PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kompleksiometri adalah suatu cara untuk penetapan kadar zat – zat
(kation) yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan suatu komplekson.
Prinsipnya adalah pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan
EDTA.(Rusdi,2007)
Titrasi kompleksiometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan
senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat
pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksiometri
adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). (Khopkar,
1990)
Kompleksiometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan
kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya
juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup
luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada
titrasi. (Khopkar, 1990)
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan
titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang
larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah
kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, sebuah anion
atau molekul netral. (Basset, 1994)
Titrasi kompleksiometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks
demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di
atas, dikenal pula kompleksiometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri,
seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. (Khopkar, 1990)
Titrasi kompleksiometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi
dimana reaksi antara bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu
kompleks senyawa. Kompleks senyawa ini dsebut kelat dan terjadi akibat titran
dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri
dari dua komonen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat
yang hendak diamati.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara titrasi titrasi kompleksiometri?
2. Bagaimana cara menghitung dan penentuan kadar konsentrasi EDTA?
I.3 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui langkah pengerjaan titrasi kompleksometri.
2. Dapat menentukan dan menghitung konsentrasi EDTA
I-1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kompleksiometri
Kompleksiometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, sehingga dapat membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-
reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali d
an penerapannya juga banyak tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu
penggantian yang cukup luas tentang kompleks. Pertama-tama akan ditetapkan
pada titrasi. (Alfiyanto,2016)
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan
titrimetrik melibatkan pembentukan (formosi) kompleks atau ion kompleks yang
larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang bermaksud disini adalah
kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah katian, dengan sebuah
anion atau molekul netral.
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan
sejumlah besar ion logam, sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif.
Dalam larutan yang sedikit asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA
tanpa pematahan sempurna komplek logam yang menghasilkan secara spesies.
Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi
dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam
larutan tersebut.
II.2 Titrasi Kompleksiometri
Titrasi kompleksiometri adalah penetapan kadar zat yang berdasarkan
atas pembentukan senyawa kompleks yang larut, yang berawal dari reaksi antara
ion logam/kation (komponen zat uji) dengan zat pembentuk kompleks sebagai
ligan (fentiker). EBT merupakan asam lemah tidak stabil dalam air karena
senyawa organic ini merupakan gugus sulfonat yang mudah terdisosiasi
sempurna dalam air dan mempunyai 2 gugus fenol yang terdisosiasi lambat
dalam air. (Basset,2014)
Titrasi kompleksiometri yang berdasarkan pembentukan persenyawaan
kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksiometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks
membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks atau
yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak
hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang
kompleks, pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Kelebihan titrasi kompleksometri adalah EDTA stabil, mudah larut dan
menunjukkan komposisi kimiawi yang tertantu. Selektivitas kompleks dapat
diatur dengan penegendalian pH misal pada magnesium, krom, kalsium dapat
dititrasi pada pH=11. Etilen diamin asetat (EDTA) sebagai garam natrium
sendiri merupakan standar primer sehingga tidak perlu standarisasi lebih lanjut.
Kompleks yang mudah larut dalam air ditemukan. (Khopkar, 2012)
II-1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
II.3 Indikator
Indikator yang dipakai dalam titrasi kompleksiometri adalah indikator
yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator
diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk
memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir dipilih sedekat mungkin
dengan titik ekivalen. Indikator yang digunakan pada titrasi kompleksometri
adalah asam lemah atau basa lemah. Asam lemah dan basa lemah ini umunya
senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang
mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator yang
ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit mungkin,
sehingga indikator tidak mempengaruhi pH larutan, dengan demikian jumlah
titran yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna seminimal mungkin.
Umumnya dua atau tiga tetes larutan indikator 0,1 % (b/v) diperlukan untuk
keperluan titrasi. Dua tetes (0,1 mL) indikator ( 0,1 %) dengan berat formula 100
adalah sama dengan 0,01 ml larutan titran dengan konsentrasi 0,1M.
(Rakugaki,2015).
Tabel II.3 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas Air PDAM Surabaya
Kelas
Parameter Satuan Keterangan
I II III IV
1 2 3 4 5 6 7
FISIKA
Temperatur oC Devisi Devisi Devisi Devisi Deviasi temperatur dalam
3 3 3 5 keadaaan alamiahnya
Residu mg/liter 100 100 100 20
terlarut 0 0 0 00
Residu mg/liter 50 50 400 40 Bagi pengolahan air
tersuspensi 0 minum secara
konvensional residu
tersuspensi < 5000
mg/liter
KIMIA ANORGANIK
pH 6-9 6-9 6-9 5-9 Apabila secara alamiah
diluar rentang tersebut,
maka ditentukan
berdasarkan kondisi
alamiahnya
BOD mg/liter 2 3 6 12
COD mg/liter 10 25 50 10
0
DO mg/liter 6 4 3 0 Angka batas minimum
Total mg/liter 0.2 0.2 1 5
fosfat sbg.
P
NO3 sbg. mg/liter 10 10 20 20
N
NH3 – N mg/liter 0.5 (-) (-) (-) Bagi perikanan
kandungan amonia bebas
untuk ikan yang peka <
0,002 mg/liter sebagai
NH3
Arsen mg/liter 0.0 1 1 1
5
Kobalt mg/liter 0.2 0.2 0.2 0.2
Barium mg/liter 1 (-) (-) (-)
Boron mg/liter 1 1 1 1
Selenium mg/liter 0.0 0.0 0.0 0.0
1 5 5 5
Kadmium mg/liter 0.01 0.01 0.01 0.01
Khrom mg/liter 0.05 0.05 0.05 1
(VI)
Tembaga mg/liter 0.02 0.02 0.02 0.2 Bagi pengolahan air
minum secara
konvensional Cu < 1
mg/liter
Besi mg/lite 0.3 (-) (-) (-) Bagi pengolahan air
r minum secara
konvensional Fe< 5
mg/liter
Timbal mg/liter 0.0 0.03 0. 1 Bagi pengolahan air
3 03 minum secara
konvensional Pb <
0,1 mg/liter
Mangan mg/liter 0.1 (-) (-) (-)
Air Raksa mg/liter 0.0 0.00 0. 0.0
01 2 00 05
2
Seng mg/liter 0.0 0.05 0. 2 Bagi pengolahan air
5 05 minum secara
konvensional, Zn
< 5 mg/liter
Khlorida mg/liter 60 (-) (-) (-)
0
Sianida mg/liter 0.0 0.02 0. (-)
2 02
Fluorida mg/liter 0.5 1.5 1. (-)
5
Nitrit sbg. mg/liter 0.0 0.05 0. (-) Bagi pengolahan air
N 5 05 minum secara
konvensional, NO2 -N <
1 mg/liter
Sulfat mg/liter 40 (-) (-) (-)
0
Khlorin mg/liter 0.0 0.03 0. (-) Bagi ABAM tidak
bebas 3 03 dipersyaratkan
Belerang mg/liter 0.0 0.00 0. (-) Bagi pengolahan air
sbg. H2S 02 2 00 minum secara
2 konvensional, S sebagai
H2S < 0.1 mg/liter
MIKROBIOLOGI
- Faecal Jml/100 10 100 20 200 Bagi pengolahan air
Coliform ml. 0 0 00 0 minum secara
- Total Jml/100 10 500 10 100 konvensional, fecal
Coliform ml 00 0 00 00 coliform < 2000 jml/100
0 ml dan Total coliform <
10000 jml/100 ml
RADIOAKTIFITAS
- Gross-A Bq/liter 0.1 0.1 0. 0.1
1
- Gross-B Bq/liter 1 1 1 1
Sumber : Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 02 Tahun 2004
III.1 Alat :
1. Batang Pengaduk
2. Botol Semprot
3. Buret
4. Corong Pendek
5. Kertas Timbang
6. Labu Ukur
7. Labu Erlenmeyer
8. Neraca Analisis
9. Pipet Ukur
10. Sendok/ Spatula
11. Statif dan Klem
III.2 Bahan :
1. Air Sumur Jemur Wonosari
2. EDTA
3. Indikator EBT
4. Larutan Buffer pH 10
5. CaCO₃
6. Air PDAM Deles
7. Air kapur
III.3 Prosedur Percobaan
III.3.1 Pembuatan Larutan Baku EDTA 0,05 N 250 mL
1. Menimbang 4,65 gram C10H12O8N2.2H2O (EDTA) (p.a)
2. Melarutkan dengan aquadest hingga homogen.
3. Memindahkan larutan ke dalam labu ukur hingga batas miniskus.
4. Mengocok larutan hingga homogen dan memberi label pada larutan EDTA
0,05 N
III.3.2 Pembuatan Larutan CaCO₃
1. Menimbang 1,179 gram Na2EDTA dan 780 mg MgSO4.7H2O dalam 50 mL
aquadest
2. Melarutkan 16,9 NH4Cl dalam 143 mL NH4OH (Bj = x gr/mL)
3. Mengencerkan dengan aquades hingga volume 250 mL dan mengocok
larutan hingga homogen.
III.3.3 Standarisasi Larutan Baku EDTA 0,05 N dengan Kalsium Karbonat
(CaCO3) 0,05 N
1. Menimbang 0,25 gram Kalsium Karbonat
2. Melarutkan padatan Kalsium Karbonat dengan aquadest hingga homogen.
3. Memindahkan larutan ke dalam labu ukur hingga batas miniskus.
III-1
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN
Mulai
Homogenkan lalu
beri label
Selesai
Mulai
Homogenkan lalu
beri label
Selesai
Mulai
Homogenkan lalu
beri label
Selesai
Mulai
Selesai
Mulai
Selesai
Mulai
Selesai
Mulai
Selesai
Mulai
Selesai
IV.2 Pembahasan
Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui proses standarisasi CaCO3
dan EDTA. Lalu untuk mengetahui kadar dari Mg2+ dalam sampel dengan cara
metode kompleksometri. Lalu, untuk mengetahui proses penentuan kadar Ca2+
dalam sampel dengan cara menggunakan metode kompleksometri
Titrasi adalah salah satu metode kimia yang bertujuan untuk menentukan
konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan
IV-1
BAB 4 HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
V.2 Saran
Saran penulis adalah agar lebih berhati – hati lagi dalam
penggunaan alat– alat yang ada di laboratorium dan lebih bersabar juga
lebih teliti dalam melakukan penitrasian karena akan sangat berpengaruh
pada hasil akhir titrasi.
V-1
APENDIKS
1. Pembuatan larutan EDTA 0,05 N 250 mL
N= M x ∑ekivalen
0,05 = M x 1
M =0,05
0,05 mol
0,05 M =
1L
Dalam 1 Liter larutan EDTA terdapat 0,05 mol.
Dalam 250 cc larutan EDTA terdapat 0,00125 mol.
g
0,05 M EDTA = mengandung 0,00125 mol x 372
mol
= 4,65g
Larutan EDTA 0,05 N 250 mL membutuhkan 4,65 g larutan
EDTA
2. Pembuatan larutan CaCO3 0,05 N 100 ml
CaCO₃→Ca2++CO32-
N= M x ∑ekivalen
0,05 = M x 2
M =0,025
0,025 mol
0,025 M =
1L
Dalam 1 Liter larutan CaCO₃ terdapat 0,025 mol.
Dalam 100 cc larutan CaCO₃ terdapat 0,0025 mol.
g
0,05 M CaCO₃ = mengandung 0,0025 mol x 100
mol
= 0,25 g
Larutan CaCO₃ 0,05 N 250 mL membutuhkan 4,65 g larutan
CaCO₃
3. Pembuatan 400 ppm air rekayasa
400 𝑚𝑔
400 ppm = 1𝐿
Dalam 1 Liter air rekayasa terdapat 400 mg.
Dalam 100 cc air rekayasa terdapat 40 mg.
40 mg = 0,04 g
vi
4. Standarisasi Larutan EDTA dengan CaCO₃
Volume EDTA yang diperlukan untuk mentitrasi CaCO₃
Pengenceran
NEDTA x VEDTA = N CaCO₃ x VCaCO₃
M x e x VEDTA = M x e VCaCO3
MxexV MxexV
=
M x 1 x 0,4 0,05 M x 2 x 10 ml
M x 1 x 0,4 = 0,05 M x 2 x 10 m
M = 1,25
MxexV MxexV
=
0,05 M x 1 x 0,35 M x 1 x 10 ml
0,05 M x 1 x 0,35 = M x 1 x 10 m
M = 1,75.10-3
NAir Rekayasa = M Ek
𝑁
M=
∈𝐸𝑘
0,00175 𝑁
M=
2
𝑀𝑜𝑙
= 0,000875
𝐿
Massa = mol x MrCaCO3
𝑀𝑜𝑙 𝑔
= 0,000875 x 100
𝐿 𝑚𝑜𝑙
=87,5 ppm
MxexV MxexV
=
0,05 M x 1 x 0,65 M x 1 x 10 ml
0,05 M x 1 x 0,65 = M x 1 x 10 m
M = 3,25.10-3
NAir PDAM = M Ek
𝑁
M=
∈𝐸𝑘
0,00325 𝑁
M=
2
𝑀𝑜𝑙
= 0,001625
𝐿
Massa = mol x MrCaCO3
𝑀𝑜𝑙 𝑔
= 0,001625 x 100
𝐿 𝑚𝑜𝑙
= 162,5 ppm
MxexV MxexV
=
0,05 M x 1 x 0,45 M x 1 x 10 ml
0,05 M x 1 x 0,45 = M x 1 x 10 m
M = 2,25.10-3
NAir sumur = M Ek
𝑁
M=
∈𝐸𝑘
0,00225 𝑁
M=
2
𝑀𝑜𝑙
= 0,001125
𝐿
Massa = mol x MrCaCO3
𝑀𝑜𝑙 𝑔
= 0,001125 x 100
𝐿 𝑚𝑜𝑙
= 112,5 ppm
MxexV MxexV
=
0,05 M x 1 x 0,45 M x 1 x 10 ml
0,05 M x 1 x 0,1 = M x 1 x 10 m
M = 5.10-4
NAir PDAM = M Ek
𝑁
M=
∈𝐸𝑘
0,0005 𝑁
M=
2
𝑀𝑜𝑙
= 0,000025
𝐿
Massa = mol x MrCaCO3
𝑀𝑜𝑙 𝑔
= 0,000025 x 100
𝐿 𝑚𝑜𝑙
= 2,5 ppm
ABSTRAK
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kadar CaCO3, dan kadar sampel sampel
air. Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Air RO, Air Sumur, Air PDAM, Air
Rekayasa, EDTA, Larutan CaCO3, aquadest, dan indikator EBT.
Metodologi kompleksometri menggunakan titrasi.Pada percobaan ini hal-hal yang perlu
dilakukan adalah penyiapan larutan EDTA 0,05 N dan standarisasi larutan EDTA dengan
CaCO3, penentuan kadar sampel air pada EDTA.
Dari percobaan tersebut kadar dari Sampel air yang telah ditemukan setelah dititrasi
dengan EDTA adalah 0,35 mL(Air Rekayasa), 0,45 mL(Air Sumur), 0,65 mL(Air PDAM), dan
0,1 mL(Air RO) .
i
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Komponen Indikator Universal..................................................................II-2
Tabel II.2 Penetapan Kelas Air Sungai/Saluran/Waduk.............................................II-5
Tabel II.3 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas Air PDAM Surabaya......................II-5
Tabel IV.1 Hasil Kompleksometri CaCO3 0,05 N dengan EDTA 0,05 N..................IV-1
Tabel IV.2 Hasil Kompleksometri Air Sumur Wonosari dengan EDTA...................IV-1
Tabel IV.3 Hasil Kompleksometri Air RO dengan EDTA.........................................IV-1
Tabel IV.4 Hasil Kompleksometri Air PDAM Deles dengan EDTA.........................IV-1
Tabel IV.5 Hasil Kompleksometri Air Rekayasa dengan EDTA...............................IV-1
iv
DOKUMENTASI
Penimbangan CaCO3 0,25 gram Proses pengenceran CaCO3 Larutan CaCO3 0,05 N
vii
DAFTAR PUSTAKA
Sintoyo,Kompleksometri:https://www.academia.edu/32308979/BAB_VIII_KOMPLEK
SOMETRI . diakses pada tanggal 09 Oktober 2019.
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK........................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang...........................................................................................................I-1
I.2 Rumusan Masalah......................................................................................................I-1
I.3 Tujuan Percobaan......................................................................................................I-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kompleksometri.....................................................................................................II-1
II.2 Titrasi Kompleksometri..........................................................................................II-1
II.3 Indikator.................................................................................................................II-2
II.4 Titik Ekivalen.........................................................................................................II-2
II.5 MSDS Bahan…......................................................................................................II-2
II.6 Standar Baku Mutu Air..........................................................................................II-4
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Alat.......................................................................................................................III-1
III.2 Bahan....................................................................................................................III-1
III.3 Prosedur Percobaan..............................................................................................III-1
III.4 Diagram Alir Percobaan.......................................................................................III-3
III.5 Gambar Alat.........................................................................................................III-7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan...................................................................................................IV-1
IV.2 Pembahasan.........................................................................................................IV-1
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan.............................................................................................................V-1
V.2 Saran.......................................................................................................................V-1
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................v
APENDIKS.....................................................................................................................vi
DAFTAR NOTASI........................................................................................................vii
Lampiran : - Laporan Sementara
- Lembar Revisi
- Dokumentasi Praktikum
ii
DAFTAR GAMBAR
iii