Anda di halaman 1dari 7

Berjalan menujuku

Namaku Kirana Larasati, temanku biasa memanggilku Ana, Sekarang aku berusia 19 tahun dan sedang
berkuliah semester awal di salah satu universitas negri di Jakarta jurusan arsitektur.

Hari-hariku sebagai mahasiswa cukup menyenangkan, tetapi aku masih belum bisa akrab dengan teman baru di
bangku perkuliahan ini, aku merasa kesepian dan sulit untuk beradaptasi, tetapi tiba-tiba saja ada seseorang
yang menyapaku dengan senyum hangatnya, ia bernama Dina, Dina adalah orang yang menurutku apa adanya
dan sangat baik kepadaku, ia selalu mengikutiku dan membuat hidupku lebih berwarna selama beberapa bulan
belakangan.

Aku dan Dina selalu bersama dan mengerjakan tugas bersama, ia menerimaku apa adanya bahkan
keluarganya juga begitu hangat kepadaku, kami selalu mengerjakan tugas dirumahnya, ia terkadang
menyuruhku untuk mengerjakan tugas dirumahku saja, tetapi aku tidak ingin memperlihatkan suasana rumahku
kepada Dina, aku takut memperlihatkan ayah dan ibuku yang selalu bertengkar bahkan hanya untuk hal
sepeleh.

Ayahku adalah seorang guru disebuah sma negri di kotaku sedangkan ibuku adalah seorang pegawai
disebuah perusahaan swasta, ayahku selalu pulang lebih awal dan menungguku dirumah sedangkan ibuku
harus pulang jam 7 malam karena mempunyai banyak hal yang harus dikerjakaan dikantor. Ayah dan ibuku
selalu bertengkar setiap malam, hal ini karena ayahku berpendapat bahwa ibuku tidak dapat melaksanakan
tugasnya sebagai seorang istri. Malam-malam yang penuh kebisingan selalu menyelimutiku, lemparan benda
kaca selalu saja terdengar, aku hanya dapat menangis dikamar menutup diriku dengan selimut.

Malam-malam yang penuh sesak aku lewati dengan beranjak ketempat tidur dan mengunci kamar, aku berdoa
agar waktu dapat terulang dan orang tuaku tidak pernah bertemu.

Keesokaan harinya....

Aku terbangun disebuah padang rumput, aku melihat sebuah kota yang sangat asing, aku melihat
banyak pepohonan dan jalan yang ramai lancar tanpa macet sedikit pun, aku sangat heran dan mulai ketakutan,
tiba-tiba aku melihat seseorang lewat dihadapanku dengan memakai baju yang menurutku kuno, ia menatapku
dan bertanya kepadaku apakah aku baik-baik saja, aku membalas pertanyaannya dengan sopan dan aku pun
bertanya aku sedang berada dimana, ia hanya berkata bahwa aku ada di Jakarta, aku pun semakin bingung
dengan keanehan ini, aku pun berlari menuju rumahku tetapi aku tidak dapat menemukan rumahku, aku pun
ketakutan dan mencoba mengamati orang-orang disekelilingku yang tampak aneh menurutku.

Aku berjalan menyusuri jalan sampai aku melihat sebuah poster konser band, tetapi aku sangat terkejut
melihat poster itu karena diposter itu tertulis 5 Desember 1999, aku mencoba tenang dan berpikir bahwa poster
itu dibuat oleh orang yang sedang iseng, tiba-tiba ada seorang wanita berjalan kearahku dan mengatakan hal
yang aneh, ia mengatakan bahwa aku saat ini diberikan kesempatan untuk mengubah hidupku, hari ini adalah
hari dimana tepat satu tahun sebelum aku Ningsihhirkan. Aku sangat terkejut dengan apa yang dikatakan wanita
tersebut, setelah mengatakan hal itu tiba-tiba wanita tersebut menghilang bagai ditelan bumi

Aku pun mencoba memastikan perkataan wanita tersebut, aku lalu berlari menuju kerumah nenekku,
disana aku melihat nenekku yang masih sehat, aku menghampirinya dan menanyakan namanya, ia lalu
memberitahukan namanya dan nama yang disebutkannya sangat persis dengan nama ibu dari ibuku, aku pun
memeluknya tetapi ia mendorongko dan mengatakan bahwa aku orang yang aneh. Aku akhirnya pergi dan
mencoba merenung memikirkan perkataan wanita tersebut, aku memikirkan perkataanya yang mengatakan
bahwa aku dapat mengubah hidupku, akhirnya akupun membulatkan tekad untuk membuat orang tuaku bahagia
dengan membuat mereka tidak pernah bertemu selamanya, walapun hal itu pasti akan membuatku menghilang
dari dunia ini karena tidak pernah Ningsihhirkan, meski resiko yang akan aku lalui sangat berat, aku harus
memilih jalan itu untuk membuat orang tuaku bahagia. Tiba-tiba saja wanita yang aku temui tadi muncul
didekatku, aku terkejut melihatnya, ia mengatakan bahwa aku harus mengikutinya kerumahnya, tanpa pikir
panjang akupun mengikutinya kerumahnya.

Rumah wanita tersebut sangatlah mewah dizamannya, rumahnya besar dan banyak benda-benda
cantik yang tidak pernah aku lihat, ia memperkenalkan dirinya sebagai bibi Ningsih, ia mengatakan bahwa
sampai waktuku habis, aku dapat tinggal dirumahnya, ia juga menunjukkan sebuah jam pasir kepadaku, ia
mengatakan bahwa jam pasir itu sebagai penanda waktuku di tahun ini. Aku pun bertanya apakah dia yang
mengirimku kesini, ia hanya mengatakan bahwa ini sudah menjadi takdirku dan ia hanyalah perantara dan juga
sebagai orang yang akan membantuku, aku cukup terkejut dengan perkataannya tetapi mencoba
mempercayainya.

Keesokan harinya, aku pun memulai misiku untuk membuat orang tuaku tidak pernah saling mencintai
dalam hidup mereka, aku pertama-tama mencari keberadaan ayah dan ibuku, aku teringat bahwa ayahku adalah
seorang guru dan pastinya di tahun ini ia sudah mengajar, aku ternyata sangat beruntung karena nama sekolah
tempat ayahku mengajar masih sama dan letaknya pun juga sama, aku bergegas kesekolah tersebut,
sesampainya di sebuah lorong sempit yang menjadi penghubung antara jalan raya dan sekolah, aku melihat ada
segerombolan orang sedang berkelahi, aku mengira itu adalah tawuran antar warga yang berada disekitar situ,
aku pun berusaha untuk menjauh, tetapi tiba-tiba saja aku melihat seorang pria tergeletak di dekat lokasi
tawuran, aku sangat kasihan melihatnya, aku sebenarnya tidak ingin menolongnya tetapi aku melihatnya tampak
merintih kesakitan, aku menghampirinya dan menariknya ketempat yang aman, aku mencoba mengajaknya
berbicara tetapi ia hanya memberikan respon seadanya, aku pun lalu menelpon ambulance tetapi katanya
ambulance baru dapat sampai sekitar 20 menit dikarenakan lokasi yang jauh dari rumah sakit, aku bingung
harus melakukan apa hingga akhirnya aku berlalu menuju apotek dan membeli beberapa obat pereda rasa sakit
dan perban untuk luka, aku memberikannya pertolongan pertama sampai ambulance pun tiba, pada saat ia
diangkat ke ambulance ia tiba-tiba menggenggam tanganku sangat erat, aku mencoba melepaskannya tetapi
tidak bisa, petugas ambulance pun menyuruhku untuk ikut kerumah sakit, aku tidak punya pilihan lalu ikut
kerumah sakit

Sesampainya dirumah sakit, ia akhirnya melepaskan genggaman tangannya dan kehilangan


kesadaran, aku yang begitu kasihan melihatnya memutuskan untuk merawatnya sampai walinya datang, kata
dokter dia tidak memiliki luka serius, ia akan sadar dalam beberapa jam kemudian, aku lalu mencoba mencari
tanda pengenalnya tetapi aku tidak menemukan apa-apa. Aku menunggu selama 4 jam dan akhirnya ia sadar,
aku mengajaknya berbicara dan bertanya namanya siapa, ia pun menjawab bahwa namanya adalah Haris, ia
lalu berterima kasih kepadaku sudah menolongnya, aku pun menanyakan kondisinya, ia mengatakan bahwa ia
sudah baik-baik saja, aku sangat lega mengdengarnya dan aku pun mengatakan kepadanya untuk pamit pulang
kerumah, pada saat aku beranjak pergi ia lalu memegang tanganku dan menanyakan namaku, aku pun
mengatakan bahwa namaku lili, aku mengatakan nama palsu karena aku percaya bahwa pertemuanku
dengannya hanya sekedar pertemuan biasa. Setelah mendengar namaku ia sedikit tersenyum dan melepaskan
tanganku, aku lalu berlari meninggalkan rumah sakit menuju rumah bibi Ningsih.

Dirumah bibi Ningsih, aku bertanya kepada bibi Ningsih bagaimana cara agar aku dapat lebih dekat
dengan ayah dan ibuku, bibi Ningsih pun memberikan saran bahwa aku harus menjadi anak SMA dimana
ayahku mengajar, aku pun setuju dengan ide bibi Ningsih tetapi aku tidak tahu harus melakukan apa untuk
menyiapkan hal tersebut, tetapi bibi Ningsih yang baik hati mengatakan bahwa semua keperluan dia yang akan
mengurusnya.
Keesokan harinya, bibi Ningsih lalu memanggilku dan memperlihatkan sebuah seragam sekolah dan tanda
pengenal, aku sangat senang melihat hal tersebut dan berterima kasih kepada bibi Ningsih, bibi Ningsih
mengatakan bahwa aku akan sekolah 3 hari kedepan, dan dalam 3 hari harus aku gunakan untuk bertemu
ibuku.

Hari ini aku harus bertemu dengan ibuku, aku sempat bingung untuk mencari ibuku, karena ibuku
pernah bercerita kepadaku bahwa ia melanjutkan S2 nya di sebuah universitas negri di tahun 1999 dan tinggal
disebuah rumah kecil untuk hidup mandiri, aku sangat bingung dimana harus mencari ibu, hingga akhirnya aku
memutuskan untuk menunggu ibu di depan kampus, selama satu hari aku menunggu, tidak ada tanda-tanda
bahwa ibuku akan muncul, akhirnya aku memutuskan untuk pulang kerumah, selama diperjalanan aku melihat
Haris dengan tangan yang diikat perban, aku pun berencana untuk berjalan melaluinya tanpa memanggilnya
tetapi ia ternyata ingat denganku dan berlari menuju kearahku, ia memasang wajah senang dengan sedikit
tersenyum, aku yang melihatnya memasang senyum canggung, ia lalu menarik tanganku dan mengajakku
berlari menuju sebuah taman dan ternyata ditaman itu ada sebuah pesta kembang api, ia mengatakan bahwa ia
selama ini mencariku dan ingin membalas budi, dan hal pertama yang ingin dia lakukan adalah menonton
kembang api bersamaku, aku sangat senang dapat melihat kembang api yang begitu indah, tapi aku merasa
agak canggung dengan Haris, aku merasa dia terlalu baik terhadap orang yang baru dikenalnya, aku
mengatakan kepadanya bahwa ia tidak boleh terlalu baik terhadap orang yang baru dikenalnya, tetapi ia
mengatakan bahwa disepanjang hidupnya ia baru menemukan seorang wanita sepertiku, ia sangat bahagia
melihatku, dan ia mengatakan bahwa ia jatuh cinta untuk pertama kalinya denganku. Aku sempat tersipu dengan
ucapannya, aku pun menanyakan usianya, ia lalu mengalihkan pembicaraan seolah tidak ingin menjawab
pertanyaanku, aku lalu mengatakan kepadanya bahwa aku tidak suka pria yang lebih muda dariku, ia lalu
menanyakan usiaku, aku pun mengatakan bahwa usiaku sekarang 19 tahun, ia sedikit terkejut lalu tersenyum
sambil mengatakan bahwa usianya juga 19 tahun. Aku pun mengatakan kepadanya bahwa aku dan dia dapat
bertemu sesuai dengan keinginannya, aku tidak tahu mengapa aku mengatakan hal itu, tetapi aku tahu satu hal
yang pasti bahwa hatiku telah sedikit terbuka untuknya, malam itu kami habiskan dengan senyum dan tawa
bersama.

