Anda di halaman 1dari 17

 Homepage

 Pendidikan / Kuliah

sandra devi in Lain-lainpendidikanPendidikan / Kuliah

Fungsi Dan Tujuan


Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi memiliki beberapa


fungsi, sebagaimana disebutkan dalam UU No. 12 Tahun 2012 Pasal 4
bahwa pendidikan tinggi memiliki 3 (tiga) fungsi antara lain:

1. Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban


bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.
2. Mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif, responsif, kreatif,
terampil, berdaya saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan
Tridharma, dan
3. Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan
memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.

Tujuan pendidikan tinggi terdapat dalam UU No. 12 Tahun 2012 tentang


Pendidikan Tinggi yaitu pada pasal 5. Dalam UU No. 12 Tahun 2012 pasal 5
tersebut disebutkan 4 (empat) tujuan pendidikan tinggi, yaitu sebagai berikut:

1. Berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi manusia yang


beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan
berbudaya untuk kepentingan bangsa.
2. Menghasilkan sarjana yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan
Teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan
daya saing bangsa.
3. Menghasilkan sarjana Pengetahuan dan Teknologi melalui Penelitian
yang memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora agar
bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan
kesejahteraan umat manusia.
4. Terwujudnya Pengabdian kepada Masyarakat berbasis penalaran dan
karya Penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Related Post
1.

Cara Mengatasi Anak Malas Belajar: Membantah dan Keras Kepala


Cara mengatasi anak malas belajar - kata malas dan dan rajin merupakan pasangan kata sifat…

2.

Perbedaan Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi mengacu pada kapasitas barang dan jasa produksi, dibandingkan dari satu periode waktu ke…

Sumber : http://www.pendidikanekonomi.com/2015/03/pengertian-fungsi-
dan-tujuan-pendidikan.html

Next Read: Distribusi Blangko Ijazah Terlambat di Jambi »


karyamahasiswapendidikan tinggi

sandra devi :
Related Post

1.

Cara Mengatasi Anak Malas Belajar: Membantah dan Keras Kepala


Cara mengatasi anak malas belajar - kata malas dan dan rajin merupakan pasangan kata sifat…

2.

Perbedaan Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi mengacu pada kapasitas barang dan jasa produksi, dibandingkan dari satu periode waktu
ke…
3.

Hubungan Antara Filsafat dengan Ideologi


Filsafat sebagai pandangan hidup pada hakikatnya merupakan sistem ilai yang secara epistemologis
kebenearannya telah diyakini…

4.

Tips Cara Cepat Belajar Membaca dan Menulis Pada Anak Pra-Sekolah
Sekilas: Tampaknya ada beberapa ke khawatiran orang tua terhadap bayi mereka dan tidak jarang
membandingkannya…

5.

Contoh Pidato Perpisahan Sekolah Dasar


Contoh pidato perpisahan kelas 6 - Seperti yang dirasakan kebanyakan orang lainnya, hari ini merupakan hari…

6.

Kumpulan Teks Pidato Pendidikan Bertemakan Lingkungan Hidup


Seperti dijelaskan pada tulisan terdahulu, semua kegiatan yang dilakukan di depan publik hendaknya perlu
persiapan…

7.

Kumpulan Puisi Tentang Guru


Puisi guru - Guru memainkan peran penting bagi setiap siswa yang mereka pimpin sehingga bisa…

8.

