BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Tn. AP
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 21 tahun
Alamat : Hative Kecil
Agama : Islam
Pekerjaaan : Wiraswasta
Tempat Pemeriksaan : Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) , RSUD dr.
M. Haulussy Ambon
Waktu Pemeriksaan : 10 Februari 2019
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Mata Kiri kemerahan
2. Anamnesis Terpimpin (Autoanamnesis)
Pasien datang ke IGD RSUD DR. M. Haulussy Ambon dengan keluhan
utama merasakan mata merah satu hari yang lalu pada saat bangun tidur.
Pasien sering mengalami hal ini, namun mata merah kali ini diikuti dengan
adanya rasa yang menganjal seperti butiran pasir pada mata bagian kiri
pasien. Pasien juga mengeluh adanya bercak putih pada bagian mata yang
sudah ada sejak 1 bulan yang lalu, namun tidak ada penurunan penglihatan,
serta tidak ada riwayat trauma atau gesekan pada mata pasien.
3. Riwayat Penyakit Terdahulu:
Tidak ada
4. Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada
5. Riwayat Pengobatan:
Pasien sama sekali belum diobati sampai pada tanggal 10 februari 2019.
1
2
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmhg
Nadi : 75x/menit
Pernpasan : 16x/mnt
Suhu : 36,7° C
Berat badan :-
2. Status Oftalmologi:
Visus VOD : lebih dari 2/60, dalam posisi duduk
VOS : lebih dari 2/60, dalam posisi duduk
Segmen Anterior ODS dengan pen light
Segmen
OD Anterior OS
Bola Mata
Edema (-), eritema (-), Edema (-),eritema (-),
ektropion (-), entropion (-), ektropion (-), entropion (-),
Palpebra
sekret (-), hematom (-), sekret (-), hematom (-)
laserasi (-) laserasi (-)
Kemosis (-), subconjunctival Kemosis(-), Subconjunctival
bleeding (-), hiperemis (-), bleeding (-), hiperemis (+),
anemis(-), injeksi konjungtiva Konjungtiva anemis(-),
(-) injeksi konjungtiva (+)
3
Gambaran Skematik
OD OS
4
F. Diagnosis Banding
2) Dry Eye
G. Perencanaan
- Diagnosa:
Gejala klinis konjugtivitis dapat meyerupai mata lain sehingga penting untuk
penglihatan. Dalam hal ini diperlukan anamnesis dan pemeriksaan mata yang
Infeksi virus biasanya menyerang satu mata lalu ke mata yang lain beberapa hari
penglihatan secara intermiten dapat terganggu karena sekret mata. Jenis sekret mata
dan gejala okular dapat memberi petunjuk penyebab kongjungtivitis. Sekret mata
6
berair merupakan ciri kongjungtivits viral dan sekret mata kental berwarna kuning
kongjungtivitis alergi.
memiliki sensitivitas 89% dan spesifisitas 94% untuk adenovirus. Tes tersebut
Sementara itu, kultur dari sekret kongjungtiva memerlukan waktu tiga hari sehingga
diagnosis dan memilih terapi. Konjungtivitis dan penyakit mata lain dapat
pulasan gram atau pewarnaan giemsa; pemriksaan ini terlihat banyaknya neutrofil
Apusan sekret pada konjungtiva mengandung sel mononuklear dan tidak adanya
bakteri yang tumbuh pada biakan. Sedangkan pada kasus kongjungtivitis alergi
7
pada pemeriksaan laboratoriuim ditemukan adanya sel eosonofil yang banyak yang
Dengan pemeriksaan visus juga OS tidak ada penurunan penglihatan pada pasien.
- Terapi:
gtt 1, atau antihistamin topikal bermanfaat untuk meredakan gejala. Terapi antiviral
400mg/hari untuk virus herpes simpleks dan 800mg/hari untuk herpes zoster selama
7-10 hari. Pemberian antibiotik topikal tidak dianjurkan karena tidak mencegah
infeksi sekunder dan dapat memperburuk gejala klinis akibat reaksi alergi dan
reaksi toksik serta tertundanya kemungkinan diagnosis penyakit mata lain. Cara
pemakaian obat tetes mata perlu diperhatikan untuk mencegah risiko penyebaran
infeksi ke mata yang sehat. Selain itu, pemakaian antibiotik yang tidak perlu
dengan pemberian air mata buatan (tetes mata) dan kompres dingin. Antibiotik
dapat dipertimbangkan jika konjungtivitis tidak sembuh setelah 10 hari dan diduga
Monitoring:
- Keluhan pasien
- Visus
- Status oftalmologi
Edukasi:
- Prognosis
II.8 Prognosis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
melapisi bagian anterior bola mata dan bagian dalam palpebra. Konjungtiva dibagi
tiga bagian yaitu marginal, tarsal dan orbital. Bagian marginal terletak di tepi
palpebra hingga 2mm ke dalam palpebra, bagian tarsal melekat di tarsal plate,
konjungtiva palpebra terdapat kelenjar henle dan sel goblet yang memproduksi
musin. 1
dengan sklera anterior oleh jaringan episklera. Konjungtiva yang berbatasan dengan
kelenjar krause dan wolfring yang menghasilkan komponen akuos air mata.
konjungtiva yang ditandai dengan dilatasi vaskular, infiltrasi seluler, dan eksudasi.1
atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara. Konjungtivitis lebih
dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva, selaput bening
yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam
sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak.
Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang
sendiri. Dapat juga menjadi kronik dan hal ini mengindikasikan perubahan
degenerative atau kerusakan akibat serangan akut yang berulang. Pasien sering
datang dengan keluhan mata merah. Pada konjungtivitis didapatkan hyperemia dan
dan biasanya terjadi karena mata lelah, kurang tidur, asap, debu dan lain-lain.
adenovirus dan penyebab yang lain yaitu organisme Coxsackie dan Pikornavirus
namun sangat jarang. Penyebab konjungtivis lainnya yaitu infeksi klamidia, yang
disebabkan oleh alergi diperantai oleh IgE terhadap allergen yang umumnya
1) Konjungtivitis bakteri
mudah menular dari satu mata ke mata sebelahnya dan dengan mudah
a. Konjungtivitis blenore
b. Konjungtivitis gonore
neonates infeksi ini terjadi pada saat berada dijalan lahir. Pada orang
c. Konjungtivitis difteri
d. Konjungtivitis angular
e. Konjungtivitis mukopurulen
(halo).
f. Blefarokonjungtivitis
dengan keluhan utama gatal pada mata disertai terbentuknya krusta pada
tepi kelopak.
2) Konjungtivitis Virus
berbagai jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat
menimbulkan cacat hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan
berair dan sedikit, folikel pada konjungtiva yang mengenai satu atau kedua
mata. Konjungtivitis ini biasanya disebabkan adenovirus tipe 3,4 dan 7 dan
14
Diberikan kompres, astringen, lubrikasi, dan pada kasus yang berat dapat
a. Keratokonjungtivitis epidemika
Radang akut yang disebabkan oleh adenovirus tipe 3,7,8 dan 19. Gejala
klinis berupa demam dengan mata seperti kelilipan dan berair berat.
b. Demam faringokonjungtiva
demam, faringitis, secret berair dan sedikit, yang mengenai satu atau
c. Keratokonjungtivitis herpetic
disebabkan oleh virus new castle. Gejala awal timbul perasaan adanya
benda asing, silau, dan berair pada mata, kelopak mata bengkak.
15
3) Konjungtivitis alergi
Konjungtivitis alergi merupakan bentuk alergi pada mata yang paling sering
oleh sistem imun. Gejala utama penyakit alergi ini adalah radang ( merah,
sakit, bengkak, dan panas), gatal, silau berulang dan menahun. Tanda
edemanya. Pada kasus yang berat dapat diberikan antihistamin dan steroid
sistemik
a. Konjungtivitis vernal
panas, lakrimasi, menjadi buruk pada cuaca panas dan berkurang pada
cuaca dingin.
b. Konjungtivitis flikten
16
Haemophylus influenza.
4) Konjungtivitis Jamur
merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya
bercak putih yang dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan
keadaan sistem imun yang terganggu. Selain candida sp, penyakit ini juga
II.5 Patofisiologi
kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka
ditandai dengan konjungtiva dan sklera yang merah, edema, rasa nyeri dan adanya
organisme dan faktor lingkungan lain yang mengganggu. Ada beberapa mekanisme
melindungi permukaan mata dari substansi luar, seperti air mata. Pada film air mata,
mekanisme memompa dari palpebra secara tetap akan mengalirkan air mata ke
ductus air mata. Air mata mengandung substansi anti mikroba termasuk lisozim.
17
Adanya agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti
edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertropi epitel atau granuloma.
Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertropi
lapis limfoid stroma atau pembentukan folikel. Sel-sel radang bermigrasi melalui
epitel ke permukaan. Sel-sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan pus dari sel
nyata pada formiks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini
sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas atau gatal. Sensasi ini merangsang
sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemi
Rasa ini disertai dengan rasa pedih dan panas karena pembengkakan dan
hipertrofi papil.
4) Fotofobia
18
tyndal efek
(+)
Kadang
Kripta menghilang karena
Iris Normal Normal edema
edema
(bombans)
Pupil Normal Normal Miosis Mid midriasis (d=5mm)
Sel radang
Lensa Normal Normal Keruh
menempel
- Limfadenopati regional
keratinisasi
- Bulu mata: kerontokan bulu mata, kerak kulit, ketombe, telur kutu dank utu
1) Kultur
untuk konjungtivitispurulen berat / berulang pada semua group usia dan pada
2) Kultur virus
untuk virus lain, tapi tidak diakui untuk specimen dari okuler. PCR dapat
Kasus yang dicurigai konjung tivitis klamidial pada dewasa dapat dipastikan
4) Tes darah
luka percikan bahan kimia, ph okuler harus dites dan irigasi mata terus menerus
5) Sitology / smear
6) Biopsi
dilakukan dan sampel harus diambil dari area yang tidak terkena yang
berdekatan dengan limbus dari mata dengan peradangan aktif saat dicurigai
22
II.9 Penatalaksanaan
bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain.
Memberikan intrukasi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan
kemudian menyuruh menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap
kali memegang mata yang sakit , dan menggunakan kain lap ,handuk, dan sapu
tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Asuhan khusus
II.9.2 Farmakologi
1) Konjungtivitis Bakteri
konjungtiva.
2) Konjungtivitis Virus
atau pada orang dewasa umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak
diperlukan terapi, namun antivirus topikal atau sistemik harus diberikan untuk
3) Konjungtivitis Alergi
gatal-gatal dan steroid topikal jangka pendek untuk meredakan gejala lainnya.
II.10 Pencegahan
Konjungtivitis dapat dicegah yaitu dengan tidak menyentuh mata yang sehat
sesudah mengenai mata yang sakit, tidak menggunakan handuk dan lap secara
tangannya agar menulari orang lain, menggunakan lensa kontak sesuai dengan
petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya, mengganti sarung bantal dan handuk
yang kotor dengan yang bersih setiap hari, menghindari penggunaan bantal, handuk
dan sapu tangan bersama, menghindari mengucek-ngucek mata, dan pada pasien
24
II.11 Komplikasi
1) Konjungtivitis bakteri
pada pasien yang sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut di
drastis dan juga komponen mukosa karena kehilangan sebagian sel goblet.
2) Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis, seperti
pseudomembran, dan timbul parut linear halus atau parut datar, dan
3) Konjungtivitis alergi
Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada kornea
sedangkan yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain,
kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal dan dapat dikontrol
tidak akan membahayakan. Namun jika tidak ditangani atau diobati bisa
BAB III
DISKUSI
tahun didapatkan keluhan utama pada pasien berupa mata kiri merah yang dialami
sejak 1hari yang lalu secara tiba-tiba pada saat bangun tidur. Pasien merasa mata
gatal, ,tidak ada nyeri serta merasa pada mata terdapat sesuatu yang menganjal
baik, silau (-) pada saar melihat cahaya terang atau sinar matahari, nyeri pada mata
dan sakit kepala tidak ada, kotoran mata (-) saat bangun di pagi hari. , mata berair
(+), dan keluhan yang dirasakan ini telah mengganggu aktivitasnya. Tidak ada
riwayat keluarga. Keluhan yang dialami pasien sudah beberapa kali dirasakan dan
kasar oculi dextra 6/60 dan oculi sinistra 6/60. Hal ini menunjukkan tidak terdapat
visus didapatkan VOD: 6/60, VOS: 6/60. Pada oculi dextra, palpebral edema (-),
konjungtiva hiperemis (-), kornea normal, iris normal, pupil bulat sentral, lensa
jernih. Pada oculi sinistra, palpebral edema (-), konjungtiva hiperemis (+), kornea
ada jejas putih, iris normal, pupil bulat sentral, lensa jernih.
Berdasarkan keluhan serta tanda dan gejala yang didapatkan maka, dapat
mengetahui jenis bercak putih pada kornea pasien disebabkan oleh infeksi akibat
jejas atau tidak. Pengobatan yang dapat diberikan kepada pasien yaitu
diberikan pada pasien ini adalah dengan pemberian Irigasi memakai pantocai dan
irigasi mengunakan RL serta pemeberian obat tetaes yaitu obat Cenfresh 4dd gtt 1
OS. Pasien juga disarankan untuk pemberian kompres dengan air hangat.
Selanjutnya pasien disarankan untuk control ke dokter mata jika keluhan tidak
berkurang dan dapat dievaluasi keberhasilan terapi serta komplikasi dan prognosis
selanjutnya.
28
BAB V
PENUTUP
konjungtiva yang ditandai dengan dilatasi vaskular, infiltrasi seluler, dan eksudasi.
diperantai oleh IgE terhadap allergen yang umumnya disebabkan oleh bahan kimia.
Gejala subjektik meliputi rasa gatal, kasar atau terasa seperti ada benda asing,
folikel yang mengakibatkan perasaan seperti adanya benda asing di dalam mata.
Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan
atau mata berair), pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup).
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan, D., Asbury, T. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Penerbit Buku
2. Kemenkes RI. (2010). 10 Besar Penyakit Rawat Jalan Tahun 2009. Profil
treatment. JAMA.2013;310(6):1721-9.
4. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. External disease and cornea. Italia:
6. Ilyas, S., Yulianti, S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Jakarta : FKUI, 2014.
York, 2007.
treatment. JAMA.2013;310(6):1721-9.
9. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. External disease and cornea. Italia: