Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kompleksiometri adalah suatu cara untuk penetapan kadar zat – zat
(kation) yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan suatu komplekson.
Prinsipnya adalah pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan
EDTA.(Rusdi,2007)
Titrasi kompleksiometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan
senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat
pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksiometri
adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). (Khopkar,
1990)
Kompleksiometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan
kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya
juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup
luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada
titrasi. (Khopkar, 1990)
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan
titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang
larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah
kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, sebuah anion
atau molekul netral. (Basset, 1994)
Titrasi kompleksiometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks
demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di
atas, dikenal pula kompleksiometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri,
seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. (Khopkar, 1990)
Titrasi kompleksiometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi
dimana reaksi antara bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu
kompleks senyawa. Kompleks senyawa ini dsebut kelat dan terjadi akibat titran
dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri
dari dua komonen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat
yang hendak diamati.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara titrasi titrasi kompleksiometri?
2. Bagaimana cara menghitung dan penentuan kadar konsentrasi EDTA?
I.3 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui langkah pengerjaan titrasi kompleksometri.
2. Dapat menentukan dan menghitung konsentrasi EDTA

I-1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kompleksiometri
Kompleksiometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, sehingga dapat membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-
reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali d
an penerapannya juga banyak tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu
penggantian yang cukup luas tentang kompleks. Pertama-tama akan ditetapkan
pada titrasi. (Alfiyanto,2016)
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan
titrimetrik melibatkan pembentukan (formosi) kompleks atau ion kompleks yang
larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang bermaksud disini adalah
kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah katian, dengan sebuah
anion atau molekul netral.
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan
sejumlah besar ion logam, sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif.
Dalam larutan yang sedikit asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA
tanpa pematahan sempurna komplek logam yang menghasilkan secara spesies.
Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi
dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam
larutan tersebut.
II.2 Titrasi Kompleksiometri
Titrasi kompleksiometri adalah penetapan kadar zat yang berdasarkan
atas pembentukan senyawa kompleks yang larut, yang berawal dari reaksi antara
ion logam/kation (komponen zat uji) dengan zat pembentuk kompleks sebagai
ligan (fentiker). EBT merupakan asam lemah tidak stabil dalam air karena
senyawa organic ini merupakan gugus sulfonat yang mudah terdisosiasi
sempurna dalam air dan mempunyai 2 gugus fenol yang terdisosiasi lambat
dalam air. (Basset,2014)
Titrasi kompleksiometri yang berdasarkan pembentukan persenyawaan
kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksiometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks
membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks atau
yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak
hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang
kompleks, pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Kelebihan titrasi kompleksometri adalah EDTA stabil, mudah larut dan
menunjukkan komposisi kimiawi yang tertantu. Selektivitas kompleks dapat
diatur dengan penegendalian pH misal pada magnesium, krom, kalsium dapat
dititrasi pada pH=11. Etilen diamin asetat (EDTA) sebagai garam natrium
sendiri merupakan standar primer sehingga tidak perlu standarisasi lebih lanjut.
Kompleks yang mudah larut dalam air ditemukan. (Khopkar, 2012)

II-1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II.3 Indikator
Indikator yang dipakai dalam titrasi kompleksiometri adalah indikator
yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator
diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk
memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir dipilih sedekat mungkin
dengan titik ekivalen. Indikator yang digunakan pada titrasi kompleksometri
adalah asam lemah atau basa lemah. Asam lemah dan basa lemah ini umunya
senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang
mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator yang
ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit mungkin,
sehingga indikator tidak mempengaruhi pH larutan, dengan demikian jumlah
titran yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna seminimal mungkin.
Umumnya dua atau tiga tetes larutan indikator 0,1 % (b/v) diperlukan untuk
keperluan titrasi. Dua tetes (0,1 mL) indikator ( 0,1 %) dengan berat formula 100
adalah sama dengan 0,01 ml larutan titran dengan konsentrasi 0,1M.
(Rakugaki,2015).

Tabel II.1 Komponen Indikator Universal


Indikator Warna pada pH Rentang pH Warna pada pH
rendah transisi tinggi
Timol biru (Transisi Merah 1,2 - 2,8 Kuning
Pertama)
Metil Merah Merah 4,4 - 6,2 Kuning
Bromotimol Biru Kuning 6,0 – 7,6 Biru
EBT Merah 7,0 – 11,0 Biru
Fenolftalein Tak Berwarna 8,3 – 10,0 Fuchsia
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Indikator_universal
II.4 Titik Ekivalen
Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan
untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bila pH pada titi ekivalen
antara 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau
basa lemah jika pentitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan
tetapan disosiasi asam lebih besar dari 10. Selama titrasi asam-basa , pH larutan
berubah secara khas. pH berubah secara dratis bila volume titrasinya mencapai
titik ekivalen (Sasongko, 2010)
II.5 MSDS Bahan
1. Aquadest (H2O)
A. Sifat fisika :
a. Massa molar : 18.0153 g/mol
b. Densitas dan fase : 0.998 g/cm³ (cairan pada 20 °C)
c. Titik didih : 100 °C (373.15 K) (212 °F)
B. Sifat kimia :

Laboratorium Kimia Industri II-2


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0o C (32o F) –


100oC, air berwujud cair.Suhu 0o C merupakan titik beku (freezing point)
dan suhu 100o C merupakan titik didih (boiling point) air
(Dhila:2012)
2. Kalsium Karbonat (CaCO3)
A. Sifat fisika :
a. Massa molar : 100.0896 g/mol
b. Densitas dan fase : 2.711 g/cm³ (Padat)
c. Titik didih : Mengurai
B. Sifat kimia :
Senyawa ini biasanya terlihat seperti bubuk putih atau batu. Kalsium
karbonat akan menyengat dan melepaskan karbon dioksida saat kontak
dengan asam kuat, seperti asam klorida.
(Husein:2016)
3. EBT
A. Sifat fisika :
a. Massa molar : 100.0896 g/mol
b. Densitas dan fase : g/cm³ (Padat)
c. Titik didih : -
B. Sifat kimia :
Membentuk senyawa kompleks ketika bereaksi dengan magnesium,
kalsium dan logam ion lainnya.
(Hassan:2015)
4. EDTA
A. Sifat Fisika :
a. Massa molar : 372,24 g/mol
b. Densitas dan fase : 860 g/cm3 (Padat)
c. Titik didih : -
B. Sifat Kimia :
Mudah larut dalam air
(Taufiq:2017)
5. Buffer
A. Sifat Fisika :
a. Massa molar:-
b. Densitas dan fase : - g/cm3 (cair)
c. titik didih : -
B. Sifat Kimia:
Memiliki pH = 10
(Wikipedia:2014)

Laboratorium Kimia Industri II-3


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II.6 Standar Baku Mutu Air


Tabel II.2 Penetapan Kelas Air Sungai/Saluran/Waduk
NO. NAMA SUNGAI/SALURAN/WADUK PENETAPAN
KLASIFIKASI
1. Kali Lamong Kelas IV
2. Kali Sememi Kelas III
3. Kali Kandangan Kelas III
4. Kali Balong Kelas IV
5. Kali Krembangan Kelas IV
6. Kali Anak Kelas IV
7. Kali Greges Kelas IV
8. Kali Darmo Kelas IV
9. Kali Dinoyo Kelas III
10. Kali Bendul Merisi Kelas III
11. Kali Soma Kelas III
12. Kali Medokan Kelas III
13. Kali Wonorejo Kelas IV
14. Kali Rungkut Kelas III
15. Kali Kebonagung Kelas III
16. Saluran Kalibokor Kelas III
17. Saluran Kalidami Kelas III
18. Kali Kepiting Kelas III
19. Kali Pegirikan Kelas IV
20. Saluran Tambak Wedi Kelas III
21. Kali Jeblokan Kelas III
22. Kali Lebak Indah Kelas III
23. Kali Kenjeran Kelas III
24. Waduk Wonorejo Kelas III
25. Waduk Kedurus Kelas III
26. Waduk /Busem Morokrembangan Kelas III
Sumber : Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 02 Tahun 2004

Tabel II.3 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas Air PDAM Surabaya
Kelas
Parameter Satuan Keterangan
I II III IV
1 2 3 4 5 6 7
FISIKA
Temperatur oC Devisi Devisi Devisi Devisi Deviasi temperatur dalam
3 3 3 5 keadaaan alamiahnya
Residu mg/liter 100 100 100 20
terlarut 0 0 0 00
Residu mg/liter 50 50 400 40 Bagi pengolahan air
tersuspensi 0 minum secara
konvensional residu
tersuspensi < 5000
mg/liter

Laboratorium Kimia Industri II-4


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KIMIA ANORGANIK
pH 6-9 6-9 6-9 5-9 Apabila secara alamiah
diluar rentang tersebut,
maka ditentukan
berdasarkan kondisi
alamiahnya
BOD mg/liter 2 3 6 12
COD mg/liter 10 25 50 10
0
DO mg/liter 6 4 3 0 Angka batas minimum
Total mg/liter 0.2 0.2 1 5
fosfat sbg.
P
NO3 sbg. mg/liter 10 10 20 20
N
NH3 – N mg/liter 0.5 (-) (-) (-) Bagi perikanan
kandungan amonia bebas
untuk ikan yang peka <
0,002 mg/liter sebagai
NH3
Arsen mg/liter 0.0 1 1 1
5
Kobalt mg/liter 0.2 0.2 0.2 0.2
Barium mg/liter 1 (-) (-) (-)
Boron mg/liter 1 1 1 1
Selenium mg/liter 0.0 0.0 0.0 0.0
1 5 5 5
Kadmium mg/liter 0.01 0.01 0.01 0.01
Khrom mg/liter 0.05 0.05 0.05 1
(VI)
Tembaga mg/liter 0.02 0.02 0.02 0.2 Bagi pengolahan air
minum secara
konvensional Cu < 1
mg/liter
Besi mg/lite 0.3 (-) (-) (-) Bagi pengolahan air
r minum secara
konvensional Fe< 5
mg/liter
Timbal mg/liter 0.0 0.03 0. 1 Bagi pengolahan air
3 03 minum secara
konvensional Pb <
0,1 mg/liter
Mangan mg/liter 0.1 (-) (-) (-)
Air Raksa mg/liter 0.0 0.00 0. 0.0
01 2 00 05
2
Seng mg/liter 0.0 0.05 0. 2 Bagi pengolahan air
5 05 minum secara
konvensional, Zn
< 5 mg/liter
Khlorida mg/liter 60 (-) (-) (-)
0
Sianida mg/liter 0.0 0.02 0. (-)
2 02
Fluorida mg/liter 0.5 1.5 1. (-)
5
Nitrit sbg. mg/liter 0.0 0.05 0. (-) Bagi pengolahan air

Laboratorium Kimia Industri II-5


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N 5 05 minum secara
konvensional, NO2 -N <
1 mg/liter
Sulfat mg/liter 40 (-) (-) (-)
0
Khlorin mg/liter 0.0 0.03 0. (-) Bagi ABAM tidak
bebas 3 03 dipersyaratkan
Belerang mg/liter 0.0 0.00 0. (-) Bagi pengolahan air
sbg. H2S 02 2 00 minum secara
2 konvensional, S sebagai
H2S < 0.1 mg/liter
MIKROBIOLOGI
- Faecal Jml/100 10 100 20 200 Bagi pengolahan air
Coliform ml. 0 0 00 0 minum secara
- Total Jml/100 10 500 10 100 konvensional, fecal
Coliform ml 00 0 00 00 coliform < 2000 jml/100
0 ml dan Total coliform <
10000 jml/100 ml
RADIOAKTIFITAS
- Gross-A Bq/liter 0.1 0.1 0. 0.1
1
- Gross-B Bq/liter 1 1 1 1
Sumber : Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 02 Tahun 2004

Laboratorium Kimia Industri II-6


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Alat :
1. Batang Pengaduk
2. Botol Semprot
3. Buret
4. Corong Pendek
5. Kertas Timbang
6. Labu Ukur
7. Labu Erlenmeyer
8. Neraca Analisis
9. Pipet Ukur
10. Sendok/ Spatula
11. Statif dan Klem
III.2 Bahan :
1. Air Sumur Jemur Wonosari
2. EDTA
3. Indikator EBT
4. Larutan Buffer pH 10
5. CaCO₃
6. Air PDAM Deles
7. Air kapur
III.3 Prosedur Percobaan
III.3.1 Pembuatan Larutan Baku EDTA 0,05 N 250 mL
1. Menimbang 4,65 gram C10H12O8N2.2H2O (EDTA) (p.a)
2. Melarutkan dengan aquadest hingga homogen.
3. Memindahkan larutan ke dalam labu ukur hingga batas miniskus.
4. Mengocok larutan hingga homogen dan memberi label pada larutan EDTA
0,05 N
III.3.2 Pembuatan Larutan CaCO₃
1. Menimbang 1,179 gram Na2EDTA dan 780 mg MgSO4.7H2O dalam 50 mL
aquadest
2. Melarutkan 16,9 NH4Cl dalam 143 mL NH4OH (Bj = x gr/mL)
3. Mengencerkan dengan aquades hingga volume 250 mL dan mengocok
larutan hingga homogen.
III.3.3 Standarisasi Larutan Baku EDTA 0,05 N dengan Kalsium Karbonat
(CaCO3) 0,05 N
1. Menimbang 0,25 gram Kalsium Karbonat
2. Melarutkan padatan Kalsium Karbonat dengan aquadest hingga homogen.
3. Memindahkan larutan ke dalam labu ukur hingga batas miniskus.

III-1
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

4. Mengocok larutan hingga homogen dan memberi label larutan Kalsium


Karbonat 0,05 N.
5. Memipet Larutan Kalsium Karbonat 0,05 N sebanyak 10 mL sebagai volume
tugas, masukkan ke dalam Erlenmeyer.
6. Menambahkan ± 3 tetes indikator Erichrome Black-T ke dalam Erlenmeyer.
7. Menitrasikan dengan Na2EDTA yang telah ditentukan Normalitasnya secara
pasti hingga tercapai titik ekuivalen titrasi.
8. Catat volume titrasi larutan Na2EDTA. Dan ulangi proses 5-8 sebanyak dua
kali.
III.3.4 Penentuan kadar sampel dengan titrasi Kompleksiometri
1. Memipet 10 ml larutan sampel. (Sesuaikan dengan variabel yang diberikan,
bisa diencerkan bisa saja tidak)
2. Memindahkan ke dalam erlenmeyer sebanyak x ml larutan sampel sebagai
volume tugas.
3. Menambahkan ± 3 tetes indikator Erichrome Black-T.
4. Menitrasikan dengan EDTA yang telah ditentukan Normalitasnya telah
ditentukan secara pasti hingga tercapai titik ekuivalen titrasi.
5. Catat volume titrasi larutan EDTA. Dan ulangi proses 5-8 sebanyak dua kali.

Laboratorium Kimia Industri III-2


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

III.4 Diagram Alir Percobaan


III.4.1 Pembuatan indikator EBT

Mulai

Menimbang 0,4 gram


EBT

Dilarutkan dalam 100 ml


methanol

Homogenkan lalu
beri label

Selesai

III.4.2 Pembuatan larutan CaCO3

Mulai

Menimbang 0,25 gram


CaCO3

Dilarutkan dalam 100 mL


aquadest

Homogenkan lalu
beri label

Selesai

Laboratorium Kimia Industri III-3


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

III.4.3 Pembuatan larutan EDTA

Mulai

Menimbang 0,465 gram


EDTA

Dilarutkan dalam 250 mL


aquadest

Homogenkan lalu
beri label

Selesai

III.4.4 Standarisasi CaCO3 dengan EDTA

Mulai

EDTA di Buret &


CaCO3 di Erlenmeyer

Berikan Indikator EBT ke dalam


Larutan CaCO3 10 mL

Titrasi Hingga Mencapai


Titik Ekivalen

Selesai

Laboratorium Kimia Industri III-4


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

III.4.5 Standarisasi Air RO dengan EDTA

Mulai

EDTA di Buret & Air


RO di Erlenmeyer

Berikan Indikator EBT ke dalam


Air RO 10 mL

Titrasi Hingga Mencapai


Titik Ekivalen

Selesai

III.4.6 Standarisasi Air Sumur Jemur Wonosari dengan EDTA

Mulai

EDTA di Buret & Air


Sumur di Erlenmeyer

Berikan Indikator EBT ke dalam


Air Sumur 10 mL

Titrasi Hingga Mencapai


Titik Ekivalen

Selesai

Laboratorium Kimia Industri III-5


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

III.4.7 Standarisasi Air PDAM Deles dengan EDTA

Mulai

EDTA di Buret & Air


PDAM Deles di
Erlenmeyer

Berikan Indikator EBT ke dalam


Air PDAM Deles 10 mL

Titrasi Hingga Mencapai


Titik Ekivalen

Selesai

III.4.8 Standarisasi Air Rekayasa dengan EDTA

Mulai

EDTA di Buret & Air


Rekayasa di Erlenmeyer

Berikan Indikator EBT ke dalam


Air Rekayasa 10 mL

Titrasi Hingga Mencapai


Titik Ekivalen

Selesai

Laboratorium Kimia Industri III-6


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

III.5 Gambar Alat

Buret Corong Erlenmeyer

Gelas Ukur Kaca Arloji Labu Ukur

Pengaduk Kaca Pipet Tetes


Statif dan Klem

Laboratorium Kimia Industri III-7


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Percobaan


Tabel IV.1 Penentuan Kadar CaCO3 0,05 N dengan EDTA 0,05 N
Percobaan ke Volume Konsentrasi Volume Konsentrasi
CaCO3 CaCO3 EDTA EDTA
1 10 ml 0,05 N 0,3 ml 0,05 N
2 10 ml 0,05 N 0,5 ml 0,05 N

Tabel IV.2 Penentuan Kadar Air Sumur Jemur Wonosari


Percobaan ke Volume Air Konsentrasi Volume Konsentrasi
Sumur Air Sumur EDTA EDTA
1 10 ml 0,05 N 0,6 ml 0,05 N
2 10 ml 0,05 N 0,3 ml 0,05 N

Tabel IV.3 Penentuan Kadar Air RO


Percobaan ke Volume Air Konsentrasi Volume Konsentrasi
RO Air RO EDTA EDTA
1 10 ml 0,05 N 0,1 ml 0,05 N
2 10 ml 0,05 N 0,1 ml 0,05 N

Tabel IV.4 Penentuan Kadar Air PDAM Deles


Percobaan ke Volume Air Konsentrasi Volume Konsentrasi
PDAM Air PDAM EDTA EDTA
1 10 ml 0,05 N 0,6 ml 0,05 N
2 10 ml 0,05 N 0,7 ml 0,05 N

Tabel IV.5 Penentuan Kadar Air Rekayasa


Percobaan ke Volume Air Konsentrasi Volume Konsentrasi
Rekayasa Air Rekayasa EDTA EDTA
1 10 ml 0,05 N 0,4 ml 0,05 N
2 10 ml 0,05 N 0,3 ml 0,05 N

IV.2 Pembahasan
Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui proses standarisasi CaCO3
dan EDTA. Lalu untuk mengetahui kadar dari Mg2+ dalam sampel dengan cara
metode kompleksometri. Lalu, untuk mengetahui proses penentuan kadar Ca2+
dalam sampel dengan cara menggunakan metode kompleksometri
Titrasi adalah salah satu metode kimia yang bertujuan untuk menentukan
konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan

IV-1
BAB 4 HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

tersebut terhadap sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah


diketahui. Larutan yang digunakan yaitu larutan standar primer dan larutan
standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan yang telah diketahui
konsentrasinya melalui penimbangan. Sedangkan larutan sekunder adalah
larutan yang diketahui konsentrasinya dari proses pencampuran. (Basset,2014)
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa
kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat
pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri
adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA).
Tabel 4.1.1, merupakan tabel hasil standarisasi EDTA dengan CaCO3.
Pada standarisasi EDTA dengan CaCO3 ini kami menggunakan EDTA dengan
konsentrasi 0,05 N dan CaCO3 0,05 N. Dari percobaan tersebut kami
mendapatkan data volume EDTA yang digunakan selama dua kali percobaan
yaitu 0,3 ml, dan 0,5 ml air. Dari standarisasi tersebut didapati rata-rata volume
EDTA yang digunakan adalah 0,4 ml dan konsentrasi larutan adalah 0,05 M.
Tabel 4.1.2, merupakan tabel hasil standarisasi EDTA dengan Air
Sumur. Pada standarisasi EDTA dengan Air Sumur ini kami menggunakan
EDTA dengan konsentrasi 0,05 N dan Air Sumur 0,05 N. Dari percobaan
tersebut kami mendapatkan data volume EDTA yang digunakan selama dua kali
percobaan yaitu 0,6 ml, dan 0,3 ml air. Dari standarisasi tersebut didapati rata-
rata volume EDTA yang digunakan adalah 0,45 ml dan konsentrasi larutan
adalah 0,05 M.
Tabel 4.1.3, merupakan tabel hasil standarisasi EDTA dengan Air RO.
Pada standarisasi EDTA dengan Air RO ini kami menggunakan EDTA dengan
konsentrasi 0,05 N dan Air RO 0,05 N. Dari percobaan tersebut kami
mendapatkan data volume EDTA yang digunakan selama dua kali percobaan
yaitu 0,1 ml, dan 0,1 ml air. Dari standarisasi tersebut didapati rata-rata volume
EDTA yang digunakan adalah 0,1 ml dan konsentrasi larutan adalah 0,05 M.
Tabel 4.1.4, merupakan tabel hasil standarisasi EDTA dengan Air
PDAM. Pada standarisasi EDTA dengan Air PDAM ini kami menggunakan
EDTA dengan konsentrasi 0,05 N dan Air PDAM 0,05 N. Dari percobaan
tersebut kami mendapatkan data volume EDTA yang digunakan selama dua kali
percobaan yaitu 0,6 ml, dan 0,7 ml air. Dari standarisasi tersebut didapati rata-
rata volume EDTA yang digunakan adalah 0,65 ml dan konsentrasi larutan
adalah 0,05 M.
Tabel 4.1.5, merupakan tabel hasil standarisasi EDTA dengan Air
Rekayasa. Pada standarisasi EDTA dengan Air Rekayasa ini kami menggunakan
EDTA dengan konsentrasi 0,05 N dan Air Rekayasa 0,05 N. Dari percobaan
tersebut kami mendapatkan data volume EDTA yang digunakan selama dua kali
percobaan yaitu 0,4 ml, dan 0,3 ml air. Dari standarisasi tersebut didapati rata-
rata volume EDTA yang digunakan adalah 0,35 ml dan konsentrasi larutan
adalah 0,05 M.

Laboratorium Kimia Industri IV-2


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
BAB 4 HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

Gambar IV.1 Hasil Standarisasi EDTA dengan CaCO3

Laboratorium Kimia Industri IV-3


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum yang telah kami laksanakan tentang
materi Kompleksometri adalah sebagai berikut :
1. Setelah praktikum terlaksana kami dapat mengetahui dalam
standarisasi EDTA dengan CaCO3 10 mL dibutuhkan titrasi
sebanyak 0,4 mL 0,05 N EDTA
2. Setelah praktikum terlaksana kami dapat mengetahui dalam
standarisasi EDTA dengan Air RO 10 mL dibutuhkan titrasi
sebanyak 0,1 mL 0,05 N EDTA
3. Setelah praktikum terlaksana kami dapat mengetahui dalam
standarisasi EDTA dengan Air Sumur 10 mL dibutuhkan titrasi
sebanyak 0,45 mL 0,05 N EDTA
4. Setelah praktikum terlaksana kami dapat mengetahui dalam
standarisasi EDTA dengan Air PDAM 10 mL dibutuhkan titrasi
sebanyak 0,65 mL 0,05 N EDTA
5. Setelah praktikum terlaksana kami dapat mengetahui dalam
standarisasi EDTA dengan Air Rekayasa 10 mL dibutuhkan
titrasi sebanyak 0,35 mL 0,05 N EDTA

V.2 Saran
Saran penulis adalah agar lebih berhati – hati lagi dalam
penggunaan alat– alat yang ada di laboratorium dan lebih bersabar juga
lebih teliti dalam melakukan penitrasian karena akan sangat berpengaruh
pada hasil akhir titrasi.

V-1
APENDIKS
1. Pembuatan larutan EDTA 0,05 N 250 mL
N= M x ∑ekivalen

0,05 = M x 1
M =0,05

0,05 mol
 0,05 M =
1L
 Dalam 1 Liter larutan EDTA terdapat 0,05 mol.
 Dalam 250 cc larutan EDTA terdapat 0,00125 mol.
g
 0,05 M EDTA = mengandung 0,00125 mol x 372
mol
= 4,65g
 Larutan EDTA 0,05 N 250 mL membutuhkan 4,65 g larutan
EDTA
2. Pembuatan larutan CaCO3 0,05 N 100 ml
CaCO₃→Ca2++CO32-
N= M x ∑ekivalen

0,05 = M x 2
M =0,025
0,025 mol
 0,025 M =
1L
 Dalam 1 Liter larutan CaCO₃ terdapat 0,025 mol.
 Dalam 100 cc larutan CaCO₃ terdapat 0,0025 mol.
g
 0,05 M CaCO₃ = mengandung 0,0025 mol x 100
mol
= 0,25 g
 Larutan CaCO₃ 0,05 N 250 mL membutuhkan 4,65 g larutan
CaCO₃
3. Pembuatan 400 ppm air rekayasa
400 𝑚𝑔
400 ppm = 1𝐿
 Dalam 1 Liter air rekayasa terdapat 400 mg.
 Dalam 100 cc air rekayasa terdapat 40 mg.
 40 mg = 0,04 g

vi
4. Standarisasi Larutan EDTA dengan CaCO₃
Volume EDTA yang diperlukan untuk mentitrasi CaCO₃

Percobaan ke- Volume


1. 0,3 ml
2. 0,5 ml
Rata-rata = 0,4 ml

Pengenceran
NEDTA x VEDTA = N CaCO₃ x VCaCO₃

M x e x VEDTA = M x e VCaCO3

MxexV MxexV
=
M x 1 x 0,4 0,05 M x 2 x 10 ml
M x 1 x 0,4 = 0,05 M x 2 x 10 m
M = 1,25

5. Kadar larutan EDTA dan Air Rekayasa


Volume EDTA yang diperlukan untuk air rekayasa

Percobaan ke- Volume


1. 0,4 ml
2. 0,3 ml
Rata-rata = 0,35 ml
Pengenceran
NEDTA x VEDTA = N Air Rekayasa x VAir Rekayasa

M x e x VEDTA = M x e VAir Rekayasa

MxexV MxexV
=
0,05 M x 1 x 0,35 M x 1 x 10 ml
0,05 M x 1 x 0,35 = M x 1 x 10 m
M = 1,75.10-3

NAir Rekayasa = M Ek
𝑁
M=
∈𝐸𝑘
0,00175 𝑁
M=
2
𝑀𝑜𝑙
= 0,000875
𝐿
Massa = mol x MrCaCO3
𝑀𝑜𝑙 𝑔
= 0,000875 x 100
𝐿 𝑚𝑜𝑙
=87,5 ppm

6. Kadar larutan EDTA dan Air PDAM Deles


Volume EDTA yang diperlukan untuk air PDAM Deles

Percobaan ke- Volume


1. 0,6 ml
2. 0,7 ml
Rata-rata = 0,65 ml
Pengenceran
NEDTA x VEDTA = N Air Rekayasa x VAir Rekayasa

M x e x VEDTA = M x e VAir Rekayasa

MxexV MxexV
=
0,05 M x 1 x 0,65 M x 1 x 10 ml
0,05 M x 1 x 0,65 = M x 1 x 10 m
M = 3,25.10-3

NAir PDAM = M Ek
𝑁
M=
∈𝐸𝑘
0,00325 𝑁
M=
2
𝑀𝑜𝑙
= 0,001625
𝐿
Massa = mol x MrCaCO3
𝑀𝑜𝑙 𝑔
= 0,001625 x 100
𝐿 𝑚𝑜𝑙
= 162,5 ppm

7. Kadar larutan EDTA dan Air Sumur Jemur Wonosari


Volume EDTA yang diperlukan untuk Air Sumur Jemur
Wonosari

Percobaan ke- Volume


1. 0,6 ml
2. 0,3 ml
Rata-rata = 0,45 ml
Pengenceran
NEDTA x VEDTA = N Air Sumur x VAir Sumur

M x e x VEDTA = M x e VAir Rekayasa

MxexV MxexV
=
0,05 M x 1 x 0,45 M x 1 x 10 ml
0,05 M x 1 x 0,45 = M x 1 x 10 m
M = 2,25.10-3

NAir sumur = M Ek
𝑁
M=
∈𝐸𝑘
0,00225 𝑁
M=
2
𝑀𝑜𝑙
= 0,001125
𝐿
Massa = mol x MrCaCO3
𝑀𝑜𝑙 𝑔
= 0,001125 x 100
𝐿 𝑚𝑜𝑙
= 112,5 ppm

8. Kadar larutan EDTA dan Air RO


Volume EDTA yang diperlukan untuk Air RO

Percobaan ke- Volume


1. 0,1 ml
2. 0,1 ml
Rata-rata = 0,1 ml
Pengenceran
NEDTA x VEDTA = N Air Sumur x VAir Sumur

M x e x VEDTA = M x e VAir Rekayasa

MxexV MxexV
=
0,05 M x 1 x 0,45 M x 1 x 10 ml
0,05 M x 1 x 0,1 = M x 1 x 10 m
M = 5.10-4
NAir PDAM = M Ek
𝑁
M=
∈𝐸𝑘
0,0005 𝑁
M=
2
𝑀𝑜𝑙
= 0,000025
𝐿
Massa = mol x MrCaCO3
𝑀𝑜𝑙 𝑔
= 0,000025 x 100
𝐿 𝑚𝑜𝑙
= 2,5 ppm
ABSTRAK
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kadar CaCO3, dan kadar sampel sampel
air. Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Air RO, Air Sumur, Air PDAM, Air
Rekayasa, EDTA, Larutan CaCO3, aquadest, dan indikator EBT.
Metodologi kompleksometri menggunakan titrasi.Pada percobaan ini hal-hal yang perlu
dilakukan adalah penyiapan larutan EDTA 0,05 N dan standarisasi larutan EDTA dengan
CaCO3, penentuan kadar sampel air pada EDTA.
Dari percobaan tersebut kadar dari Sampel air yang telah ditemukan setelah dititrasi
dengan EDTA adalah 0,35 mL(Air Rekayasa), 0,45 mL(Air Sumur), 0,65 mL(Air PDAM), dan
0,1 mL(Air RO) .

Kata kunci: Kompleksometri, Titrasi, Kadar.

i
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Komponen Indikator Universal..................................................................II-2
Tabel II.2 Penetapan Kelas Air Sungai/Saluran/Waduk.............................................II-5
Tabel II.3 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas Air PDAM Surabaya......................II-5
Tabel IV.1 Hasil Kompleksometri CaCO3 0,05 N dengan EDTA 0,05 N..................IV-1
Tabel IV.2 Hasil Kompleksometri Air Sumur Wonosari dengan EDTA...................IV-1
Tabel IV.3 Hasil Kompleksometri Air RO dengan EDTA.........................................IV-1
Tabel IV.4 Hasil Kompleksometri Air PDAM Deles dengan EDTA.........................IV-1
Tabel IV.5 Hasil Kompleksometri Air Rekayasa dengan EDTA...............................IV-1

iv
DOKUMENTASI

Penimbangan CaCO3 0,25 gram Proses pengenceran CaCO3 Larutan CaCO3 0,05 N

Larutan EDTA 0,05 N Larutan Air Sumur Larutan Air RO

Limbah yang dihasilkan


Penuangan larutan ke buret
DAFTAR NOTASI
No Simbol Keterangan Satuan
1 M Molaritas mol/L
2 Mr Massa molekul relatif g/mol
3 M molalitas mol/Kg
4 N Normalitas grek/L
5 N Jumlah zat mol
6 𝜌 Massa jenis Kg/L
7 ppm Bagian per 1 Juta mg/L

vii
DAFTAR PUSTAKA

(2007). The Chemical Ag-Chemical Dictionary-Chemical Terms , 14.ISBN 1-4067-


5758-6. diakses pada tanggal 09 Oktober 2019.

Charles, K. (1980). Ilmu Kimia untuk Universitas,Edisi VI , 422, Erlangga, Jakarta.


diakses pada tanggal 09 Oktober 2019.

Muchtaridi, S. J. (2006). KIMIA . diakses pada tanggal 09 Oktober 2019.

Watson, D. G. (2005). Pharmaceutical Analysis,2e , Oxford:Elsevier Limited. diakses


pada tanggal 09 Oktober 2019.

Sifat Kimia Fisika:www.digilib.its.com diakses pada tanggal 09 Oktober 2019.

Sintoyo,Kompleksometri:https://www.academia.edu/32308979/BAB_VIII_KOMPLEK
SOMETRI . diakses pada tanggal 09 Oktober 2019.

Wikipedia.(2018)Indikator Universal https://id.wikipedia.org/wiki/Indikator_universal


. Diakses pada tanggal 09 Oktober 2019.

http://digilib.unila.ac.id/1150/4/BAB%20II.pdf. diakses pada tanggal 09 Oktober 2019.

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK........................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang...........................................................................................................I-1
I.2 Rumusan Masalah......................................................................................................I-1
I.3 Tujuan Percobaan......................................................................................................I-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kompleksometri.....................................................................................................II-1
II.2 Titrasi Kompleksometri..........................................................................................II-1
II.3 Indikator.................................................................................................................II-2
II.4 Titik Ekivalen.........................................................................................................II-2
II.5 MSDS Bahan…......................................................................................................II-2
II.6 Standar Baku Mutu Air..........................................................................................II-4
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Alat.......................................................................................................................III-1
III.2 Bahan....................................................................................................................III-1
III.3 Prosedur Percobaan..............................................................................................III-1
III.4 Diagram Alir Percobaan.......................................................................................III-3
III.5 Gambar Alat.........................................................................................................III-7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan...................................................................................................IV-1
IV.2 Pembahasan.........................................................................................................IV-1
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan.............................................................................................................V-1
V.2 Saran.......................................................................................................................V-1
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................v
APENDIKS.....................................................................................................................vi
DAFTAR NOTASI........................................................................................................vii
Lampiran : - Laporan Sementara
- Lembar Revisi
- Dokumentasi Praktikum

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar IV.1 Hasil Kompleksometri.........................................................................IV-3

iii

Anda mungkin juga menyukai