Selama 2 hari kami selalu bersama, bahkan ia membantuku untuk mencari ibuku, aku pun
memberanikan diri untuk menceritakan kisahku kepadanya, setelah aku menceritakan kisahku ia hanya terdiam
dan sedikit heran tanpa mengatakan apa-apa, ia lalu berkata bahwa ia harus pulang kerumah dan mengajakku
untuk bertemu besok, aku pun merasa marah dengan sikapnya yang seolah tidak mempercayaiku, tapi aku
berusaha untuk bersikap biasa dan melupakan yang terjadi dan tetap fokus ke tujuan awal ku.

Keesokan harinya, akhirnya aku mulai bersekolah di sekolah tempat ayahku mengajar, aku merasa
aneh mengenakan seragam sekolah, hal ini karena aku sudah hampir satu tahun tidak mengenakan seragam
sekolah, tetapi aku berusaha menahan perasaan risih dan canggung yang aku rasakan demi kebahagiaan
kedua orang tuaku. Sesampainya di sekolah, para guru menyambutku dengan hangat hal ini karena koneksi bibi
Ningsih yang sangat besar, aku lalu di antar kekelas oleh seorang guru, dan ternyata aku saat ini duduk dikelas
2 sma, aku pun teringat bahwa ayahku hanya mengajar dikelas 2, dan inilah sebabnya aku mulai dikelas 2.

Ibu guru pun memperkenalkanku dikelas dan menyuruhku duduk disebuah bangku kosong disudut
belakang, aku heran melihat bangku itu karena bangku itu terdiri dari dua bangku dan harusnya aku mempunyai
teman duduk, aku lalu bertanya kepada siswa didepanku dengan siapa aku duduk sebangku, dia lalu menjawab
bahwa aku duduk dengan anak kepala sekolah yang terkenal pintar namun sangat pendiam dan terkadang
memasang wajah cuek kepada semua orang, tetapi ia terkenal sangat tampan dan banyak yang
mengidolakannya, aku sedikit terkejut dengan hal itu dan berusaha untuk bertukar tempat duduk dengan siswa
lainnya, tetapi tidak ada yang ingin bertukar tempat denganku dikarenakan teman sebangkuku yang hidup
seperti patung ganteng. Aku pun lalu berdoa agar orang tersebut tidak menyusahkanku selama disekolah ini.
Tiba-tiba dari arah belakang ada yang berjalan kearahku dan duduk didekatku, aku pun tidak sengaja bergerak
meninggalkan tempat duduk tanpa melihat wajahnya dan berjalan ke arah wc, setelah keluar dari wc aku pun
lupa dimana arah menuju kelasku, aku pun tersesat dan aku sangat terkejut ketika melihat Haris mengenakan
seragam sekolah, aku lalu berlari kearahnya dan menepuk pundaknya, aku lalu berkata bahwa ia seharusnya
tidak berbohong denganku, ia tampak sangat terkejut melihatku, lalu berkata bahwa aku juga membohonginya
tentang umurku yang 19 tahun, aku pun mengatakan bahwa hal yang kulakukan ini berkaitan dengan cerita yang
kuceritakannya malam itu, ia pun memandangiku sejenak dan mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan
kelasku dan akan mengantarku kekelas.

Sesampainya dikelas Haris lalu duduk dibangku dekatku, aku lalu menyuruhnya pergi sambil sedikit
berteriak dan membuat seisi kelas terkejut, aku lalu terdiam dengan kondisi kelas dan Haris tiba-tiba
mengatakan dengan pelan bahwa ia adalah teman sebangkuku, aku semakin terkejut dengan Haris dan
mengatakan kepadanya bahwa aku dan dia tidak seharusnya dekat, ia sangatlah muda dengan umur 16 tahun
sedangkan umurku 19 tahun, walaupun ia tampak gagah dan lebih tua dari teman sebayanya tetapi menurutku
umur tetaplah yang menentukan hubungan. Setalah mengatakan hal itu Haris tampak memasang wajah sedih
dan membuatku serba salah.

Beberapa jam kemudian, tiba-tiba seorang guru masuk ke kelasku dan ternyata itu adalah ayahku,
orang yang aku tunggu selama ini, aku sangat bahagia bertemu dengannya dan tidak sengaja meneteskan air
mata, Haris memberikanku sebuah tissu dan mengatakan bahwa aku tak seharusnya jatuh cinta dengan
seorang guru, aku tidak memperdulikan omongannya dan terus memandangi ayahku.

Akhirnya tiba waktunya pulang sekolah, aku pun berlari keluar kelas menuju parkiran dan menunggu
ayahku pulang, sesampainya diparkiran aku lalu melihat motor ayahku yang masih tampak baru, aku sangat
senang melihat hal tersebut karena di tahun 2019 motor itu sudah menjadi bahan rongsokan. Tiba-tiba ayahku
pun datang dari arah belakang dan menegurku, ia lalu mengatakan alasan aku berada ditempat parkir dan
mengapa aku masih belum pulang, ia pun mengajakku untuk pulang bersama, aku sangat senang mendengar
hal itu dan segera mengiyakan ajakan ayahku, tetapi Haris tiba-tiba muncul entah dari mana dan menarik
tanganku, ia lalu mengancam ayahku untuk tidak mendekatiku karena seorang guru tidak pantas melakukan hal
tersebut, aku yang tercengan mendengar kata-kata tersebut lalu memukul kepala Haris, dan kami pun beradu
mulut, tetapi tiba-tiba ayahku menyelah pembicaraan kami dan mengatakan bahwa ia telah memiliki calon istri
bernama Hikma, aku sangat terkejut mendengar hal itu, aku heran mengapa ayahku menyebut nama ibuku
karena ia seharusnya belum bertemu ibuku. Ayahku lalu mengendarai motornya, aku mencoba mengejarnya,
tapi hal itu sia-sia karena aku mengejernya dengan berlari, Haris yang melihatku lalu mengejarku dengan
motornya dan mengajakku pergi bersama mengikuti ayahku, aku yang tidak pikir panjang lalu naik ke motornya.

Aku tiba disebuah rumah kecil, dan disana aku melihat ayah dan ibuku yang tampak seperti seorang
kekasih, aku berjalan ke arah mereka tetapi Haris menghentikanku dan menarikku ke sebuah taman, kami pun
duduk bersama dibangku taman, ia mengatakan kepadaku bahwa ia berusaha mempercayai kata-kataku tetapi
hal itu sangat sulit baginya, aku pun berkata bahwa apa yang harus kulakukan untuk membuatnya percaya, ia
pun lalu menyuruhku menebak calon istrinya, aku pun tertawa dengan pertanyaannya, aku menyadari bahwa
Haris masih berumur 16 tahun dan wajar untuk menanyakan hal tersebut, aku lalu mengatakan bahwa aku tidak
mengetahuinya dan aku tidak pernah bertemu dengannya di tahun 2019, setelah mendengar perkataanku ia lalu
duduk termenung selama beberapa detik, ia lalu berkata kepadaku bahwa ia mempercayai perkataanku karena
aku adalah wanita yang dicintainya, aku sedikit tersenyum mendengar hal itu tetapi mencoba mengabaikannya,
ia bertanya kepadaku mengapa aku tersenyum, aku pun mengatakan bahwa mungkin karena hatiku sudah
hampir sepenuhnya tergerak kearahnya, kami lalu tersenyum bersama.
Haris pun menanyakan alasanku datang ke tahun 1999, aku pun mengatakan kepada Haris untuk
membantuku membuat ayah dan ibuku berpisah, ia lalu menyetujui ajakanku dan berusaha membantuku,
selama beberapa hari aku mengikuti ibuku dan menjelaskan kepadanya bahawa ia tak seharusnya menikahi
ayahku, aku bahkan berubah menjadi seorang peramal hanya untuk membuat ibuku percaya, selama beberapa
hari tersebut aku berhasil membuat ibuku percaya kepadaku, dengan mengatakaan bahwa ia akan mengalami
kesialan jika menikah dengan ayahku, ibuku percaya dan meninggalkan kota untuk mengindari ayahku. Haris
dan aku pun bahagia karena sedikit lagi usahaku selesai, hanya tinggal meyakinkan ayahku, bahwa ibuku tidak
pantas untuknya. Tetapi hal itu sulit karena ayahku sangatlah mencintai ibuku.

Dirumah aku bertanya kepada bibi Ningsih tentang waktuku di tahun 1999, tetapi hal mengejutkan
terucap dari mulut bibi Ningsih, ia mengatakan bahwa waktuku akan berjalan 2 kali lipat lebih cepat jika aku
mengungkapkan sebuah perasaan cinta keseorang pria yang tidak memiliki hubungan darah denganku. Aku
yakin waktuku akan tetap stabil karena aku pasti tidak akan pernah mencintai seorang pria di tahun ini, tetapi
bibi Ningsih memperingatkanku bahwa aku telah jatuh cinta terhadap Haris dan Haris akan merenggut waktuku.
Aku terkejut dengan perkataan bibi Ningsih dan menyadari hal itu.

Keesokan harinya sepulang sekolah aku kembali mengikuti ayahku yang ternyata ia datang kerumah
ibuku, disana ia terus mengetuk pintu rumah ibuku walaupun ia tahu bahwa ibuku sudah tidak ada disana,
ayahku lalu menangis sambil memandangi pintu rumah ibuku, aku sangat sedih melihat ayahku seperti
sekarang. Aku lalu berjalan kesebuah taman tetapi ada hal yang membuatku terkejut, yaitu tubuhku tiba-tiba
transparan secara berkala, dan aku menyadari bahwa rencanaku berhasil dan sudah waktunya untuk aku
menghilang.

Dirumah aku melihat jam pasirku dan menyadari waktuku tinggal 2 hari lagi, aku memutuskan untuk
berpamitan dengan Haris, dan kami pun membuat janji untuk bertemu dipinggir danau belakang sekolah,
Sesampainya didanau aku melihat Haris berpakaian jas tampak seperti seorang pria yang hendak menikah, aku
bertanya alasannya mengenakan pakaian seperti itu, dan ia lalu memasangkan sebuah kalung kepadaku dan
mengutarakan perasaannya dan mengatakan

“Lili saat ini aku memandangimu sebagai seorang wanita yang telah membuatku jatuh cinta untuk pertama
kalinya, aku mencintaimu melebihi kamu mencintai dirimu sendiri, dan sekarang aku ingin kamu menjadi
milikku”.

Mendengar perkataan Haris aku tersenyum kepadanya dan mengatakan

“Haris, sebenarnya namaku bukan lili tetapi Kirana, aku meminta maaf karena berbohong kepadamu, dan juga
walaupun waktuku sudah habis, aku tetap akan mengatakannya, aku sangat mencintaimu Haris”.

Haris pun tersenyum kepadaku tetapi tiba-tiba lama-kelamaan tubuhku menghilang dan tiba-tiba saja
aku berada di rumah bibi Ningsih, bibi Ningsih mengatakan bahwa waktuku masih ada satu jam lagi tetapi
tubuhku terasa berat dan tidak bisa beranjak dari tempat tidur, aku mendengar suara Haris yang memanggilku
didepan pintu rumah, bibi Ningsih pun membukakan pintu untuk Haris dan mengatakan semuanya kepada Haris,
Haris lalu berlari menuju kamarku, ia lalu menangis sambil memegang tanganku, aku hanya meminta maaf
kepadanya dan mengatakan

“Aku harus pergi Haris, maafkan aku, aku mencintaimu tetapi aku tidak bisa melakukan apa-apa, aku berharap
semoga kita dipertemukan kembali”.

