Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan yang maha Esa atas
segala berkat dan bimbingannya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah “Hipertensi” ini.

Makalah ini memuat uraian tentang Definisi Hipertensi, mengukur


tekanan darah, klarifikasi hipertensi, factor penyebab hipertensi,
Komplikasi Hipertensi, Diagnosis Hipertensi dan gejala Klinis
Hipertensi serta penatalaksanaan Hipertensi.

Dalam penyusunan penulis mendapatkan bantuan dari berbagai


pihak, karena itu penulis mengucapkan terimakasih atas
dukungan dan kerjasamanya, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan. Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk
kenaikan pangkat dan golongan Pegawai Negeri Sipil di kota
Depok.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalh ini masih


belum sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata Penulis berharap semoga makalah ini dapat


bermanfaat sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi
semua pembaca khususnya tentang penyakit “Hipertensi”

Depok, Januari 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................................
Daftar Isi .......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................
1.2 Perumusan Masalah ......................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................
1.4 Manfaat Penulisan ...........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Hipertensi............................................................................
2.2 Mengukur Tekanan Darah ...................................................................
2.3 Klasifikasi Tekanan Darah dan Klasifikasi Penyebab Hipertensi
2.4 Faktor Penyebab Hipertensi..........................................................
2.5 Komplikasi Hipertensi...........................................................................
2.6 Diagnosis Hipertensi
2.7 Gejala Klinis Hipertensi
2.8 Pemeriksaan Laboratorium
2.9 Penatalaksanaan Hipertensi
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan.................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.
Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara
global, dan prevalensinya hamper sama besar di negara berkembang
maupun di negara maju. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko
utama gangguan jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung,
hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit
serebrovaskular. Penyakit ini bertanggung jawab terhadap tingginya
biaya pengobatan dikarenakan alasan tingginya angka kunjungan ke
dokter, perawatan di rumah sakit dan / atau penggunaan obat jangka
panjang.

Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik


karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai
“silent killer”. Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada
organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal.

Gejala-gejala akibat hipertensi, seperti pusing, gangguan penglihatan,


dan sakit kepala, seringkali terjadi pada saat hipertensi sudah lanjut
disaat tekanan darah sudah mencapai angka tertentu yang bermakna.

Di Amerika, menurut National Health and Nutrition Examination Survey


(NHNES III); paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari
kondisi mereka, dan hanya 31% pasien yang diobati mencapai target
tekanan darah yang diinginkan dibawah 140/90 mmHg.3 Di Indonesia,
dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah, jumlah
pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan
yang tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar.

Menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES),


insiden hipertensi pada orang dewasa di Amerika tahun 1999-2000
adalah sekitar 29-31%, yang berarti bahwa terdapat 58-65 juta orang
menderita hipertensi, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES
III tahun 1988-1991.

Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit degeneratif.


Umumnya tekanan darah bertambah secara perlahan dengan
bertambahnya umur. Risiko untuk menderita hipertensi pada populasi ≥
55 tahun yang tadinya tekanan darahnya normal adalah 90%.

Kebanyakan pasien mempunyai tekanan darah prehipertensi sebelum


mereka didiagnosis dengan hipertensi, dan kebanyakan diagnosis
hipertensi terjadi pada umur diantara dekade ketiga dan dekade
kelima.

Sampai dengan umur 55 tahun, laki-laki lebih banyak menderita


hipertensi dibanding perempuan. Dari umur 55 s/d 74 tahun, sedikit
lebih banyak perempuan dibanding laki-laki yang menderita hipertensi.
Pada populasi lansia (umur ≥ 60 tahun), prevalensi untuk hipertensi
sebesar 65.4 %.3

