Anda di halaman 1dari 4

DIAGNOSIS OSTEOSARCOMA:

Ditegakkan berdasarkan anamnesis (usia umumnya muda, adanya keluham nyeri),


pemeriksaan fisik (lok alisasi, besar tumor), dan pemeriksaan penunjang.

-Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat ditemukan tanda dan gejala, antar lain:
 Nyeri lokal yang semakin progresif ( yang awalnya ringan dan intermiten namun lama
kelam aan menjadi semakin hebat dan menetap) 
 Massa (pada ekstremitas yang membesar dengan cepat, nyeri pada penekanan dan
venektasi) 
 Edema jaringan lunak ( ± ) 
 
 Fraktur patologis dapat terjadi pada 5 - 10% pasien osteosarkoma  
 Keterbatasan gerak (range of motion ) 
  
 Penurunan berat badan 
  
 Anemia 
 
 
 

-Pemeriksaan Penunjang 

1. Radiografi konvensional
Merupakan pemeriksaan radiologi pertama pada kasus - kasus o steosarkoma.
 Osteosarkoma konvensional menunjukkan lesi litik moth eaten atau permeatif, lesi blastik,
destruksi korteks, reaksi periosteal tipe agresif (segi tiga Codman, sunburst, hair on end ),
massa jaringan lunak, dan formasi matriks (osteoid maupun c ampuran osteoid dan
khondroid). 
 
 Osteosarkoma parosteal menunjukkan massa eksofitik berlobulasi dengan kalsifikasi
sentral berdensitas tinggi, berlokasi di dekat tulang, kadang disertai gambaran string sign .
Osteosarkoma periosteal memperlihatkan massa jaringan lunak dengan reaksi peri osteal
perpendikuler, erosi kortikal, dan penebalan korteks. 
 High grade surface osteosarcoma
menunjukkan ossifikasi
berdensitas tinggi, reaksi periosteal, erosi dan penebalan korteks. Dapat juga ditemukan
invasi intramedular.
 Osteosarkoma telangiektatik memperlihatkan lesi litik geografik ekspansil asimetrik, tepi
sklerotik minimal dan destruksi korteks yang menunjukkan pola pertumbuhan 
agresif. Dapat ditemukan fraktur patologik dan matriks osteoid minimal.
 Small cell osteosarcoma memperlihatkan lesi li tik permeatif, destruksi korteks, massa
jaringan lunak, reaksi periosteal, serta kalsifikasi matriks osteoid. 
 Low grade central osteosarcoma memperlihatkan lesi litik destruktif ekspansil, disrupsi
korteks, massa jaringan lunak  dan reaksi periosteal.

Pasca kemoterapi, radiografi konvensional dapat digunakan untuk menilai pengurangan


ukuran massa, penambahan ossifikasi, dan pembentukan peripheral bony shell. 
 Foto x -
ray thorax proyeksi
AP/PA, untuk melihat adanya metastasis paru dengan ukuran yang cukup besar,
2. Computed Tomography (CT) Scan
Ct - scan dapat berguna untuk memperlihatkan detil lesi pada tulang kompleks dan
mendeteksi matriks ossifikasi minimal . Selain itu dapat digunakan untuk mendeteksi
metastasis paru. Kegunaan lain dari CT scan adalah tuntunan biopsi tulang (CT guided bone
biopsy). CT scan thoraks berguna untuk mengidentifikasi adanya metastasis mikro pada paru
dan organ thoraks.

3. Magneti c Resonance Imaging (MRI)


MRI merupakan modalitas terpilih untuk evaluasi ekstensi lokal tumor dan membantu
menentukan manajemen bedah yang paling sesuai. 
 MRI dapat menilai perluasan massa
ke intramedular (ekstensi longitudinal, keterlibatan epifisis, skip lesion), perluasan massa ke
jaringan lunak sekitarnya dan intraartikular, serta keterlibatan struktur neurovaskular.
Pemberian kontras gadolinium dapat memperlihatkan vaskularisasi lesi, invasi vaskular, dan
area kistik atau nekrotik. Pasca kemoterapi, MRI digunakan untuk menilai ekstensi massa
dan penambahan komponen nekrotik intramassa. Dynamic MRI juga dapat digunakan untuk
menilai respon pasca ke moterapi.

4. Kedokteran Nuklir
Bone scintigraphy digunakan untuk menunjukkan suatu skip metastasis atau suatu
osteosarkoma multisentrik dan penyakit sistemik

5. Biopsi
Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan menggunakan biopsi jarum halus ( fine need le
aspiration biopsy - FNAB) atau dengan core biopsy bila hasil FNAB inkonklusif. FNAB
mempunyai ketepatan diagnosis antara 70 - 90%.

Penilaian skor Huvos untuk mengevaluasi secara histologis respons kemoterapi


neoadjuvant. Pemeriksaan ini memerlukan minimal 20 coupe . 
 Penilaian dilakukan secara
semi kuantitatif dengan membanding kan luasnya area nekrosis terhadap sisa tumor yang
riabel :
1. Grade 1 : sedikit atau tidak ada nekrosis (0 - 50%)
2. Grade 2 : nekrosis>50 - <90 % 

3. Grade 3 : nekrosis 90 - 99 % 

4. Grade 4 : nekros is 100 %
Penilaian batas sayatan diperoleh dari jaringan intramedulari segmen tulang proksimal.

GRADING OSTEOSARCOMA:
Sistem Klasifikasi Stadium MSTS (Enneking)
• IA : derajat keganasan rendah, lokasi intrakompartemen, tanpa metastasis 

• IB : derajat keganasan rendah, lokasi ekstrakompartemen, tanpa metastasis
• IIA : derajat keganasan tinggi, lokasi intrakompartemen, tanpa metastasis
• IIB : derajat keganasan tinggi, lokasi ekstrakompartemen, tanpa metastasis
• III : ditemukan adanya metastasis

Sistem Klasifikasi AJCC edisi ke 7


• IA derajat keganasan rendah, ukuran ≤ 8 

• IB derajat keganasan rendah, ukuran > 8 atau adanya 
 diskontinuitas
• IIA derajat keganasan tinggi, ukuran ≤ 8 

• IIB derajat keganasan tinggi, ukuran > 8 

• III derajat keganasan tinggi, adanya diskontinuitas
• IVA metastasis paru 

• IVB metastasis lain 


TATALAKSANA RHABDOMYOSARCOMA:
1.Tumor Primer

a. Tumor yang resektabel


Dilakukan pembedahan radikal pada tumor yang resektabel dengan syarat : tumor dapat diangkat
semua dan batas sayatan bebas sel tumor ganas.
Terdapat 2 macam prosedur pembedahan yaitu :

Eksisi luas lokal : untuk G1 dan tumor masih terlokalisir


Eksisi luas radikal : untuk G3 dan tumor sudah menyebar regional/KGB

Jika diperlukan dapat diberikan terapi kombinasi yaitu : pembedahan + radioterapi/kemoterapi. Untuk
mencegah mikrometastasis : pembedahan + radiasi + kemoterapi

b. Tumor yang in-operabel : radiasi + kemoterapi

2.Tumor yang rekuren (kambuh)

Pembedahan yang tidak adekuat dan manipulasi tumor pada saat pembedahan merupakan penyebab
timbulnya rekuren lokal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :

 - Evaluasi kembali derajat keganasan dengan melakukan biopsy insisional


 - Nilai kembali ekstensi tumor dalam mempertimbangkan re-eksisi tumor untuk tujuan
kuratif

KLASIFIKASI SARKOMA EWING’S:

Menurut lokalisasi, Ewing’s sarcoma dibagi atas 4 stadium, yaitu : 15

 Stadium 1 : sel kanker ditemukan di mata, kepala dan/atau leher, atau dekat organ
seks (kelamin) dan kandung kemih.
 Stadium 2 : sel kanker terletak di satu tempat (selain stadium 1), lebih kecil dari 2
inchi, dan belum menyebar ke kelenjar limfa.
 Stadium 3 : sel kanker terletak di satu tempat (selain stadium 1), lebih besar dari 2
inchi, dan telah menyeb ar ke kelenjar limfa di dekat sel kanker.
 Stadium 4 : sel kanker telah menyebar dan ditemukan di lebih dari satu tempat ketika
pertama sekali penyakit ini didiagnosa.
 Recurrent : sel kanker timbul kembali (rekuren) setelah penyakit disembuhkan.
Penyakit in i dapat timbul di tempat dimana ia pertama sekali timbul maupun di
tempat lain.

MANIFESTASI EWING:

1. Nyeri atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadisemakin parah pada
malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit).
2. Fraktur patologik (patah tulang).
3. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yangterbatas.
4. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanyapelebaran vena.
5. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, beratbadan menurun dan
malaise.

KOMPLIKASI EWING :
1. Akibat langsung : patah tulang.
2. Akibat tidak langsung : penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh.
3. Akibat pengobatan : gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada
kemoterapi.

TATALAKSANA EWING:
1. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan
sel kanker. Metode kemoterapi paling umum digunakan sebagai salah satu medote
pengobatan kanker sarkoma ewing. Kemoterapi dilakukan dengan menginjeksikan obat -
obatan kimia yang menargetkan dan menghancurkan sel kanker secara berkala.

2. Radioterapi
Terapi radiasi atau radioterapi adalah pengobatan kanker yang sering pada peng obatan
kanker sarkoma ewing. Cara kerjanya adalah dengan menggunakan sinar X energi tinggi
untuk menghancurkan dan membunuh sel kanker. Radiasi dapat diberikan melalui alat radiasi
eksternal ataupun alat radiasi yang dipasang di dalam tubuh.

3. Pembedahan
Sekitar 60% pasien menjalani beberapa jenis pembedahan untuk mengobati kanker.
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sel-sel kanker. Pembedahan juga dikombinasikan
dengan pengobatan kemoterapi atau radiasi sebagai bagian dari keseluruhan rencana
perawatan.

Adi Husada Cancer Center Surabaya Jawa Timur (AHCC) sebagai pusat penanganan kanker
siap mendampingi setiap tahapan pengobatan untuk kanker sarkoma ewing. Apabila
pengobatan pada pasien berhasil mengangkat sel-sel kanker tersebut, dokter spesialis kami
akan tetap melakukan monitoring secara berkala. Hal itu penting untuk dilakukan supaya
dapat memantau kondisi pasien setelah pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai