Anda di halaman 1dari 18

STATISTIKA DAN MEKANIKA BAHAN II

DISUSUN OLEH :

NAMA : MOHAMAD REZA FAUZI (116130008)

: ALDILLA FIYANDI (116130075)

: ADHITIANA SHAPUTERA (116130081)

KELAS : 1D

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI


Jl. Pemuda No.32 45132 Cirebon
TEGANGAN
Tegangan Setiap material (benda) adalah elastis pada keaadaan alaminya. Maka jika gaya
luar yang bekerja pada benda tersebut akan mengalami deformasi tahanan ini yang dipersatukan
luas diistilahkan tegangan. Definisi : Jika sebuah benda elastis ditarik oleh suatu gaya, benda
tersebut akan bertambah panjang sampai ukuran tertentu sebanding dengan gaya tersebut, yang
berarti ada sejumlah gaya yang bekerja pada setiap satuan panjang benda. Gaya yang bekerja
sebanding dengan panjang benda dan berbanding terbalik dengan luas penampangnya. Besarnya
gaya yang bekerja dibagi dengan luas penampang didefinisikan sebagai tegangan (stress).

JENIS-JENIS TEGANGAN
1. TEGANGAN NORMAL
Tegangan normal terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan pada benda. Jika
gaya dalam diukur dalam N, sedangkan luas penampang dalam m2, maka satuan tegangan
adalah N/m2 atau dyne/cm2.
2. TEGANGAN TARIK
Tegangan Tarik Tegangan tarik pada umumnya terjadi pada rantai, tali, paku
keling, dan lain-lain. Rantai yang diberi beban W akan mengalami tegangan tarik yang
besarnya tergantung pada beratnya.
3. TEGANGAN TEKAN
Tegangan tekan terjadi bila suatu batang diberi gaya (F) yang saling berlawanan
dan terletak dalam satu garis gaya. Misalnya, terjadi pada tiang bangunan yang belum
mengalami tekukan, porok sepeda, dan batang torak.
4. TEGANGAN GESER
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang berlawanan
arah, tegak lurus sumbu batang, tidak segaris gaya namun pada penampangnya tidak terjadi
momen. Tegangan ini banyak terjadi pada konstruksi. Misalnya: sambungan keling,
gunting, dan sambungan baut.
5. TEGANGAN LENGKUNG
Tegangan Lengkung Misalnya, pada poros-poros mesin dan poros roda yang
dalam keadaan ditumpu.
6. TEGANGAN PUNTIR
Tegagan puntir sering terjadi pada poros roda gigi dan batang-batang torsi pada
mobil, juga saat melakukan pengeboran. Jadi, merupakan tegangan trangensial.
REGANGAN
Regangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara pertambahan panjang dengan panjang
awal. Contohnya benda yang menggantung pada tali, menimbulkan gaya tarik pada tali, sehingga
tali memberikan perlawanan berupa gaya dalam yang sebanding dengan berat beban yang
dipikulnya (gaya aksi = reaksi). Respon perlawanan dari tali terhadap beban yang bekerja
padanya akan mengakibatkan tali menegang sekaligus juga meregang sebagai efek terjadinya
pergeseran internal di tingkat atom pada partikel-partikel yang menyusun tali, sehingga tali
mengalami pertambahan panjang.
JENIS-JENIS REGANGAN
1. Regangan Normal
Suatu batang lurus akan mengalami perubahan panjang apabila dibebani secara
aksial, yaitu menjadi panjang jika mengalami tarik dan menjadi pendek jika
mengalami tekan.
Pertambahan panjang pada batang dinotasikan dengan ∆ (delta), s dimana satu satuan
panjang dari batang akan mempunyai perpanjangan yang sama dengan 1/L kali
perpanjangan total ∆. Perpanjangan pada batang dapat diukur untuk setiap kenaikan
tertentu dari beban aksial. Dengan demikian konsep perpanjangan per satuan panjang,
atau disebut regangan, yang diberi notasi ε (epsilon) dapat dihitung dengan persamaan:

Jadi Perpanjangan per unit panjang disebut regangan normal, dinyatakan tidak
berdimensi, artinya regangan tidak mempunyai satuan. Regangan ε disebut regangan
normal karena regangan ini berkaitan dengan tegangan normal. Jika batang mengalami
tarik, maka regangannya disebut regangan tarik, yang menunjukkan perpanjangan bahan.
Demikian juga halnya jika batang mengalami tekan, maka regangannya disebut regangan
tekan, dan batang tersebut memendek. Regangan tarik biasanya bertanda positif dan
regangan tekan bertanda negatif.
2. Regangan Geser
Tegangan geser yang bekerja pada suatu elemen bahan yang diserta
regangan geser, dimana tegangan geser tidak mempunyai kecendrungan
untuk memperpanjang atau memperpendek elemen, dengan kata lain panjang
sisi tidak berubah. Tegangan geser menyebabkan perubahan bentuk elemen,
dimana elemen semula berbentuk persegi panjang, berubah bentuk atau
terdeformasi menjadi miring, sehingga sudut antara muka samping berubah.
Jadi perubahan sudut pada bagian pokok elemen empat persegi panjang awal
disebut sebagai regangan geser, dan merupakan sudut yang dinyatakan dalam derajat
atau radian dan dinotasikan dengan γ.
MODULUS ELASTISITAS, PLASTISITAS dan ULTIMATE
MODULUS ELASTISITAS
Elastisitas adalah sifat suatu bahan yang dapat kembali lagi ke dimensi semula saat beban
dihilangkan.

Modulus Elastisitas Normal


Modulus Elastisitas Normal yaitu rasio unit tegangan terhadap unit regangan,
sering disebut Modulus Young, Nilai modulus elastisitas setiap bahan berbeda-beda. Unit
regangan merupakan bilangan tanpa dimensi (rasio dua satuan panjang), maka modulus
elastisitas mempunyai satuan yang sama dengan tegangan, yaitu N/m2. Untuk banyak
bahan-bahan teknik, modulus elastisitas dalam tekanan mendekati sama dengan modulus
elastisitas dalam tarikan.
Tegangan berbanding lurus dengan regangan, dalam daerah elastisnya, atau :
σ=ExЄ
E=σ/Є
dimana :
σ = tegangan
Є = regangan
E = Konstanta proporsionalitas atau disebut juga modulus elastisitas atau modulus young

Modulus Elastis Geser

Rasio antara tegangan geser (τ) dengan regangan geser (γ) disebut
modulus elastisitas geser, dan biasanya dinotasikan dengan G, dinyatakan
dengan persamaan:
G = τ/ γ
Modulus elastisitas geser disebut juga modulus kekakuan (modulus of rigity).
Satuan untuk modulus elastisitas geser sama dengan satuan tegangan geser,
yaitu N/m2 atau N/mm2.

PLATISITAS
Platisitas adalah sifat suatu bahan yang tidak dapat kembali lagi ke dimensi semula saat
beban dihilangkan.

ULTIMATE
Kekuatan Tarik (tensile strength, ultimate tensile strength) adalah tegangan maksimum
yang bisa ditahan oleh sebuah bahan ketika diregangkan atau ditarik, sebelum bahan tersebut
patah. Kekuatan tarik adalah kebalikan dari kekuatan tekan, dan nilainya bisa berbeda
Beberapa bahan dapat patah begitu saja tanpa mengalami deformasi, yang berarti benda
tersebut bersifat rapuh atau getas (brittle). Bahan lainnya akan meregang dan mengalami
deformasi sebelum patah, yang disebut dengan benda elastis (ductile). Kekuatan tarik umumnya
dapat dicari dengan melakukan uji tarik dan mencatat perubahan regangan dan tegangan. Titik
tertinggi dari kurva tegangan-regangan disebut dengan kekuatan tarik maksimum (ultimate
tensile strength). Nilainya tidak bergantung pada ukuran bahan, melainkan karena faktor jenis
bahan. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi seperti keberadaan zat pengotor dalam bahan,
temperatur dan kelembaban lingkungan pengujian, dan penyiapan spesimen.
Dimensi dari kekuatan tarik adalah gaya per satuan luas. Dalam satuan SI, digunakan
pascal (Pa) dan kelipatannya (seperti MPa, megapascal). Pascal ekuivalen dengan Newton per
meter persegi (N/m²). Satuan imperial diantaranya pound-gaya per inci persegi (lbf/in² atau psi),
atau kilo-pound per inci persegi (ksi, kpsi).
Kekuatan tarik umumnya digunakan dalam mendesain bagian dari suatu struktur yang
bersifat ductile dan brittle yang bersifat tidak statis, dalam arti selalu menerima gaya dalam
jumlah besar, meski benda tersebut tidak bergerak. Kekuatan tarik juga digunakan dalam
mengetahui jenis bahan yang belum diketahui, misal dalam forensik dan paleontologi. Kekerasan
bahan memiliki hubungan dengan kekuatan tarik. Pengujian kekerasan bahan salah satunya
adalah metode Rockwell yang bersifat non-destruktif, yang dapat digunakan ketika uji kekuatan
tarik tidak dapat dilakukan karena bersifat destruktif.

Kurva tegangan-regangan
Sebagaimana beban aksial yang bertambah bertahap, pertambahan panjang terhadap
panjang gage diukur pada setiap pertambahan beban dan ini dilanjukan sampai terjadi kerusakan
(fracture) pada spesimen. Dengan mengetahui luas penampang awal spesimen, maka tegangan
normal, yang dinyatakan dengan σ, dapat diperoleh untuk setiap nilai beban aksial dengan
menggunakan hubungan
P
σ=
A

σ σ σ
U ●P
B
Y ●
● P
P

ε ε ε
O O O

Gb. 1-5 Gb. 1-6 Gb. 1-7

σ σ

Y

ε ε
O O
ε1 O’

Gb. 1-8 Gb. 1-9

dimana P menyatakan beban aksial dalam Newton dan A menyatakan luas penampang awal (m2).
Dengan memasangkan pasangan nilai tegangan normal σ dan regangan normal ε, data percobaan
dapat digambarkan dengan memperlakunan kuantitas-kuantitas ini sebagai absis dan ordinat.
Gambar yang diperoleh adalah diagram atau kurva tegangan-regangan. Kurva tegangan-regangan
mempunyai bentuk yang berbeda-beda tergantung dari bahannya. Gambar 1-5 adalah kurva
tegangan regangan untuk baja karbon-medium, Gb. 1-6 untuk baja campuran, dan Gb. 1-7 untuk
baja karbon-tinggi dengan campuran bahan nonferrous. Untuk campuran nonferrous dengan besi
kasar diagramnya ditunjukkan pada Gb. 1-8, sementara untuk karet ditunjukkan pada Gb. 1-9.

Batas proporsi (proportional limit)


Ordinat titik P disebut sebagai batas proporsi, yaitu tegangan maksimum yang terjadi selama tes
tarikan sedemikian sehingga tegangan merupakan fungsi linier dari regangan.

Batas elastis (elastic limit)


Ordinat suatu titik yang hampir berimpitan dengan titik P diketahui sebagai batas elastis, yaitu
tegangan maksimum yang terjadi selama tes tarikan sedemikian sehingga tidak terjadi perubahan
bentuk atau deformasi maupun residu permanen ketika pembebanan dipindahkan. Untuk
kebanyakan bahan nilai batas elastis dan batas proporsi adalah hampir sama dan sering
digunakan sebagai istilah yang saling menggantikan. Pada kasus-kasus dimana pemisahan
diantara dua nilai ditemukan, nilai batas elastis selalu sedikit lebih besar daripada batas proporsi.

Selang elastis dan plastis (elastic and plastic ranges)


Daerah atau rentang kurva tegangan-regangan yang ditarik dari origin sampai batas proporsi
disebut selang elastis; sedang rentang kurva tegangan regangan yang ditarik dari batas proporsi
sampai titik runtuh (point of rupture) disebut selang pastis.

Titik lelah (yield point)


Ordinat titik Y pada Gb. 1-5, yang dinyatakan dengan σyp, dimana terjadi peningkatan atau
pertambahan regangan tanpa adanya penambahan tegangan disebut sebagai titik lelah dari bahan.
Setelah pembebanan mencapai titik Y, maka dikatakan terjadi kelelahan. Pada beberapa bahan
terdapat dua titik pada kurva tegangan-regangan dimana terjadi peningkatan regangan tanpa
perubahan tegangan. Masing-masing disebut titik lelah atas dan titik lelah bawah.

Tegangan maksimum (ultimate strength, tensile strength)


Ordinat titik U pada Gb. 1-5, ordinat maksimum pada kurva, diketahui sebagai tegangan
maksimum atau tegangan puncak dari bahan.

Tegangan putus (breaking strength)


Ordinat pada titik B pada Gb. 1-5 disebut tegangan putus dari bahan.

Modulus kekenyalan, keuletan (modulus of resilence)


Kerja yang dilakukan suatu unit volume bahan, seperti misalnya gaya tarikan yang dinaikkan
secara bertahap dari nol sampai suatu nilai dimana batas proporsional bahan dicapai, disebut
sebagai batas kekenyalan. Ini dapat dihitung sebagai luasan dibawah kurva tegangan regangan
dari titik origin sampai batas proporsional dan digambarkan dengan daerah yang diarsir pada Gb.
1-5. Satuan untuk kuantitas ini adalah N.m/m 3. Dengan demikian, modulus kekenyalan adalah
kemampuan bahan menyerap energi pada selang elastisnya.
Modulus kekerasan (modulus of toughness)
Kerja yang dilakukan suatu unit volume bahan, seperti misalnya gaya tarikan yang dinaikkan
dari nol sampai suatu nilai yang menyebabkan keruntuhan didefinisikan sebagai modulus
kekerasan. Ini dapat dihitung sebagai luasan dibawah kurva tegangan-regangan dari origin
sampai titik keruntuhan. Kekerasan bahan adalah kemampuan untuk menyerap energi pada
selang plastis dari bahan.

Persentase pengurangan luasan-penampang


Penurunan luasan-penampang dari luasan awal pada bagian patah dibagi dengan luasan awalnya
dikalikan dengan seratus didefinisikan sebagai persentase pengurangan luasan-penampang. Perlu
dicatat bahwa ketika gaya tarikan bekerja pada suatu batang, luas penampangnya berkurang,
tetapi perhitungan untuk tegangan normal biasanya dibuat pada basis luasan awal. Kasus ini
ditunjukkan pada Gb. 1-5. Ketika regangan menjadi semakin besar maka sangat penting untuk
memperhatikan nilai luasan penampang melintangnya, dan kalau ini dilakukan maka akan
diperoleh kurva tegangan regangan yang benar. Kurva demikian ditunjukkan oleh garis putus-
putus pada Gb. 1-5.

Persentase pertambahan panjang (elongation)


Persentase pertambahan panjang didefiniskan sebagai pertambahan panjang setelah patah dibagi
dengan panjang awal dan dikalikan dengan seratus. Baik persentasi pengurangan luasan-
penampang dan pertambahan panjang merupakan ukuran keuletan atau ductility bahan.

Tegangan kerja (working stress)


Karakteristik-karakteristik kekuatan yang telah didiskusikan diatas dapat digunakan untuk
memilih tegangan kerja. Sering suatu tegangan ditentukan hanya dengan membagi salah satu dari
tegangan luluh atau tegangan puncak dengan suatu bilangan yang disebut faktor keselamatan.
Pemilihan faktor keselamatan didasarkan pada keputusan perancang dan berdasarkan
pengalaman. Faktor keselamatan spesifik kadang-kadang ditentukan dengan kode-kode
rancangbangun.
ukuran tersebut adalah: Kurva tegangan-regangan non-linier bahan rapuh, seperti ditunjukkan
Gb. 1-8, memberikan karakteristik beberapa ukuran kekuatan yang lain yang tidak dapat
ditunjukkan oleh kurva tegangan-regangan linier. Beberapa karakteristik

Kekuatan lelah (yield strength), sisa regangan


Ordinat pada kurva tegangan-regangan dimana bahan mengalami perubahan bentuk atau
deformasi yang tetap ketika pembebanan dipindahkan disebut kekuatan atau tegangan lelah
bahan. Perubahan bentuk tetap disini biasanya diambil sekitar 0.0035 mm/mm. Pada Gb. 1-8
perubahan bentuk ε1 ditunjukkan pada sumbu regangan dan garis O’Y digambarkan sejajar
dengan tangen awal kurva dari titik origin. Ordinat Y menunjukkan kekuatan lelah bahan, disebut
juga bukti tegangan (proof stress).

Modulus tangen
Laju perubahan tegangan terhadap perubahan regangan disebut modulus tangen bahan. Ini
sebenarnya merupakan bentuk modulus sesaat (instantaneous) dan dinyatakan dengan Et = dσ/dε.

Koefisien ekspansi linier.


Koefisien ekspansi linier didefinisikan sebagai perubahan panjang per unit panjang suatu batang
lurus karena perubahan suhu sebesar 1 derajat dan biasanya dinyatakan dengan α. Nilai koefisien
ini adalah independen terhadap unit panjang tetapi tergantung pada skala suhu yang digunakan.
Sebagai contoh, dari Tabel 1-1 koefisien untuk baja adalah 6.5 × 10 -6/°F tetapi 12 × 10-6/°C.
Perubahan suhu pada bahan mengakibatkan kenaikan tegangan internal, seperti yang diberikan
karena pembebanan.

Rasio Poisson
Ketika suatu batang dikenai pembebanan tarik sederhana maka terjadi penambahan panjang
batang pada arah pembebanan, tetapi terjadi pengurangan dimensi lateral tegaklurus terhadap
pembebanan. Rasio regangan pada arah lateral terhadap arah aksial didefinisikan sebagai rasio
Poisson (Poisson’s ratio). Dalam buku ini dilambangkan dengan μ. Pada kebanyakan logam μ
mempunyai nilai antara 0.25 sampai 0.35.

Bentuk umum hukum Hooke


Bentuk sederhana hukum Hooke telah diberikan untuk tarikan aksial ketika pembebanan adalah
sejajar dengan sumbu batang, biasa disebut pembebanan satu arah, uniaksial. Disini hanya
deformasi pada arah pembebanan yang diperhatikan, dan diformulasikan dengan
σ
ε=
E
Untuk kasus yang lebih umum suatu elemen bahan dikenai tiga tegangan normal yang saling
tegaklurus σx, σy, σz, yang masing-masing diikuti dengan regangan εx, εy, εz. Dengan
mempertimbangkan komponen-komponen regangan yang terjadi karena kontraksi lateral karena
efek Poisson pada regangan langsung maka kita peroleh pernyataan hukum Hooke berikut:
1 1 1
E[ x
σ −μ (σ y +σ z ) ]
E[ y
σ −μ( σ x +σ z ) ]
E[ z
ε x= ε y= ε z= σ −μ( σ x +σ y ) ]

Kekuatan spesifik

Kuantitas ini didefinisikan sebagai rasio tegangan maksimum terhadap berat spesifik, yaitu berat
per unit volume. Dengan demikian kita peroleh satuan
N N
/ =m
m2 m3
sehingga kekuatan spesifik bahan mempunyai satuan panjang. Parameter ini sangat bermanfaat
untuk perbandingan efisiensi bahan.

Modulus spesifik
Modulus spesifik didefinisikan sebagai perbandingan modulus Young terhadap berat spesifik
bahan. Kuantitas ini juga mempunyai satuan panjang.

KLASIFIKASI BAHAN
Sampai saat ini, diskusi kita adalah didasarkan pada asumsi bahwa bahan mempunyai dua
karakteristik, yaitu:
Homogen, yaitu mempunyai sifat elastis (E, μ) yang sama pada keseluruhan titik pada
bahan.
Isotropis, yaitu mempunyai sifat elastis yang sama pada semua arah pada setiap titik dalam
bahan.
Tidak semua bahan mempunyai sifat isotropis. Apabila suatu bahan tidak memiliki suatu
sifat simetri elastik maka bahan tersebut disebut anisotropis, atau kadang-kadang aeolotropis.
Disamping memiliki dua konstanta elastis (E, μ) seperti pada bahan isotropis, bahan anisotropis
mempunyai 21 konstanta elastis yang lain. Jika bahan mempunyai tiga bidang yang saling
tegaklurus dengan masing-masing mempunyai simetri elastis maka bahan dikatakan orthotropis.
Jumlah konstanta independen dalam hal ini adalah sembilan. Bahan komposit yang diperkuat
dengan filamen didalamnya (Gb. 1-10) merupakan contoh dari bahan anisotropis.
Filamen
Filamen

(a) (b)

Gb. 1-10. (a) batang epoksi diperkuat dengan filamen satu arah; (b) plat epoksi diperkuat dengan
filamen dua arah

Pengertian Beton
Beton adalah suatu bahan komposit yang terdiri dari kumpulan, secara umum pasir dan kerikil
atau agregat kasar, dengan bahan pengikat semen portland dan air. Kumpulan pasir dan kerikil
dengan ukuran kerikil yang maksimum di dalam beton struktural biasanya 3/4 in, ada 3/8 in, atau

1,5 in. Sebatas kerikil masih bisa digunakan (James G.MacGregor, 1997).
Tegangan-Regangan Untuk Beton
Bila kita hendak mengangkat sebuah benda tetapi kita tidak memiliki mesin angkat
maka benda tersebut dapat kita angkat dengan menggunakan bantuan katrol dan
tali. Katrol menancap erat pada balok diatasnya dan tali ditempatkan pada rol
katrol. Apa yang terjadi pada kasus ini ? benda tersebut bergantung pada salah satu
ujung tali dan ditarik oleh kita pada ujung yang lainnya. Tali yang tertarik akan
tegang sehingga balok katrol dapat dianggap sebagai sebuah struktur.
Dari yang sudah kita pelajari pada teori kekuatan bahan, bahwasanya tegangan tarik dapat
ditentukan dengan membagi berat beban ( berat dari benda yang menggantung pada tali )
dengan luas penampang elemennya ( tali yang memegang benda tersebut ).
keadaan ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
σ = N/A
dimana :
σ = tegangan normal
N = gaya longitudinal (aksial)
A = luas penampang tali
Jadi disini bisa disimpulkan, bahwasanya tegangan yang terjadi pada tali merupakan
perbandingan antara gaya tarik yang bekerja pada tali dengan luas penampang tali itu sendiri.
Penyebab terjadinya tegangan pada suatu benda, tidak hanya dari gaya tarik saja, tapi juga bisa
dari gaya tekan dan gaya lentur. Karena disini yang dijadikan contoh adalah benda yang
diangkat tali melalui rol katrol, maka yang bekerja adalah gaya tarik.
Secara redaksional, tegangan dapat diartikan sebagai berikut :
Tegangan (Stress)
Tegangan adalah “ Perbandingan antara gaya tarik atau tekan yang bekerja
terhadap luas penampang benda” .
σ = N/A

REGANGAN
Benda yang menggantung pada tali,menimbulkan gaya tarik pada tali,sehingga tali memberikan
perlawanan berupa gaya dalam yang sebanding dengan berat beban yang dipikulnya (gaya aksi
= reaksi). Respon perlawanan dari tali terhadap beban yang bekerja padanya akan
mengakibatkan tali menegang sekaligus juga meregang sebagai efek terjadinya pergeseran
internal di tingkat atom pada partikel-partikel yang menyusun tali,sehingga tali mengalami
pertambahan panjang (istilah jawanya : ‘modot atau melur’).
Jika pada akhirnya tali telah mengalami pertambahan sejauh Δl dari yang semula sepanjang L,
maka regangan yang terjadi pada tali merupakan perbandingan antara penambahan panjang
yang terjadi terhadap panjang mula-mula dari tali dan dinyatakan sebagai berikut :
ε = ΔL / L
dimana : ΔL = perubahan panjang (perpanjangan)…………… (satuan panjang)
L = panjang awal (panjang semula)………………… (satuan panjang)
karena pembilang dan penyebutnya memiliki satuan yang sama, maka regangan adalah sebuah
nilai nisbi, yang dapat dinyatakan dalam persen dan tidak mempunyai satuan.
Regangan (Strain)
Regangan adalah “Perbandingan antara pertambahan panjang (ΔL) terhadap
panjang mula-mula(L)” Regangan dinotasikan dengan ε dan tidak mempunyai
satuan.

MODULUS ELASTISITAS
Besarnya pertambahan panjang yang dialami oleh setiap benda ketika meregang adalah berbeda
antara satu dengan yang lainnya, tergantung dari elastisitas bahannya. dan elastisitas yang
dimiliki oleh tiap2 benda tergantung dari jenis bahan apakah benda itu terbuat.
Sebagai suatu contoh, anda akan lebih mudah untuk meregangkan sebuah karet gelang
daripada besi pegas yang biasanya dipakai untuk melatih otot dada.
untuk merenggangkan sebuah besi pegas, anda akan membutuhkan ratusan kali lipat dari
tenaga yang anda butuhkan untuk merenggangkan sebuah karet gelang.
Ketika diberi gaya tarik, karet ataupun pegas akan meregang, dan mengakibatkan pertambahan
panjang baik pada karet gelang ataupun besi pegas. Besarnya pertambahan yang terjadi pada
setiap keadaan tergantung pada elastisitas bahannya dan seberapa besar gaya yang bekerja
padanya
Semakin elastis sebuah benda, maka semakin mudah benda tersebut untuk dipanjangkan atau
dipendekan (istilah jawanya : gampang molor). Semakin besar gaya yang bekerja pada suatu
benda, maka semakin besar pula tegangan dan regangan yang terjadi pada benda itu, sehingga
semakin besar pula pemanjangan atau pemendekan dari benda tersebut. Jika gaya yang bekerja
berupa gaya tekan, maka benda akan mengalami pemendekan, sedangkan jika gaya yang
bekerja berupa beban tarik, maka benda akan mengalami perpanjangan.
Dari sini sudah bisa disimpulkan bahwasanya regangan (ε) yang terjadi pada suatu benda
berbanding lurus dengan tegangannya (σ) dan berbanding terbalik terhadap ke elastisitasannya.
Ini dinyatakan dengan rumus :
ε = σ / E atau σ = E x ε
rumus ini dikenal sebagai hukum Hooke.
Dalam rumus ini, (E) adalah parameter modulus elastisitas atau modulus young. Modulus ini
adalah sebuah konstanta bahan yang memiliki nilai tertentu untuk bahan tertentu. Seperti yang
diuraikan diatas, tiap bahan mempunyai modulus elastisitas (E) tersendiri yang memberi
gambaran mengenai perilaku bahan itu bila mengalami beban tekan atau beban tarik. Bila nilai
E semakin kecil, maka akan semakin mudah bagi bahan untuk mengalami perpanjangan atau
perpendekan
catatan :
tidak semua regangan selalu berbanding lurus dengan tegangan, ada sebuah keadaan dimana
regangan sama sekali tidak berbanding lurus tegangan, dan ada juga regangan yang berbanding
lurus dengan tegangan hanya pada suatu kondisi tertentu saja, tapi dikondisi lain regangannya
sudah tidak berbanding lurus lagi dengan tegangannya.
Modulus Elastisitas
Modulus Elastisitas adalah sebuah konstanta bahan yang memiliki nilai tertentu
untuk bahan tertentu. Semakin kecil modulus elastisitas sebuah benda, maka
akan semakin mudah bagi bahan untuk mengalami perpanjangan atau
perpendekan. begitu pula sebaliknya, Semakin besar modulus elastisitas sebuah
benda, maka akan semakin sulit bagi bahan untuk mengalami perpanjangan atau
perpendekan
Di antara beberapa material utama konstruksi (baja, beton, kayu, aluminium), baja adalah
material yang memiliki regangan maksimum yang besar dan modulus elastisitas yang tinggi.

HUBUNGAN TEGANGAN, REGANGAN & MODULUS ELASTISITAS


Jika sebuah benda dengan luas penampang sebesar (A), kemudian diberi gaya
tekan, tarik atau lentur (N), maka benda tersebut akan menegang sebesar gaya
(N) dibagi dengan luasan penampangnya (A). Jika gaya tersebut dari (N) = 0
kemudian berangsur-angsur diperbesar maka benda tersebut akan meregang
(memendek/ memanjang/ membengkok) sebesar ε0 sampai dengan ε.
Sekarang perhatikan gambar berikut.
Andai kata batang dengan panjang L ditarik hingga menjadi dua kali panjang semula, atau
dengan kata lain, pertambahan panjang yang dialami sama dengan panjang semula,
sehingga ΔL = L.
ini berarti ε = ΔL / L
ε = L/L
ε = 1 ….. (pers. 1)
Jika persamaan 1 dimasukan ke hukum hooke ε = σ / E, maka didapat 1 = σ / E
Ini berarti σ = E
Nah sobat, sekarang terlihat berapa besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk meregangkan
sebuah benda menjadi dua kali dari panjang semula, yaitu sebesar modulus elastisitasnya.
Jika hubungan tegangan dan regangan dibuat dalam bentuk grafik dimana setiap nilai tegangan
dan regangan yang terjadi dipetakan kedalamnya dalam bentuk titik-titik, maka titik-titik
tersebut terletak dalam suatu garis lurus (linear) sehingga terdapat kesebandingan antara
tegangan dan regangan.
Hubungan tegangan – regangan seperti ini adalah linear, dimana regangan berbanding lurus
dengan tegangannya, Bahan benda yang memiliki bentuk diagram tegangan-regangan seperti
ini disebut bahan elastis linear, dimana bahannya memiliki modulus elastisitas yang konstan.
Hukum hooke berlaku dalam keadaan ini.
Namun dalam kenyataan, tidak selalu tegangan itu berbanding lurus dengan regangan,
dimana apabila nilai dari tegangan dan regangan apabila dipetakan dalam bentuk titik2, maka
tidak terbentuk hubungan linear didalamnya.
Hubungan tegangan – regangan seperti ini adalah non-linear, dimana regangan tidak
berbanding lurus dengan tegangannya, Bahan benda yang memiliki bentuk diagram tegangan-
regangan seperti ini disebut bahan elastis non-linear, dimana bahannya tidak memiliki modulus
elastisitas yang konstan. Hukum hooke tidak berlaku dalam keadaan ini.
Ada juga sob, suatu keadaan hubungan tegangan-regangan dimana hubungan linearnya terjadi
pada nilai tegangan yang rendah (hukum hooke berlaku) , dan setelah nilai tegangannya naik
maka hubungannya tidak linear lagi, sehingga hukum hooke tidak berlaku.

ELASTIS & PLASTIS


Jika sebuah benda diberi gaya tarik atau tekan, maka benda tersebut akan meregang
(berdeformasi memanjang atau memendek), Namun jika suatu ketika gaya tersebut
dihilangkan, maka benda tersebut akan kembali seperti semula (seperti sebelum diberi gaya).
Keadaan ini disebut sebagai keadaan elastis, yaitu suatu keadaan dimana benda kembali dari
bentuk deformasinya ketika beban/gaya yang bekerja pada benda tersebut dihilangkan.
Contohnya adalah karet gelang. Jika sobat menarik karet gelang, maka karet akan mulur
panjang, tapi jika sobat melepaskannya maka karet akan kembali seperti sediakala.
Dalam kondisi elastis, besarnya gaya berbanding lurus dengan besarnya deformasi.
Namun ada suatu keadaan dimana jika gaya atau beban yang bekerja pada benda tersebut
ditambah besarnya, benda tersebut tidak bisa kembali ke bentuk semula atau kembali seperti
sebelum benda tersebut berdeformasi. Keadaan ini disebut sebagai keadaan Plastis atau
Inelastis.
Pada kondisi awal dimana beban bekerja, perpanjangan (deformasi) akan hilang jika beban
dihilangkan. Tapi jika beban terus ditingkatkan sehingga tegangan terus bertambah, maka pada
suatu titik atau batas tertentu, perpanjangannya tidak bisa hilang seluruhnya alias terjadi
regangan permanen.
titik dimana mulai terjadi perpanjangan (deformasi) secara permanen adalah titik leleh,
sedangkan regangan yang terjadi saat titik ini terjadi disebut sebagai regangan leleh dan
tegangan yang mengakibatkannya disebut tegangan leleh.
Saat titik leleh ini tercapai, maka hubungan tegangan-regangan sudah tidak linear lagi,
perpanjangan (deformasi) dari benda sudah tidak elastis lagi, tapi sudah plastis atau inelastis,
jadi sedikit saja tegangannya dinaikan, maka perpanjangan (deformasi) akan menjadi berkali-
kali lipat jika dibandingkan saat deformasinya masih elastis. Dan seandainya tegangan terus
ditambah, maka pada suatu titik tertentu perpanjangan (deformasi) akan mencapai batasnya.
Titik saat deformasinya sudah mencapai batas disebut titik batas atau titik ultimate. Dimana
saat titik ini tercapai, deformasi benda sudah mencapai puncaknya (tinggal menunggu saat
untuk putus / runtuh saja), tidak ada kenaikan tegangan yang berarti tapi deformasi (regangan)
yang terjadi terus bertambah, ini ditunjukan dengan garis kurva yang turun setelah titik batas
tercapai (lihat gambar atas), sehingga sampai suatu titik dimana deformasi (regangan) sudah
mencapai putus (runtuhnya).
Titik dimana regangan sudah mencapai runtuh (putus) disebut sebagai titik putus / runtuh,
dan regangan yang terjadi disebut sebagai regangan putus/runtuh.

