SKRIPSI
SCREENING AWAL
ENZIM ENDONUKLEASE RESTRIKSI SPESIFIK
DARI BAKTERI
Oleh:
FENNI RUSLI
F24102090
2006
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
ii
SCREENING AWAL
ENZIM ENDONUKLEASE RESTRIKSI SPESIFIK
DARI BAKTERI
Oleh:
FENNI RUSLI
F24102090
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Menyetujui,
Bogor, September 2006
RINGKASAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Pengasih, hanya karena berkat dan
perlindungan-Nya kepada penulis, skripsi ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Ir. Maggy T. Suhartono, sebagai dosen pembimbing
akademik penulis atas inspirasi, waktu, dukungan, kesabaran, fasilitas
dan pengetahuan yang diberikan sejak kuliah hingga penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Fransiska Zakaria-Rungkat, MSc., sebagai dosen
penguji saat sidang dan moderator saat seminar, atas kesediaannya
meluangkan waktu dan masukan-masukan yang membangun.
3. Bapak Dr. Ir. Budiatman Satiawihardja, MSc., sebagai dosen penguji,
atas kesediaannya meluangkan waktu dan masukan-masukan yang
membangun selama sidang.
4. Keluarga tercinta: Papi, Mami, dan Cici, terima kasih atas kasih
sayang, perhatian, doa, dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
Penulis merasa sangat beruntung dan terberkati memiliki kalian
sebagai keluarga terdekat.
5. Teman-teman terdekat: Ledyana, Cecile, Theresia, Sylvia, dan Paul,
atas persahabatan, cerita di saat suka dan duka, serta perhatian dan
pengertiannya.
6. Teman-teman seperjuangan: Karen dan Steisi, atas segala suka dan
duka dalam persahabatan dan perjuangan yang dialami bersama sejak
awal kuliah hingga kini, serta doa, dukungan, kritik, dan saran untuk
penulis. Juga kepada rekan seperjuangan selama penelitian: Inda,
terimakasih atas kerjasama, dukungan, dan canda tawa, hingga
penelitian yang diawali bersama dapat diselesaikan bersama pula.
7. Rekan-rekan di Laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia dan
Laboratorium lainnya di PPSHB: Bu Sri, Bu Luki, Kak Agnes,
Prasna, Bu Ummu, Bu Rika, Pak Wilmar, Bu Ika, Bu Eni, Mas Huda,
Mas Firdaus, Mas Mbah, Mas Ade, Bu Pepi, dan Bu Dewi atas segala
v
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG .......................................................................... 1
B. TUJUAN ............................................................................................... 2
C. MANFAAT ........................................................................................... 2
B. METODE PENELITIAN
1. Isolasi Bakteri dari Tongkol Jagung Busuk .................................... 21
2. Kultivasi Sel .................................................................................... 21
3. Pemecahan Membran Sel ................................................................ 22
4. Ekstraksi Enzim Restriksi ............................................................... 22
5. Isolasi Plasmid ................................................................................ 23
6. Digesti dengan Ekstrak Enzim Endonuklease Restriksi ................. 24
7. Elektroforesis Gel Agarosa ............................................................. 24
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Endonuklease restriksi dari berbagai bakteri ...................................... 5
Tabel 2. Klasifikasi endonuklease restriksi ...................................................... 8
Tabel 3. Buffer reaksi optimum enzim restriksi ............................................... 13
Tabel 4. Metode lisis sel dalam ekstraksi enzim endonuklease restriksi ......... 29
Tabel 5. Metode ekstraksi enzim endonuklease pada berbagai penelitian ....... 33
9
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Mekanisme pemotongan DNA oleh enzim restriksi ....................... 3
Gambar 2. Berbagai hasil pemotongan dengan enzim restriksi ........................ 9
Gambar 3. Struktur enzim PvuI yang mengikat DNA ...................................... 9
Gambar 4. Peta restriksi DNA fage lambda...................................................... 17
Gambar 5. Hasil uji aktivitas ekstrak enzim K1, K2, dan K7 dengan
substrat plasmid pBR322 dan pRK415 ........................................... 36
Gambar 6. Hasil uji aktivitas ekstrak enzim A, P1, P2, P3, 7B, P.syringae,
dan B. licheniformis MB2 dengan substrat plasmid pRK415 ......... 38
Gambar 7. Hasil uji aktivitas ekstrak enzim P1, P2, P3 dengan substrat
plasmid pBR322 dan ekstrak enzim K8, K9, dan B. pumillus Y1
dengan substrat plasmid pRK415 ................................................... 39
Gambar 8. Hasil uji aktivitas ekstrak enzim K1 dan A dengan substrat
plasmid pRK415 ............................................................................. 41
Gambar 9. Hasil uji aktivitas ekstrak enzim A dengan substrat
DNA fage lambda ........................................................................... 42
Gambar 10. Hasil uji aktivitas enzim A yang diekstrak ulang dengan substrat
DNA fage lambda ........................................................................... 44
Gambar 11. Hasil uji aktivitas enzim A ekstrak baru dengan substrat
DNA fage lambda ........................................................................... 45
Gambar 12. Hasil uji aktivitas enzim P1 ekstrak baru dengan substrat
DNA fage lambda ........................................................................... 46
Gambar 13. Hasil uji aktivitas ekstrak enzim Xag R8, Xag YR58, Xag YR63,
Xag YR69, dan P. fluorescens ekstraksi polimer konsentrat 1× ..... 48
Gambar 14. Hasil uji aktivitas ekstrak enzim Xag R8, Xag YR58, Xag YR63,
Xag YR69, dan P. fluorescens ekstraksi polimer konsentrat 2× ..... 49
Gambar 15. Hasil uji aktivitas ekstrak enzim Xag YR58 dan Xag YR69
dengan substrat DNA fage lambda ................................................. 50
10
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Komposisi media Luria Bertani (LB), Dung et al. (1993),
dan Yeast Dextrose Carbonate (YDC).......................................... 58
Lampiran 2. Komposisi dan pembuatan polimer konsentrat ............................. 59
Lampiran 3. Komposisi gel loading buffer dan buffer TAE stok 50×............... 60
11
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan bioteknologi pangan sudah demikian
pesat dan menunjukkan hasil-hasil yang menarik perhatian dunia. Salah satu
keberhasilan dari aplikasi bioteknologi pangan yang nyata adalah pangan
transgenik, antara lain pengembangan varietas kedelai hasil rekayasa
genetika yang tahan terhadap pestisida, varietas kentang yang tahan terhadap
virus, hama koleoptera dan lepidoptera; mengandung lemak lebih sedikit;
dan memiliki rasa yang lebih manis. Produk-produk hasil bioteknologi
pangan tersebut kini telah dikenal dan banyak dimanfaatkan baik di luar
negeri maupun di Indonesia.
Perkembangan bioteknologi pangan berakar dari ilmu bioteknologi
molekuler. Penelitian di bidang ini memungkinkan dilakukannya modifikasi
materi genetik (asam deoksiribonukleat atau DNA) suatu organisme,
sehingga organisme tersebut dapat memiliki karakteristik yang lebih baik.
Penelitian yang melibatkan modifikasi DNA ini membutuhkan peranan
enzim endonuklease restriksi yang dapat mengenal dan memotong DNA
pada sekuens spesifik tertentu, yaitu enzim endonuklease restriksi tipe II.
Enzim ini dimanfaatkan dalam penelitian kloning gen, pemetaan DNA,
karakterisasi gangguan genetik menurun pada tingkat DNA, analisis proses
degenerasi sel, dan analisis keterkaitan filogenetik. Sedangkan secara luas,
enzim endonuklease restriksi juga digunakan dalam bidang pertanian,
industri, dan kesehatan.
Beragamnya aplikasi dari enzim restriksi menyebabkan tingginya
permintaan akan enzim tersebut. Total penjualan di seluruh dunia mencapai
US$ 200 juta pada tahun 2001, dengan angka pertumbuhan 8% pertahunnya
(Glick dan Pasternak, 2003). Permintaan yang tinggi akan enzim ini
mendukung eksplorasi terhadap enzim endonuklease restriksi jenis baru,
sehingga kini telah ditemukan lebih dari 3000 macam enzim restriksi.
Namun dari bermacam enzim tersebut hanya terdapat 250 situs pemotongan
yang berbeda (Roberts dan Macelis, 2006). Hal ini mengindikasikan masih
adanya peluang untuk menemukan enzim endonuklease restriksi spesifik
12
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mencari enzim endonuklease restriksi
yang spesifik dan mudah dihasilkan dengan melakukan screening terhadap
bakteri-bakteri yang diisolasi dari tongkol jagung dan bakteri-bakteri koleksi
Laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia Pusat Riset Biologi dan
Bioteknologi.
C. Manfaat
Penelitian ini bermanfaat untuk mendukung produksi reagen
bioteknologi secara lokal, sehingga dapat mendukung kesinambungan
penelitian dan pendidikan di bidang bioteknologi, khususnya bioteknologi
pangan di Indonesia.
13
Kini telah ditemukan lebih dari 3000 jenis enzim restriksi dan banyak di
antaranya yang merupakan isoschizomer atau neoschizomer. Isoschizomer
suatu enzim adalah enzim lain memiliki sekuens pengenalan dan pemotongan
DNA yang sama dengan enzim tersebut (Pingoud et al., 1993). Sedangkan
neoschizomer suatu enzim adalah enzim lain yang mengenal sekuens DNA
yang sama tapi memotong pada situs yang berbeda dengan enzim tersebut
(Roberts dan Halford, 1993).
2. pH
Enzim pada umumnya bersifat amfolitik, yaitu mempunyai
konstanta disosiasi pada gugus asam maupun basa, terutama pada gugus
residu terminal karboksil dan gugus terminal aminonya. Semua reaksi
enzim dipengaruhi pH medium tempat reaksi terjadi. Oleh karena itu pada
setiap percobaan dengan enzim diperlukan buffer untuk mengontrol pH
23
3. Kekuatan Ionik
Keakuratan dan aktivitas enzim restriksi sangat dipengaruhi oleh
kekuatan ionik. Kekuatan ionik yang diperlukan dapat diperoleh dengan
penambahan garam NaCl atau KCl ke dalam buffer Tris-HCl. Konsentrasi
dan jenis kekuatan ionik yang tepat sangat diperlukan karena kekuatan
ionik yang terlalu rendah akan menginduksi aktivitas bintang dan kekuatan
ionik yang terlalu tinggi dapat mengaktivasi endonuklease non-spesifik
kontaminan atau menghambat enzim restriksi itu sendiri. Hampir semua
enzim restriksi dapat menerima kekuatan ionik dari NaCl ataupun KCl,
namun beberapa enzim restriksi hanya aktif pada kekuatan ionik yang
diberikan oleh KCl, seperti enzim SmaI (Pingoud et al., 1993). Tabel 3
berikut ini adalah contoh preferensi beberapa enzim terhadap suhu, pH,
dan kekuatan ionik tertentu.
