Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ANEMIA

Dosen pembimbing : Ns. Yunita Galih Yudanari, M.Kep

Disusun oleh :

RIRIN ASMORO PUTRI

010118A119

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

UNGARAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Anemia” ini. Dan tak lupa Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen KMB
I yaitu ibu Yunita Galih Y.,M.Kep yang telah membimbing kami dalam
pembuatan karya tulis ilmiah ini sesuai dengan kaidah yang benar.
Makalah ini kami buat dengan tujuan sebagai tugas mata kuliah KMB I.
P e n u l i s m e n ya d a r i d a l a m p e m b u at a n m a k a l a h i ni m a si h b a n ya k
m e m i l i k i kekurangan. Untuk itu, penulis berharap kepada pembaca
untuk memberikankritik dan saran yang membangun sehingga bisa
penulis jadikan pembelajaran kedepan.

Ungaran, 7 September 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam
sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi
fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan. (Wasdinar, 2007)
Anaemia pada kehamilan yaitu kondisi wanita hamil bila kadar hemoglobin
(Hb) kurang dari 10gr% yang normalnya 12-15 gr%. (Fatmawati, 2011).
Sedangkan menurut Atikah (2011), anemia pada ibu hamil adalah kekurangan
zat besi dalam tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan WHO 40%
kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan
dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
pendarahan akut yang saling berinteraksi. Hasil persalinan pada wanita hamil
yang menderita anemia defisiensi besi adalah 12-28% angka kematian janin,
30% kematian perinatal, dan 7-10% angka kematian neonatal. Anemia secara
umum merupakan salah satu masalah yang terjadi di Indonesia, penyebab
anemia yang paling banyak terjadi karena kekurangan zat besi. Berdasarkan
profil kesehatan tahun 2010 didapatkan data, namun cakupan pemberian tablet
Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03 (tahun 2007) menjadi 48,14% (tahun
2008) (Depkes RI, 2008).

1.2.Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anemia ?
2. Apa penyebab dari anemia?
3. Bagaimana gejala dari anemia ?
4. Bagaimana pencegahan pada anemia?
5. Apa saja klasifikasi anemia?
6. Bagaimana patofisiologi anemia?
7. Bagaimana pathway anemia?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian anemia.
2. Untuk mengetahui penyebab dari anemia.
3. Untuk mengetahui gelaja dari anemia.
4. Untuk mengetahui pencegahan pada anemia.
5. Untuk mengetahui klasifikasi anemia.
6. Untuk mengetahui patofisiologi anemia.
7. Untuk mengetahui pathway anemia.
BAB II

ISI

2.1.Pengertian Anemia

Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah mera dan kadar
haemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) di bawah normal. Anemia menunjukkan
suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Terdapat banyak perbedaan
jenis anemia. Beberapa menyebabkan ketidakadekuatan pembentukan sel-sel
darah merah (eritropoiesis); sel darah merah prematur atau pengahancuran sel
darah merah yang berlebihan (hemolisis); kehilangan darah (penyebab yang
paling umum); factor-aktor etiologic lain, deficit zat besi dan nutrient, factor-
faktor hereditas, dan penyakit kronis.(C., Baughman et al. 2000)

Anemia dibagi menjadi :

1. Anemia karena perdarahan.


2. Produksi eritrosit terganggu.
3. Meningkatkan kerusakan eritrosit.
4. Defisiensi nutrisi.

2.2.Penyebab Anemia

Menurut Mochtar (1998), penyebab anemia pada umumnya adalah :

1. Kurang gizi (malnutrisi). Pada status gizi yang kurang pada ibu hamil
akan meningkatkan kejadian berat badan lahir rendah pada bayi dan
sebagian anemia pada ibu hamil disebabkan kekurangan gizi
(Manuaba, 2000).
2. Kurang zat besi. Kurang zat besi dapat disebabkan oleh kurang
masuknya unsur besi dalam makanan, gangguan resorpsi atau karena
terlampau banyaknya zat besi yang keluar dari dalam tubuh
(Wiknjosastro, 2005). Kekurangan zat besi akan menghambat
pembentukan hemoglobin yang berakibat pada terhambatnya
pembentukan sel darah merah (Didinkaen, 2006).
3. Malabsorpsi. Pola makan yang kurang beragam, seperti menu yang
hanya terdiri dari nasi dan kacang-kacangan saja turut menunjang
kurangnya asupan zat besi bagi tubuh (Wirakusumah, 1998).
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan, haid dan lain-lain
Kehilangan darah dalam jumlah banyak sudah merupakan salah satu
penyebab anemia defisiensi besi (Wirakusumah, 1998).
5. Penyakit-penyakit kronik. Seorang wanita yang menderita anemia
karena malaria, cacing tambang, penyakit ginjal menahun, penyakit
hati, tuberculosis, ketika hamil anemianya menjadi lebih berat dan
mempunyai pengaruh tidak baik pada ibu dalam masa kehamilan,
persalinan, nifas serta bagi janin yang dikandungnya (Wiknjosastro,
1999).(Hidayah and Anasari 2012).

2.3.Gejala Anemia
Gejala dan tanda anemia bergantung pada derajat dan kecepatan terjadinya
anemia, juga kebutuhan oksigen penderita. Gejala akan lebih ringan pada anemia
yang terjadi perlahan-lahan, karena ada kesempatan bagi mekanisme homeostatik
untuk menyesuaikan dengan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen.
Gejala anemia disebabkan oleh 2 faktor:
• Berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan.
• Adanya hipovolemia (pada penderita dengan perdarahan akut dan masif).
Pasokan oksigen dapat dipertahankan pada keadaan istirahat dengan
mekanisme kompensasi peningkatan volume sekuncup, denyut jantung dan curah
jantung pada kadar Hb mencapai 5 g% (Ht 15%). Gejala timbul bila kadar Hb
turun di bawah 5 g%, pada kadar Hb lebih tinggi selama aktivitas atau ketika
terjadi gangguan mekanisme kompensasi jantung karena penyakit jantung yang
mendasarinya.
Gejala utama adalah sesak napas saat beraktivitas, sesak pada saat
istirahat, fatigue, gejala dan tanda keadaan hiperdinamik (denyut nadi kuat,
jantung berdebar, dan roaring in the ears). Pada anemia yang lebih berat, dapat
timbul letargi, konfusi, dan komplikasi yang mengancam jiwa (gagal jantung,
angina, aritmia dan/ atau infark miokard).
Anemia yang disebabkan perdarahan akut berhubungan dengan komplikasi
berkurangnya volume intraseluler dan ekstraseluler. Keadaan ini menimbulkan
gejala mudah lelah, lassitude (tidak bertenaga), dan kram otot. Gejala dapat
berlanjut menjadi postural dizzines, letargi, sinkop; pada keadaan berat, dapat
terjadi hipotensi persisten, syok, dan kematian (Oehadian 2012).

2.4.Cara Pencegahan Anemia


Menurut (Depkes,1996) terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan
untuk mencegah dan menanggulangi anemia akibat kekurangan konsumsi besi.
Upaya pertama meningkatkan konsumsi besi dari sumber alami melalui
pendidikan atau penyuluhan gizi kepada masyarakat, terutama makanan sumber
hewani yang mudah diserap, juga makanan yang banyak mengandung vitamin C,
dan vitamin A untuk membantu penyerapan besi dan membantu proses
pembentukan hemoglobin. Kedua, melakukan fortifikasi bahan makanan yaitu
menambah besi, asam folat, vitamin A, dan asam amino essensial pada bahan
makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok sasaran. Ketiga melakukan
suplementasi besi folat secara rutin kepada penderita anemia selama jangka waktu
tertentu untuk meningkatkan kadar hemoglobin penderita secara cepat (Fadila and
Kurniawati 2018).