Kuat Tekan Beton


Pengetahuan yang mendalam tentang sifat-sifat beton bertulang sangat penting bagi kita
sebelum mulai mendesain struktur beton bertulang salah satu sifat beton yang perlu kita ketahui
yaitu;kuat tekan beton. Kuat tekan beton fc’ ditentukan dengan melakukan uji kegagalan
terhadap silinder-silinder beton 6 in x 12 in yang berumur 28 hari pada tingkat pembebanan
tertentu. Selama periode 28 hari ini silinder beton biasanya ditempatkan di dalam air atau di
dalam sebuah ruangan dengan temperatur tetap dan kelembapan 100%. Meskipun ada beton
yang memiliki kuat maksimum 28 hari dari 2500 psi hingga 10.000 – 20.000 psi, kebanyakan
beton memiliki kekuatan pada kisaran 3000 hingga 7000 psi. Untuk aplikasi yang umum,
digunakan beton dengan kekuatan 3000 dan 4000 psi, sementara untuk konstruksi beton
prategang 5000 dan 6000 psi. Untuk beberapa aplikasi tertentu, seperti untuk kolom pada lantai-
lantai bawah suatu bangunan tingkat tinggi, beton dengan kekuatan sampai 9000 psi telah
digunakan dan dapat disediakan oleh perusahaan-perusahaan pembuat beton siap campur (ready
mix concrete). Bahkan pada bangunan Two Union Square di Seattle, telah digunakan beton
dengan kekuatan sampai 19000 psi. Nilai-nilai kuat tekan beton seperti yang diperoleh dari hasil
pengujian sangat dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk dari elemen uji dan cara pembebanannya.
Di banyak negara, spesimen uji yang digunakan adalah kubus bersisi 200 mm (7,87 in.). Untuk
beton-beton uji yang sama, pengujian terhadap silinder-silinder 6 in. x 12 in. menghasilkan kuat
tekan yang besarnya hanya sekitar 80% dari nilai yang diperoleh dari pengujian beton uji kubus.
Kita bisa beralih dari beton 3000 psi ke beton 5000 psi tanpa perlu melakukan penambahan
buruh dan semen dalam jumlah yang berlebihan. Perkiraan kenaikan biaya bahan untuk
mendapatkan penambahan kekuatan seperti itu adalah 15% sampai 20%. Namun untuk
mendapatkan kekuatan beton di atas 5000 atau 6000 psi diperlukan desain campuran beton yang
sangat teliti dan perhatian penuh kepada detail-detail seperti pencampuran, penempatan, dan
perawatan. Persyaratan ini menyebabkan kenaikan biaya yang relatif lebih besar.
Sejumlah catatan penting diberikan di seluruh bagian ini menyangkut keuntungan ekonomis
yang didapatkan dengan menggunakan kekuatan beton yang berbeda-beda untuk aplikasi yang
berbeda pula, seperti misalnya untuk balok, kolom, pondasi tapak, dan struktur prategang.

Material Beton I
Dalam suatu pembangunan infrastruktur, beton merupakan bahan umum yang sering digunakan.
Komposisi yang digunakan untuk membuat beton adalah
 3-6 % udara
 10-12 % semen
 14-18 % air
 20-27 % pasir
 40-45 % agregat
Beton adalah campuran pasir, kerikil, semen dan air. bahan lain (admixture) dapat ditambahkan
untuk meningkatkan workability, durability, dan waktu pengerasan. beton memiliki kekuatan
tekan yang tinggi tetapi kekuatan tariknya rendah. Beton dapat retak akibat tegangan tarik beban,
susut yang tertahan atau perubahan temperatur. Karena hal itu, beton dapat dikombinasikan
dengan baja sebagai tulang untuk memberi kekuatan tarik yang tidak dimiliki beton.

Sifat Mekanik Beton


 Kekuatan Tekan (fc')
Kuat tekan beton hampir selalu dijadikan acuan dalam perencanaan suatu campuran beton.
Kekuatan beton bisa memberi gambaran keseluruhan kualitas beton karena terkait langsung
dengan struk hidrasi pasta semennya. kekuatan tekan biasanya diuji dengan tes benda uji silinder
beton (15x30 cm) usia 28 hari. kekuatan tekan beton umumnya dipengaruhi oleh perbandingan
air/semen (W/C ratio), tipe semen, admixture, agregat, kelembaban selama proses curing,
temperatur, umur beton dan kecepatan pembebanan. Perlu diingat semakin kecil W/C ratio maka
kekuatan tekan beton akan semakin besar.
 Modulus Elastisitas (Ec)
Moddulus elastisitas beton adalah konstanta elastis dari material beton yang besarnya dapat
ditentukan dari kurva hubungan tegangan-regangan yang merupakan kemiringan atau tangen dari
kurva tersebut
 Susut (Shrinkage)
Susut didefinisikan sebagai perubahan (penurunan) volume yang tidak berhubungan dengan
beban. tingkat susut pada beton berbanding lurus dengan faktor air semennya dan berbanding
terbalik dengan ukuran agregat kasarnya.
 Rangkak (Creep)
Rangkak didefinisikan sebagai peningkatan regangan dengan bertambahnya waktu pada kondisi
tegangan yang konstan. Pada struktur beton bertulang, rangkak akan menimbulkan deformasi
yang permanen.

Semen
Semen portland adalah salah satu jenis semen hidrolik yang paling banyak digunakan untuk
pekerjaan konstruksi beton, sedang yang dimaksud dengan semend hidrolik adalah semen yang
akan mengeras jika bereaksi dengan air dan mempunyai kemampuan mengikat. Bahan baku yang
digunakan untuk pembuatan semen yaitu :
1. Batu Kapur (susunan batuan yang mengandung 50% CaCO3 / Lime Stone)
2. Tanah Liat (tanah dengan rumus kimia 2SiO3.2H2O / Kaolinite)

Anda mungkin juga menyukai