4. Ion Mg2+
Dalam reaksinya, enzim endonuklease restriksi membutuhkan ion
Mg2+, meskipun beberapa enzim seperti NlaIII dan NlaIV memerlukan
tambahan 50 mM (NH4)2SO4 untuk aktivasi enzim. Konsentrasi yang
optimum berkisar antara 5-10mM MgCl2. Peranan Mg2+ diduga untuk
menyebabkan polarisasi ikatan fosfodiester yang akan dipotong atau untuk
mengaktivasi molekul air untuk membentuk nukleofil yang dibutuhkan
(Pingoud et al., 1993). Dengan demikian, adanya pengkelat ion seperti
EDTA dapat mengganggu aktivitas pemotongan DNA.
5. Waktu Reaksi
Lamanya waktu reaksi pada umumnya ditentukan berdasarkan unit
aktivitas enzim. Penggunaan enzim dalam jumlah yang lebih sedikit
dimungkinkan dengan memperpanjang waktu reaksi. Hal ini tidak akan
menimbulkan masalah kecuali jika terdapat kontaminasi nuklease lainnya
(Anonimd, 2006).
6. Aditif Penstabil
Enzim restriksi juga memiliki kebutuhan akan aditif penstabil untuk
mencegah terjadinya oksidasi residu sistein. Pada umumnya, aditif yang
digunakan adalah 1,4-dithiothreitol, 1,4-dithioerithritol, atau β-
merkaptoetanol. Aditif juga diperlukan untuk mencegah terjadinya
agregasi dan presipitasi. Dalam hal ini, aditif yang umum digunakan
adalah Triton X-100, Tween, Lubrol, deterjen lainnya, atau Bovine Serum
Albumin (BSA) (Pingoud et al., 1993).
tinggi (di atas 8,5), substitusi ion Mg2+ dengan kation divalen lainnya, waktu
inkubasi yang terlalu lama atau jumlah enzim yang terlalu banyak, konsentrasi
gliserol yang terlalu tinggi, dan adanya pelarut organik (etanol,
b
dimetilsulfoksida) (Anonim , 2006).
Menurut Davis et al. (1986), faktor-faktor lain yang berhubungan
dengan kondisi-kondisi reaksi seperti kemurnian DNA dan keadaan enzim itu
sendiri juga mempengaruhi aktivitasnya. Metilasi DNA, ikatan dengan protein
atau kekentalan yang berlebihan dari DNA berberat molekul tinggi dalam
larutan yang pekat dapat menurunkan efisiensi pemotongan oleh enzim. Pada
umumnya DNA yang akan dipotong harus bebas dari pengotor. Adanya RNA
dan DNA utas tunggal tidak berpengaruh buruk terhadap aktivitas sebagian
enzim restriksi.
2. Elektroforesis Agarosa
Setelah tahap digesti, hasil reaksi diamati dengan elektroforesis gel
agarosa. Elektroforesis adalah suatu teknik pemisahan fraksi-fraksi suatu
campuran berdasarkan pergerakan partikel koloid yang bermuatan
28
amat baik, dan fragmen DNA yang berbeda sampai 1 pb dapat dipisahkan
satu sama lain. Walaupun metode ini dapat dilakukan dalam waktu yang
sangat singkat, gel poliakrilamida lebih sulit dalam penanganan dan
penyiapannya daripada gel agarosa (Sambrook et al., 1989). Keuntungan
elektroforesis gel agarosa ini adalah cepat, sederhana, memberikan hasil
dengan resolusi tinggi, dan sangat peka karena dalam analisis hanya
dibutuhkan sampel dengan jumlah yang sedikit. Jumlah DNA sekecil 10
ng dapat terdeteksi dengan baik sebagai suatu pita (Anonima, 2006).
Perlengkapan utama yang diperlukan pada proses elektroforesis
adalah sumber arus listrik dan sistem buffer reservoir. Sistem buffer
dalam elektroforesis berfungsi untuk mempertahankan pH konstan di
dalam reservoir dan di dalam gel serta bertindak sebagai elektrolit
penghantar arus listrik dalam medan listrik. Cara penggunaan buffer
untuk gel agarosa dapat dilakukan karena lebih cepat dan sederhana. Pada
cara ini gel direndam satu milimeter di bawah permukaan buffer dan
DNA biasanya dicampur dengan bahan yang mempunyai densitas tinggi
seperti sukrosa, ficoll, atau gliserol sebelum dimasukkan ke dalam sumur
gel. Bahan pemberat ini dicampur dengan bahan pewarna bromfenol biru
dan xylene cyanol di dalam larutan penghenti reaksi atau blue juice
(Suwanto, 1993). Penambahan blue juice (gel loading buffer), bertujuan
untuk meningkatkan densitas sampel dan memberikan warna pada
sampel untuk mempermudah pengamatan jalannya elektroforesis
(Sambrook et al., 1989).
Setelah elektroforesis selesai, gel direndam dalam larutan ethidium
bromida dan dilakukan destaining. Destaining berfungsi untuk
menghilangkan ethidium bromida yang terikat non-spesifik pada bagian
gel selain DNA. Gel diamati dengan UV-transilluminator. Sinar UV
yang dipakai ada dua macam, yaitu dengan gelombang pendek (280 nm)
dan gelombang panjang (310-320 nm). Gel biasanya dipotret dengan
filter jingga untuk menyaring UV, sehingga diperoleh dokumen hitam-
putih yang jelas. Untuk keperluan analisa rutin lebih disukai kamera
polaroid (instant photo) (Suwanto, 1993).
30
A. Bahan
Tongkol jagung hibrida CP 2 yang dibusukkan digunakan sebagai
sumber mikroba yang diisolasi. Selain itu juga digunakan beberapa kultur
koleksi Laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia yaitu Bacillus pumilus Y1,
B. licheniformis MB2, Pseudomonas syringae, P. fluorescens, dan beberapa
strain Xanthomonas axonopodis (campestris) pv. glycines (Xag R8, Xag
YR58, Xag YR63 dan Xag YR69). Untuk mendapatkan plasmid, juga
digunakan isolat Escherichia coli DH5α carrier plasmid pRK415 dan E. coli
DH5α carrier plasmid pBR322.
Media yang digunakan dalam screening adalah media Dung et al. (1993)
yang terdiri dari ekstrak khamir, oat spelt xylan, garam-garam NaCl, K2HPO4,
MgSO4.7H2O, NH4Cl, Na2HPO4 dengan pH 7,0. Media pertumbuhan yang
digunakan adalah media Luria Bertani (LB) yang terdiri dari tripton, ekstrak
khamir, dan garam NaCl dengan pH 7,0. Untuk media pertumbuhan E. coli
pembawa plasmid dilakukan penambahan antibiotik tetrasiklin. Media
penyegaran kultur X. axonopodis (campestris) pv. glycines adalah media Yeast
Dextrose Carbonate, yang terdiri dari ekstrak khamir, dekstrosa, CaCO3, dan
agar. Komposisi media dan cara pembuatannya dapat dilihat pada Lampiran 1.
Buffer dalam tahap sonikasi terdiri dari Tris-HCl 10 mM pH 7,5,
Na2EDTA 1 mM, dan β-merkaptoetanol 7 mM. Enzim restriksi diekstrak
dengan akuabides steril, NaCl 2 M, dan polimer konsentrat. Polimer
konsentrat terdiri dari polietilen glikol (PEG) 8000 28,4% (w/w), dekstran
T500 7,1% (w/w). Cara pembuatan polimer konsentrat dapat dilihat pada
Lampiran 2.
Ekstrak enzim restriksi diujikan aktivitasnya dengan bahan-bahan seperti
buffer reaksi yang dibuat menjadi stok 10×, DNA fage lambda komersial dari
New England Biolabs (NEB), enzim restriksi komersial PstI dan HindIII dari
Gibco BRL, dan akuabides steril. Buffer reaksi yang digunakan bervariasi
pada komposisi dan konsentrasi garamnya. Untuk mendapatkan konsentrasi
Mg2+ yang optimum, digunakan buffer reaksi 10× yang mengandung Tris-HCl
31
100 mM dengan konsentrasi MgCl2 yang dibuat bervariasi, yaitu 70 mM, 100
mM, 120 mM, dan 170 mM, serta β-merkaptoetanol 70 mM. Juga dilakukan
penambahan Bovine Serum Albumin (BSA) dengan konsentrasi 1 mg/ml.
Untuk melihat pengaruh kekuatan ion digunakan buffer 10× yang
mengandung Tris-HCl 100 mM, MgCl2 70 mM, β-merkaptoetanol 70 mM,
dan garam NaCl atau KCl dengan konsentrasi 50 mM atau 100 mM.
Bahan-bahan dalam elektroforesis gel agarosa terdiri dari gel loading
buffer, gel agarosa, buffer TAE 10×, dan ethidium bromida. Komposisi gel
loading buffer dan buffer TAE dapat dilihat pada Lampiran 3.
B. Alat
Alat-alat yang digunakan adalah eppendorf, tips, pipet mikro, sentrifus
mikro berpendingin, sonikator Soniprep-150, shaker, neraca analitik, pH
meter, otoklaf, refrigerator, freezer -20oC, vorteks, perangkat elektroforesis,
UV-transiluminator, pengering vakum, dan alat-alat gelas.
C. Metode Penelitian
1. Isolasi Bakteri dari Tongkol Jagung
Tongkol jagung busuk yang dihancurkan dimasukkan ke dalam air
akuades steril. Kemudian 1,0 ml suspensi mikroba diinokulasikan ke media
cair Dung et al. (1993), kemudian diinkubasi dengan shaker. Setelah 24, 36,
dan 72 jam dilakukan inokulasi ke media padat dan diinkubasi pada suhu
kamar dan suhu 70oC. Setelah tiga hari dipilih koloni yang terpisah dan
digoreskan ke media padat yang baru. Seleksi koloni dilakukan secara
bertahap dimana galur-galur yang mampu menghasilkan xylanase
menghasilkan zona bening di sekeliling koloni dengan luas lebih dari 3 mm.
Kemudian dipisahkan antara koloni yang membentuk zona bening dan yang
tidak membentuk zona bening untuk ditumbuhkan pada media LB cair.