1.2. Perumusan Masalah


a. Bagaimana Definisi Hipertensi
b. Bagaimana cara mengukur tekanan darah
c. Menjelaskan klasifikasi tekanan darah dan klasifikasi penyebab
Hipertensi
d. Menjelaskan factor penyebab Hipertensi
e. Menjelaskan Komplikasi Hipertensi
f. Menjelaskan Diagnosis Hipertensi
g. Menjelaskan Gejala Klinis Hipertensi
h. Menjelaskan Pemeriksaan Laboratorium
i. Menjelaskan Penatalaksanaan Hipertensi
1.3. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui definisi Hipertensi
b. Untuk mengetahui cara mengukur tekanan darah
c. Untuk mengetahui klasifikasi Hipertensi berdasarkan tekanan darah
dan penyebabnya
d. Untuk mengetahui factor penyebab Hipertensi
e. Untuk mengetahui Komplikasi Hipertensi
f. Untuk mengetahui cara menentukan Diagnosis Hipertensi
g. Untuk mengetahui Gejala klinis Hipertensi
h. Untuk mengetahui pemeriksaan Laboratorium pada penyakit
Hipertansi
i. Untuk mengetahui penatalaksanaan Hipertensi

1.4. Manfaat Penulisan


a. Bagi penderita Hipertensi : Mendapatkan informasi tentang penyakit
Hipertensi dan bagaimana cara mencegah terhadap komplikasi yang
mungkin terjadi

b. Secara teoritis : Sebagai buku panduan agar bisa menjaga kesehatan


tubuh dari penyakit Hipertensi atau darah tinggi

c. Sebagai pedoman : Untuk menambah wawasan para pembaca


tentang penyakit hipertensi atau darah tinggi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Hipertensi


Hipertensi adalah suatu kondisi tekanan darah systole dan diastole
melebihi batas normal yang berlangsung dalam jangka lama dan
menetap, yang mengakibatkan kerusakan pada dinding arteri sehingga
mengganggu aliran darah ke organ tubuh.

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami.


Bayi dan Anak-anak secara normal memiliki tekanan yang jauh lebih
rendah dari pada orang dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh
aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas
dan akan lebih rendah ketika berisitrahat. Tekana darah dalam satu
hari juga berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah
pada saat tidur di malam hari.

2.2. Mengukur Tekanan Darah


Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka, angka
yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik ),
angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi
(diastolik).
Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan
diastolic, misalnya 120/ mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan
80

puluh. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang


mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan sistolik terus meningkat
sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolic terus meningkat sampai
usia 55 – 60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan
menurun drastis.

Tekanan Darah ditulis dalam dua angka, dalam bilangan satuan mmHg
(millimeter air raksa) pada alat tekanan darah (tensimeter) yaitu sistolik
dan diastolik. Sistolik adalah angka yang tertinggi ialah tekanan darah
pada waktu jantung sedang menguncup atau sedang melakukan
kontraksi. Diastolik adalah angka yang terendah pada waktu jantung
mengembang berada di dalam akhir relaksasi. Misalnya tekanan darah
120/
80 mmHg artinya sistolik 120 dan diastolik 80 mmHg.

2.3. Klasifikasi Tekanan Darah dan Klasifikasi Penyebab Hipertensi

Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 untuk pasien dewasa (umur ≥ 18


tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih
pada dua atau lebih
kunjungan klinis2 (Tabel 1). Klasifikasi tekanan darah mencakup 4
kategori, dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik (TDS) < 120
mm Hg dan tekanan darah diastolik (TDD) < 80 mm Hg. Prehipertensi
tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasi
pasien-pasien yang tekanan darahnya cenderung meningkat ke
klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang. Ada dua tingkat (stage)
hipertensi , dan semua pasien pada kategori ini harus diberi terapi
obat.

Klasifikasi Tekanan Tek darah Sistolik, Tek darah


Darah mm Hg diastolic, mm Hg
Normal < 120 dan < 80
Prehipertensi 120 - 139 atau 80-89
Hipertensi Stage 1 140 - 159 atau 90-99
Hipertensi Stage 2 > 160 atau > 100

Tabel 1 Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa umur > 18 tahun


menurut JNC 7

Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh


tekanan darah
yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau telah
terjadinya kelainan organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah
>180/120 mmHg; dikategorikan sebagai hipertensi emergensi atau
hipertensi urgensi.
Pada hipertensi emergensi tekanan darah meningkat ekstrim disertai
dengan kerusakan organ target akut yang bersifat progresif, sehingga
tekanan darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit – jam)
untuk mencegah kerusakan organ target lebih lanjut. Contoh gangguan
organ target akut: encephalopathy, pendarahan intrakranial, gagal
ventrikel kiri akut disertai edema paru, dissecting aortic aneurysm,
angina pectoris tidak stabil, dan eklampsia atau hipertensi berat selama
kehamilan.

Hipertensi urgensi adalah tingginya tekanan darah tanpa disertai


kerusakan organ target yang progresif. Tekanan darah diturunkan
dengan obat antihipertensi oral ke nilai tekanan darah pada tingkat 1
dalam waktu beberapa jam s/d beberap hari.

Klasifikasi berdasarkan penyebab Hipertensi :


a. Hipertensi Essensial ( Hipertensi Primer ) adalah hipertensi yang
sebagian besar tidak diketahui penyebabnya.

Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi


essensial. Beberapa mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk
terjadinya hipertensi essensial telah diidentifikasi, namun belum
satupun teori yang tegas menyatakan pathogenesis hipertensi
primer tersebut. Hipertensi sering turun temurun dalam satu
keluarga, hal ini setidaknya menunjukan bahwa factor genetic
memegang peranan penting pada pathogenesis hipertensi primer.

Menurut data, bila ditemukan gambaran bantuk disregulasi tekanan


darah yang monogenic dan poligenik mempunyai kecendrungan
timbulnya hipertensi essensial. Banyak karakteristik genetic dan
gen – gen ini yang mempunyai keseimbangan Natrium, tetapi juga
di dokumentasikan adanya mutasi – mutasi genetic yang merubah
ekskresi kallikrein urine, pelepasan nitric oxide, ekskresi
aldosterone, steroid, dan angiotensinogen.

b. Hipertensi sekunder adalah Hipertensi yang diketahui sebab-


sebabnya. Kurang dari 10 % penderita hipertensi merupakan
sekunder dari penyakit Komonbid atau obat-obat tertentu yang
dapat meningkatkan tekanan darah.

Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal


kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang
paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun
tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat Hipertensi
dengan menaikan tekanan darah. Apabila penyebab sekunder
dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat yang
bersangkutan atau mengobati / mengoreksi kondisi Komorbid yang
menyertainya sudah merupakan tahap pertama dalam penanganan
Hipertensi sekunder.

2.4. Faktor Penyebab Hipertensi


a. Meningkatkan aktifitas system saraf simpatik (Tonus Simpatik dan
atau Variasi Diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya
respons terhadap stress Psikososial dll.
b. Produk berlebihan hormone yang menahan natrium dan
Vasokonstriktor
c. Asupan Natrium (garam) berlebihan
d. Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium
e. Meningkatnya Sekresi Renin sehingga mengakibatkan
meningkatnya produksi angiotensin II dan aldosterone.
f. Petisensi Vasodilator seperti prostasiklin, nitric oxide (No) dan
peptide natriuretic
g. Perubahan dalam ekspresi system kalikrein-kirin yang
mempengaruhi tonus vascular dan penanganan garam oleh ginjal.
h. Abnormalitas tekanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada
pembuluh darah kecil di ginjal
i. Diabetes Melitus
j. Resistasi Insulin
k. Obesitas
l. Meningkatnya aktivitas Vaskular Growth Factors
m. Perubahan reseptor adrenergic yang mempengaruhi denyut
jantung, karakteristik inotropic dari jantung dan tonus Vaskular.
n. Berubahnya transport ion dalam sel.