Cara Meningkatkan Percaya Diri Saat Berbicara di Depan Umum


Tidak ada yang terlahir dengan kepercayaan diri yang tak terbatas. Jika seseorang tampaknya memiliki
kepercayaan…

9. 15 Contoh Soal dan Jawaban Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya


SOAL AKUNTANSI KEUANGAN dan AKUNTANSI BIAYA Dalam akuntansi keuangan (financial accounting) ada
istilah-istilah sebagai berikut.…

10. Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara pdf & doc
Pancasila Sebagai Dasar Negera Dalam pertumbuhan dan perkembangan kebangsaan indonesia, dinamika
rumusan kepentingan hidup-bersama…

 Success Story

 Social Investing

 Donasi

 Tips Galang Dana

 Intro DANAdidik

 Pusat Bantuan

Top
All Rights Reserved
 Beranda
 DEFINISI HADIST
 HADIST DHO’IF
 HADIST SHOHIH
 HISTORY of tafsir
 LEMBAGA PENDIDIKAN SEBAGAI AGEN PERUBAHAN
 MENYEGARKAN KEMBALI HUKUM ISLAM (resensi)
 mixing mind
 MOTIVASI BELAJAR
 tugas dakwah
 VERIFIKASI AJARAN USHUL & FURU’
 materi kuliah

I LOVE MY PROPHET*MUHAMMAD*
RSS Entri | Comments RSS

Cari


"Bila kerinduan terhadap-Mu menguasai hati Sirnalah segala yang maujud Tiada

lagi yang dapat memberi kepuasan.


 THE saveKING articles
o DEFINISI HADIST
o HADIST DHO’IF
o HADIST SHOHIH
o HISTORY of tafsir
o LEMBAGA PENDIDIKAN SEBAGAI AGEN PERUBAHAN
o materi kuliah
o MENYEGARKAN KEMBALI HUKUM ISLAM (resensi)
o mixing mind
o MOTIVASI BELAJAR
o tugas dakwah
o VERIFIKASI AJARAN USHUL & FURU’

 WONG NU

 BLOG'S KONCO2
o HAMZE-X
 LINK-LINK PENTING
o BELAJAR COMPUTER ONLINE
o BELAJAR MENGUNAKAN WORPRESS
o BELAJAR TASAWWUF
o belajar WORDPRESS
o DEPDIKNAS
o E-BOOK
o FORMAL
o GAMBAR GW COMMENT
o KAJIAN DI PONPES LIRBOYO
o Kumpulan Skripsi
o MEDIA PIRATE
o Moslem comment
o POETRY OF SUFI
o salafy di malang

 SEJATINING INGSUN
o MY FRIENDSTER.
o PETA RUMAHKU
o TEMPAT KULIAHKU
o TEMPAT NGAJIKU
 TAMU-TAMU-Q

 AYO KOMENTAR BOSS..


 SAVEKING PHOTOS


 Arsip
o Oktober 2009
 Meta
o Daftar
o Masuk
o RSS Entri
o RSS Komentar
o WordPress.com

LEMBAGA PENDIDIKAN SEBAGAI AGEN PERUBAHAN

Oleh: Imam syafi’i[1]

BAB.I. PENDAHULUAN

Lembaga Pendidikan (baik formal, non formal atau informal) adalah tempat transfer ilmu
pengetahuan dan budaya (peradaban). Melalui praktik pendidikan, peserta didik diajak untuk
memahami bagaimana sejarah atau pengalaman budaya dapat ditransformasi dalam zaman
kehidupan yang akan mereka alami serta mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan dan
tuntutan yang ada di dalamnya. Dengan demikian, makna pengetahuan dan kebudayaan sering kali
dipaksakan untuk dikombinasikan karena adanya pengaruh zaman terhadap pengetahuan jika
ditransformasikan.

Oleh karena itu pendidikan nasional bertujuan mempersiapkan masyarakat baru yang lebih
ideal, yaitu masyarakat yang mengerti hak dan kewajiban dan berperan aktif dalam proses
pembangunan bangsa. Esensi dari tujuan pendidikan nasional adalah proses menumbuhkan bentuk
budaya keilmuan, sosial, ekonomi, dan politik yang lebih baik dalam perspektif tertentu harus
mengacu pada masa depan yang jelas (pembukaan UUD 1945 alenia 4). Melalui kegiatan
pendidikans, gambaran tentang masyarakat yang ideal itu dituangkan dalam alam pikiran peserta
didik sehingga terjadi proses pembentukan dan perpindahan budaya. Pemikiran ini mengandung
makna bahwa lembaga pendidikan sebagai tempat pembelajaran manusia memiliki fungsi sosial
(agen perubahan di masyarakat)