2. Kultivasi Sel
Media LB yang telah diinkubasi selama 48 jam dipindahkan ke dalam
eppendorf dan disentrifugasi dengan kecepatan 12.000 rpm pada suhu 4oC
32
selama 10 menit. Pelet sel pada bagian bawah tabung dikumpulkan, sedangkan
cairan supernatan dibuang.
secara diskontinu dan disentrifugasi pada kondisi yang sama dengan ekstraksi
tahap pertama. Tahap ekstraksi dengan polimer konsentrat dapat diulangi
dengan cara yang sama. Enzim restriksi pada bagian supernatan selanjutnya
dapat diuji aktivitasnya.
yang lebih baik, dan hasil purifikasi yang lebih banyak karena stabilitas
termal yang lebih baik.
Screening menghasilkan 16 koloni terpisah, yaitu 12 koloni penghasil
enzim xylanase dan 4 koloni yang tidak dapat menghasilkan xylanase. Dari
16 koloni terpisah, dipilih 8 penghasil xylanase, yaitu MBXi P1, MBXi P2,
MBXi P3, MBXi K1, MBXi K2, MBXi K7, MBXi K8, dan MBXi K9; dan
2 yang tidak menghasilkan xylanase, yaitu 7B dan A, untuk diujikan aktivitas
enzim endonuklease restriksinya. Pada pembahasan selanjutnya ekstrak
enzim restriksi dari isolat bakteri MBXi P1 akan disebut ekstrak enzim P1
dan begitu pula dengan ekstrak enzim dari isolat lainnya. Bakteri-bakteri
hasil isolasi tongkol jagung busuk tersebut diharapkan dapat menghasilkan
enzim endonuklease restriksi yang spesifik karena penelitian Yun et al.
(1995) menunjukkan bakteri yang diisolasi dari limbah, yaitu limbah
kompos, dapat menghasilkan enzim endonuklease restriksi spesifik SviI.
Selain 10 isolat bakteri tongkol jagung, akan diujikan pula beberapa
koleksi kultur dari Laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia Pusat Riset
Biologi dan Bioteknologi, yaitu Bacillus pumilus Y1, B. licheniformis MB2,
Pseudomonas syringae, Pseudomonas fluorescens, dan empat macam strain
dari Xanthomonas axonopodis (campestris) pv. glycines (Xag). Bacillus
pumilus Y1 dipilih untuk mewakili sampel yang berasal dari limbah karena
diisolasi dari limbah tahu cair, sedangkan B. licheniformis MB2 sebagai
sampel yang diisolasi dari sumber air panas. P. syringae, P. fluorescens, dan
beberapa strain dari Xanthomonas axonopodis (campestris) pv. glycines yang
merupakan patogen tanaman juga diharapkan dapat menghasilkan enzim
endonuklease restriksi spesifik. Dengan keberadaannya sebagai patogen
diperkirakan bakteri tersebut memiliki pertahanan yang baik terhadap DNA
asing yang dapat menginfeksi, sehingga mungkin terdapat endonuklease
spesifik sebagai bentuk pertahanan terhadap DNA asing tersebut. Hal ini juga
didukung dengan adanya penelitian yang menunjukkan dihasilkannya enzim
endonuklease spesifik dari bakteri patogen tanaman, seperti SciNI dari
Spiroplasma citri, bakteri patogen tanaman jeruk (Stephens, 1982).
37
Penumbuhan isolat dilakukan selama 48-72 jam pada media cair LB.
Bakteri pada umumnya dipanen pada saat pertumbuhannya mencapai fase
logaritmik. Endow dan Roberts (1977) melakukan kultivasi sel saat
Xanthomonas malvacearum memasuki fase logaritmik akhir untuk
mendapatkan XmaI dan XmaII. Namun menurut Pirrota dan Bickle (1990),
jumlah enzim restriksi yang dihasilkan per sel bakteri tidak banyak berbeda
selama siklus pertumbuhannya. Bakteri dapat ditumbuhkan sampai mencapai
fase stationer sebelum dipanen. Hal ini dilakukan pada banyak penelitian,
seperti pada purifikasi parsial enzim MboI dan MboII (Gelinas et al., 1977)
dan enzim HhaI (Roberts et al., 1976). Hal ini menguntungkan karena
pertumbuhan kultur bakteri tidak perlu dimonitor secara teliti.
1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 5. Hasil uji aktivitas ekstrak enzim K1, K2, dan K7 dengan
substrat plasmid pBR322 dan pRK415, digesti semalam
(37oC),
agarosa 1%.
1. Plasmid pBR322 utuh
2. Plasmid pBR322 dengan ekstrak enzim K1
3. Plasmid pBR322 dengan ekstrak enzim K2
4. Plasmid pBR322 dengan ekstrak enzim K7
5. Plasmid pRK415 utuh
6. Plasmid pRK415 dengan ekstrak enzim K1
7. Plasmid pRK415 dengan ekstrak enzim K2
8. Plasmid pRK415 dengan ekstrak enzim K7
1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 6. Hasil uji aktivitas ekstrak enzim A, P1, P2, P3, 7B,
Pseudomonas syringae, dan B. licheniformis MB2 dengan
substrat plasmid pRK415, digesti semalam (37oC), agarosa
1%.
