ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara rata-rata harga dari indikator
MACD dengan rata-rata close price terdekat saham perusahaan sub sektor perbankan di
BEI periode Januari 2015 s.d. September 2016. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif dan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode
purposive sampling. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, diperoleh 5 perusahaan
sebagai sampel dengan kode: BBCA, BBRI, BMRI, BBNI dan BBTN. Teknik analisis data
pada penelitian ini diawali dengan mendata harga dari sinyal indikator MACD
menggunakan software ChartNexus Version 5 dan dipasangkan dengan close price terdekat
saham, kemudian dilakukan uji menggunakan independent sample t test. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara rata-rata harga dari indikator MACD
dengan rata-rata close price terdekat saham, sehingga sinyal beli dan sinyal jual yang
dihasilkan indikator MACD akurat dan dapat digunakan dalam perdagangan saham. Hasil
juga memperlihatkan bahwa terdapat dua kondisi pasar (IHSG) selama periode penelitian,
yaitu kondisi bearish di tahun 2015 dan kondisi bullish di bulan Januari s.d. September
2016.
Kata Kunci : Analisis Teknikal, Indikator MACD, Sinyal beli dan sinyal jual, Kondisi
bearish dan bullish.
ABSTRACT
This study aims to determine the difference between the average price of the MACD
indicator from the average cloce price nearest sub-sector banking company shares listed
in Indonesian Stock Exchange, period of January 2015 to September 2016. The type of this
research is descriptive with quantitative approach, and the sample selection technique used
was purposive sampling method. Based on predetermined criteria, acquired five companies
in the sample with the code: BBCA, BBRI, BMRI, BBNI and BBTN. The technique of data
analysis in this study is beguns by listing the price of using the MACD indicator signals
ChartNexus Version 5 software and paired with a nearby close price of shares, then tested
by using independent sample t test. The results showed that there was no difference between
the average price of the MACD indicator from the average close price stock nearby, so a
buy signal and sell signal generated MACD indicator is accurate and can be used in stock
trading. The Results also showed that there are two market conditions (JCI) during the
study period, the bearish conditions in 2015 and bullish conditions in January to September
2016.
Keywords: Technical Analysis, Indicators MACD, buy signals and sell signals, bearish
and bullish conditions.
299
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
PENDAHULUAN
Investasi di pasar modal saat ini semakin populer dikalangan masyarakat
Indonesia khususnya investasi pada instrumen saham. Jumlah single investor
identification (SID) yang tercatat di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
hingga akhir juli 2016 adalah sebanyak 491.116 atau naik sebesar 26% dibanding
akhir juli tahun lalu. Jumlah SID dari dalam negeri (lokal) adalah sebanyak
480.231, sedangkan jumlah SID asing adalah sebanyak 10.885. Meskipun jumlah
investor lokal lebih banyak daripada jumlah investor asing, namun jika dilihat dari
komposisi kepemilikan saham, investor asing memiliki proporsi yang lebih banyak
daripada proporsi kepemilikan investor lokal. Penyebab utama lambatnya
pertumbuhan investasi lokal secara nilai adalah karena kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang investasi saham serta risiko tinggi yang harus dihadapi para
investor. Hal ini wajar mengingat saham merupakan pilihan investasi yang
memiliki potensi tingkat keuntungan dan kerugian yang lebih tinggi dibandingkan
dengan instrumen investasi lainnya (high risk high return). Kesalahan dalam
pengambilan keputusan investasi pada saham akan menimbulkan kerugian yang
besar bagi investor. Melihat tingginya tingkat risiko tersebut, maka diperlukan
analisis akurat untuk membantu investor dalam mengambil keputusan kapan saat
yang tepat untuk membeli atau menjual suatu saham.
Dua analisis yang dapat digunakan setiap investor dalam mengambil
keputusan investasi adalah analisis fundamental dan analisis teknikal. Menurut
Wira (2014:3-4), analisis fundamental memperhitungkan berbagai faktor, seperti
kondisi ekonomi suatu negara, kebijakan ekonomi, baik makro ataupun mikro,
sedangkan analisis teknikal adalah teknik yang menganalisa fluktuasi harga dalam
rentang waktu tertentu atau dalam hubungannya dengan faktor lain misalnya
volume transaksi. Karena itu, analisis teknikal banyak menggunakan grafik. Dari
pergerakan tersebut akan terlihat pola tertentu yang dapat dipakai sebagai dasar
untuk melakukan pembelian atau penjualan.
Bagi orang awam, analisis teknikal lebih mudah dipelajari daripada analisis
fundamental karena hanya perlu bisa membaca grafik, sedangkan analisis
fundamental membutuhkan setidaknya pengetahuan tentang ekonomi makro dan
mikro (Wira, 2014:4). Analisis teknikal menggunakan indikator untuk membantu
dalam proses analisis saham. Salah satu indikator yang mudah dan sering digunakan
adalah indikator MACD yang diciptakan oleh Gerald Appel pada tahun 1970-an.
Menurut Wira (2014:107), Moving Average Convergence Divergence (MACD)
adalah indikator yang sangat berguna bagi seorang trader. Indikator ini berfungsi
untuk menunjukkan trend yang sedang terjadi. MACD dapat digunakan untuk
mengetahui kondisi yang sedang terjadi dalam perdagangan saham.
Penelitian ini berfokus pada perdagangan saham dua tahun terakhir yaitu di
tahun 2015 dan 2016. Pada tahun tersebut IHSG mengalami bearish dan bullish
yang cukup tajam dikarenakan berbagai kondisi politik dan ekonomi di dalam
negeri maupun luar negeri seperti kebijakan bank sentral Amerika dan kebijakan
300
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
tax amnesty. IHSG mengalami kondisi bearish yang cukup parah di tahun 2015
sampai pada level 4200 dan bullish ditahun 2016 pada level 5300.
Objek pada penelitian ini adalah perusahaan sub sektor perbankan yang
terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) periode Januari 2015 s.d. September 2016.
Sektor ini dipilih karena mengingat masih tingginya minat masyarakat dalam
kegiatan perbankan dan semakin meningkatnya populasi penduduk setiap tahunnya.
Selain itu, kapitalisasi dari sub sektor perbankan juga sangat besar sehingga dapat
mempengaruhi pergerakan IHSG.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
antara rata-rata harga dari indikator MACD dengan rata-rata close price terdekat
saham perusahaan sub sektor perbankan di BEI periode Januari 2015 s.d. September
2016.
Penelitian tentang indikator MACD dalam perdagangan saham dilakukan
oleh Asthri, Topowijono, & Sulasmiyati (2016), yang menyatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara sinyal beli dan sinyal jual sebelum
MACD dan sesudah MACD, sehingga analisis teknikal dengan indikator MACD
akurat dan dapat dijadikan pedoman dalam penentuan sinyal membeli dan menjual
dalam perdagangan saham pada sub sektor makanan dan minuman di BEI.
Sedangkan penelitian Raditya, Tarno, & Wuryandari (2013), menyimpulkan bahwa
mean harga yang dihasilkan analisis MACD sama dan signifikan dengan mean
harga penutupan sehingga dapat memberikan rata-rata keuntungan sebesar 5,97%
hingga 14,29% atau diatas rata-rata tingkat inflasi aktual tahun 2012 yang bernilai
4,30 %.
Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Investasi
Uji Normalitas
Uji Beda
Kesimpulan
301
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut
Sujarweni (2015:49), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai masing-masing variabel, baik satu variabel atau lebih sifatnya
independen tanpa membuat huubungan maupun perbandingan dengan variabel
yang lain atau suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.
Menurut Sugiyono (2014:7), metode ini disebut metode kuantitatif karena data
penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
Objek Penelitian
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah sub sektor perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Januari 2015 s.d. September 2016.
Data perusahaan terdaftar diperoleh dari alamat website www.idx.co.id.
302
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
Tabel 1 menunjukkan jumlah sinyal indikator MACD pada tahun 2015 s.d.
September 2016, dimana pada tahun 2015 kondisi pasar sedang dalam tren bearish,
dan dari Januari s.d. September 2016 kondisi pasar berada dalam tren bullish.
Jumlah sinyal dari setiap saham berbeda yaitu, kode: BBCA sebanyak 17 sinyal,
BBRI 12 sebanyak sinyal, BMRI sebanyak 13 sinyal, BBNI 16 sebanyak sinyal,
dan BBTN sebanyak 15 sinyal.
Tabel 1 juga menunjukkan jumlah sinyal indikator MACD pada tahun 2015
(kondisi bearish) lebih banyak dibandingkan dengan periode Januari 2016 s.d.
September 2016 (kondisi bullish). Selain karena periodenya yang lebih panjang,
ditahun 2015 grafik harga saham juga bergerak lebih fluktuatif. Kondisi pasar
(IHSG) yang sedang turun di tahun 2015 membuat para investor lebih sering keluar
masuk pasar dalam jangka waktu yang tidak terlalu panjang. Dari 5 sampel
penelitian, BBCA merupakan saham yang paling banyak memiliki sinyal dari
indikator MACD, dan 12 diantaranya didapat di tahun 2015.
303
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
Gambar 3. Indikator MACD pada IHSG periode Januari 2016 s.d. September
2016
Sumber: ChartNexus version 5.0
Sesuai dengan tujuan awal penelitian, maka sinyal dari indikator MACD yang
telah didata dipasangkan dengan close price terdekat sebagai perbandingan harga
saham. Tabel pasangan harga telah dibuat dan dijelaskan pada bagian analisis
deskriptif data. Data pasangan harga dari sinyal MACD dan close price terdekat 5
sampel kemudian diuji dengan uji normalitas kolmogorov smirnov dan uji
independent sample t test.
Uji normalitas dilakukan menggunakan bantuan software SPSS 23 yang
berguna untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Dari hasil
pengujian, nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah sebesar 0,089 atau berada diatas
tingkat signifikansi (0,05) yang berarti data berdistribusi secara normal. Setelah
304
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
mengetahui data berdistribusi normal, uji selanjutnya yang dilakukan adalah uji
beda.
KESIMPULAN
Kesimpulan
1. Terdapat dua kondisi pasar (IHSG) selama periode penelitian, yaitu kondisi
bearish ditahun 2015 dan kondisi bullish di bulan Januari s.d. September 2016.
2. Dari hasil pengujian menggunakan uji independent sample t test yang dilakukan
terhadap 5 sampel penelitian dengan kode: BBCA, BBRI, BMRI, BBNI, dan
BBTN selama periode penelitian, dapat diketahui bahwa rata-rata harga dari
indikator MACD tidak berbeda dengan rata-rata close price terdekat saham,
sehingga sinyal beli dan sinyal jual yang dihasilkan oleh indikator MACD akurat
dan dapat digunakan untuk mengambil keputusan berinvestasi di pasar modal.
Saran
305
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
pada saham yang menunjukkan sinyal golden cross, kemudian disarankan untuk
melakukan hold (tahan) sampai harga saham benar-benar tinggi saat dijual.
Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan analisis
fundamental perusahaan selain analisis harga secara teknikal, agar penentuan
sinyal beli dan sinyal jual dalam perdagangan saham lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Asthri, Dian Dwi Parama Asthri., Topowijono, & Sulasmiyati, Sri. (2016). Analisis
Teknikal dengan Indikator Moving Average Convergence Divergence untuk
Menentukan Sinyal Membeli dan Menjual dalam Perdagangan Saham. Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 33 No. 2 April 2016.
Bursa Efek Indonesia. (www.idx.co.id)
Fatkhurrokhim, Heri. & Sundiman, Didi. (2015). Pengaruh Pola MACD Histogram
IHSG Terhadap Pola MACD Histogram Perusahaan dari Daftar Indeks LQ45
(Periode Februari s.d Juli 2015) Bursa Efek Indonesia. DeReMa Jurnal
Manajemen Vol. 10 No. 2, September 2015 , 227-246.
Filbert, Ryan & J1d. (2014). Bandarmology. Jakarta: PT Gramedia.
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM
SPSS21 Update PLS Regresi. (Edisi Tujuh). Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Hartono, Jogiyanto. (2015). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta.
Kodrat, David Sukardi & Indonanjaya, Kurniawan. (2010). Analisis Momentum
pada Saham-saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia Pasca Krisis.
Otoritas Jasa Keuangan. (www.ojk.go.id)
Pramono, Agung., Soenhadji, Imam Murtono., Mariani, Septi. & Astuti, Ida.
(2013). Analisis Teknikal Modern Menggunakan Metode MACD, RSI, SO
dan Buy and Hold untuk Mengetahui Return Saham Optimal pada Sektor
Perbankan LQ 45. Jurnal Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra,
Arsitektur & Teknik Sipil) Bandung, 8-9 Oktober 2013, Vol. 5 Oktober 2013,
ISSN: 1858-2559.
Raditya, Tri Murda Agus., Tarno, & Wuryandari, Triastuti. (2013). Penentuan Tren
Arah Pergerakan Harga Saham dengan Menggunakan Moving Average
Convergence Divergence. Jurnal Gaussian, Vol.2, No.3, Th.2013, hlm 249-
258.
Raharjo, Sahid. (2015, April14). Cara Melakukan Uji Mann-Whitney dengan
SPSS. Retrieved Oktober 20, 2016, from SPSS Indonesia:
www.spssindonesia.com
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sujarweni, Wiratna. (2015). Metodologi Penelitian Bisnis & Ekonomi. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
ISSN Cetak : 2541-6014
ISSN Online : 2541-6022
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
306
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
307