Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan


yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara yang tersedia dan teknologi konstruksi.
Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian
manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan
praktek-praktek, arsitektur berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini lah terdapat
proses uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses. Seorang
arsitek saat itu bukanlah seorang figur penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi.
Arsitektur Vernakular lahir dari pendekatan yang demikian dan hingga kini masih
dilakukan di banyak bagian dunia.

Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat rural. Kemudian


timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat
urban. Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan
fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru
seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius
tetap menjadi bagian penting di dalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang,
dan karya tulis mengenai arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut
menjadi kumpulan aturan (kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur
religius. Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau Vaastu
Shastra dari India purba. Di periode Klasik dan Abad Pertengahan Eropa, bangunan
bukanlah hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi asosiasi profesi (guild) dibentuk
oleh para artisan / ahli keterampilan bangunan untuk mengorganisasi proyek.

Pada masa Pencerahan, humaniora dan penekanan terhadap individual menjadi


lebih penting daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur.
Pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual - Michaelangelo,
Brunelleschi, Leonardo da Vinci - dan kultus individu pun dimulai. Namun pada saat itu,
tidak ada pembagian tugas yang jelas antara seniman, arsitek, maupun insinyur atau

1
bidang-bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap ini, seorang seniman pun dapat
merancang jembatan karena penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum.

Munculnya isu-isu lingkungan yang berkembang dewasa ini, sudah selayaknya


kita sebagai penerus bangsa peka terhadap keadaan yang benar-benar terjadi saat ini,
seperti Global Warming, Perubahan Iklim dan bencana-bencana alam lainnya. Di mulai
dengan pemberian pendidikan pengetahuandasar ekologi di harapkan manusia dapat lebih
berhati-hati dalam mengolah isibumi demi keberlangsungan kehidupan di bumi ke
depannya.Studi Kasus yang kami ambil untuk paper 2 ini adalah Green School
Bali,karena berdasarkan pengetahuan dan informasi yang ada Green School
Balimenerapkan desain arsitektur yang memiliki dasar-dasar desain ekologi yangkuat.
Hal ini yang menurut kelompok kami patut untuk di ulas dan di telitidalam paper ini.Di
sini kami mencoba menemukan dan menangkap konsep ekologi yangditerapkan pada
Green School Bali, dan membandingkan dengan konsepekologi yang di terapkan oleh
Ken Yeang dan Heinz Frick pada buku mereka.Apakah konsep mereka ini memiliki suatu
benang merah yang dapatmenghasilkan satu tujuan atau mungkin konsep ekologi Ken
Yeang dan Heinz Frick telah benar-benar di terapkan pada desain arsitektur Green School
Bali.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah kali ini adalah bagaimana
fungsi dalam arsitektur yang dikemukakan oleh Victor Papanek

C. TUJUAN

Untuk mengetahui fungsi dalam arsitektur yang dikemukakan oleh Victor Papanek

2
BAB II
PEMBAHASAN

Victor J. Papanek (22 November 1923, Vienna – 10 January 1998, Lawrence,


Kansas) adalah seorang desainer dan guru yang menjadi pendukung kuat dari desain
sosial dan ekologis bertanggung jawab produk, peralatan, dan infrastruktur masyarakat.
Dia setuju produk manufaktur yang tidak aman, mencolok, kesalahan adaptasi, atau pada
dasarnya tidak berguna. Produknya, tulisan, dan kuliah secara kolektif dianggap sebagai
contoh kepada banyak desainer. Papanek adalah seorang filsuf dari desain dan karena itu
ia adalah seorang yang tak kenal lelah, promotor fasih tujuan desain dan pendekatan yang
akan sensitif terhadap pertimbangan sosial dan ekologi. Dia menulis bahwa "desain telah
menjadi alat yang paling kuat dimana manusia membentuk alat dan lingkungan (dan,
dengan perluasan, masyarakat dan dirinya sendiri).

Menurut Victor Papanek, arsitektur memiliki 6 fungsi sebagai berikut:

3
1. Use (Kegunaan)

a. Kegunaan adalah syarat selanjutnya yang perlu dipenuhi oleh perancangan suatu
produk (karya arsitektur)
b. Setiap hasil rancangan harus ‘menampilkan kinerja’ agar berguna

4
c. Hasil rancangan harus mampu menunjukkan bagaimana pemakai dapat
memakainya
d. Rancangan dapat digunakan sebagai alat, sebagai komunikasi dan sebagai simbol.

2. Method (Metode)

Definisi metode yang dikemukakan oleh Victor J. Papanek adalah dibagi 2 yaitu
Episteme dan Techne. Episteme adalah pengetahuan yang melibatkan daya serap,
imajinasi, dan abstraksi. Sedangkan Techne adalah adalah keteknikan atau
keterampilan bertukang, seperti:
a. Menyangkut perpaduan antara alat, proses dan bahan.
b. Metoda meliputi teknologi dan hasil teknologinya. Teknologi berupa ilmu gaya
dan ilmu bangunan ( pengetahuan mengenai bahan bangunan dan cara
penggunaannya ). Sedangkan hasil teknologi berupa bahan-bahan kayu
bangunan, alat-alat untuk mengolah dan menggunakan bahan-bahan tersebut.
c. Teknologi ini digunakan untuk lebih mempermudah manusia memenuhi
kebutuhannya dan mewujudkan kebutuhan tadi dari bentuk abstrak menjadi
bentuk nyata yaitu benda arsitektur.

5
3. Association (Asosiasi)

Asosiasi menurut Victor Papanek yaitu kemampuan menghubungkan antara


gagasan dengan kemampuan panca-indra dengan menggunakan gambar, bagan, dan
sebagainya.
a. Asosiasi adalah pengetahuan seseorang untuk menafsirkan suatu benda. Suatu
bentuk arsitektur dikatakan memenuhi syarat asosiasi jika bentuk tersebut dapat
dimengerti oleh semua orang dengan satu pengertian.
b. Jangan sampai terjadi misalnya ada suatu bentuk bangunan yang berfungsi
sebagai rumah sakit tetapi orang (masyarakat) mengasosiasikannya pertama kali
(dengan melihat bentuknya) sebagai sebuah pabrik. Jika hal tersebut terjadi, dapat
dikatakan bahwa bangunan tersebut gagal mengekspresikan fungsinya ke dalam
suatu bentuk arsitektur.
c. Tetapi hal tersebut di atas bukan berarti bahwa bentuk arsitektur dibatasi oleh
suatu bentuk tertentu sehingga yang terjadi adalah bentuk yang selalu sama.
d. Keahlian seorang arsitek dilihat dari cara mengekspresikan fungsi bangunan
melalui bentuk sehingga dapat ditafsirkan oleh masyarakat dengan satu
pengertian.

4. Need (Kebutuhan)

6
a. kebubutuhan adalah syarat utama dari suatu hasil rancangan (karya arsitektur)
b. bila kebutuhan tidak terpenuhi maka berarti hasil rancangan tidak berkerja
maksimal dan oleh sebab itu tidak memenuhi fungsi.
c. karya arsitektur dibuat karena adanya hasrat pemenuhan kebutuhan untuk
memenuhi hasrat manusia sebagai mahluk sosial.
d. kebutuhan dasar manusia di mana saja di belahan bumi ini adalah sama, tetapi
kebudayaan mengakibatkan pencerminan kebutuhan tadi ke dalam suatu bentuk
arsitektur menjadi berbeda satu sama lain. Contohnya adalah : Manusia
memerlukan rumah sebagai tempat untuk bernaung terhadap panas, hujan dan
lain-lain tetapi bentuk rumah Jawa berbeda dengan bentuk rumah Toraja
e. sebaliknya juga, kebudayaan mempengaruhi kebutuhan, contohnya adalah : di
Bali banyak terdapat pura tetapi di Jawa banyak terdapat masjid. Hal ini bisa
terjadi karena agama di Bali adalah Hindu Bali sedangkan di Jawa sebagian besar
menganut agama Islam.

5. Talesic (Konsekuensi)

7
a. Setiap hasil rancangan memiliki dampak konsekuensi baik itu terhadap pemakai
maupun lingkungan sekitarnya.
b. Perubahan yang diakibatkan oleh rancangan biasanya menciptakan suatu masalah
baru yang sering tidak terduga
c. sebelumnya.
d. Dari segi pemakai, rancangan yang baik adalah yang mampu mencerminkan
makna sosial dan budaya papda zamannya
e. (produk diciptakan)
f. Dari segi lingkungan rancangan perlu menitikberatkan pada penghematan SDA,
rehabilitasi lingkungan yang rusak akibat munculnya hasil rancangan tersebut.

6. Aesthetic (Estetik)

8
a. Unsur yang berkaitan dengan daya tarik yang dimiliki oleh suatu hasil rancangan.
b. Ketertarikan yang ditangkap oleh panca inda dari pemakai atau pengamat.
c. Kinerja estetik pada suatu rancangan tercapai apabila pemakai/pengamat merasa
tertarik, senang atau menimbulkan keinginan untuk menjaganya atau bangga
memilikinya.
d. Kepastian semakin besar dalam skala pribadi dan semakin kecil dalam skala
umum.

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas mengenai 6 fungsi arsitektur dalam bukunya Design


for the real World, Viktor Papanek menjelaskan ada 6 tata kelola desain. Berikut adalah
kesimpulannya:

1. Metode, yang dibagi 2 yaitu Episteme dan Techne. Episteme adalah pengetahuan
yang melibatkan daya serap, imajinasi, dan abstraksi. Techne adalah keteknikan
atau keterampilan bertukang.
2. Asosiasi yang berarti kemampuan menghubungkan antara gagasan dengan
kemampuan panca-indera dengan menggunakan gambar, bagan, dan sebagainya.
3. Estetika yang berarti ilmu keindahan yang dapat memadukan seluruh unsur
dalam penciptaan karya.
4. Kebutuhan yang berarti sesuatu yang diperlukan untuk membuat karya.
5. Telesis yang berarti fungsi desain yang berusaha mewadahi dimensi sosial dan
budaya pada tempat desain tersebut dibutuhkan dan digunakan.
6. Kegunaan yang berarti fungsi dari sebuah karya

B. SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah di atas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenanya menulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan
di atas.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Victor_Papanek (diakses tanggal 2 Oktober 2019)

Papanek, Victor (1972). Design for the real world; human ecology and social change.
New York: Pantheon Books

Papanek, Victor (1995). The Green Imperative: Natural Design for the Real World. New
York: Thames and Hudson.

https://quizlet.com/id/221036181/teori-desain-victor-papanek-flash-cards/(diakses
tanggal 2 Oktober 2019)

https://www.design-museum.de/en/exhibitions/detailpages/victor-papanek-the-politics-of-
design.html (diakses tanggal 2 Oktober 2019)

11

Anda mungkin juga menyukai