Lantas apakah lembaga pendidikan kita, baik yang formal ataupu informal telah mampu
mengantarkan peserta didiknya sebagai agen perubahan sosial di masyarakat?. Untuk Hal ini masih
perlu dipertanyakan. Lembaga pendidikan kita sepertinya kurang berhasil dalam mengantarkan anak
didiknya sebagai agen perubahan sosial di masyarakat, terbukti dengan belum adanya perubahan
yang signufikan dan menyeluruh terhadap masalah kebudayaan dan keilmuan masyarakat kita, dan
masih maraknya komersialisasi ilmu pengetahuan di lembaga-lembaga pendidikan kita, mahalnya
biaya pendidikan serta orientasi yang hanya mempersiapkan peserta didik hanya untuk memenuhi
bursa pasar kerja ketimbang memandangnya sebagai objek yang dapat dibentuk untuk menjadi agen
perubahan sosial di masyarakat.

BAB II. PEMBAHASAN

a. Pengertian Pendidikan

Dalam arti luas, pendidikan adalah berusaha membangun seseorang untuk lebih dewasa. Atau
Pendidikan adalah suatu proses transformasi anak didik agar mencapai hal hal tertentu sebagai
akibat proses pendidikan yang diikutinya Sebaliknya menurut jean praget pendidikan berarti
menghasilkan atau mencipta walaupun tidak banyak. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang
mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup[2]..

Menurut miramba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang
utama.[3] Definisi ini agaknya yang banyak dipakai di indonesia.

Dalam Islam pendidikan didefinisikan sebagai berikut, bimbingan yang diberikan oleh
seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.[4]
Lebih jelasnya pendidikan adalah setiap proses di mana seseorang memperoleh pengetahuan,
mengembangkan kemampuan/keterampilan sikap atau mengubah sikap.

Secara garis besar, Pendidikan mempunyai fungsi sosial dan individual. Fungsi sosialnya adalah
untuk membantu setiap individu menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif dengan
memberikan pengalaman kolektif masa lampau dan kini. Fungsi individualnya adalah untuk
memungkinkan seorang menempuh hidup yang lebih memuaskan dan lebih produktif dengan
menyiapkannya untuk menghadapi masa depan (pengalaman baru). Proses pendidikan dapat
berlangsung secara formal seperti yang terjadi di berbagai lembaga pendidikan. Ia juga berlangsung
secara informal lewat berbagai kontak dengan media komunikasi seperti buku, surat kabar, majalah,
TV, radio dan sebagainya atau non formal seperti interaksi peserta didik dengan masyarakat sekitar.

b. Lembaga pendidikan

Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa lembaga pendidikan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap corak dan karakter masyarakat. Belajar dari sejarah perkembanganya lembaga pendidikan
yang ada di indonesia memiliki beragam corak dan tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi
yang melingkupi, mulai dari zaman kerajaan dengan bentuknya yang sangat sederhana dan zaman
penjajahan yang sebagian memiliki corak ala barat dan gereja[5], dan corak ketimuran ala pesantren
sebagai penyeimbang, serta model dan corak kelembagaan yang berkembang saat ini tentunya tidak
terlepas dari kebutuhan dan tujuan-tujuan tersebut.

Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, mengejar ketertinggalan di segala
aspek kehidupan dan menyesuaikan dengan perubahan global serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR dan Presiden pada tanggal 11 Juni 2003
telah mensahkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang baru, sebagai pengganti Undang-
undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989. Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 yang terdiri
dari 22 Bab dan 77 pasal tersebut juga merupakan pengejawantahan dari salah satu tuntutan
reformasi yang marak sejak tahun 1998.

Perubahan mendasar yang dicanangkan dalam Undang-undang Sisdiknas yang baru tersebut
antara lain adalah demokratisasi dan desentralisasi pendidikan, peran serta masyarakat, tantangan
globalisasi, kesetaraan dan keseimbangan, jalur pendidikan, dan peserta didik.

Sebagai sistem sosial, lembaga pendidikan harus memiliki fungsi dan peran dalam perubahan
masyarakat menuju ke arah perbaikan dalam segala lini. Dalam hal ini lembaga pendidikan memiliki
dua karakter secara umum. Pertama, melaksanakan peranan fungsi dan harapan untuk mencapai
tujuan dari sebuah sitem. Kedua mengenali individu yang berbeda-beda dalam peserta didik yang
memiliki kepribadian dan disposisi kebutuhan.[6] Kemudian sebagai agen perubahan lembaga
pendidikan berfungsi sebagai alat:

1) Pengembangan pribadi

2) Pengembangan warga

3) Pengembangan Budaya

4) Pengembangan bangsa
c. Klasifikasi Lembaga Pendidikan

Upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat pada dasarnya merupakan cita-cita dari


pembangunan bangsa. Kesejahteraan dalam hal ini mencakup dimensi lahir batin, material dan
spiritual. Lebih dari itu pendidikan menghendaki agar peserta didiknya menjadi individu yang
menjalani kehidupan yang aman dan damai. Oleh karena itu pembangunan lembaga
pendidikan diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan Indonesia yang
aman, damai, dan sejahtera. Sejalan dengan realitas kehidupan sosial yang berkembang di
masyarakat, maka pengembangan nilai-nilai serta peningkatan mutu pendidikan tentunya menjadi
tema pokok dalam rencana kerja pemerintah dalam membangun lembaga pendidikan.

Lembaga pendidikan di indonesia dalam UU bisa kita klasifikasikan menjadi dua kelompok
yaitu: sekolah dan luar sekolah, selanjutnya pembagian ini lebih rincinya menjadi tiga bentuk:

1). informal.

2). formal

3). dan nonformal

Sebelum kita melngkah pada pembahasan lebih jauh, tentunya kita harus mengetahui peran
masing-masing lembaga secara umum, ketiga klasifikasi di atas dalam pergumulanya di masyarakat
memiliki peran yang berbeda-beda, lembaga pendidikan pertama, yaitu informal atau keluarga,
ranah garapanya adalah lebih banyak di arah kan dalam pembentukan karakter atau keyakinan dan
norma. Lembaga pendidikan kedua, yaitu formal atau sekolah, peran besarnya lebih banyak di
arahkan pada pengembangan penalaran murid. Yang terakhir lembaga pendidikan ketiga, yaitu
masyarakat, peranya lebih banyak pada pembentukan karakter sosial.[7]

Ketiga pembagian di atas adalah merupakan perubahan mendasar, Dalam Sisdiknas yang
lama pendidikan informal (keluarga) tersebut sebenarnya juga telah diberlakukan, namun masih
termasuk dalam jalur pendidikan luar sekolah, dan ketentuan penyelenggaraannyapun tidak
konkrit. Penjelasan dari klasifikasi tersebut adalah:

 pendidikan informal, atau pendidikan pertama adalah kegiatan pendidikan yang


dilakukan oleh keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri, hal ini adalah menjadi pendidikan primer bagi peserta dalam dalam
pembentukan karakter dan kepribadian.

 Pendidikan nonformal, atau pendidikan kedua meliputi pendidikan kecakapan hidup,


pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan
perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,
pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal meliputi lembaga kursus,
lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), dan
majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Hasil pendidikan nonformal
dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses
penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah (pusat) dan
pemerintah daerah dengan mengacu pada standard nasional pendidikan. Adapun
pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan
layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, atau ingin
melengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat,
yang berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap
dan kepribadian profesional

 Jalur formal adalah lembaga pendidikan yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi dengan jenis pendidikan:

1). umum

2). Kejuruan

3). Akademik

4). profesi

5). Advokasi

6). keagamaan.

Pendidikan formal dapat coraknya diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah (pusat), pemerintah daerah dan masyarakat

Pendidikan dasar yang merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang


pendidikan menengah berbentuk lembaga sekolah dasar (SD) dan madrasah
ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat, serta sekolah menengah pertama
(SMP) dan madrasah tsanawiyah (Mts) atau bentuk lain yang sederajad.

Sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar, bagi anak usia 0-6 tahun
diselenggarakan pendidikan anak usia dini, tetapi bukan merupakan prasyarat untuk
mengikuti pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui
jalur formal (TK, atau Raudatul Athfal), sedangkan dalam nonformal bisa dalam
bentuk ( TPQ, kelompok bermain, taman/panti penitipan anak) dan/atau informal
(pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan

Sedangkan Pendidikan menengah yang merupakan kelanjutan pendidikan dasar


terdiri atas, pendidikan umum dan pendidikan kejuruan yang berbentuk sekolah
menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan
madrasah aliyah kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajad.

Yang terakhir adalah pendidikan tinggi yang merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah, pendidikan ini mencakup program pendidikan

1). Diploma

2). Sarjana

3). Magister
4). Doktor,

Perguruan tinggi memiliki beberapa bentuk

1). Akademi

2). Politeknik

3). Sekolah tinggi

4). Institut atau universitas

yang secara umum lembaga-lembaga tinggi ini dibentuk dan diformat untuk
menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat, serta
menyelenggarakan program akademik, profesi dan advokasi.

Semua lembaga formal di atas diberi hak dan wewenang oleh pemerintah untuk memberikan
gelar akademik kepada setiap peserta didik yang telah menempuh pendidikan di lembaga tersebut,.
Khusus bagi perguruan tinggi yang memiliki program profesi sesuai dengan program pendidikan yang
diselenggarakan doktor berhak memberikan gelar doktor kehormatan (doktor honoris causa) kepada
individu yang layak memperoleh penghargaan berkenaan dengan jasa-jasa yang luar biasa dalam
bidang ilmu pengetahuan, teknologi, kemasyarakatan, keagamaan, kebudayaan, atau seni

Untuk menagulangi permasalahan yang cukup aktual dan meresahkan masyarakat saat ini,
seperti pemberian gelar-gelar instan, pembuatan skripsi atau tesis palsu, ijazah palsu dan lain-lain,
pemerintah telah mengatur dan mengancam sebagai tindak pidana dengan sanksi yang juga telah
ditetapkan dalam UU Sisdiknas yang baru (Bab XX Ketentuan Pidana, pasal 67-71).

d. Lembaga Pendidikan Dan Perubahan Sosial

Telah dipahami oleh para pendidik bahwa misi pendidikan adalah mewariskan ilmu dari
generasi ke generasi selanjutnya. Ilmu yang dimaksud antara lain: pengetahuan, tradisi, dan nilai-
nilai budaya (keberadaban). Secara umum penularan ilmu tersebut telah di emban oleh orang-orang
yang terbeban terhadap generasi selanjutnya. Mereka diwakili oleh orang yang punya visi kedepan,
yaitu menjadikan serta mencetak generasi yang lebih baik dan beradab. Peradaban kuno mencatat
methode penyampaian ajaran lewat tembang dan kidung, puisi ataupun juga cerita sederhana yang
biasanya tentang kepahlawanan

Perubahan sosial budaya masyarakat sebagaimana yang kita bicarakan di atas tikan akan
pernah bisa kita hindari, sehinga akan menuntut lembaga pendidikan sebagai agen perubahan untuk
menjawab segala permasalahan yang ada. Dalam permasalahan ini lembaga pendidikan haruslah
memiliki konsep dan prinsip yang jelas, baik dari lembaga formal ataupun yang lainya, demi
terwujudnya cita-cita tersebut, kiranya maka perlulah diadakanya pembentukan kurikulum yang
telah disesuaikan. Prinsib dasar pembentukan tersebut adalah meliputi:

1) Perumusan tujuan institusional yang meliputi:

 Orientasi pada pendidikan nasional


 Kebutuhan dan perubahan masyarakat

 Kebutuhan lembaga.

2) menetapkan isi dan struktur progam

3) penyusunan strategi penyusunan dan pelaksanaan kurikulum

4) pengembangan progam[8]

di harapkan nanti dengan persiapan dan orientasi yang jelas sebagaimana di atas, diharapkan
lembaga-lembaga pendidikan akan mampu mencetak kader-kader perubahan ke arah perbaikan di
masyarakat. Selanjutnya mengenai pengembangan kurikulum ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh lembaga pendidikan, yaitu:

1) relevansi dengan dengan pendidikan lingkungan hidup masyarakat

2) sesuai dengan perkembangan kehidupan masa sekarang dan akan datang

3) efektifitas waktu pengajar dan peserta didik

4) efisien, dengan usaha dan hasilnya sesuai

5) kesinambungan antara jenis, progam, dan tingkat pendidikan

6) fleksibelitas atau adanya kebebasan bertindak dalam memilih progam,


pengembangan progam, dan kurikulum pendidikan.[9]

BAB III. SIMPULAN

Dengan mehamami beberapa pembagian dan penjelasan tentang masalah-masalah yang


melingkupi lembaga pendidikan masing–masing, diharapkan adanya agen-agen yang mampu
merubah kondisi negeri ini dari keterpurukan nasional, tentunya hal ini juga diperlukan adanya
langkah nyata serta bantuan baik moril ataupun materil dari pemerintah maupun masyarakat
terhadap semua undang-undang yang telah dicanagkan agar bisa terlaksan dengan sempurna.
Walaupun dari beberapa undang-undang yang telah di tetapkan oleh pemerintah tidak luput dari
kritik dari beberapa tokoh liberal karena negara telah memasukan pemahasan-pembahasan agama
kedalam undang-undang yang berpotensi menumbuhkan gesekan antar agama. Tentunya sebagai
bangsa yang menjunjung tinggi agama haruslah mengangap bahwa hal itu hanya sebagai salah satu
koreksi ke arah yang lebih baik atas peran lembaga pendidikan di masyarakat.

Salah satu undang-undang yang paling debatable dari keputusan pemerintang tentang sistem
pendidikan nasional adalah masalah Apa yang dilakukan oleh Pemerintah dan anggota Dewan
dengan RUU Sisdiknas Dengan memasukkan dan mempertegas hal-hal yang bersifat keagamaan
dalam RUU Sisdiknas, hal ini bisa mengarah pada pelangengan rasa saling curiga antar agama,
apalagi seperti pasal 13 (ayat 1) – pasal ini berbunyi: “Setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan
diajarkan oleh pendidik yang seagama”.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Abu & Uhbiyati Nur.ilmu pendidikan.Rumka cipta. 2002 jakarta.cet.2


Darajat Zakiah. ilmu pendidikan Islam.Bumi aksara Jakarta & Depag 2000
Hamalik Oemar.perencanaan pegajaran berdasarkan pendekatan sistem.Bumi aksara.2005 jakarta

Miramba Ahmad.pengantar filsafat pendidikan isla.al ma’rif .1989 Bandung

Nasution. Sejarah pendidikan indonesia.bumi aksara.tt.cet2.Jakarta


Syaful sagala.konsep dan makna pembelajaran.alfabeta 2006 Bandung. cet.
Tafsir Ahmad.ilmu pendidikan dalam perspektif Islam.PT remaja rosda
karya2005 bandung.cet 6

Anda mungkin juga menyukai