Aku melihat sebuah cahaya putih yang sangat terang dan akhirnya tubuhku pun menghilang.
Tetapi aku tiba-tiba tersadar dan aku berada dirumahku di tahun 2019 bersama ayah dan ibuku yang
tampak sangat bahagia, semua berubah total, aku melihat kedua orang tuaku sangat harmonis, aku bingung
bagaimana bisa kedua orang tuaku kembali bersama, tetapi aku sangat bersyukur karena mereka terlihat
tampak sangat bahagia, aku memeluk mereka sambil menitikkan air mata dan meminta maaf, orang tuaku
tampak heran tetapi tetap memberikanku pelukan hangat.

Keesokan harinya aku kembali menjalani aktifitasku sebagai seorang mahasiswa, akupun menceritakan
kisahku kepada Dina tetapi Dina hanya tersenyum dan tak percaya dengan ceritaku.

Ditepi danau belakang kampus aku duduk seorang diri dan mengingat sosok Haris, aku sangat penasaran
bagaimana kabarnya sekarang, aku sangat rindu dengannya, aku bertanya-tanya, apakah ia telah melupakanku
selama 19 tahun ini, apakah ia telah bertemu dengan perempuan yang dia suka, aku pun menangis
mengingatnya, dan berpikir bahwa cinta pertamaku berakhir seperti ini.

Selama beberapa hari aku selalu saja sedih dan membuat Dina khawatir, Dina lalu mengatakan bahwa
jika saja ceritaku benar dan Haris masih hidup apakah Haris mengingatku dan mengapa aku tidak mencoba
menggunakan internet untuk mencari Haris, aku mencoba saran Dina beberapa hari lalu tetapi Haris diinternet
sangat banyak dan aku berpikir bahwa jika Haris masih hidup pasti wajahnya telah berubah.

Selama beberapa hari aku hanya duduk tepi danau belakang kampus untuk menunggu keajaiban
tentang Haris, tetapi tiba-tiba seorang anak SMP datang menghampiriku dan menanyakan jalan keluar kampus,
aku pun menoleh dan melihat wajahnya yang sangat mirip dengan Haris, aku lalu mengucapkan nama Haris
didepannya tetapi pria itu mengatakan dia bukan Haris tetapi namanya adalah Panji. Aku sangat kaget melihat
wajahnya yang begitu mirip dengan Haris, ia lalu meminta tolong kepadaku untuk mengantarnya ke parkiran
untuk bertemu dengan pamannya, aku pun mengantarkannya, selama berjalan bersama kami pun banyak
bercerita, ia mengatakan bahwa aku sangat cantik dan ia ingin aku menjadi istri pamannya, aku pun tertawa
mendengar kepolosan anak yang menyebut dirinya masih kelas 3 SMP.

Sesampainya diparkiran, ia lalu mengucapkan salam perpisahan kepadaku sembari berlari


menghampiri pamannya, aku lalu berbalik dan meninggalkannya.

Aku lalu menceritakan sosok pria yang mirip dengan Haris kepada Dina, tetapi Dina mengatakan bahwa
mungkin saja anak laki-laki itu adalah anak dari Haris, aku yang mendengar perkataan Dina tiba-tiba saja
merasa lemas dan tidak percaya, aku pun mencoba membuktikan hal tersebut dan mencari tahu tentang anak
laki-laki itu

Keesokan harinya aku melihat anak laki-laki itu, aku memanggilnya, dan ia sangat senang melihatku,
aku pun mengajaknya ke mini market di dalam kampus dan membelikannya sebuah es krim, aku lalu
menanyakan nama ayahnya dan aku mendapatkan jawaban yang lucu, karena anak itu ternyata tidak
mengetahui nama lengkap ayahnya, ia hanya memanggil ayahnya dengan sebutan ayah, aku hanya tertawa
mendengar hal itu. Tetapi tiba-tiba saja dia mengatakan kepadaku akan menjodohkanku dengan pamannya, aku
hanya tersenyum kepadanya dan mengatakan bahwa aku tidak bisa menikah dengan sembarangan orang, lalu
ia tiba-tiba saja mengejutkanku dan bertanya kepadaku apakah aku ingin menjadi ibunya, dikarenakan ibunya
telah meninggal disaat umurnya 5 tahun, mendengar hal itu aku tidak tahu apakah harus senang atau sedih
mendengarnya, aku sangat ingin menjadi pendamping Haris karena aku sangat mencintainya, aku lalu
menyuruh Panji memperkenalkanku kepada ayahnya dan ia pun mengajakku kerumahnya.

