Anda di halaman 1dari 5

Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan

secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.[1]


Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai,
tingkah laku, atau tabiat.[2] cara membedakan akhlak, moral dan etika yaitu Dalam etika, untuk
menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolok ukur akal pikiran atau
rasio, sedangkan dalam moral dan susila menggunakan tolok ukur norma-norma yang tumbuh dan
berkembang dan berlangsung dalam masyarakat (adat istiadat), dan dalam akhlaq menggunakan
ukuran Al Qur’an dan Al Hadis untuk menentukan baik-buruknya.

Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak.[2]

1. Perbuatan yang baik atau buruk.


2. Kemampuan melakukan perbuatan.
3. Kesadaran akan perbuatan itu
4. Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk

Moral, etika dan akhlak memiliki pengertian yang sangat berbeda. Moral berasal dari bahasa
latinyaitu mos, yang berarti adat istiadat yang menjadi dasar untuk mengukur apakah perbuatan
seseorang baik atau buruk [8]. Dapat dikatakan baik buruk suatu perbuatan secara moral, bersifat
lokal. Sedangkan akhlak adalah tingkah laku baik, buruk, salah benar, penilaian ini dipandang dari
sudut hukum yang ada di dalam ajaran agama. Perbedaan dengan etika, yakni Etika
adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan
moralitas. Etika terdiri dari tiga pendekatan, yaitu etika deskriptif, etika normatif,
dan metaetika [9]. Kaidah etika yang biasa dimunculkan dalam etika deskriptif
adalah adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang
diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Sedangkan kaidah yang sering muncul
dalam etika normatif, yaitu hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, nilai dan norma,
serta hak dan kewajiban. Selanjutnya yang termasuk kaidah dalam metaetika adalah ucapan-
ucapan yang dikatakan pada bidang moralitas. Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa etika adalah ilmu, moral adalah ajaran, dan akhlak adalah tingkah laku manusia [10].

Pembagian Akhlak[sunting | sunting sumber]


Akhlak Baik (Al-Hamidah)[sunting | sunting sumber]
1. Jujur (Ash-Shidqu)[sunting | sunting sumber]
adalah suatu tingkah laku yang didorong oleh keinginan (niat) yang baik dengan tujuan tidak
mendatangkan kerugian bagi dirinya maupun oranglain.
2. Berprilaku baik (Husnul Khuluqi)[sunting | sunting sumber]
adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya dengan cara yang terpuji.
3. Malu (Al-Haya')[sunting | sunting sumber]
adalah akhlak (perangai) seseorang untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan buruk dan
tercela,sehingga mampu menghalangi seseorang untuk melakukan dosa dan maksiat serta dapat
mencegah seseorang untuk melalaikan hak orang lain.
4. Rendah hati (At-Tawadlu')Washiyatul mushtofa[sunting | sunting sumber]
adalah sifat pribadi yang bijak oleh seseoarang yang dapat memposisikan dirinya sederajat dengan
orang lain dan tidak merasa lebih tinggi dari orang lain.
5. Murah hati (Al-Hilmu)[sunting | sunting sumber]
adalah suka (mudah) memberi kepada sesama tanpa merasa pamrih atau sekadar pamer.
6. Sabar (Ash-Shobr)

Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama,
terutama Agama Islam. ... Sebutan orang beradab sesungguhnya berarti bahwa orang itu
mengetahui aturan tentang adab atau sopan santun yang ditentukan dalam agama Islam.
Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya
dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memilikimoral disebut
amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya.
Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu di mana
dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi
mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti
benar, salah, baik, buruk, dan tanggung ...

Cara membedakan Akhlak, Moral dan Etika yaitu: Dalam akhlak untuk menentukan baik-
buruknya menggunakan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Dalam etika, untuk menentukan nilai perbuatan
baik atau buruk seseorang menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio. Sedangkan dalamn
moral untuk menentukan nilai perbuatan menggunakan tolak ukur adat istiadat.

Tujuan akhlak adalah


1. untuk membentuk pribadi muslim,
2. bertingkah laku yang baik demi meningkatkan derajat kehidupan manusia,
3. menyempurnakan keimanan
4. sebagai pengatur cara hidup berkeluarga dan bertetangga
5. mengatur adab pergaulan berbangsa dan bernegara.

Manfaat Akhlak[9]
1. Dapat mengetahui sisi baik dan buruk pada manusia.
2. Tidak mudah terguncang oleh perubahan situasi
3. Tidak mudah tertipu oleh fatamorgana kehidupan
4. Dapat menikmati hidup dalam segala keadaan
KEUTAMAAN AKHLAQ YANG BAIK.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’dy rahimahullah berkata: “Banyak nash dalam Al-Qur’an
maupun al-Hadits yang menganjurkan untuk berakhlaq yang baik dan memuji orang yang
menghiasi diri dengannya, serta menyebutkan keutamaan-keutamaan yang diraih oleh orang yang
berakhlaq mulia. Disebutkan pula pengaruh-pengaruh positif dari akhlaq yang mulia berupa
manfaat dan maslahat, baik yang umun maupun yang khusus.

1. Di antara faedahnya yang paling besar adalah dalam rangka melaksanakan perintah Allah dan
perintah RasulNya n , serta meneladani akhlaq nabi n yang agung. Berakhlaq yang baik iu sendiri
merupakan ibadah yang besar sehingga seorang hamba dapat hidup dengan penuh ketenangan dan
kenikmatan secara konsisten, di samping ia memperoleh pahala yang besar.

2. Orang yang berakhlaq mulia dicintai oleh orang yang dekat maupun yang jauh, musuh bisa berubah
haluan menjadi teman, orang jauh menjadi dekat.

3. Dengan akhlaq yang baik akan memantapkan dakwah yang dijalankan oleh seorang da’i dan guru
yang mengajarkan kebaikan, ia mendapat simpati banyak orang. Mereka akan mendengarkan
dengan hati yang senang dan siap menerima penjelasannya dengan sebab akhlaq yang baik, juga
karena tidak ada yang menghalangi jarak antara keduanya. Allah Azza wa Jalla berfirman:

ِ ‫ظ ْالقَ ْل‬
َ‫ب الَنفَضُّوا ِم ْن َح ْولِك‬ ًّ َ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِمنَ هللاِ لِنتَ لَ ُه ْم َولَ ْو ُكنتَ ف‬
َ ‫ظا َغ ِلي‬

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”. [ali
Imran: 159]

Keterangan tambahan (dari penyusun):


“Sebelum melanjutkan penjelasan Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dy rahimahullah, ada
baiknya kita mendengarkan penjelasan Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh dalam
ceramahnya yang berjudul Al-Ghutsa’u wal bina’u. Beliau berkata: “Terdapat kontradiksi antara
ilmu yang dipelajari oleh sebagian orang dengan amalan mereka. Sebagian dari mereka tidak
memiliki akhlaq yang mulia, tidak suka bersilaturrahmi, suka berdusta, mengingkari janji, kasar,
bermuka masam, padahal senyummu kepada saudaramu adalah shadaqah. Juga kurang aktif dalam
amal sosial, seperti membantu para janda, anak yatim dan orang-orang yang butuh bantuan.
Hendaklah dakwah itu tidak sebatas di atas mimbar dan ceramah di majelis ilmu saja, hendaklah
dibarengi dengan dakwah bil hal (dengan perbuatan) dan akhlaq yang mulia, karena pengaruhnya
lebih besar daripada berdakwah dengan kata-kata…”

4. Akhlaq itu merupakan ihsan (berbuat baik kepada orang lain) yang terkadang memiliki nilai tambah
melebihi ihsan dengan harta. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ِ ُ‫س ْع ُه ْم ُح ْسنُ ْال ُخل‬


‫ق‬ َ َ‫اس بِأ َ ْم َوا ِل ُك ْم َولَ ِك ْن ِلي‬ َ َ ‫إِنَّ ُك ْم لَ ْن ت‬
َ َّ‫سعُوا الن‬
“Sesungguhnya kalian tidak akan dapat memuaskan manusia dengan harta-harta kalian tetapi yang
dapat memuaskan mereka adalah akhlaq yang baik”.

Yang sempurna apabila kedua hal tersebut dimiliki sekaligus, akan tetapi jika seseorang tidak punya
sehingga tidak dapat berbuat baik kepada orang lain dengan materi, maka dapat diganti dengan
akhlaq yang baik, yaitu dengan perilaku dan ucapan yang baik, bahkan mungkin mempunyai
pengaruh yang lebih membekas daripada berbuat baik dengan harta.

5. Dengan akhlaq yang baik, hati yang tenang dan tentram akan memantapkan seseorang untuk
mendapatkan ilmu yang ia inginkan.

6. Dengan akhlaq yang baik, memberikan kesempatan bagi orang yang berdiskusi untuk
mengemukakan hujjahnya, dan ia dapat pula memahami hujjah teman diskusinya, sehingga bisa
terbimbing menuju kebenaran dalam perkataan dan perbuatannya. Di samping itu akhlaq yang baik
menjadi faktor terkuat untuk mendapat kedua hal tersebut di atas pada teman diskusinya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah memberikan pada
kelembutan apa yang tidak Dia berikan pada kekasaran”. [HR. Thabrani, Syaikh Ali bin Hasan
menshahihkannya berdasarkan syawahidnya]

7. Akhlaq yang baik dapat menyelamatkan seorang hamba dari sikap tergesa-gesa dan sikap sembrono,
disebabkan oleh kematangannya, kesabarannya dan pandangannya yang jauh ke depan,
mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan menghindarkan bahaya yang ia khawatirkan.

Di antara faktor yang dapat mengubah akhlak mulia itu adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh kekuasaan. Dengan kekuasaan, akhlak seseorang dapat berubah. Orang yang
terbiasa berbuat keliru dapat melakukan tindakan-tindakan mungkar lain. Hal ini terjadi karena
tabiat yang hina atau hati yang sempit.

2. Kehilangan kekuasaan. Hal ini dapat merusak kualitas akhlak mulia dan mempersempit hati
lapang. Barangkali hal ini dilatarbelakangi oleh penyesalan berlebihan akibat jauh dari kekuasaan
atau karena kurangnya kesabaran dalam jiwa.

3. Kekayaan. Ia berpotensi untuk mengubah jiwa yang lembut menjadi sosok keras dan dapat
memperburuk perilaku yang telah buruk.
4. Kemiskinan. Ia dapat memengaruhi kualitas akhlak mulia karena dua alasan, yaitu karena dapat
menimbulkan kesombongan merasa paling hina di dunia atau karena membuatnya menyesal
karena tidak memiliki harta.

5. Kepedihan dan penderitaan. Hal ini dapat mengacaukan jiwa dan mengguncangkan hati hingga
membuat seseorang tidak mampu menghadapi badai cobaan dan tidak kuat bersabar terlalu lama.
Ada pepatah menyebutkan, “al-hammu kas-summi” Artinya kepedihan itu bagaikan racun.

6. Penyakit. Sesuatu yang dapat mengubah keadaan fisik juga dapat mengubah tabiat. Akhlak
mulia juga mungkin tidak dapat berdiri tegap dan tetap sebagaimana mestinya hingga ia tidak
mampu membendung cobaan yang datang.

7. Umur yang bertambah. Tanda-tanda penuaan pada diri seseorang dapat memengaruhi kualitas
akhlak seseorang. Pertambahan umur ini dapat melemahkan kekuatan anggota tubuh, kemudian
juga dapat melemahkan kekuatan jiwa yang sebelumnya selalu menopang diri dari beratnya
cobaan hidup.

Anda mungkin juga menyukai