1. Plasmid pRK415 utuh
2. Plasmid pRK415 dengan ekstrak enzim A
3. Plasmid pRK415 dengan ekstrak enzim P1
4. Plasmid pRK415 dengan ekstrak enzim P2
5. Plasmid pRK415 dengan ekstrak enzim P3
6. Plasmid pRK415 dengan ekstrak enzim 7B
7. Plasmid pRK415 dengan ekstrak enzim P. syringae
8. Plasmid pRK415 dengan ekstrak enzim B. licheniformis
MB2
1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 7. Hasil uji aktivitas ekstrak enzim P1, P2, P3 dengan substrat
plasmid pBR322 dan ekstrak enzim K8, K9, dan B. pumillus
Y1 dengan substrat plasmid pRK415, digesti semalam
(37oC), agarosa 1%.
1. Plasmid pBR322 utuh
2. Plasmid pBR322 dengan ekstrak enzim P1
3. Plasmid pBR322 dengan ekstrak enzim P2
4. Plasmid pBR322 dengan ekstrak enzim P3
5. Plasmid pRK415 utuh
6. Plasmid pRK415 dengan ekstrak enzim K8
7. Plasmid pRK415 dengan ekstrak enzim P9
8. Plasmid pRK415 dengan ekstrak enzim B. pumillus Y1
1 2 3 4 5 6 7 8
23130
9416
6557
4316
2332
2027
564
Gambar 9. Hasil uji aktivitas ekstrak enzim A dengan substrat DNA fage
lambda, digesti semalam (37oC), agarosa 0,8%.
1. DNA fage lambda
2. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim A (buffer reaksi
stok 10x)
3. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim A (buffer reaksi
stok 10x + 50 mM MgCl2)
4. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim A (buffer reaksi
stok 10x + 50 mM NaCl)
5. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim A (buffer reaksi
stok 10x + 100 mM NaCl)
6. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim A (buffer reaksi
stok 10x + 50 mM KCl)
7. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim A (buffer reaksi
stok 10x + 100 mM KCl)
8. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim A (buffer reaksi
stok 10x + 100 mM CaCl2)
53
1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 10. Hasil uji aktivitas enzim A yang diekstrak ulang dengan
substrat DNA fage lambda, digesti semalam (37oC), agarosa
0,8%.
1. DNA fage lambda
2. Marker DNA 1 kb ladder
3. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim A (buffer reaksi
stok 10x + 50 mM MgCl2)
4. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim A (buffer reaksi
stok 10x + 100 mM MgCl2)
5. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim A (buffer reaksi
stok 10x + 50 mM NaCl)
6. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim A (buffer reaksi
stok 10x + 100 mM NaCl)
7. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim A (buffer reaksi
stok 10x + 50 mM KCl)
8. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim A (buffer reaksi
stok 10x + 100 mM KCl)
1 2 3 4 5 6 7 8
23130
9416
6557
4316
2322
2027
564
Gambar 11. Hasil uji aktivitas enzim A ekstrak baru dengan substrat
DNA fage lambda, digesti semalam (37oC), agarosa 0,8%.
1. DNA fage lambda
2. DNA fage lambda + enzim komersial HindIII
3. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim A (buffer
reaksi stok 10x + 50 mM MgCl2)
4. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim A (buffer
reaksi stok 10x + 100 mM MgCl2)
5. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim A (buffer
reaksi stok 10x + 50 mM NaCl)
6. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim A (buffer
reaksi stok 10x + 100 mM NaCl)
7. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim A (buffer
reaksi stok 10x + 50 mM KCl)
8. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim A (buffer
reaksi stok 10x + 100 mM KCl)
1 2 3 4 5 6 7 8
23130
9416
6557
4361
2322
2027
564
Gambar 12. Hasil uji aktivitas enzim P1 ekstrak baru dengan substrat
DNA fage lambda, digesti semalam (37oC), agarosa 0,8%.
1. DNA fage lambda
2. Marker DNA 1 kb ladder
3. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim P1 (buffer
reaksi stok 10x + 50 mM MgCl2)
4. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim P1 (buffer
reaksi stok 10x + 100 mM MgCl2)
5. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim P1 (buffer
reaksi stok 10x + 50 mM NaCl)
6. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim P1 (buffer
reaksi stok 10x + 100 mM NaCl)
7. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim P1 (buffer
reaksi stok 10x + 50 mM KCl)
8. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim P1 (buffer
reaksi stok 10x + 100 mM KCl)
1 2 3 4 5 6 7
Gambar 13. Hasil uji aktivitas ekstrak enzim Xag R8, Xag YR58, Xag
YR63, Xag YR69, dan Pseudomonas fluorescens ekstraksi
polimer konsentrat 1× dengan substrat DNA fage lambda,
digesti semalam (37oC), agarosa 0,8%.
1. DNA fage lambda
2. Marker DNA 1 kb ladder
3. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim P. fluorescens
4. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim Xag R8
5. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim Xag YR58
6. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim Xag YR63
7. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim Xag YR69
Pada hasil uji ini, terlihat bahwa tidak ada pita yang terbentuk pada
gel, melainkan hanya terdapat smear. Seperti sampel-sampel yang
sebelumnya diujikan, timbulnya smear diduga karena senyawa
kontaminan nuklease-nuklease non spesifik. Ekstrak enzim dengan satu
kali ekstraksi polimer konsentrat masih mengandung banyak senyawa
kontaminan.
