Anda di halaman 1dari 8

A.

Tujuan
1. Dapat menjelaskan dan melakukan uji sterilitas
2. Dapat melakukan pengambilan sampel yang diperlukan dalam uji sterilitas bahan
pengemas primer sediaan steril
B. Dasar Teori
Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas
dari mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya, yang termasuk sediaan ini antara lain
sediaan parental preparat untuk mata dan preparat irigasi (misalnya infus). Sediaan
parenteral merupakan jenis sediaan yang unik diantara bentuk sediaan obat terbagi-bagi,
karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membrane mukosa ke bagian tubuh yang
paling efisien, yaitu membrane kulit dan mukosa, maka sediaan ini harus bebas dari
kontaminasi mikroba dan dari bahan-bahan toksis lainnya, serta harus memiliki tingkat
kemurnian yang tinggi. Semua bahan dan proses yang terlibat dalam pembuatan produk
ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi, apakah
kontaminasi fisika, kimia atau mikrobiologi (Priyambodo, 2007).
Uji sterilitas dilakukan terhadap produk dan bahan yang sebelumnya telah
mengalami proses pensterilan yang telah diberlakukan. Hasilnya membuktikan bahwa
prosedur sterilisasi dapat diulang secara efektif. Tetapi umumnya disetujui bahwa
kontrol yang dilaksanakan selama proses validasi memberikan jaminan lebih efektifnya
proses sterilisasi. Uji ini dilakukan terhadap sampel yang dipilih untuk mewakili
keseluruhan lot bahan tersebut. Sampel bisa diambil dari kemasan atau wadah akhir suatu
produk, atau sebagai bagian dari tangki bulk cairan atau dari bahan bulk lainnya
(Lachman dkk., 2008).
Teknik yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme pada media agar
memungkinkannya tumbuh agak berjauhan dar sesamanya. Bahan yang diinokulasikan
pada medium disebut inokulum. Setelah inkubasi mikroba akan berkembangbiak dengan
cepat dalam waktu 18-24 jam. Bakteri tersebut membentuk koloni yang kemudian dapat
dilihat dengan mata telanjang (Pelezar dan Chan, 2007).

Wadah berhubungan erat dengan produk. Tidak ada wadah yang tersedia sekarang
ini yang benar – benar tidak reaktif, terutama dengan larutan air. Sifat fisika dan kimia
mempengaruhi kestabilan produk tersebut, tetapi sifat fisika diberikan pertimbangan
utama dalam pemilihan wadah pelindung. Wadah terbuat dari berbagai macam bahan,
wadah plastik, wadah gelas, dan wadah dari karet. Wadah plastik, bahan utama dari
plastik yang digunakan untuk wadah adalah polimer termoplastik, unit struktural organik
dasar untuk masing – masing type yang biasa terdapat dalam bidang medis. Sesuai dengan
namanya, polimer termoplastik meleleh pada temperatur yang meningkat. Wadah plastik
digunakan terutama karena bobotnya ringan, tidak dapat pecah, serta bila mengandung
bahan penambah dalam jumlah kecil, mempunyai toksisitas dan reaktivitas dengan
produk yang rendah. Suatu golongan plastik baru, poliolefin, patut disebut secara khusus,
yang saat ini mendapat perhatian dalam bidang parenteral adalah polipropilen dan
kopolimer polietilen – polietilen (Lachman. 1994).

Pengemasan adalah suatu proses pembungkusan, pewadahan atau pengepakan


suatu produk dengan menggunakan bahan tertentu sehingga produk yang didalamnya
terlindungi. Teknologi pengemasan terus berkembang dari waktu ke waktu dari mulai
proses pengemasan yang sederhana sampai teknologi modern seperti saat ini. Pengemas
merupakan wadah yang melindungi keseluruhan bahan kemas dari kerusakan yang
dilengkapi dengan tulisan, label, keterangan lain yang menjelaskan isi, kegunaan, dan
informasi lain yang perlu disampaikan kepada konsumen. Bahan kemas yang kontak
langsung dengan bahan yang dikemas, dinyatakan sebagai bahan kemas primer,
contohnya strip/blister, botol, ampul, vial, plastik dan lain-lain. Sedangkan pembungkus
selanjutnya seperti kotak terlipat karton dan sebagainya dinamakan bahan kemas
sekunder (Voight, 1995 ).
C. Alat dan Bahan
Alat :
1. LAF (1 buah)
2. Autoclave (1 buah)
3. Cawan petri (20 pasang)
4. Jarum otse (3 buah)
5. Gelas beker (2 buah)
6. Botol infus (6 buah)
7. Botol flakon (14 buah)
8. Bunsen (1 buah)
Bahan :
1. Alkohol 70% (secukupnya)
2. Nutrien agar (secukupnya)
3. Aquabides (secukupnya)
D. Cara Kerja
1. Pengisian aquabidest
a. Pengemas primer (botol infus dan botol flakon) diisi dengan aquabidest
b. Diletakan didalam LAF
2. Pembuatan media NA
a. 28 gram nutrient agar dilarutkan dalam 1000 ml aquadest.
b. Dipanaskan sambil diaduk terus menerus
c. Diautoclave selama 15 menit
d. Didiamkan kurang lebih 20 menit sebelum diletakan dalam cawan petri
3. Uji sterilitas
a. Nutrient agar dipanaskan
b. Cawan petri dicuci
c. Nutrient agar dan cawan petri di autoclave selama 15 menit pada suhu 121o
d. Pada LAF NA dituangkan dalam cawan petri
e. NA didinginkan hingga memadat
f. Jarum otse dicuci dengan alkohol 70% lalu dibakar pada bunsen
g. Air rendaman botol dispread dengan jarum otse pada media agar
h. Diinkubasi selama 24 jam
i. Diamati ada atau tidaknya bakteri.

E. Hasil
No Alat yang disterilkan Jumlah Hasil
1 Botol flakon 12 buah Ada bakteri
4 Botol infus 6 buah Ada bakteri

F. Pembahasan
Dalam praktikum ini dilakukan dilakukan uji sterilitas pada botol flakon dan botol
infus yang telah disterilkan. Tujuan dari praktikum ini adalah dapat menjelaskan dan
melakukan uji sterilitas serta dapat melakukan pengambilan sampel yang diperlukan
dalam uji sterilitas bahan pengemas primer sediaan steril. Media tanam yang digunakan
dalam praktikum ini adalah nutrien agar.
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk menghilangkan, mematikan, atau
menghancurkan semua bentuk mikroorganisme hidup baik yang patogen maupun tidak.
Uji sterilitas dilakukan untuk memastikan bahwa pengemas primer yang akan digunakan
benar-benar dalam keadaan steril. Botol flakon dan botol infus yang telah disterilkan
direndam dengan aquabides. Perendaman ini bertujuan untuk melarutkan bakteri yang
menempel pada botol. Air rendaman beserta botol dimasukan ke dalam LAF sebelum
diinokulasi pada media.
Pada praktikum ini media penanaman bakteri yang digunakan adalah nutrient
agar. Sebelum dituangkan dalam cawan petri, media agar dan cawan petri yang dibuat di
autoclave pada suhu 121o C selama 15 menit. Tujuan dari autoclave adalah
menghilangkan endospora yang dihasilkan oleh bakteri sehingga sediaan atau alat bebas
kontaminasi bakteri. Prinsip kerja autoclave adalah ketika sumber panas dinyalakan, air
dalam autoclave akan mengalami kenaikan suhu hingga mendidih. Uap air yang terbentuk
mendesak udara yang mengisi autoclave. Setelah udara digantikan dengan uap air, katup
uap atau udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoclave naik. Pada saat dicapai
suhu dan tekanan yang sesuai proses sterilisasi dimulai dan waktu dihitung mundur.
Setelah sterilisasi selesai sumber panas akan dimatikan dan suhu perlahan turun hingga
mencapai 0oC.
Metode penanaman bakteri yang dilakukan pada praktikum ini adalah metode
goresan sampel yang diambil dengan jarum ose di spread pada media agar secara zigzag.
Cawan petri ditutup dan diletakan dalam posisi terbalik diinkubasi selama 24 jam pada
suhu 37o C. Posisi terbalik ini ditujukan agar gas yang terbentuk dan mengembun tidak
membasahi media agar.
Proses penuangan media NA dan inokulasi sampel dilakukan dalam LAF.
Laminari air flow adalah suatu meja kerja steril yang digunakan untuk inokulasi. Prinsip
kerja dari laminar air flow adalah blower akan menghembuskan angin yang keluar dari
saringan steril sehingga angin yang berhembus dalam keadaan steril. Udara steril yang
dikeluarkan terjadi secara kontinu sehingga tempat kerja bebas dari debu dan spora.
Aliran udara berasal dari udara ruangan yang ditarik ke dalam alat melalui filter pertama
(pre-filter), yang kemudian ditiupkan keluar melalui filter yang sangat halus yang disebut
HEPA (High efficiency Particulate Air FilterI), dengan menggunakan blower (Sandra. E.
2003).
Sebelum bekerja pada LAF, tangan praktikan harus disemprot dengan alkohol
70%. Selain itu jarum ose juga harus dibakar pada bunsen dan dilap dengan tisu
beralkohol. Tujuan dari perlakuan ini adalah meminimalkan kontaminasi bakteri pada alat
dan tangan. Pada saat bekerja di LAF blower dan lampu neon harus dinyalakan untuk
menghindari kontaminan dengan bakteri.
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini menunjukan biakan positif mengandung
bakteri. Hal ini menunjukan bahwa botol yang telah disterilkan sebenarnya masih
mengandung mikroba sehingga perlu dilakukan sterilisasi ulang. Adanya mikroba pada
biakan dapat dimungkinkan juga karena tidak dinyalakannya lampu UV sebelum dimulai
inokulasi sehingga LAF masih dalam keadaan tidak steril.
Lampu UV digunakan untuk sterilisasi ruangan sebelum dioerasikan. Lampu UV
harus dinyalakan minimal 1 jam sebelum dilakukan inokulasi sehingga ruangan atau meja
kerja LAF steril. Pada saat mulai dilakukan inokulasi atau kerja pada LAF, lampu UV
harus dimatikan karena dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang abnormal (kanker)
(Sandra. E. 2003).

G. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum yang dilakukan adalah

1. Uji sterilisasi dalam praktikum ini dilakukan secara direct inokulation dengan metode
penanaan adalah metode goresan pada sampel.
2. Penuangan media dilakukan pada saat masih panas sehingga media tidak memadat.
3. Fungsi dari autoclave adalah mensterilkan alat dan bahan pada praktikum
4. Fungsi LAF adalah sebagai meja kerja dalam praktikum steril sehingga mengurangi
adanya kontaminan dengan mikroba
H. Daftar Pustaka

Lachman, Lieberman, Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta:
Universitas Indonesia press
Peleczar dan Chan. 2007. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Universitas Indonesia
Press.
Priyambodo, B. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta: Global Pustaka
Utama
Sandra. E. 2003. Kultur Jaringan Anggrek Skala Rumah Tangga. Jakarta : Agromedia
pustaka.
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM Press.

Mengetahui, Surakarta, 4 November 2016


Asisten Praktikum Praktikan

Diah Pratiwi Gea Ros Alifa


M3514021
I. Lampiran
Pembuatan media Na
Media Na = 28 gram
28 gram x 100% = 2,8 %
1000
II. Lampiran Gambar

Pencucian cawan Pembuatan media NA

Pencucian botol flakon dan


botol infus Autoclave media dan cawan

Autoclave cawan dan media Media agar sebelum inokulasi

Hasil setelah inkubasi Hasil Setelah inkubasi


III. Lampiran Soal
1. Jelaskan tipe-tipe gelas yang digunakan dalam pengemas sediaan steril

Jawab :

Tipe I : Borosilicate. Gelas yang memiliki daya tahan kimiawi yang baik

Tipe II : Treated soda lime glass. Digunakan untuk sediaan parenteral yang
bersifat asam dan netral.

Tipe III : Regular Soda Lime Glass. Digunakan untuk serbuk kering dan larutan
minyak

Tipe NP : General purpose soda lime digunakan untuk sediaan non parenteral.

2. Jelaskan beberapa persyaratan tutup karet untuk sediaan steril

Jawab :

a. Harus lentur. Apa bila dibuka dapat ditutup kembali dengan baik sehingga kualitas
sediaan terjaga.
b. Permukaan tutup karet harus licin
c. Dapat menutup dengan baik sehingga dapat menjaga kualitas dari sediaan steril.
3. Sebutkan sifat yang kurang menguntungkan yang dimiliki oleh pengemas steril yang
terbuat dari gelas.

Jawab :

a. Mudah pecah
b. Volume menjadi lebih besar
c. Lebih berat dalam pengiriman

Anda mungkin juga menyukai