2.5. Komplikasi Hipertensi

Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak


endothel arteri dan mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari
hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata,
ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah faktor
resiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient
ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina),
gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi.

Bila penderita hipertensi memiliki faktor-faktor resiko kardiovaskular


lain , maka akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat
gangguan kardiovaskularnya tersebut. Menurut Studi Framingham,
pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang
bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan
gagal jantung.

2.6. Diagnosis Hipertensi


Diagnosis hipertensi diperoleh melalui :
a. Anamnesis mengenai keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu dan
penyakit keluarga
b. Pemeriksaan fisik, pengukuran tekanan darah yang benar,
pemeriksaan furduskopi, Perhitungan BMI (Body Mass Index)
yaitu berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (meter kuadrat),
auskultasi arteri karotis, abdominal dan bruit arteri femoralis,
palpasi pada kelenjar tiroid, pemeriksaan lengkap jantung dan
paru-paru. Pemeriksaan Abdomen untuk melihat pembesaran
ginjal, massa intra abdominal, Pulsasi Arta yang abnormal, Palpasi
extremitas bawah untuk melihat adanya edema dan denyut nadi,
serta penilaian neurologis.

c. Pengukuran rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali
kontrol ditentukan untuk mendiagnosis hipertensi. Tekanan darah
ini digunakan untuk mendiagnosis dan mengklasifikasikan sesuai
dengan tingkatnya .

2.7. Gejala Klinis Hipertensi


Gejala – gejala klinis Hipertensi, antara lain :
a. Sebagian besar tidak ada gejala (Asimptomatik)
b. Sakit pada bagian belakang kepala
c. Leher terasa kaku
d. Kelelahan
e. Mual
f. Sesak nafas
g. Gelisah
h. Muntah
i. Mudah tersinggung
j. Sukar tidur
Keluhan tersebut tidak selalu akan dialami oleh seorang penderita
hipertensi. Sering juga seseorang dengan keluhan sakit belakang
kepala, mudah tersinggung dan sukar tidur, ketika diukur tekanan
darahnya menunjukkan angka tekanan darah yang normal. Satu-
satunya cara untuk mengetahui ada tidaknya hipertensi hanya
dengan mengukur tekanan darah.

2.8. Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan laboratorium rutin yang direkomendasikan sebelum
memulai terapi anti Hipertensi adalah Urinalysis, kadar gula darah
dan Hematoksit, Kalium, kreatinin dan kalsium serum, Profil lemak
(Setelah puasa 9-12 jam) termasuk HDL, LDL dan Trigliserida, serta
Elektrokardiogram.

2.9.1 Penatalaksanaan Hipertensi


Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah :
Penurunan mortalitas dan morbiditas yang berhubungan dengan
hipertensi. Mortalitas dan morbiditas ini berhubungan dengan
kerusakan organ target (misal: kejadian kardiovaskular atau
serebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal)
Mengurangi resiko merupakan tujuan utama terapi hipertensi, dan
pilihan terapi obat dipengaruhi secara bermakna oleh bukti yang
menunjukkan pengurangan resiko.
Target nilai tekanan darah yang di rekomendasikan dalam JNC VII.
• Kebanyakan pasien < 140/90 mm Hg
• Pasien dengan diabetes < 130/80 mm Hg
• Pasien dengan penyakit ginjal kronis < 130/80 mm Hg

Pendekatan secara umum


Walaupun hipertensi merupakan salah satu kondisi medis yang umum
dijumpai, tetapi kontrol tekanan darah masih buruk. Kebanyakan
pasien dengan hipertensi tekanan darah diastoliknya sudah tercapai
tetapi tekanan darah sistolik masih tinggi. Diperkirakan dari populasi
pasien hipertensi yang diobati tetapi belum terkontrol, 76.9%
mempunyai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah
diastolic ≤90 mmHg.

Pada kebanyakan pasien, tekanan darah diastolik yang diinginkan


akan tercapai apabila tekanan darah sistolik yang diiginkan sudah
tercapai. Karena kenyataannya tekanan darah sistolik berkaitan
dengan resiko kardiovaskular dibanding tekanan darah diastolik,
maka tekanan darah sistolik harus digunakan sebagai petanda klinis
utama untuk pengontrolan penyakit pada hipertensi.
Modifikasi gaya hidup saja bisa dianggap cukup untuk pasien dengan
prehipertensi, tetapi tidak cukup untuk pasien-pasien dengan
hipertensi atau untuk pasien-pasien dengan target tekanan darah
≤130/80 mmHg (DM dan penyakit ginjal).

Pemilihan obat tergantung berapa tingginya tekanan darah dan


adanya indikasi khusus. Kebanyakan pasien dengan hipertensi
tingkat 1 harus diobati pertama-tama dengan diuretik tiazid. Pada
kebanyakan pasien dengan tekanan darah lebih tinggi (hipertensi
tingkat 2), disarankan kombinasi terapi obat, dengan salah satunya
diuretik tipe tiazid.

2.9.2 Penatalaksanaan Hipertensi


Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan:
1. Terapi nonfarmakologi
2. Terapi farmakologi

1. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting
dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi
dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup. Disamping
menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi,
modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan
darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah
prehipertensi.

Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan


darah adalah mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau
gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop
Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah
natrium; aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja.

Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik


dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat
badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan obat. Program
diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk menurunkan
berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obes
disertai pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini
diperlukan pendidikan ke pasien, dan dorongan moril.

Fakta-fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya pasien


mengerti rasionalitas intervensi diet:
a. Hipertensi 2 – 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding
orang
dengan berat badan ideal
b. Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk
(overweight)
c. Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapat
menurunkan tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk
d. Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang
juga
prekursor dari hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapat
berlanjut ke DM tipe 2, dislipidemia, dan selanjutnya ke penyakit
kardiovaskular
e. Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapat
menurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi.
f. Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap
garam,
kebanyakan pasien mengalami penurunaan tekanan darah sistolik
dengan
pembatasan natrium.

JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan
buah, sayur dan produk susu redah lemak dengan kadar total lemak
dan lemak jenuh berkurang. Natrium yang direkomendasikan < 2.4 g
(100 mEq)/hari. Aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan darah. Olah
raga aerobik secara teratur paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per
minggu ideal untuk kebanyakan pasien.
Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang,
jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan
darah. Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan
berat badan.

Pasien harus konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olah-


raga mana yang terbaik terutama untuk pasien dengan kerusakan
organ target. Merokok merupakan faktor resiko utama independen
untuk penyakit kardiovaskular. Pasien hipertensi yang merokok harus
dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang dapat diakibatkan
oleh merokok.

Kira-kira penurunan
Modifikasi Rekomendasi
tekanan darah, range
Penurunan berat badan Pelihara berat badan normal 5-20 mmHg/10-kg
(BB) (BMI 18.5 – 24.9) penurunan BB 13
Adopsi pola makan
Diet kaya dengan buah, sayur, 8-14 mm Hg16
DASH
dan produk susu rendah lemak
Mengurangi diet sodium,
Diet rendah sodium tidak 2-8 mm Hg
lebih dari 100meq/L (2,4 g
sodium atau 6 g sodium
klorida)
Aktifitas fisik Regular aktifitas fisik aerobik 4-9 mm Hg18
seperti jalan kaki 30
menit/hari,
beberapa hari/minggu
Minum alkohol sedikit Limit minum alkohol tidak
2-4 mm Hg
saja lebih
dari 2/hari (30 ml etanol
[mis.720 ml beer, 300ml
wine)
untuk laki-laki dan 1/hari
untuk
perempuan

Singkatan: BMI, body mass index, BB, berat badan, DASH, Dietary
Approach to Stop Hypertension
* Berhenti merokok, untuk mengurangi resiko kardiovaskular secara keseluruhan
Tabel 2 Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi*
Terapi Farmakologi
Ada 9 kelas obat antihipertensi . Diuretik, penyekat beta, penghambat
enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin
(ARB), dan antagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi
utama .

Obat-obat ini baik sendiri atau dikombinasi, harus digunakan untuk


mengobati mayoritas pasien dengan hipertensi karena bukti
menunjukkan keuntungan dengan kelas obat ini. Beberapa dari kelas
obat ini (misalnya diuretik dan antagonis kalsium) mempunyai subkelas
dimana perbedaan yang bermakna dari studi terlihat dalam mekanisme
kerja, penggunaan klinis atau efek samping.

Penyekat alfa, agonis alfa 2 sentral, penghambat adrenergik, dan


vasodilator digunakan sebagai obat alternatif pada pasien-pasien
tertentu disamping obat utama. Evidence-based medicine adalah
pengobatan yang didasarkan atas bukti terbaik yang ada dalam
mengambil keputusan saat memilih obat secara sadar, jelas, dan bijak
terhadap masing-masing pasien dan/atau penyakit.

Praktek evidence-based untuk hipertensi termasuk memilih obat


tertentu berdasarkan data yang menunjukkan penurunan mortalitas
dan morbiditas kardiovaskular atau kerusakan target organ akibat
hipertensi. Bukti ilmiah menunjukkan kalau sekadar menurunkan
tekanan darah, tolerabilitas, dan biaya saja tidak dapat dipakai dalam
seleksi obat hipertensi.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, obat-obat yang paling


berguna adalah diuretik, penghambat enzim konversi angiotensin
(ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), penyekat beta, dan
antagonis kalsium (CCB).
Mencapai Tekanan Darah pada masing-masing pasien
Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan.
Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila
pemakaian obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target
tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi 20/10 mm Hg diatas
target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat.
Yang harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi ortostatik,
terutama pada pasien-pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik,
dan lansia.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
a. Hipertensi adalah suatu kondisi tekanan darah sistole dan diastole
yang melebihi batas normal dalam jangka lama dan menetap
b. Pengukuran tekanan darah didapat pada saat jantung berkontraksi
yang disebut systole dan saat jantung relaksasi atau disebut
diastole. Dimana tekanan darah normal adalah < 120/80 mmHg dan
yang disebut tekanan darah tinggi adalah > 140/90.
c. Hipertensi dibagi berdasarkan klasifikasi tekanan darah, yaitu
Prehipertensi, Hipertensi stage 1 dan Hipertensi Stage 2. Dan
berdasarkan penyebab dibagi menjadi hipertensi essensial (Primer)
dan Hipertensi sekunder.
d. Penyebab hipertensi ada banyak faktor, yang tertinggi adalah tidak
diketahui penyebabnya (Hipertensi essensial) dimana factor genetic
lebih berperan. Sedangkan factor lain adalah berhubungan dengan
penyakit (Komorbid) atau hormonal.
e. Komplikasi hipertensi dapat merusak banyak organ tubuh seperti
jantung, mata, ginjal, otak dan pembuluh darah besar.
f. Untuk menegakan diagnosis hipertensi diperoleh melalui
Anamnesis, Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti
Elektrodiogram dan pemeriksaan Laboratorium.
g. Gejala klinis Hipertensi lebih banyak tidak ada gejala (asimplomatik)
h. Dalam Penatalaksanaan Hipertensi Terapi non Farmakologi lebih
diutamakan bila tidak ada perbaikan baru diberikan terapi
Farmotologi.
DAFTAR PUSTAKA

1. 2003 World Health Organization (WHO) / International Society of


Hypertension Statement on Management of Hypertension. J
Hypertens2003;21:1983-1992
2. Chobaniam AV et al. Seventh Report of the Joint National
Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure.
JAMA 2003;289:2560-2572
3. Hajjar I, Kotchen TA. Trends In Prevalence, Awareness,
Treatment, And
Control Of Hypertension In The United States, 1998 – 2000.
JAMA
2003;290:199-206
4. Dosh SA. The diagnosis of essential and secondary
hypertension in adults.
J.Fam Pract 2001;50:707-712
5. Oparil S et al. Pathogenesis of Hypertension. Ann Intern Med
2003;139:761-
776
6. Vasan RS et al, Impact of High Normal Blood Pressure on the
Risk of
Cardiovascular Disease, NEJM 2001;345:1291-1297
7. Bales A. Hypertensive Crisis: How To Tell If It’s An Emergency
or Urgency.
Postgrad med 1999;105:119-126
8. American Diabetes Association. Treatment of Hypertension in
Adults with
Diabetes. Diabetes Care 2003; 26(suppl 1):S80-S82
9. Whelton PK . Sosium Reduction And Weight Loss In The
Treatment Of
Hypertension In Older Persons: A Randomized, Controlled Trial
Of
Nonpharmacologic Interventions In The Elderly.JAMA
1998;279:839-846
10. Hyman DJ et al. Characteristic Of Patients With Uncontrolled
Hypertension
In The United States. NEJM 2001;345:479-486
11. Appel LJ et al. Effects Of Comprehensive Lifestyle Modification
On Blood
Pressure Control: Main Results Of The Premier Clinical Trial.
JAMA
2003;289:2083-2093
12. He J et al. Long-Term Effects Of Weight Loss And Dietary
Sodium Reduction
On Incidence Of Hypertension. Hypertension 2000;35:544-549
13. K/DOQI Clinical Practice Guidelines On Hypertension And
Antihypertensive
Agents In Chronic Kidney Disease. Am J Kidney Dis
2004.May;43(5 Suppl
1):S1-290.
14. Executive Summary Of The Third Report Of The National
Cholesterol
Education Program (NCEP) Expert Panel on Detection,
Evaluation, and
Treatment of High Blood Cholesterol in Adults. JAMA
2001;285:2486-2497
15. Sacks FM et al. Effects On Blood Pressure Of Reduced Dietary
Sodium And
The Dietary Approaches To Stop Hypertension (Dash) Diet.
DASH
Collaborative Research Group. NEJM 2001;344:3-10
16. Vollmer WM et al. Effects Of Diet And Sodium Intake On Blood
Pressure:
Subgroup Analysis Of The Dash-Sodium Trial . Ann Intern Med
2001;135:1019-1028
17. Whelton SP et al. Effect Of Aerobic Exercise On Blood
Pressure. Ann Intern
Med 2002;136:493-503
18. Packer M et al. Effect Of Carvedilol On Survival In Severe
Chronic Heart
Failure. N Eng J Med 2001;344:1651-1658
19. ACC/AHA 2002 Guideline Update For The Management Of
Patients With
Unstable Angina And Non-St- Segment-Elevation Myocardial
Infarction. A
report of the American College of Cardiology/American Heart
Association
Task Force on Practice Guidelines (Committee on the
Management of
Patients with Unstable Angina)
20. Acute Coronary Syndrome. In:2005 International Consensus
Conference on
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular
Care Science
with Treatment Recommendations. Circulation 2005 No 29;112
(22
Suppl):III55-72
21. Yusuf S et al. Effects Of An Angiotensin-Converting-Enzym-
Inhibitor,
Ramipril On Cardiovascular Events In High-Risk Patients. The
Heart
Outcomes Prevention Evaluation Study Investigators. N Eng J
Med
2000;342:145-153
22. K/DOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease:
Evaluation, Classification, and Stratification.2002 National
Kidney
Foundation
23. Lewis EJ et al. The Effect of Angiotensin-Converting-Enzyme
Inhibition On
Diabetic Nephropathy. The collaborative study group. N Eng J
Med
1993;329:1456-1462
24. dr. Genis Ginanjar, Stroke Hanya Menyerang Orang tua,
(Yogyakarta, Penerbit B First, 2009 ) Halaman : 26

Anda mungkin juga menyukai