2.5.Klasifikasi Anemia

Klasifikasi anemia menurut Wiknjosastro (2002), adalah sebagai berikut:

1. Anemia Defisiensi Besi


Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.
Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita xvi hamil, tidak
hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
Untuk menegakkan diagnosa anemia defisiensi besi dapat dilakukan
dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering
pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil
muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan minimal 2
kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb,
dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Hb 11 gr% : Tidak anemia
2. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
4. Hb < 7 gr% : Anemia berat

2. Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folat,
jarang sekali karena kekurangan vitamin B12. Pengobatannya:
a. Asam folat 15 – 30 mg per hari
b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga
dapat diberikan transfusi darah.
3. Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang,
membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan
pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap,
pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosit.
4. Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah
merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia
hemolitik sukar menjadi hamil; apabila ia hamil, maka anemianya
biasanya menjadi lebih berat. Gejala utama adalah anemia dengan
kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala
komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
5. Anemia-anemia lain
Seorang wanita yang menderita anemia, misalnya berbagai jenis anemia
hemolitik herediter atau yang diperoleh seperti anemia karena malaria,
cacing tambang, penyakit ginjal menahun, penyakit hati, tuberkulosis,
sifilis, tumor ganas dan sebagainya dapat menjadi hamil. Dalam hal ini
anemianya menjadi lebih berat dan berpengaruh tidak baik pada ibu dalam
masa kehamilan, persalinan, nifas serta berpengaruh pula bagi anak dalam
kandungan (Wuryanti 2010).
2.6.Patofisiologi Anemia
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat
terjadi penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis. Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik atau
dalam system retikulo endothelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan
memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam
sirukulasi, maka Hb akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi plasmanya
melebihi kapasitas Hb plasma, Hb akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dank e
dalam urine.
Pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal berikut ini :
 Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat
dibawa oleh darah ke jaringan.
 Mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah mera dan kadar
haemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) di bawah normal. Anemia
menunjukkan suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh.
2. Penyebab anemia yaitu, kurang gizi, kurang zat besi, malabsorpsi,
kehilangan darah banyak, dan penyakit-penyakit kronik.
3. Gejala dan tanda anemia bergantung pada derajat dan kecepatan terjadinya
anemia, juga kebutuhan oksigen penderita. Gejala akan lebih ringan pada
anemia yang terjadi perlahan-lahan, karena ada kesempatan bagi
mekanisme homeostatik untuk menyesuaikan dengan berkurangnya
kemampuan darah membawa oksigen.
4. Cara pencegahan anemia yaitu : meningkatkan konsumsi besi dari sumber
alami, melakukan fortifikasi bahan makanan, dan melakukan suplementasi
besi folat secara rutin kepada penderita anemia.
5. Klasifikasi anemia yaitu : anemia defisiensi besi, anemia megaloblastik,
anemia hipoplastik, anemia hemolitik, dan anemia-anemia lain.
6. Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor, atau akibat terjadi penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah
dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis.
DAFTAR PUSTAKA

C., D., et al. (2000). "Keperawatan Medikal-bedah : Buku Saku Untuk Brunner
dan Suddarth." Buku.

Fadila, I. and H. Kurniawati (2018). "UPAYA PENCEGAHAN ANEMIA PADA


REMAJA PUTERI SEBAGAI PILAR MENUJU PENINGKATAN
KESEHATAN IBU ".

Hidayah, W. and T. Anasari (2012). "HUBUNGAN KEPATUHAN IBU HAMIL


MENGKONSUMSI TABLET Fe DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI DESA
PAGERAJI KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS." Jurnal
Publikasi 3.

Oehadian, A. (2012). "Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia." CONTINUING


MEDICAL EDUCATION 39.

Wuryanti, A. (2010). "HUBUNGAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN


DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM KARENA ATONIA UTERI DI
RSUD WONOGIRI." Karya Tulis Ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai