Anda di halaman 1dari 9

KARAKTERISTIK ASTAXANTHIN SEBAGAI ANTIOKSIDAN

Leonardo Aisoi

Program Studi Pendidikan Biologi-FKIP, Universitas Cenderawasih Jayapura


E-mail : leon_aisoi@yahoo.com

ABSTRAK

Astaxanthin merupakan karotenoid utama pada organisme akuatik seperti udang, ikan
salmon, dan lobster. Senyawa tersebut mampu mencegah berbagai penyakit degeneratif seperti
kanker, katarak, dan jantung. Hal ini didukung dengan adanya aktivitas oksidatif dan non-oksidatif
sebagai pencegah pembentukan sel yang tidak sehat. Dalam tulisan ini mengulas tentang
karakteristik astaxanthin sebagai antioksidan dalam kaitannya sebagai pencegah penyakit kanker.

Kata kunci : Astaxanthin, manusia, antioksidan kanker

PENDAHULUAN Rantai fitoen pada astaxanthin diawali dan


diakhiri cincin ionon. Astaxanthin termasuk
Astaxanthin merupakan karotenoid
dalam golongan xantofil karena memiliki
utama pada organisme aquatik seperti udang,
oksigen pada cincin ionon. Gugus hidroksi
kepiting, ikan salmon, dan lobster. Pada
dan keto memungkinkan astaxanthin
beberapa organisme tersebut diketahui bahwa
mengalami esterifikasi dan menjadikannya
astaxanthin memiliki fungsi biologis yang
lebih polar, serta memiliki aktifitas
esensial yaitu pigmentasi, perlindungan
antioksidan yang lebih besar daripada
terhadap efek sinar UV, perlindungan
karotenoid lain.
terhadap oksidasi asam lemak esensial tubuh,
berhubungan dengan respon sistem imun,
komunikasi, dan reproduksi (Lorenz dan
Cysewski, 2000).
Seperti karotenoid pada umumnya,
astaxanthin (3,3’-dihidroksi-β, β-karoten-
4,4’-dion) tersusun atas 40 atom karbon Gambar. 1. Astaxantin (3,3’-dihidroksi-β -
terhubung dengan ikatan tunggal dan rangkap β-karoten-4,4’-dion)
yang membentuk rantai fitoen. Struktur ini Di alam astaxanthin ditemukan terkonjugasi
sangat berguna pada saat transfer dan disipasi dengan protein, seperti pada ikan salmon dan
energi serta memberi karakter warna khusus.

43 | N o v a e G u i n e a J u r n a l B i o l o g i 7 ( 1 ) 2 0 1 6
kepiting, atau teresterifikasi dengan satu atau astaxanthin sebagai antioksidan dalam
dua asam lemak, sehingga mengakibatkan kaitanya dengan pencegahan penyakit kanker
molekul astaxanthin lebih stabil. Tidak
seperti β-karoten, astaxanthin tidak memiliki METABOLISME ASTAXANTHIN
aktifitas pro-vitamin A. Hewan tidak mampu Sumber astaxanthin hampir
mensintesis astaxanthin atau mengkonversi semuanya terdapat pada hewan aquatik,
astaxanthin menjadi vitamin A, sehingga seperti ikan salmon, ikan air tawar dan air laut
harus didapatkan dari makanan (Jyonouchi, yang berwarna merah, udang, kepiting dan
et al., 1995; Dore, 2004; Lorenz dan lobster, serta mikroalga Puvialis
Cysewski, 2000). haematococcus, yang merupakan mikroalga
Sering kita mendengar, astaxanthin yang kaya akan astaxanthin. Tabel 1
mempunyai aktivitas antioksidan ampuh menunjukan beberapa jenis organisme
yang dapat membantu mempertahankan aquatik yang mengandung astaxanthin,
kesehatan tubuh dari radikal bebas (Lorenz, disajikan beserta jumlahnya.
2000). Radikal bebas adalah molekul yang
kehilangan elektron, sehingga molekul Tabel 1. Kandungan Astaxanthin pada
tersebut menjadi tidak stabil dan selalu beberapa organisme aquatik

berusaha mengambil elektron dari molekul Sumber alami Konsentasi


astaxanthin astaxanthin
atau sel lain (William J. B., et al., 1994).
(ppm)
Radikal bebas dapat dihasilkan dari hasil Ikan Salmon 5
metabolisme tubuh dan faktor eksternal Plankton 60
Krill 120
seperti asap rokok, hasil penyinaran ultra Arctikc 1200
ungu, zat kimiawi dalam makanan dan Phaffia 8000
Puvialis
polutan lain. Penyakit yang disebabkan oleh haematococcus 40.000
radikal bebas bersifat kronis, yaitu penyakit (Sumber :
http://www.algatech.com/index.htm)
tersebut memerlukan waktu bertahun-tahun
untuk menjadi nyata (Tuminah S., 2000). Berbagai studi telah dilakukan untuk

Dengan demikian penyakit degenaratif mengetahui tahapan metabolisme karotenoid

seperti kencing manis, jantung dan kanker pada mamalia. Sebuah penelitian dilakukan

tidak dapat dihindari lagi. Dalam makalah ini dengan hewan ujian tikus untuk mengetahui

akan dijelaskan bagaimana karakteristik absorbsi elusi astaxanthin dalam minyak

44 | N o v a e G u i n e a J u r n a l B i o l o g i 7 ( 1 ) 2 0 1 6
zaitun (5, 10, 15, dan 20 μmol/l) ditemukan dibawah oleh LDL dan lipoprotein densiti
sebanyak 20% berada di dalam kelenjar getah tinggi (high density lipoproteins atau HDL)
bening (Clark et al., 2000). Dari beberapa (Guerin, et al., 2003).
studi dengan menggunakan tikus untuk Proses penyerapan astaxanthin di dalam
mengetahui efek suplementasi 300 mg/kg tubuh terjadi sama dengan pada saat kita
karotenoid terhadap hati, ginjal, paru-paru, mengkonsumsi senyawa lipopilik lainnya,
dan usus halus. Diketahui bahwa astaxanthin misalnya mekanisme pencernaan dan
merupakan penginduksi enzim yang penyerapan bixin maupun klorofil, setelah
memetabolisme senyawa xenobiotik pada melewati proses pencernaan pada mulut,
ginjal dan paru-paru (Gradelet et al., 1996; akan diserap oleh usus dan selanjutnya
Jewell dan O’Brien, 1999). diangkut ke dalam darah melalui sistem
Studi lain yang dilakukan Fuji kimia limfatik (Lee et al., 2004). Pendistribusian
dengan mendeteksi astaxanthin di dalam astaxanthin ke dalam jaringan tubuh,
darah, dan dapat mencapai konsentrasi terutama melalui LDL.
maksimum 210-230 mg/ml. Menariknya dia
menemukan bahwa satu dosis tunggal 50 mg POTENSI ASTAXANTHIN
astaxanthin atau 12 mg per hari, menunjukan
Berikut ini adalah potensi astaxanthin dalam
konsentrasi puncak serupah pada darah. Studi
mencegah kanker dan berbagai penyakit
yang cukup menarik dilakukan oleh Osterlie
degenaratif.
at al., (2000). dengan memberikan dosis 100
o Dalam berbagai penelitian menunjukkan
mg astaxanthin kepada manusia, dan
astaxanthin memiliki aktifitas antikanker
membuktikan bahwa keberadaan astaxanthin
pada mamalia (Nishino et al., 2002; Hix
di dalam plasma darah yang di bawah oleh
et al., 2005). Beberapa studi menunjukan
lipoprotein. Di dalam plasma, karotenoid non
efektifitas astaxanthin dalam melindungi
polar seperti β-karoten, α-karoten, atau
tikus dari karsinogenesis kandung kemih
likopen sebagian besar diangkut oleh
dan mengurangi kejadian karsinoma
lipoprotein densitas rendah (very low density
kandung kemih secara kimiawi (Tanaka
lopoprotein atau VLDL) dan lipoprotein
et al. 1994). Tikus yang diberi karsinogen
densitas rendah (low density lipoproteins
tetapi ditambah dengan astaxanthin
atau LDL), sedangkan karotenoid polar
memiliki resiko lebih rendah terkena
seperti zeaxanthin, lutein dan astaxanthin
kanker mulut dibandingkan dengan tikus

45 | N o v a e G u i n e a J u r n a l B i o l o g i 7 ( 1 ) 2 0 1 6
yang hanya diberikan karsinogen. Efek mencegah penyakit kardiofaskuler
perlindungan dari astaxanthin bahkan dengan mekanisme antioksidan
lebih menonjol daripada β-karotene (Iwamoto, et al., 2000).
(Tanaka et al. 1995). o Dalam berbagai penelitian, astaxanthin
o Pada beberapa penelitian dengan terbukti merupakan antioksidan potensial
mengunakan hewan uji diketahui bahwa yang dapat membantu mempertahankan
astaxanthin memiliki pengaruh secara kesehatan tubuh. Astaxanthin melindungi
nyata pada sistem imun. Meskipun tidak sel dari oksidasi dengan mekanisme
memiliki aktifitas pro vitamin A, meredam singlet oksigen kemudian
astaxanthin terbukti meningkatkan melepaskan energi dalam bentuk panas,
respon imun antitumor dengan dan menetralkan radikal bebas yang
menghambat peroksidasi lipid yang selanjutnya mencegah dan menghentikan
diinduksi oleh stres oksidatif (Kurihara et reaksi oksidasi (Lorenz, 2000).
al., 2002). Sebuah penelitian baru-baru o Paparan langsung terhadap jaringan dan
ini tentang penggunaan darah manusia lipid, terutama sinar UV dapat
secara in vitro membuktikan bahwa menghasilkan singlet oksigen dan radikal
astaxanthin meningkatkan produksi bebas yang bersifat fotooksidatif dan
imunoglobulin sebagai respon terhadap berbahaya bagi jaringan dan lipid (Park
stimulus polikronal (Jyonouchi et al., P.K., 2005 dalam Guerin et al., 2003).
1995). Dari hasil analisis beberapa jenis pigmen
o Astaxanthin mengurangi tingkat LDL karotenoid menunjukan bahwa
teroksidasi (LDLox) secara signifikan astaxanthin lebih efektif dalam mencegah
dalam studi konsumsi makanan yang fotooksidatif lipid dibandingkan
mengandung astaxanthin (Iwamoto et al., astaxanthin sintetik, β-karoten, dan
2000). LDL terokdidasi memainkan lutein.
peranan penting dalam patogenesis o Studi yang dilakukan dengan
arteriosklerosis yang merupakan menggunakan tikus manunjukan bahwa
ganguguan yang mendasari penyebab astaxanthin dapat melewati sawar darah
serangan jantung dan stroke (Heller et al., (blood brain barrier), yaitu suatu lapisan
1998). Beberapa penelitian telah yang menyerupai ubin yang rapat terdiri
membuktikan bahwa astaxanthin atas sel yang disebut sel astrosit dan sel

46 | N o v a e G u i n e a J u r n a l B i o l o g i 7 ( 1 ) 2 0 1 6
endotel yang membuat perisai biologis normal yang terjadi melalui reaksi yang
dan dapat menjadi antioksidan yang langsung memutuskan ikatan atau melalui
mencegah oksidasi di daerah tersebut tranfer elektron (Halliwel, 1995).
(Tso dan Lam, 1996). Dengan Radikal bebas lazimnya hanya
kemampuan tersebut, astaxanthin dapat bersifat sebagai perantara yang bisa dengan
digunakan untuk menangani berbagai cepat diubah menjadi substansi yang tidak
penyakit neurodegenaratif. lagi membahayakan bagi tubuh. Namun,
apabila radikal bebas bertemu dengan enzim
RADIKAL BEBAS atau asam lemak tak jenuh ganda, maka
Radikal bebas adalah molekul yang merupakan awal dari kerusakan sel.
kehilangan elektron, sehingga molekul Reaksi oksidatif lipid berlangsung
tersebut menjadi tidak stabil dan selalu dalam tiga tahap (Pokorny et al., 2001; Uotila
berusaha mengambil elektron dari molekul J.T. et al., 1994; Schafer F.Q. et al., 2000),
atau sel lain (Zimmerman, 1978; Droge W., yaitu :
2005), yang disimbol dengan ”●”. Beberapa 1. Inisiasi
contoh radikal bebas antara lain : Radikal Suatu radikal lipid terbentuk dari molekul
hidroksil OH●, Radikal superoksida 2O2●, lipid menurut reaksi RH R● +
Radikal nitrat oksida NO●, Radikal lipid H●. Pengurangan atom hidrogen oleh
peroksil LOO●, dan sebagainya (Tuminah spesies reaktif seperti radikal hidroksil
S., 2000; Proctor P.H. et al., 2004; Araujo V. berperan dalam inisiasi oksidasi lipid.
et al., 1999) 2. Propagasi
Radikal bebas dapat dihasilkan dari
Radikal lipid diubah menjadi radikal lipid
hasil metabolisme tubuh dan faktor eksternal
yang berbeda. Reaksi ini umumnya
seperti asap rokok, hasil penyinaran ultra
melibatkan pengurangan atom H dari
violet, zat kimiawi dalam makanan, dan
molekul lipid aau penambahan atom
polutan lain. Penyakit yang disebabkan oleh
oksigen radikal alkil.
radikal bebas bersifat kronis, yaitu penyakit
tersebut membutuhkan waktu bertahun-tahun R● + O2 ROO●
untuk menjadi nyata (Tuminah S., 2000; ROO● + RH ROOH + R●
Anonim, 2001). Reaksi pembentukan radikal
bebas merupakan mekanisme biokimia tubuh

47 | N o v a e G u i n e a J u r n a l B i o l o g i 7 ( 1 ) 2 0 1 6
3. Terminasi perlindungan terhadap fotooksidasi oleh sinar
ultra violet (UV), inflamasi, kanker, penuaan,
Radikal bebas bergabung untuk
dan penyakit yang terkait dengan usia.
membentuk molekul dengan elektron
Peningkatan respon sistem imun, fungsi hati
berpasangan.
dan jantung, kesehatan mata, persendian, dan
ROO● + ROO● ROOR + O2 prostat (Guerin et al., 2003)

ROO● + R● ROOR Sebagai antioksidan, astaxanthin


mampu meredam spesies oksigen reaktif
R● + R● RR
sehingga mengurangi oksidatif pada lipid
Keterangan : R = radikal lipid, H = (termasuk membran dan lipoprotein), protein
hidrogen, O : oksigen
dan DNA (Heber dan Lu, 2006). Penambahan
astaxanthin pada lipida dapat menghambat
AKTIVITAS ASTAXANTHIN atau mencegah reaksi oksidasi. Reaksi
tersebut stabil dan tidak mempunyai cukup
Astaxanthin telah terbukti merupakan
energi untuk bereaksi dengan molekul lipida
antioksidan paling kuat melalui dua
lain dalam membentuk radikal lipida baru
experimen in vivo yang berbeda. Penelitian
(Pokorny et al., 2001) :
yang dilakukan oleh Shimadzu et al.,
menunjukan astaxanthin 505 kali lebih kuat
daripada vitamin E, 11 kali lebih kuat dari β- Inisiasi : R● + astaxantin H RH +
astaxanthin●
karoten, dan hampir 3 kali lebih kuat
dibandingkan lutein, dalam meredam singlet Radikal Lipida

oksigen. Pada penelitian ke dua yang Propagasi : ROO● + astaxanthin H


dilakukan Borlongan et al (1996), terbukti ROOH + astaxanthin●

bahwa astaxanthin 14 hingga 60 kali lebih Mekanisme terpenting adalah reaksi antara
kuat daripada antioksidan yang lain. antioksidan dengan radikal bebas (Gordon,
Berdasarkan kedua metode pengujian 1990). Astaxanthin bereaksi dengan radikal
tersebut terbukti bahwa astaxanthin bebas peroksil atau hidroksil yang terbentuk
merupakan antioksidan yang paling kuat. dari hidroperoksida yang berasal dari lipid,
Aktifitas antioksidan astaxanthin sehingga tidak lagi berbahaya bagi tubuh.
diyakini merupakan mekanisme utama dari Dengan demikian Kandungan radikal bebas
aktivitas antioksidan lainnya seperti dapat dikurangi.

48 | N o v a e G u i n e a J u r n a l B i o l o g i 7 ( 1 ) 2 0 1 6
KESIMPULAN Droge W. 2005. Free radicals in the
physiological control of cell function.
Dengan penelitian yang begitu banyak telah Physiol Rev. 82;2002:47-95.
dilakukan, pengetahuan tentang astaxanthin Gordon, M.H. 1990. The mechanism of
antioxydants action in vitro. Di dalam
banyak ditingkatkan. Hal ini membantu
B.J.F. Hudson, editor. Foot
dalam mengembangkan berbagai strategi Antioxydants. Elsivier Applied
Science, Londong.
untuk melakukan pencegahan dalam
mengatasi berbagai penyakit degeneratif Guerin, M., Mark E. Huntley, and Miguel
Olaizola. 2003. Haematococcus
termasuk juga kanker. astaxanthin: applications for human
health and nutrition. Trends In
DAFTAR PUSTAKA Biotechnology Vol.21 No.5 May.

Anonim, 2001. Halliwell, B. 1995. Oxygen radical, nitric


http://www.adipedia.com/pengertian- oxide and human inflammantory joints
radikal-bebas-dan-antioksidan/#more- disease. Annals of the Rheumatic
7116 (Diakses pada tanggal 25 Diseases, 54,505-510.
September 2017).
Heber D. and Lu Q.Y. 2002. Overview of
Araujo V, Arnal C, Boronat M. 1999. mechanisms of action of lokopen. Exp
Oxidant-anti oxidant imbalance in Biol Med (Maywood). 227(10):920-3
blood of children with juvenile
rheumatoid arthritis. Bio Factor. Heller, F R, Descamops O, and Hondekijn
8;1998:155-59. JC. 1998. LDL oxidation : therapeutic
perpectives. Atherosclerosis; 137:S25-
Borlongan, C. V., Kanning, K., Poulos, S. G., 31
Freeman, T. B., Cahill, D. W., dan
Sanberg, P.R. 1996. Free radical Hix L. M., Frey D. A., McLaws M. D.,
damage and oxidative stress in Osterlie M., Lockwood S. .F., and
Huntington's disease. J. Fla. Med. Bertram J.S. 2005. Inhibition of
Assoc., 83(5):335-341. chemically-induced neoplastic
transformation by a novel tetrasodium
Clark R. M., Yao L., She L, Furr H. C. 2000. diphosphate astaxanthin derivative.,
A comparison of lycopene and Carcinogenesis.http://www.algatech.c
astaxanthin absorption from corn oil om/index.htm Diakses pada tanggal 1
and olive oil emulsions., Lipids., Oktober 2017.
35(7):803-6.
Iwamoto .T, Hosoda K., Hirano R., Kurata
Dore, John E. 2004. Astaxanthin and Cancer H., Matsumoto A., Miki W.,
Chemoprevention. Dalam Debasis Kamiyama M., Itakura H., Yamamoto
Bagchi dan Harry Preuss (ed.). S., Kondo K. 2000. Inhibition of low-
Phytopharmaceutical in Cancer density lipoprotein oxidation by
Chemoprevention. astaxanthin., J Atheroscler
http://books.google.co.id/ Thromb.;7(4):216-22.

49 | N o v a e G u i n e a J u r n a l B i o l o g i 7 ( 1 ) 2 0 1 6
Jewell C., and O'Brien N. M. 1999. Effect of chemoprevention., Cancer Metastasis
dietary supplementation with Rev.21(3-4):257-64
carotenoids on xenobiotic metabolizing
enzymes in the liver, lung, kidney and Osterlie M., Bjerkeng B., Liaen-Jensen S.
small intestine of the rat., Br J Nutr., 2000. Plasma appearance and
81(3):235-42. distribution of astaxanthin E/Z and R/S
isomers in plasma lipoproteins of men
Jyonouchi, H. Sun S., and Gross M. 1995. after single dose administration of
Effect of carotenoids on in vitro astaxanthin., J. Nutr Biochem.,
immunoglobulin production by human 11(10):482-90.
peripheral blood mononuclear cells:
astaxanthin, a carotenoid without Pokorny, J., Yanishlieva, N. and Gordon, M.,
vitamin A activity, enhances in vitro 2001. Antioxidants in Food, Practical
immunoglobulin production in Applications, 1-123, Wood Publishing
response to a T-dependent stimulant Limited. Cambridge, England.
and antigen. Nutr. Cancer 23, 171–183.
Proctor PH, Reynolds ES. 2004. Free
Kurihara H., Koda H., Asami S., Kiso Y., and
radicals and disease in man. Physiol
Tanaka T. 2002. Contribution of the
Chem Phys Med. 16;1984:175-95.
antioxidative property of astaxanthin to
its protective effect on the promotion of Schafer FQ, Yue Qian S, Buettner GR. 2000.
cancer metastasis in mice treated with Iron and free radical oxidations in cell
restraint stress., Life Sci., membranes. Cell Mol Biol. 2000;
70(21):2509-20. 46(3):657-62.
Lee W., Hellsten A., Jacobsson L.S.,
Blomqvist H.M., Olsson A. G., and Tanaka T., Morishita Y., Suzui M., Kojima
Yuan X. M. 2004. Alpha-tocopherol T., Okumura A., and Mori H. 1994.
and astaxanthin decrease macrophage Chemoprevention of mouse urinary
infiltration, apoptosis and vulnerability bladder carcinogenesis by the
in atheroma of hyperlipidaemic naturally occurring carotenoid
rabbits., J Mol Cell Cardiol.;37(5):969- astaxanthin., Carcinogenesis.
78. 15(1):15-9.

Lorenz, R. Todd. 2000. Astaxanthin, Tanaka T., Kawamori T., Ohnishi M., Makita
Nature’s Super Carotenoid. H., Mori H., Satoh K., and Hara A.
TM 1995. Suppression of azoxymethane-
BioAstin Technical Bulletin #062.
induced rat colon carcinogenesis by
Lorenz, R.T. and Cysewski, G.R. 2000. dietary administration of naturally
Commercial potential for occurring xanthophylls astaxanthin
Haematococcus microalgae as a and canthaxanthin during the
natural source of astaxanthin. Trends postinitiation phase., Carcinogenesis.
Biotechnol. 18, 160–167 16(12):2957-63.
Nishino H., Murakosh M., Ii T., Takemura Tso, M. O. M., and Lam, T. T. 1996. Method
M., Kuchide M., Kanazawa M., Mou of retarding and ameliorating central
X. Y., Wada S., Masuda M., Ohsaka nervous system and eye damage. U. S.
Y., Yogosawa S, Satomi Y., and Jinno Patent # 5,527,533.
K. 2002. Carotenoids in cancer

50 | N o v a e G u i n e a J u r n a l B i o l o g i 7 ( 1 ) 2 0 1 6
Tuminah S., 2000. Radikal Bebas dan William J. B., Jun-Yao Li, M.D., Philip R.
Antioksidan kaitanya dengan nutrisi Taylor, M.D., Sc.D. Bing Li. 1994.The
dan penyakit kronis. DepKes RI. Effect of Vitamin E and Beta Carotene
Jakarta. on the Incidence of Lung Cancer and
Other Cancers in Male Smokers. New
Uotila JT, Kirkkola AL, Rorarius M, Tuimala England Journal of Medicine (NEJM).
RJ, Metsa-Ketela T. The total peroxyl vol 330 (15) Apr. 14,1994. vol 330 (15)
radical-trapping ability of plasma and 14 April 1994. pp 1029-1035. pp 1029-
cerebrospinal fluid in normal and 1035.
preeclamptic parturients. Free Rad Zimmerman, H.J. 1978. Hepatotoxicity,
Biol Med 1994; 16(5):581-90. Appleton-Century-Crofts, New York.
230-32.

51 | N o v a e G u i n e a J u r n a l B i o l o g i 7 ( 1 ) 2 0 1 6

Anda mungkin juga menyukai