59
1 2 3 4 5 6 7
Gambar 14. Hasil uji aktivitas ekstrak enzim P. fluorescens Xag R8, Xag
YR58, Xag YR63, dan Xag YR69 ekstraksi polimer
konsentrat 2× dengan substrat DNA fage lambda, digesti
semalam (37oC), agarosa 0,8%.
1. DNA fage lambda
2. Marker DNA 1 kb ladder
3. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim P. fluorescens
4. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim Xag R8
5. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim Xag YR58
6. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim Xag YR63
7. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim Xag YR69
Pada hasil uji ini juga tidak terlihat adanya pita yang terbentuk
pada gel. Seperti pada hasil uji yang sebelumnya, setiap hasil reaksi
menghasilkan smear. Namun smear pada hasil uji ini mengindikasikan
berkurangnya kontaminan nuklease non-spesifik pada hasil ekstraksi
enzim restriksi yang ditunjukkan dengan lebih besarnya ukuran DNA
pada smear. Terdapat dua kemungkinan dari hasil uji ini. Yang pertama,
dalam ekstrak enzim tersebut terdapat endonuklease restriksi tipe II,
namun aktivitasnya tertutupi dengan adanya kontaminan-kontaminan.
Dalam hal ini, purifikasi enzim lebih lanjut dengan kromatografi dapat
dilakukan untuk memperoleh ekstrak enzim yang lebih murni.
Kemungkinan lainnya adalah diduga kandungan nukleat isolat
terlalu tinggi sehingga enzim endonuklease masih terikat dengan nukleat
dari sel, sehingga aktivitasnya tidak terlihat. Menurut Schildkraut (1984),
60
Gambar 15. Hasil uji aktivitas ekstrak enzim Xag YR58 dan Xag YR69
dengan substrat DNA fage lambda, digesti semalam (37oC),
agarosa 0,8%.
1. DNA fage lambda
2. DNA fage lambda + enzim komersial HindIII
3. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim Xag YR58
(buffer reaksi + 50 mM NaCl)
4. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim Xag YR58
(buffer reaksi + 100 mM NaCl)
5. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim Xag YR58
(buffer reaksi + 100 mM KCl)
6. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim Xag YR69
(buffer reaksi + 50 mM NaCl)
7. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim Xag YR69
(buffer reaksi + 100 mM NaCl)
8. DNA fage lambda dengan ekstrak enzim Xag YR58
(buffer reaksi + 100 mM KCl)
A. KESIMPULAN
Screening terhadap mikroba yang tumbuh pada tongkol jagung busuk
menghasilkan 16 isolat bakteri dan 10 diantaranya, yaitu 8 bakteri xilanolitik
dan 2 bakteri non-xilanolitik diekstraksi enzim endonuklease restriksinya.
Beberapa jenis bakteri Bacillus, Pseudomonas, dan Xanthomonas koleksi
Laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia juga diekstraksi enzim
endonuklease restriksinya.
Hasil uji aktivitas endonuklease restriksi dengan substrat DNA
plasmid memperlihatkan adanya beberapa ekstrak enzim yang memiliki
potensi, yaitu ekstrak enzim MBXi K1, MBXi K2, MBXi P1, A, dan B.
pumillus Y1. Pengujian selanjutnya dengan DNA fage lambda sebagai
substrat memperlihatkan ekstrak enzim yang berpotensi memiliki aktivitas
endonuklease yang spesifik adalah ekstrak enzim A. Namun ekstrak enzim
tersebut masih mengandung kontaminan nuklease non-spesifik. Potensi
sebagai enzim endonuklease spesifik juga dimiliki oleh ekstrak enzim P.
fluorescens, Xag R8, Xag YR58, Xag YR63, dan Xag YR69. Namun masih
diperlukan pemurnian lebih lanjut untuk memisahkannya dari kontaminan
nuklease non-spesifik yang menyebabkan smear pada hasil elektroforesis.
Aktivitas ekstrak enzim restriksi yang kurang baik mungkin
disebabkan polimer konsentrat dengan PEG 8000 28,4% yang digunakan
pada presipitasi asam nukleat kurang optimal untuk pemisahan enzim
restriksi. Untuk mengoptimalkan kerja enzim restriksi juga diperlukan
pengujian dengan berbagai komposisi buffer reaksi dalam digesti. Komposisi
yang dapat dioptimalkan antara lain adalah konsentrasi ion Mg2+, kekuatan
ion NaCl dan KCl, dan penambahan BSA.
B. SARAN
Beberapa ekstrak enzim yang berpotensi dapat diujikan lebih lanjut
aktivitas pemotongannya pada substrat DNA lainnya, terutama dengan
substrat DNA yang telah diketahui peta restriksinya. Sehingga bila terdapat
63
DAFTAR PUSTAKA
Alberts, B., D. Bray, J. Lewis, M. Raff, K. Roberts, dan J.D. Watson. 1983.
Molecular Biology of the Cell. Garland Publishing, Inc., New York.
Bollag, D.M. dan S.J. Edelstein. 1991. Protein Methods. Wiley Liss, USA.
Brown, T.A. 1990. Gene Cloning: An Introduction, 2nd Edition. Chapman and
Hall, London.
Chmusz, E.V., J.G. Kashirina, J.E. Tomilova, N.V. Mezentzeva, V.S. Dedkov,
D.A. Gonchar, M.A. Abdurashitov, dan S.K. Degtyarev. 2005.