Sesampainya dirumah Panji, Panji mengajakku melihat isi rumahnya, rumahnya sangat cantik dan ia
juga menunjukkan sebuah rumah tepat didepan rumahnya dan mengatakan itu adalah rumah pamannya, aku
pun berkata kepadanya bahwa rumah pamanya sangat besar, dan ia mengatakan bahwa pamannya hanya
memakai uangnya untuk membangun rumah dan melengkapi semua fasilitas untuk rumah tangganya nanti,
mendengar hal itu aku sangat kagum dengan paman Panji, Panji juga mengatakan bahwa pamannya sangat
aneh dan tidak pernah terbuka tentang kehidupan asmaranya.

Panji memintaku mengajarinya matematika dirumahnya dan aku pun bersedia mengajarnya, tiba-tiba
saja pintu rumah terbuka dan ayah Panji datang, Panji memperkenalkanku kepada ayahnya, tetapi tidak sempat
mengucapkan namanya kepadaku ayahnya lalu mendapat telpon dan bergegas kekamarnya. Aku pun berkata
kepada Panji apakah ayahnya adalah orang yang sibuk dan Panji mengatakan bahwa ayahnya hanya sok sibuk
dan kekayaan ayahnya tidak dapat menandingi kekayaan pamanya sedangkan pamannya tampak santai saja
mengerjakan pekerjaannya, mendengar hal itu aku hanya tertawa dan tidak menyangka Panji adalah anak lelaki
yang sangat polos. Dan beberapa saat kemudian ayah Panji turun untuk menyambutku, ia memberikan
senyuman kepadaku dan berterima kasih telah mengajar anaknya,aku sangat ingin menanyakan namanya tetapi
tidak berani menyela pembicaraan Panji dan ayahnya, aku sangat bingung tetapi aku berusaha untuk
memberanikan diri, tetapi disaat aku ingin mengucapkan sebuah kata, tiba-tiba pintu kembali terbuka dan
ternyata yang datang adalah paman Panji, kami pun saling bertatap muka, aku lalu memberikan senyuman
kepada paman Panji tetapi ia memberikanku wajah yang dingin dan berlalu menuju kamar ayah Panji, aku pun
merasa sangat tidak nyaman dengan situasi sekarang dan memutuskan untuk pulang.

Aku pun kembali ke rumah, pada saat malam hari, aku merasa gelisah dan tidak dapat tidur memikirkan
ayah Panji, aku pun memutuskan untuk pergi menenangkan diri di danau belakang kampus, aku melihat bulan
yang sangat indah, aku lalu memejamkan mataku dan mencoba mengingat tentang Haris. Tetapi tiba-tiba saja
aku mengdengar seseorang berkata kepadaku

“Kamu akan terlihat cantik jika cahaya bulan purnama menyinarimu”.

Aku sangat terkejut mendengar hal itu, karena itu adalah kata-kata yang aku ucapkan kepada Haris, aku
mengatakan pada Haris bahwa aku sangat suka cahaya bulan purnama karena aku terlihat sangat cantik
dibawahnya, aku lalu membuka mata dan melihat paman Panji berdiri disampingku, ia lalu mengatakan
mengapa aku tiba-tiba pulang dari rumah Panji, tetapi akhirnya aku sadar bahwa ia adalah Haris dan
memberikannya pelukan, ia lalu membalas pelukanku dan mengatakan

“Apakah kau telah mengingatku”.

“Ya, aku mengingatmu dengan hatiku”. ucapku

Anda mungkin juga menyukai