. Perlu kesatuan
tatanan normatif. Kedua, kita hidup dalam masa transformasi masyarakat yang
sangat cepat. Dalam transformasi ekonomi, sosial, intelektual, dan budaya itu
nilai budaya tradisional tertantang. Perubahan-perubahan budaya terjadi begitu
cepat akibat modernisasi. Dalam situasi seperti ini, etika membantu kita agar
jangan kehilangan orientasi, dapat membedakan antara yang hakiki dan apa
yang boleh berubah dan dengan demikian tetap sanggup untuk mengambil sikap
yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pendidik yang sukses adalah guru yang tidak hanya kaya secara materi
namun juga kaya dalam nilai-nilai moral dan spiritualnya. Pendidik yang cerdas
mampu memberdayakan segala kualitas positif dalam dirinya berhak untuk
mengukirkan nasibnya sesuai dengan yang diimpikan.
7
Sebutir telur elang dieramkan dalam sarang ayam hutan. Telur menetas, dan
elang kecil tumbuh dan menganggap dirinya adalah anak ayam hutan. Anak
elang berperilaku sebagaimana anak ayam hutan. Ia mengais-ngais tanah untuk
mencari makan. Ia berkotek dan berkokok, ia tidak pernah terbang lebih dari
beberapa meter, karena seperti itulah tabiat ayam hutan.
Suatu hari ia melihat burung elang sedang terbang dengan anggun dan
agung di langit bebas. Ia bertanya kepada induk ayam hutan: ’Burung apakah
yang cantik itu?’ Induk Ayam hutan menjawab: “Itu adalah seekor elang, ia
burung yang terkenal, tetapi kamu tidak bisa terbang seperti dia karena kamu
hanyalah seekor ayam hutan”.
Anak elang percaya saja dengan cerita itu karena dianggapnya benar. Ia
jalani hidupnya, dan mati sebagai seekor ayam hutan, dan kehilangan
warisannya sebagai seekor elang, karena tidak mempunyai visi sendiri. Alangkah
sia-sia. Ia dilahirkan untuk menang tetapi ia dikondisikan untuk kalah.
(Qomari Anwar, diunduh dari hadipranaabadi.weebly.com)
Bayangkan…
andai induk ayam hutan adalah guru,
dan sang elang kecil adalah siswa
8
individu dengan profesi terkait, dalam hal ini pendidik, mengenai apa yang boleh
mereka laksanakan atau larangan yang sebaiknya mereka hindari. Seorang guru
akan mengetahui tentang aturan-aturan yang boleh dan tidak boleh dilakukan
dalam melaksanakan profesinya sebagai seorang guru.
Tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan
anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Keberadaan kode etik
profesi pendidik bertujuan untuk :
1) menjunjung tinggi martabat profesi
2) menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
3) meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4) meningkatkan mutu profesi
5) meningkatkan mutu organisasi profesi
9
luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Ada beberapa
butir mengenai kode etik guru Indonesia, antara lain :
1) berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
yang seutuhnya berjiwa Pancasila.
2) memiliki dan melaksanakan kejuruan profesional.
3) berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
4) menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar.
5) memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan.
6) secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat prosesinya.
Kode Etik Guru Indonesia ditetapkan dalam kongres PGRI ke XIII tahun
1973, dan kemudian disempurnakan dalam Kongres PGRI ke XVI tahun 1989.
Berikut penjabarannya (Djumiran, http://pjjpgsd.dikti.go.id)
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
a. Guru menghormati hak individu, agama dan kepercayaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa dari anak didiknya masing – masing.
b. Guru menghormati dan membimbing kepribadian anak didiknya.
c. Guru menyadari bahwa intelegensi, moral dan jasmani adalah tujuan
utama pendidikan.
d. Guru melatih anak didik memecahkan masalah-masalah dan membina
daya kreasinya agar dapat menunjang masyarakat yang sedang
membangun
e. Guru membantu sekolah dalam usaha menanamkan pengetahuan,
keterampilan kepada anak didik.
10
Ilustrasi Kasus :
Tasya mengolok-olok temannya, Sita, yang mengenakan jilbab ke
sekolah. Tasya mengatakan Sita seperti nenek-nenek karena
mengenakan jilbab. Kebetulan saat itu Pak Wawan, salah seorang guru,
melihat kejadian tersebut. Pak Wawan pun menghampiri Sita dan Tasya
lalu menjelaskan kepada Tasya mengenai jilbab secara sederhana serta
meminta Tasya untuk minta maaf pada Sita.
Ilustrasi kasus :
Di kelas Ibu Rosa, ada seorang murid bernama Afika yang sangat
menyukai musik namun membenci berhitung. Untuk mengakali Afika agar
senang berhitung akhirnya Ibu Rosa memperkenalkan angka dan
mengajari berhitung kepada Afika melalui nyanyian dan permainan alat
musik sehingga akhirnya Afika mulai menguasai materi berhitung.
Bagaimana pendapat Anda terhadap sikap Ibu Rosa? Apakah Anda
pernah memiliki pengalaman serupa?
11
3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang
anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala penyalahgunaan.
a. Komunikasi guru dan anak didik didalam dan diluar sekolah dilandaskan
pada rasa kasih sayang.
b. Untuk berhasilnya pendidikan, guru harus mengetahui kepribadian anak
dan latar belakang keluarganya.
c. Komunikasi hanya diadakan semat-mata untuk kepentingan pendidikan
anak didik.
Ilustrasi kasus :
Nanda akhir-akhir ini tidak bersemangat untuk mengikuti kegiatan belajar dan
bermain dengan teman-temannya. Bahkan dalam satu minggu ini Nanda
sudah tiga kali tidak masuk sekolah. Ibu Mirna, sebagai guru di PAUD tempat
Nanda bersekolah, alih-alih melakukan pendekatan dan menanyakan masalah
kepada Nanda, Ibu Mirna malah mengatakan Nanda sebagai siswa pemalas
dan sombong.
12
Komunikasi dan relasi yang baik antara guru PAUD dan murid dapat
membantu kelancaran proses pendidikan yang berlangsung
13
2. KARAKTER
a. Pengertian Karakter
Etika membantu individu untuk dapat bertindak sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku dalam masyarakat. Pengetahuan atas etika yang
diaplikasikan secara berkelanjutan, terus-menerus melalui proses pembiasaan
dapat menumbuhkan suatu kualitas tersendiri yang dapat membedakan antara
individu dengan individu lainnya.
14
Karakter bukanlah sesuatu yang sepenuhnya bersifat genetik atau turunan
sehingga untuk membentuk karakter harus melalui proses pembelajaran dan
pembiasaan atau pelatihan secara terus menenerus. Terkait dengan karakter
maka yang dilatih dan dibentuk adalah kebiasaan dalam berpikir, merasa, dan
senantiasa berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja untuk
membentuk karakter jujur pada individu maka sejak dini seseorang harus
dibiasakan untuk berkata dan bertingkahlaku jujur dengan membiasakan diri
tidak mencontek pekerjaan orang lain atau mengakui kesalahan yang dilakukan.
15
5) Lingkungan fisik dan sosial
6) Subtansi materi di sekolah atau lembaga pendidikan lain
7) Media massa
Untuk mengembangkan karakter yang baik perlu ada suatu penentuan dan
pendefinisian kualitas karakter yang akan ditanamkan sehingga dapat dimengerti
oleh semua orang antara lain dengan memberikan ilustrasi-ilustrasi atau aktivitas.
Dalam proses pembentukan karakter yang baik perlu adanya kontrol internal
dan kontrol sosial yang menuntut individu untuk memiliki karakter positif tertentu.
Misalnya saja sebagai pendidik (guru) dalam suatu komunitas pendidikan, seperti
PAUD, dibutuhkan karakter seperti jujur, perhatian, sabar, dan karakter positif lain
sebab pendidik dalam komunitas pendidikan berperan sebagai teladan dan model
bagi anak didiknya.
16
kesuksesan, pencapaian sasaran, promosi jabatan, dan lain-lain, adalah karena
sikap-sikap seseorang. Hanya 15% disebabkan oleh keahlian atau kompetensi
teknis yang dimilikinya. Oleh sebab itu, terkait upaya membangun karakter
positif, khususnya karakter dalam diri pendidik, disusunlah 16 pilar pembangun
karakter :
1) Kasih sayang
2) Penghargaan
3) Pemberian ruang untuk pengembangan diri
4) Kepercayaan
5) Kerja sama
6) Saling berbagi
7) Saling memotivasi
8) Saling mendengarkan
9) Saling berinteraksi secara positif
10) Saling menanamkan nilai-nilai moral
11) Saling mengingatkan dengan ketulusan hati
12) Saling menularkan antusiasme
13) Saling menggali potensi diri
14) Saling mengajari dengan kerendahan hati
15) Saling menginspirasi
16) Saling menghormati perbedaan
17
lingkungan dan sistem baik keluarga, sekolah, masyarakat, dan negara yang
melembaga.
Seorang pendidik anak usia dini, menurut Megawangi (2005), perlu memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
18
Ada sebuah kisah tentang Johny Appleseed, mudah-mudahan cerita ini
dapat memberikan inspirasi pada semua pendidik untuk menebarkan benih
kebajikan walapun tidak tahu bagaimana hasilnya nanti :
19
mengapa Austria melahirkan orang-orang jenius dan kreatif, seperti para
komposer dunia John Strauss, Mozart, Schubert dan Mahler. Psikolog
Sigmud Freud, Ekonom Loudwig atau negara Singapura bebas korupsi, atau
warga Korea di Seoul yang turun ke jalan berpesta pora merayakan
kemenangan tim sepak bolanya masuk ke final, tetapi tidak membuat satu
pohonpun patah, tidak ada satu pot bungapun rusak, dan tidak ada satu pun
botol minuman yang tergeletak di jalan.
Adanya kerumunan burung dari berbagai jenis yang sedang makan biji-
bijian yang tersebar di atas tanah. Tiba-tiba ada sebuah kejutan yang
menyebabkan semua burung beterbangan. Sudah dapat dipastikan bahwa
burung akan terbang bersama burung-burung lainnya yang sejenis dan tidak
pernah masuk dalam kelompok burung lain.
Adanya daya tarik yang aneh (strange attractor) dalam sebuah sistem
sosial akan menjadi daya tarik bagi mereka yang memang pada prinsipnya
mempunyai kualitas yang sama dengan daya tarik itu. Semakin banyak
orang tertarik dan berkumpul dalam kerumunan sistem itu, maka akan
membentuk sebuah pola dengan ciri khas perilakunya. Sebuah organisasi
yang korup, akan menarik orang-orang yang tidak jujur karena tertarik oleh
daya magnet perilaku korup. Begitu pula organisasi yang baik bisa menjadi
magnet yang dapat menarik orang-orang baik untuk berkumpul bersama
melakukan kebajikan. Namun mungkin saja dalam suatu kerumunan baik
akan terdapat beberapa orang yang tidak baik, begitu pula sebaliknya,
karena disebut teori chaos atau teori kekacauan.
Biasanya orang-orang yang baik dalam kerumunan jahat suatu saat akan
terlempar dari sistem sosial yang ada sekarang karena mereka tidak tahan
20
hidup di tengah–tengah kerumunan orang yang pola tingkahlakunya
bertentangan dengan hati nuraninya. Begitu pula orang-orang tidak baik
berada dalam kerumunan orang baik suatu saat akan terlempar keluar.
Peran guru dalam membangun citra diri yang positif pada anak sangat
besar, sehingga sebuah sekolah dasar di Medford Massachusetts yang
21
bernama Dame School, membuat kebijakan untuk membangun citra diri
positif kepada murid-muridnya.
Kisah Dame School, menyatakan bahwa seluruh murid sekolah dasar dari
kelas 1 sampai kelas 3, tidak boleh diberikan nilai angka atau huruf di
rapornya, tetapi hanya berupa uraian consisten dan not consisten, berbeda
dengan di Indonesia rapor anak diisi dengan angka, bahkan diberi peringkat
atau ranking. Menurut mereka, kalau seorang anak usia di bawah 9 tahun
diberikan nilai (baik dan buruk), maka akan “memvonis” anak; pintar, sedang
dan bodoh. Padahal anak-anak pada usia itu masih terus berkembang
kemampuannya. Baru nanti ketika anak sudah kelas empat SD, ilai mulai
diberikan, tetapi ranking tetap tidak diberikan.
22
belajar. Kalau anak senang hatinya, maka bagian limbik otaknya akan
terbuka, sehingga anak dengan mudah menyerap pelajaran yang diberikan.
Sikap guru yang demikian, memang bukan hanya kesalahan guru saja,
tetapi adalah kesalahan sebuah sistem pendidikan yang orientasinya hanya
semata-mata mengejar keberhasilan akademik, yaitu sistem mengejar target
kurikulum dengan segenap tes harian, ulangan umum, ujian akhir. Padahal
untuk anak usia dini, yang terpenting ditanamkan adalah sikap agar anak-
anak cinta belajar. Bukan semata-mata harus bisa karena kalau “harus” bisa,
suasana belajar menjadi penuh beban, sehingga otak limbik anak tertutup,
akhirnya anak tidak dapat mencapai potensi optimalnya.
23
Di dalam ilustrasi ini, dikandung bahwa seorang guru perlu menampilkan
etika membangun citra positif anak melalui perilaku-perilaku : santun, tulus,
mencintai anak, memberikan pujian dan menciptakan kesenangan anak
dengan melabel atau memberi cap negatif anak.
24
anak adalah melalui contoh dari guru dan orang tuanya. Nilai-nilai adalah
yang diterangkan langsung oleh gurunya.
Menjadi pendidik PAUD tidak cukup hanya berbekal kurikulum atau Acuan
Pembelajaran Menu Generik, tetapi juga menyangkut bagaimana guru
sebagai pendidik menjadi idola bagi muridnya. Bagaiman ciri-ciri guru yang
menjadi idola murid-muridnya, antara lain sebagai berikut:
Inti dari pesan dalam sub bab ini adalah bagaimana ampuhnya sosok
panutan orangtua atau guru dalam mempengaruhi perilaku anak. Apabila
kita ingin menjadikan diri sebagai tokoh panutan, maka diri kita sendiri harus
diperbaiki dulu.
25
Mencelupkan diri secara total memang memerlukan sikap dan dedikasi
dan kecintaan terhadap profesi yang sedang dijalani. Seorang guru yang
dapat mencelupkan dirinya pada profesinya sebagai guru adalah seorang
yang dapat berkontemplasi (merenungkan) perasaan, pikiran dan perilakunya
secara rutin agar dapat melihat kekurangan-kekurangan yang ada pada
dirinya. Seorang guru bukan berarti harus sempurna, tetapi diharapkan untuk
memperbaiki dan mengontrol terus tindakannya agar tetap dijadikan model
konkrit bagi murid-muridnya.
Seringkali orang tidak mau menerima atau mengakui bahwa dirinya masih
banyak kekurangan. Merasa dirinya sudah benar, tidak mungkin salah dan
tidak ingin dikritik dan disalahkan. Menurut Carl G. Jung, setiap manusia
mempunyai sisi gelap, kalau kita tidak menerima keberadaan sisi gelap
tersebut, maka sifat-sifat gelap akan menjadi kekuatan yang suatu saat akan
keluar dan terlihat oleh orang lain, walaupun diri kita tidak menyadarinya.
Inilah yang menyebabkan banyak manusia yang tidak konsisten antara kata
dan tindakannya.
Oleh karena itu, seorang guru sebagai pendidik anak usia dini hendaknya
terus merenung untuk melihat kekurangan dan mengevaluasi diri dan
berusaha untuk terus menerus memperbaiki segala kekurangan demi
membentuk citra diri guru yang positif.
26
Citra diri guru dapat dimaksudkan sebagai gambaran tentang diri pribadi
guru yang diberikan appresiasi oleh masyarakat. Penilaian yang diberikan
oleh masyarakat terhadap guru bisa positif atau negatif tergantung kepada
kepribadian maupun karakter yang muncul sebagai wujud profesi guru secara
utuh. Citra Diri Positif (positive self-image) dapat membangun dan
mempermudah karir seseorang, karena dia memandang positif kepada
kemampuan diri, melihat kelebihan diri, bukan kekurangannya. Dengan
berpikir positif pada diri, membuat dirinya berharga.
27
memandang pada pintu yang tertutup terlalu lama, sehingga kita tidak melihat
bahwa ada pintu-pintu kesempatan lain yang terbuka untuk kita.
B. RANGKUMAN MATERI
28
C. EVALUASI SOAL LATIHAN
Jawablah pertanyaan di bawah ini
1. Aturan atau kaidah dari perilaku dan tindakan manusia adalah pengertian dari
…
a. Etika
b. Moral
c. Nilai
d. Norma
29
5. Salah satu sikap guru atau pendidik PAUD yang positif adalah …
a. Menggunakan kekerasan sebagai teknik disiplin
b. Mengabaikan perbedaan peserta didik
c. Memahami karakteristik tiap peserta didik
d. Kurang melibatkan siswa
30
BAB IV
PENUTUP
“Ingatlah! Percayalah akan kemampuan Anda mengajar dan kemampuan siswa Anda belajar,
maka akan terjadi hal-hal yang menakjubkan”
(Bobbi DePorter)
Guru atau pendidik PAUD memiliki peran sangat besar dalam menjalankan
peran mereka selama proses pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan bagi para
peserta didik. Ketiga hal ini membuat para pendidik PAUD harus bekerja ekstra
dibandingkan pendidik di tingkatan pendidikan lainnya. Mereka juga menjadi model atas
sikap positif bagi peserta didiknya. Oleh sebab itu merupakan kewajiban bagi para
pendidik PAUD untuk dapat memiliki etika dan karakter yang menunjang mereka untuk
menjalankan tugasnya serta berinteraksi baik dengan anak sebagai peserta didik, rekan
sejawat, orang tua, serta lingkungan masyarakat yang dapat mendukung proses
belajar. Semoga modul ini dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat bagi para
pendidik PAUD sehingga nantinya menjadi pendidik PAUD yang berkualitas demi
mencetak generasi penerus bangsa yang cemerlang, baik secara kognitif, afektif, dan
psikomotor.
31
LAMPIRAN
32
LAMPIRAN
A. KUNCI JAWABAN
1. D
2. B
3. B
4. A
5. C
33
DAFTAR PUSTAKA
Diaz, Carlos F. et al. Touch The Future Teach!. USA : Pearson Education, 2006
Ronnie M., Dani. Seni Mengajar dengan Hati. Jakarta : Elex Media Komputindo,
2005
Tim Penyusun Naskah PLPG PGSD FIP UNJ. Modul Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru Sekolah Dasar. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta, 2011.
34