Restriction endonuclease BisI from Bacillus subtilis T30 recognizes
methylated sequence 5’-G(m5C) NGC-3’. Biotekhnologia (Russian)
3:22-26.
65
Davis, L.G., M.D. Dibner, dan J.F. Battey. 1986. Basic Methods in Molecular
Biology. Elsevier, New York.
Endow, S.A. dan R.J. Roberts. 1977. Two restriction-like enzymes from
Xanthomonas malvacearum. J. Mol. Biol. 112:521-529.
Gelinas, R.E., P.A. Myers, dan R.J. Roberts. 1977. Two sequence-specific
endonucleases from Moraxella bovis. J. Mol. Biol. 114:169-179.
Gelinas, R.E., P.A. Myers, G.H. Weiss, R.J. Roberts, dan K. Murray. 1977. A
specific endonuclease from Brevibacterium albidum. J. Mol. Biol.
114:433-440.
Glick, B.R. dan J.J. Pasternak. 2003. Molecular Biotechnology: Principles and
Applications of Recombinant DNA. ASM Press, Washington DC.
Gordon, R.E. 1973. The genus Bacillus. Di dalam: Laskin dan Lechevalier (Eds.)
Handbook of Microbiology vol 1. CRC Press, Ohio.
Imber, R. dan T.A. Bickle. 1981. Purification and properties of the restriction
endonuclease BglII from Bacillus globigii. Eur. J. Biochem. 117:395-399.
Irawadi, T.T., H.S. Rukmini, dan I. Mapiliandri. 1992. Tenik Pemurnian Selulase.
Pusat Antar Universitas Bioteknologi, IPB, Bogor.
Juliana. 1996. Telaah Enzim Endonuklease Restriksi dari Rhodobacter sp. Asal
Indonesia. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas
Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.
66
Lynn, S.P., L.K. Cohen, S. Kaplan, dan J.F. Gardner. 1980. RsaI: a new sequence-
specific endonuclease activity from Rhodopseudomonas sphaeroides. J. of
Bac. 142:380-383.
Moffet, M.L. dan B.J. Croft. 1983. Xanthomonas. Di dalam: P.C. Fahy dan G.J.
Persley (Eds.) Plant Bacterial Diseases: A Diagnostic Guide. Academic
Press Australia, Sydney.
Old, R.W. dan S.B. Primrose. 1989. Principles of Gene Manipulation, 4th Edition.
Blackwell Scientific Publisher, Oxford.
Palleroni, N.J. 1984. Pseudomonadaceae. Di dalam: Kreig, N.R. dan J.G. Holt
(Eds.) Bergey’s Manual of Systematic Biology. The Williams and
Wilkins, Co., Baltimore.
Pingoud, A., dan A. Jeltsch. 2001. Structure and function of type II restriction
endonucleases. Nucleic Acid Research. 29:3706-3727.
Pirrota, V. dan T.A. Bickle. 1990. General purification schemes for restriction
endonucleases. Di dalam: W.B. Jakoby (Ed.) Enzyme Purification and
Related Techniques, Methods in Enzymology, Vol 22. Academic Press,
Inc., San Diego.
Roberts, R.J., dan S.E. Halford. 1993. Type II restriction enzymes. Di dalam:
Nucleases, 2nd Edition. Cold Spring Harbor Laboratory Press, New York.
Roberts, R.J. dan Macelis. 2006. REBASE: The Restriction Enzyme Database.
http://www.rebase.neb.com/cgi-bin/statlist. [24 Juni 2006].
67
Suhartono, M.T. 1989. Enzim dan Bioteknologi. Pusat Antar Universitas IPB,
Bogor.
Welch, S.G. dan R.A.D. Williams. 1995. Two Thermostable type II restriction
endonucleases from Icelandic strains of the genus Thermus. Biochem J.
309:595-599.
Yun, M.S., H.Y. Hwang, dan M. Bae. 1995. Purification and characterization of a
thermostable restriction endonucleases from Streptomyces
violochromogenes D2-5. J. Microbiol. Biotechnol. 5 (5).
68
69
Lampiran 1. Komposisi media Luria Bertani (LB), Dung et al. (1993), dan Yeast
Dextrose Carbonate (YDC)
Tahap pembuatan:
1. Bahan-bahan yang telah ditimbang dilarutkan dalam 90 ml air bebas ion.
2. Diatur pH sampai pH 7,0 dengan NaOH 1 N.
3. Ditera sampai 100 ml.
Tahap pembuatan:
1. Bahan-bahan yang telah ditimbang dilarutkan dalam 500 ml akuades.
2. Diatur pH sampai 7,0 dengan Na2CO3 1%.
3. Ditera sampai 1000 ml.
Tahap pembuatan
1. Didihkan 500 ml air bebas ion
2. Dimasukkan 64 g dektran T500 dan diaduk hingga larut
3. Dimasukkan 256 g PEG 8000 dan diaduk terus hingga homogen
4. Ditambahkan air bebas ion hingga berat total 900 g
5. Disimpan dalam refrigerator, bila akan digunakan dipanaskan terlebih dahulu
hingga suhu 65oC (hingga dua fase homogen), kemudian sebelum digunakan
didinginkan hingga 20oC.
71
Lampiran 3. Komposisi gel loading buffer dan buffer TAE stok 50×