Undang–undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, menjelaskan tentang
penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada masyarakat melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Dalam topik 2 ini kita akan membahas bagaimana seharusnya pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut itu dilakukan dengan pendekatan – pendekatan tersebut. Terkait dengan pelayanan kepada pasien, dalam memberikan pelayanan asuhan, tugas yang Anda lakukan sebagai seorang perawat gigi harus memenuhi standar asuhan pelayanan. Standar tersebut mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan No. 284 tahun 2006, tentang “standar pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut”. Perhatikan uraian materi di bawah ini.
A. PENGERTIAN STANDAR PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN
MULUT Standar pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu pedoman yang harus digunakan oleh Anda sebagai perawat gigi dalam menjalankan tugas pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut agar tercapai pelayanan yang bermutu. Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut ini merupakan petunjuk kerja bagi Anda perawat gigi untuk bekerja secara profesional dalam melaksanakan kegiatan di lapangan. Standar ini dimaksudkan untuk memandu Anda sebagai perawat gigi dalam memberikan layanan kesehatan gigi untuk bekerja secara profesional. Lebih jauh lagi, standar ini juga memberikan perlindungan kepada individu/masyarakat sebagai penerima pelayanan, demikian pula bagi perawat gigi dalam pelaksanaan kegiatannya untuk mencapai mutu pelayanan yang optimal. Standar pelayanan bersifat komprehensif, artinya memberikan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang profesional, dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, dimulai dari tata laksana administrasi, penjaringan/pengumpulan data kesehatan gigi, melakukan kegiatan promotif, melaksanakan tindakan preventif dan kuratif sederhana, menyelesaikan standar hygiene pemeliharaan alat-alat kedokteran gigi dan lingkungan kerja
B. STANDAR ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT OLEH PERAWAT GIGI
Untuk melaksanakan tugas asuhan keperawatan yang optimal, seorang perawat gigi hendaknya mendasarkan tindakannya atas standar-standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Asuhan keperawatan kesehatan gigi dan mulut oleh perawat gigi memiliki 8 jenis standar. Berikut Anda akan mempelajari kedelapan standar tersebut. 1. Standar Administrasi Standar administrasi bagi seorang perawat gigi yang menjalankan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah harus memiliki Surat Izin Perawat Gigi (SIPG) sebagai bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan pekerjaan keperawatan gigi. Selain itu, perawat gigi juga harus memiliki Surat Izin Kerja (SIK) sebagai bukti tertulis yang diberikan kepada perawat gigi untuk melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di sarana kesehatan. SIPG dan SIK wajib dimiliki perawat gigi dalam menjalankan pekerjaannya untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan serta perlindungan tenaga kesehatan dan masyarakat penerima layanan. 2. Standar Pengumpulan Data Kesehatan Gigi adalah sebagai berikut : a. Standar Penjaringan Data Kesehatan Gigi dan Mulut. Tujuan standar ini adalah agar Anda memperoleh data dan informasi masalah kesehatan yang ada pada klien/pasien sehingga Anda dapat menentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah yang ada, dengan mempertimbangkan aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta factor lingkungan. Data tersebut harus akurat dan mudah dianalisis Data yang perlu Anda kumpulkan mencakup : 1) Segala sesuatu tentang pasien sebagai makhluk sosial-psiko-spiritual 2) Data yang berkaitan dengan segala sesuatu yang mempengaruhi kesehatan, dan kebutuhan mereka terhadap layanan kesehatan 3) Data tentang sumber daya(tenaga, peralatan, dana) yang tersedia untuk mengatasi masalah yang terjadi 4) Data lingkungan yang mempengaruhi kesehatan pasien Jenis data yang perlu Anda kumpulkan adalah : 1) Data objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, warna kulit. 2) Data subjektif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain, misalnya kepala pusing, nyeri, mual. Untuk mengumpulkan data di atas, sumber data yang dapat Anda gunakan adalah: 1) Sumber data primer, yaitu data yang dikumpulkan dari pasien, berdasarkan hasil pemeriksaan 2) Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari orang lain, misalnya keluarga atau orang terdekat pasien 3) Sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya rekam medik dan catatan riwayat perawatan pasien sebelumnya. Setelah Anda menentukan sumber data, cara yang dapat Anda gunakan untuk mengumpulkan data adalah: 1) Wawancara/anamnesa. Wawancara/anamnesa adalah komunikasi timbal balik berbentuk Tanya jawab yang Anda lakukan dengan pasien atau keluarga pasien tentang hal- hal yang berkaitan dengan keluhan pasien. Dalam hal ini Anda membina hubungan baik dengan pasien sebelum memulai wawancara/anamnesa. Wawancara dilakukan dengan penuh keramahan, keterbukaan, menggunakan bahasa yang sederhana dan Anda perlu memastikan kenyamanan pasien terjamin. Semua hasil wawancara Anda catat dalam format proses keperawatan 2) Pengamatan Anda dapat melakukan pengamatan terhadap fisik, perilaku, dan sikap pasien dalam rangka menegakkan diagnosis keperawatan. Pengamatan ini dilakukan dengan panca indra. Semakin banyak panca indra yang terlibat maka hasil pengamatan akan semakin baik. Hasil pengamatan ini Anda catat dalam format proses keperawatan 3) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik perlu Anda lakukan sebagai adalah upaya menegakkan diagnosis keperawatan dengan cara sebagai berikut : Inspeksi, yaitu melihat bagian tubuh pasien yang sakit Palpasi, yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara meraba bagian yang sakit Auskultasi, yaitu suatu pemeriksaan fisik dengan cara mendengarkan bunyi bagian tubuh tertentu biasanya menggunakan stetoskop misalnya denyut jantung, bising usus, suara paru. Perkusi, suatu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengetukkan jari/alat pada bagian tubuh yang diperiksa. b. Standar Pemeriksaan OHIS (Oral Hygiene Index – Simplified). Standar berikutnya yang perlu Anda ketahui adalah standar dalam pemeriksaan gigi dan mulut (green dan vermilion), dengan menjumlahkan debris indeks (DI) dan calculus indeks (CI). Pemeriksaan ini untuk mendapatkan data kebersihan gigi dan mulut untuk merencanakan tindakan promotif dan preventif DI : adalah skor (nilai) dari endapan lunak yang terjadi karena adanya sisa makanan yang melekat pada gigi indeks CI : adalah skor (nilai) dari endapan keras terjadi karena adanya calculus yang pada melekat pada gigi indeks Menentukan gigi-gigi indeks yang akan diperiksa untuk pemeriksaan debris indeks (DI) dan calculus indeks (CI) Menentukan gigi-gigi pengganti apabila ada gigi indeks yang tidak ada Pemeriksaan debris sesuai kriteria penilaian debris Pemeriksaan debris sesuai kriteria penilaian calculus Menghitung debris score dan calculus score Menghitung OHIS score menurut standar WHO c. Standar Pemeriksaan DMF-T/def-t. (Decay Missing Filling – Teet/Decay Eruption Filling – Teeth). Standar berikutnya yang perlu Anda pelajari adalah standar dalam memeriksa keadaan gigi geligi seseorang yang mengalami kerusakan, gigi yang hilang yang disebabkan oleh penyakit karies. Tujuan pemeriksaan DMF- T/def-t untuk merencanakan upaya promotif, preventif dan kebutuhan perawatan/kuratif. DMF-T untuk gigi tetap Def-t untuk gigi sulung Melakukan pemeriksaan keadaan gigi geligi yang mengalami kerusakan D/d (decayed) :jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal M/m (missing) : jumlah gigi yang telah/harus dicabut karena karies T/t (filling) : jumlah gigi yang telah dicabut Menghitung indeks DMF-T/def-t Angka DMF-T/def-t menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang Kekurangan pemeriksaan ini adalah tidak dapat menggambarkan banyaknya karies yang sebenarnya, karena yang dihitung karies pada satu gigi tersebut, kemungkinan yang terjadi dalam 1 gigi terdapat lebih dari 1 karies. Juga tidak dapat menggambarkan kedalaman karies, atau penyebab kehilangan gigi. d. Standar Pemeriksaan CPITN (Community Periodontal Index Treatment Needs) Adalah indeks yang digunakan WHO untuk mengukur kondisi jaringan periodontal, menentukan tingkatan kondisi jaringan periodontal, serta perkiraan akan kebutuhan perawatannya dengan menggunakan sonde khusus yaitu periodontal probe. 3. Standar Promotif, antara lain : a. Standar Penyusunan Rencana Kerja Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut Tersusunnya rencana kerja penyuluhan mengidentifikasi masalah, menentukan prioritas masalah, menyusun materi penyuluhan sesuai masalah membuat alat bantu pendidikan yang sesuai dengan materi dan sasaran menentukan jadwal pelaksanaan penyuluhan membuat rencana evaluasi penyuluhan. b. Standar Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut Penyuluhan Anda laksanakan untuk meningkatkan pengetahuan sasaran, mengubah perilaku sasaran baik individu, kelompok, atau masyarakat yang belum mengetahui/mempunyai pengetahuan, dan kebiasaan berperilaku hidup sehat di bidang kesehatan gigi. Tujuannya adalah agar sasaran mampu memelihara kesehatan gigi dan mulutnya serta mampu melakukan upaya pencegahan terjadinya penyakit gigi dan mulut. Standar penyuluhan adalah sebagai berikut. Memilih materi penyuluhan sesuai dengan kebutuhan sasaran Memilih metode penyuluhan sesuai dengan materi penyuluhan dan kelompok sasaran Memilih alat bantu penyuluhan Melakukan evaluasi setelah pelaksanaan penyuluhan c. Standar Pelatihan Kader Untuk mempercepat upaya penyebaran asuhan keperawatan gigi dan mulut, Anda dapat menciptakan kader-kader lain untuk alih pengetahuan dan keterampilan tentang kesehatan gigi dan mulut. Pengkaderan dapat dilakukan kepada masyarakat sebagai kader kesehatan (guru, dokter kecil, kader posyandu dll),agar mereka dapat berperan serta aktif dalam upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Kader diharapkan mampu memberikan penyuluhan dan memotivasi masyarakat untuk dapat berperilaku sehat serta mampu mendeteksi dini, pengobatan darurat sederhana dan melakukan rujukan. Berikut adalah keterampilan yang perlu Anda miliki untuk menciptakan kader kesehatan gigi: Menentukan daerah binaan, dengan melakukan pendekatan lintas program dan lintas sektoral Memilih materi pelatihan sesuai dengan kebutuhan daerah binaan Memilih metode pelatihan sesuai dengan materi pelatihan Memilih media pembelajaran sesuai dengan materi yang telah ditentukan Melakukan evaluasi dengan cara mempraktikkan materi yang telah diberikan Dengan dilakukannya pelatihan kader, diharapkan kader tersebut mampu melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan mampu melakukan upaya pencegahan terjadinya penyakit gigi dan mulut. 4. Standar Preventif, antara lain : a. Standar Sikat Gigi Massal Kegiatan menyikat gigi yang dilakukan bersama-sama di bawah bimbingan instruktur (perawat gigi, petugas kesehatan, kader kesehatan gigi dan mulut). Sasaran dapat melakukan sikat gigi dengan cara yang baik dan benar sehingga dapat meningkatkan kebersihan gigi dan mulut secara mandiri. Meneteskan disclosing solution di ujung lidah dan mengoleskannya ke seluruh permukaan gigi Menginstruksikan untuk kumur-kumur dengan air putih bersih Melakukan penyikatan gigi sesuai dengan teknik/metode penyikatan gigi pada semua permukaan gigi b. Standar Kumur-kumur Dengan Larutan Fluor Membimbing murid untuk kumur-kumur dengan larutan fluor (NaF 0,2%) dan dilaksanakan 1 kali dalam 2 minggu selama 2 tahun minimal 20 kali per tahun. Sebelum berkumur larutan fluor, gigi harus bersih bebas dari debris serta karang gigi Menyediakan gelas kumur plastik dan mengisinya dengan larutan NaF 0,2% Selama berkumur kepala harus tunduk, gelas dipegang setinggi dada Berkumur selama ± 3 menit secara serentak/bersamaan Apabila anak tertelan larutan fluor tersebut, anak disarankan minum beberapa gelas air putih, kemudian sentuhlah dengan telunjuk langit-langit lunak si anak, sehingga anak memuntahkan kembali cairan yeng tertelan. c. Standar Pembersihan Karang Gigi Standar ini adalah standar yang Anda jadikan acuan dalam membersihkan karang gigi yang melekat pada permukaan gigi. Gigi yang bersih dapat mencegah terjadinya gangguan jaringan penyangga gigi. Tindakan standar yang dapat Anda lakukan adalah Melakukan pembersihan karang gigi perkwadran Melakukan pemolesan pada seluruh permukaan gigi mengoleskan larutan desinfektan melakukan instruksi setelah pembersihan karang gigi d. Standar Pengolesan Fluor Pengolesan fluor pada permukaan gigi yang bersih dan dikeringkan terlebih dahulu (gigi terlihat buram). Memblokir daerah sekitar gigi per kwadran yang akan di oles fluor, dengan menggunakan larutan NaF 2% atau larutan SnF 8% selama 2-3 menit. setelah dioleskan pasien diinstruksikan tidak boleh makan/minum/sikat gigi selam 3 jam. Tindakan pengolesan fluor dapat mencegah terjadinya karies atau menghentikan proses penjalaran karies yang masih dini. e. Standar Penumpatan Pit dan Fissure Sealant Pit dan fissure sealent adalah menutup pit fissure yang berisiko menjadi retensi sisa makanan, sebagai tindakan untuk mencegah terjadinya karies. Perhatikan langkah-langkah berikut: lakukan pembersihan gigi yang akan ditumpat lakukan pelarutan mineral email pada pit dan fissure gigi yang bersangkutan (di etsa) letakkan bahan pit dan fissure sealent lakukan recountering dan polishing diinstruksikan pasien untuk tidak makan/minum selama ± 1 jam 5. Standar Kuratif, antara lain a. Standar Pencabutan Gigi Sulung Goyang Derajat 2 atau Lebih lakukan anastesi topical pada mukosa sekitar gigi yang akan dicabut cabutnya gigi sulung dengan indikasi pencabutan goyang derajat 2 atau lebih Adanya tampon dengan antiseptik yang menekan luka bekas pencabutan Pasien mengetahui hal-hal yang harus dihindari dan diperhatikan sesudah pencabutan gigi b. Standar Atraumatic Restorative Treatment (ART). Teknik penumpatan gigi hanya dengan menggunakan hand instrument (ART set) pada karies gigi yang masih dangkal Penumpatan gigi tanpa menghilangkan jaringan yang sehat Melakukan excavasi gigi yang bersangkutan dengan excavator sampai tidak ada lagi dentin lunak Bersihkan lubang gigi/ulaskan dengan denn condioner selama 10 ̋. Bersihkan dengan berkumur dan dikeringkan lagi dengan cotton pellet Kavitas harus bener-benar kering pada saat melakukan manipulasi bahan glass ionomer, tutup/oles dengan varnish Menumpat dan menekan dengan jari pada gigi yang bersangkutan Mengambil kelebihan tumpatan menggunakan ekskavator Melakukan polishing Menginstruksikan tidak makan/minum selama ± 1 jam Tidak ada peninggian gigit c. Standar Penumpatan Gigi Dengan Bahan Amalgam. Mengembalikan bentuk gigi sesuai anatomisnya dan mengembalikan fungsi gigi seperti semula. Standar yang Anda perhatikan adalah: Menyiapkan alat diagnostik, instrumen penambalan, alat preparasi (bur), bahan tambalan Melakukan preparasi gigi Memblokir area kerja dari saliva Desinfeksi kavitas dengan alkohol Mengeringkan kavitas dengan cotton pellet/chipblower Manipulasi semen dasar dengan konsistensi seperti pasta, pada dasar kavitas secara merata setinggi dentino enamel junction Manipulasi amalgam pada kavitas selapis demi selapis dengan kondensasiyang baik Recountouring permukaan tambalan sesuai dengan bentuk anatomi gigi Mengecek peninggian gigitan Menghaluskan permukaan tambalan Memberi instruksi setelah penumpatan amalgam Memoles tumpatan amalgam pada kunjungan berikutnya d. Standar Penumpatan Gigi 1 - 2 Bidang Dengan Bahan Sewarna Gigi/glass ionomer Menyiapkan alat diagnostik, instrumen penambalan, alat preparasi (bur), bahan tambalan Melakukan preparasi gigi Memblokir area kerja dari saliva Desinfeksi kavitas dengan alkohol Mengeringkan kavitas dengan catton pellet/chipblower Manipulasi semen dasar dengan konsistensi seperti pasta, pada dasar kavitas secara merata setinggi dentino enamel junction Manipulasi glass ionomer pada kavitas selapis demi selapis dengan kondensasi yang baik Recountouring permukaan tambalan sesuai dengan bentuk anatomi gigi Mengecek peninggian gigitan Menghaluskan permukaan tambalan Memberi instruksi setelah penumpatan amalgam Memoles tumpatan amalgam pada kunjungan berikutnya e. Standar Pencabutan Gigi Permanen Akar Tunggal (gigi sulung dan tetap) dengan infiltrasi anestesi Melakukan anastesi infiltrasi pada mukosa sekitar gigi yang akan dicabut Melakukan pencabutan gigi sulung/tetap akar tunggal Meletakkan tampon dengan antiseptik pada luka bekas cabutan Memberikan instruksi sesudah pencabutan f. Standar Rujukan. Perawat gigi melakukan pelimpahan kasus di luar kewenangannya, tindakan ditindaklanjuti oleh pihak yang berwenang Menulis surat rujukan perawatan ke pihak yang berwenang g. Standar Pencatatan dan Pelaporan Perawat gigi melakukan pencatatan dari data pemeriksaan OHIS, DMF-T, CPITN, di wilayah kerjanya Mengolah data penjaringan dan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerjanya Membuat laporan bulanan, triwulan, tahunan kegiatan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerjanya Tersedianya informasi dan melaporkan tentang kegiatan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut. 6. Standar Hygiene Kesehatan Gigi, antara lain : a. Standar Hygiene Petugas Kesehatan Gigi dan Mulut. Penampilan seorang perawat gigi haruslah rapi, bersih, tangan bersih dan steril Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah pelaksanaan pemeriksaan/ pengobatan di klinik Memakai masker dan sarung tangan untuk menghindari terjadinya infeksi silang dan kontaminasi bakteri b. Standar Sterilisasi dan Pemeliharaan Alat-alat Kesehatan Gigi. Menyiapkan dan mensterilkan alat hand instrument gigi (non kritis, semi kritis, kritis) yang akan dipakai untuk pemeriksaan, pengobatan serta mensterilkannya kembali setelah digunakan Menyusun dan menyimpan hand instrument gigi (non kritis, semi kritis, kritis) pada tempatnya sesuai dengan syarat penyimpanannya c. Standar Hygiene Lingkungan Kerja. Menata tata letak, peralatan, pencahayaan dan ventilasi ruangan Menjaga kebersihan ruangan dan membersihkan peralatannya Membersihkan dan merawat dental unit dan kelengkapannya 1. Standar Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Pasien Umum Rawat Inap Pasien rawat inap perlu mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut baik promotif, preventif maupun pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit. Perawat gigi membantu pasien yang dirawat inap melakukan sikat gigi secara rutin, sebelum mandi pagi dan sore hari, sebelum tidur pada malam hari dan setiap kali sesudah makan Membantu pasien menyikat gigi, bagi pasien yang tidak dapat melakukannya sendiri. Memberikan penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. 2. Standar pemeliharaan/penggunaan Peralatan dan Bahan Persiapan Alat Kemampuan mengawasi persediaan peralatan dan inventaris Kemampuan memelihara dan merawat berbagai berbagai macam peralatan dan mampu mengasah berbagai instrumen secara benar dan menerapkan secara efisien cara – cara pengasahan Kemampuan mempersiapkan dan menggunakan alat – alat kedokteran elektrik, alat berputar (hand piece, contra angel) secara hati – hati dan efektif. Kompetensi Terapis Gigi dan Mulut di Indonesia diatur juga dalam PP nomor 20 tahun 2016. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa terapis gigi memiliki kewenangan untukmelakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut sebagai berikut: a. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut, meliputi : 1) Promosi kesehatan gigi dan mulut kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat 2) Pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut, guru serta dokter kecil 3) Pembuatan dan penggunaan media/alat peraga untuk edukasi kesehatan gigi dan mulut, dan 4) Konseling tindakan promotif dan preventif kesehatan gigi dan mulut b. Upaya pencegahan penyakit gigi 1. Bimbingan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut untuk individu, kelompok dan masyarakat 2. Penilaian faktor risiko penyakit gigi dan mulut 3. Pembersihan karang gigi 4. Penggunaan bahan/material untuk pencegahan karies melalui : a) Pengisian pit dan fissure gigi dengan bahan fissure sealent b) Penambalan Atraumatic Restorative Treatment/ART dan/ atau c) Aplikasi fluor 5. Skrining kesehatan gigi dan mulut, dan 6. Pencabutan gigi sulung persistensi atau goyang derajat 3 dan 4 dengan local anastesi c. Manajemen pelayanan kesehatan gigi dan mulut meliputi : 1. Administrasi klinik gigi dan mulut 2. Pengendalian infeksi, hygiene, dan sanitasi klinik 3. Manajemen program UKGS dan 4. Manajemen program UKGM/UKGMD d. Pelayanan kesehatan dasar pada kasus kesehatan gigi terbatas, meliputi : 1. Pencabutan gigi sulung dan gigi tetap satu akar dengan lokal anastesi 2. Penambalan gigi satu atau dua bidang dengan glass ionomer cement atau bahan lainnya 3. Perawatan pasca tindakan e. Dental assisting, meliputi : 1. Asistensi pada pelayanan kedokteran gigi umum, dan 2. Asistensi pada pelayanan kedokteran gigi spesialistik Berdasarkan konsep dasar pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut, dalam melakukan asuhan kesehatan gigi dan mulut, terdapat tahapan yang harus Anda lakukan. Tahapan-tahapan adalah tersebut sebagai berikut: 1. Pengkajian 2. Penegakan diagnosa asuhan keperawatan gigi dan mulut 3. Perencanaan 4. Implementasi, dan 5. Evaluasi Kegiatan konsep dasar asuhan kesehatan gigi dan mulut tersebut (Pengkajian, Penegakan diagnosa asuhan keperawatan gigi dan mulut, Perencanaan, Implementasi, dan, Evaluasi) akan dibahas pada bab IV, V dan VI berikutnya. Selain memiliki kewenangan seperti disebutkan di atas, dalam melaksanakan kewenangan tersebut, dental therapist dapat melaksanakan pelayanan sebagai berikut: 1. Di bawah pengawasan atas pelimpahan wewenang dengan mandat dari dokter gigi, bila tidak terdapat dokter gigi di suatu daerah 2. Berdasarkan penugasan pemerintah sesuai kebutuhan 3. Dalam rangka pelimpahan kewenangan tersebut dapat bertindak sebagai terapis gigi, bagi Anda yang telah mendapat pelatihan tambahan 4. Pelimpahan kewenangan tersebut hanya dapat dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah dan atau pemerintah daerah Dalam menjalankan profesinya, terapis gigi dan mulut wajib melakukan pencatatan yang disimpan/didokumentasikan sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Terapis gigi juga senantiasa perlu meningkatkan mutu pelayanan dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya. Pelatihan terapis gigi ada yang diselenggarakan oleh organisasi profesi, atau pun pemerintah, ataupun pihak-pihak swasta lainnya.