DISUSUN OLEH :
KELAS : 1D
FAKULTAS TEKNIK
JENIS-JENIS TEGANGAN
1. TEGANGAN NORMAL
Tegangan normal terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan pada benda. Jika
gaya dalam diukur dalam N, sedangkan luas penampang dalam m2, maka satuan tegangan
adalah N/m2 atau dyne/cm2.
2. TEGANGAN TARIK
Tegangan Tarik Tegangan tarik pada umumnya terjadi pada rantai, tali, paku
keling, dan lain-lain. Rantai yang diberi beban W akan mengalami tegangan tarik yang
besarnya tergantung pada beratnya.
3. TEGANGAN TEKAN
Tegangan tekan terjadi bila suatu batang diberi gaya (F) yang saling berlawanan
dan terletak dalam satu garis gaya. Misalnya, terjadi pada tiang bangunan yang belum
mengalami tekukan, porok sepeda, dan batang torak.
4. TEGANGAN GESER
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang berlawanan
arah, tegak lurus sumbu batang, tidak segaris gaya namun pada penampangnya tidak terjadi
momen. Tegangan ini banyak terjadi pada konstruksi. Misalnya: sambungan keling,
gunting, dan sambungan baut.
5. TEGANGAN LENGKUNG
Tegangan Lengkung Misalnya, pada poros-poros mesin dan poros roda yang
dalam keadaan ditumpu.
6. TEGANGAN PUNTIR
Tegagan puntir sering terjadi pada poros roda gigi dan batang-batang torsi pada
mobil, juga saat melakukan pengeboran. Jadi, merupakan tegangan trangensial.
REGANGAN
Regangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara pertambahan panjang dengan panjang
awal. Contohnya benda yang menggantung pada tali, menimbulkan gaya tarik pada tali, sehingga
tali memberikan perlawanan berupa gaya dalam yang sebanding dengan berat beban yang
dipikulnya (gaya aksi = reaksi). Respon perlawanan dari tali terhadap beban yang bekerja
padanya akan mengakibatkan tali menegang sekaligus juga meregang sebagai efek terjadinya
pergeseran internal di tingkat atom pada partikel-partikel yang menyusun tali, sehingga tali
mengalami pertambahan panjang.
JENIS-JENIS REGANGAN
1. Regangan Normal
Suatu batang lurus akan mengalami perubahan panjang apabila dibebani secara
aksial, yaitu menjadi panjang jika mengalami tarik dan menjadi pendek jika
mengalami tekan.
Pertambahan panjang pada batang dinotasikan dengan ∆ (delta), s dimana satu satuan
panjang dari batang akan mempunyai perpanjangan yang sama dengan 1/L kali
perpanjangan total ∆. Perpanjangan pada batang dapat diukur untuk setiap kenaikan
tertentu dari beban aksial. Dengan demikian konsep perpanjangan per satuan panjang,
atau disebut regangan, yang diberi notasi ε (epsilon) dapat dihitung dengan persamaan:
Jadi Perpanjangan per unit panjang disebut regangan normal, dinyatakan tidak
berdimensi, artinya regangan tidak mempunyai satuan. Regangan ε disebut regangan
normal karena regangan ini berkaitan dengan tegangan normal. Jika batang mengalami
tarik, maka regangannya disebut regangan tarik, yang menunjukkan perpanjangan bahan.
Demikian juga halnya jika batang mengalami tekan, maka regangannya disebut regangan
tekan, dan batang tersebut memendek. Regangan tarik biasanya bertanda positif dan
regangan tekan bertanda negatif.
2. Regangan Geser
Tegangan geser yang bekerja pada suatu elemen bahan yang diserta
regangan geser, dimana tegangan geser tidak mempunyai kecendrungan
untuk memperpanjang atau memperpendek elemen, dengan kata lain panjang
sisi tidak berubah. Tegangan geser menyebabkan perubahan bentuk elemen,
dimana elemen semula berbentuk persegi panjang, berubah bentuk atau
terdeformasi menjadi miring, sehingga sudut antara muka samping berubah.
Jadi perubahan sudut pada bagian pokok elemen empat persegi panjang awal
disebut sebagai regangan geser, dan merupakan sudut yang dinyatakan dalam derajat
atau radian dan dinotasikan dengan γ.
MODULUS ELASTISITAS, PLASTISITAS dan ULTIMATE
MODULUS ELASTISITAS
Elastisitas adalah sifat suatu bahan yang dapat kembali lagi ke dimensi semula saat beban
dihilangkan.
Rasio antara tegangan geser (τ) dengan regangan geser (γ) disebut
modulus elastisitas geser, dan biasanya dinotasikan dengan G, dinyatakan
dengan persamaan:
G = τ/ γ
Modulus elastisitas geser disebut juga modulus kekakuan (modulus of rigity).
Satuan untuk modulus elastisitas geser sama dengan satuan tegangan geser,
yaitu N/m2 atau N/mm2.
PLATISITAS
Platisitas adalah sifat suatu bahan yang tidak dapat kembali lagi ke dimensi semula saat
beban dihilangkan.
ULTIMATE
Kekuatan Tarik (tensile strength, ultimate tensile strength) adalah tegangan maksimum
yang bisa ditahan oleh sebuah bahan ketika diregangkan atau ditarik, sebelum bahan tersebut
patah. Kekuatan tarik adalah kebalikan dari kekuatan tekan, dan nilainya bisa berbeda
Beberapa bahan dapat patah begitu saja tanpa mengalami deformasi, yang berarti benda
tersebut bersifat rapuh atau getas (brittle). Bahan lainnya akan meregang dan mengalami
deformasi sebelum patah, yang disebut dengan benda elastis (ductile). Kekuatan tarik umumnya
dapat dicari dengan melakukan uji tarik dan mencatat perubahan regangan dan tegangan. Titik
tertinggi dari kurva tegangan-regangan disebut dengan kekuatan tarik maksimum (ultimate
tensile strength). Nilainya tidak bergantung pada ukuran bahan, melainkan karena faktor jenis
bahan. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi seperti keberadaan zat pengotor dalam bahan,
temperatur dan kelembaban lingkungan pengujian, dan penyiapan spesimen.
Dimensi dari kekuatan tarik adalah gaya per satuan luas. Dalam satuan SI, digunakan
pascal (Pa) dan kelipatannya (seperti MPa, megapascal). Pascal ekuivalen dengan Newton per
meter persegi (N/m²). Satuan imperial diantaranya pound-gaya per inci persegi (lbf/in² atau psi),
atau kilo-pound per inci persegi (ksi, kpsi).
Kekuatan tarik umumnya digunakan dalam mendesain bagian dari suatu struktur yang
bersifat ductile dan brittle yang bersifat tidak statis, dalam arti selalu menerima gaya dalam
jumlah besar, meski benda tersebut tidak bergerak. Kekuatan tarik juga digunakan dalam
mengetahui jenis bahan yang belum diketahui, misal dalam forensik dan paleontologi. Kekerasan
bahan memiliki hubungan dengan kekuatan tarik. Pengujian kekerasan bahan salah satunya
adalah metode Rockwell yang bersifat non-destruktif, yang dapat digunakan ketika uji kekuatan
tarik tidak dapat dilakukan karena bersifat destruktif.
Kurva tegangan-regangan
Sebagaimana beban aksial yang bertambah bertahap, pertambahan panjang terhadap
panjang gage diukur pada setiap pertambahan beban dan ini dilanjukan sampai terjadi kerusakan
(fracture) pada spesimen. Dengan mengetahui luas penampang awal spesimen, maka tegangan
normal, yang dinyatakan dengan σ, dapat diperoleh untuk setiap nilai beban aksial dengan
menggunakan hubungan
P
σ=
A
σ σ σ
U ●P
B
Y ●
● P
P
ε ε ε
O O O
σ σ
Y
●
ε ε
O O
ε1 O’
dimana P menyatakan beban aksial dalam Newton dan A menyatakan luas penampang awal (m2).
Dengan memasangkan pasangan nilai tegangan normal σ dan regangan normal ε, data percobaan
dapat digambarkan dengan memperlakunan kuantitas-kuantitas ini sebagai absis dan ordinat.
Gambar yang diperoleh adalah diagram atau kurva tegangan-regangan. Kurva tegangan-regangan
mempunyai bentuk yang berbeda-beda tergantung dari bahannya. Gambar 1-5 adalah kurva
tegangan regangan untuk baja karbon-medium, Gb. 1-6 untuk baja campuran, dan Gb. 1-7 untuk
baja karbon-tinggi dengan campuran bahan nonferrous. Untuk campuran nonferrous dengan besi
kasar diagramnya ditunjukkan pada Gb. 1-8, sementara untuk karet ditunjukkan pada Gb. 1-9.
Modulus tangen
Laju perubahan tegangan terhadap perubahan regangan disebut modulus tangen bahan. Ini
sebenarnya merupakan bentuk modulus sesaat (instantaneous) dan dinyatakan dengan Et = dσ/dε.
Rasio Poisson
Ketika suatu batang dikenai pembebanan tarik sederhana maka terjadi penambahan panjang
batang pada arah pembebanan, tetapi terjadi pengurangan dimensi lateral tegaklurus terhadap
pembebanan. Rasio regangan pada arah lateral terhadap arah aksial didefinisikan sebagai rasio
Poisson (Poisson’s ratio). Dalam buku ini dilambangkan dengan μ. Pada kebanyakan logam μ
mempunyai nilai antara 0.25 sampai 0.35.
Kekuatan spesifik
Kuantitas ini didefinisikan sebagai rasio tegangan maksimum terhadap berat spesifik, yaitu berat
per unit volume. Dengan demikian kita peroleh satuan
N N
/ =m
m2 m3
sehingga kekuatan spesifik bahan mempunyai satuan panjang. Parameter ini sangat bermanfaat
untuk perbandingan efisiensi bahan.
Modulus spesifik
Modulus spesifik didefinisikan sebagai perbandingan modulus Young terhadap berat spesifik
bahan. Kuantitas ini juga mempunyai satuan panjang.
KLASIFIKASI BAHAN
Sampai saat ini, diskusi kita adalah didasarkan pada asumsi bahwa bahan mempunyai dua
karakteristik, yaitu:
Homogen, yaitu mempunyai sifat elastis (E, μ) yang sama pada keseluruhan titik pada
bahan.
Isotropis, yaitu mempunyai sifat elastis yang sama pada semua arah pada setiap titik dalam
bahan.
Tidak semua bahan mempunyai sifat isotropis. Apabila suatu bahan tidak memiliki suatu
sifat simetri elastik maka bahan tersebut disebut anisotropis, atau kadang-kadang aeolotropis.
Disamping memiliki dua konstanta elastis (E, μ) seperti pada bahan isotropis, bahan anisotropis
mempunyai 21 konstanta elastis yang lain. Jika bahan mempunyai tiga bidang yang saling
tegaklurus dengan masing-masing mempunyai simetri elastis maka bahan dikatakan orthotropis.
Jumlah konstanta independen dalam hal ini adalah sembilan. Bahan komposit yang diperkuat
dengan filamen didalamnya (Gb. 1-10) merupakan contoh dari bahan anisotropis.
Filamen
Filamen
(a) (b)
Gb. 1-10. (a) batang epoksi diperkuat dengan filamen satu arah; (b) plat epoksi diperkuat dengan
filamen dua arah
Pengertian Beton
Beton adalah suatu bahan komposit yang terdiri dari kumpulan, secara umum pasir dan kerikil
atau agregat kasar, dengan bahan pengikat semen portland dan air. Kumpulan pasir dan kerikil
dengan ukuran kerikil yang maksimum di dalam beton struktural biasanya 3/4 in, ada 3/8 in, atau
1,5 in. Sebatas kerikil masih bisa digunakan (James G.MacGregor, 1997).
Tegangan-Regangan Untuk Beton
Bila kita hendak mengangkat sebuah benda tetapi kita tidak memiliki mesin angkat
maka benda tersebut dapat kita angkat dengan menggunakan bantuan katrol dan
tali. Katrol menancap erat pada balok diatasnya dan tali ditempatkan pada rol
katrol. Apa yang terjadi pada kasus ini ? benda tersebut bergantung pada salah satu
ujung tali dan ditarik oleh kita pada ujung yang lainnya. Tali yang tertarik akan
tegang sehingga balok katrol dapat dianggap sebagai sebuah struktur.
Dari yang sudah kita pelajari pada teori kekuatan bahan, bahwasanya tegangan tarik dapat
ditentukan dengan membagi berat beban ( berat dari benda yang menggantung pada tali )
dengan luas penampang elemennya ( tali yang memegang benda tersebut ).
keadaan ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
σ = N/A
dimana :
σ = tegangan normal
N = gaya longitudinal (aksial)
A = luas penampang tali
Jadi disini bisa disimpulkan, bahwasanya tegangan yang terjadi pada tali merupakan
perbandingan antara gaya tarik yang bekerja pada tali dengan luas penampang tali itu sendiri.
Penyebab terjadinya tegangan pada suatu benda, tidak hanya dari gaya tarik saja, tapi juga bisa
dari gaya tekan dan gaya lentur. Karena disini yang dijadikan contoh adalah benda yang
diangkat tali melalui rol katrol, maka yang bekerja adalah gaya tarik.
Secara redaksional, tegangan dapat diartikan sebagai berikut :
Tegangan (Stress)
Tegangan adalah “ Perbandingan antara gaya tarik atau tekan yang bekerja
terhadap luas penampang benda” .
σ = N/A
REGANGAN
Benda yang menggantung pada tali,menimbulkan gaya tarik pada tali,sehingga tali memberikan
perlawanan berupa gaya dalam yang sebanding dengan berat beban yang dipikulnya (gaya aksi
= reaksi). Respon perlawanan dari tali terhadap beban yang bekerja padanya akan
mengakibatkan tali menegang sekaligus juga meregang sebagai efek terjadinya pergeseran
internal di tingkat atom pada partikel-partikel yang menyusun tali,sehingga tali mengalami
pertambahan panjang (istilah jawanya : ‘modot atau melur’).
Jika pada akhirnya tali telah mengalami pertambahan sejauh Δl dari yang semula sepanjang L,
maka regangan yang terjadi pada tali merupakan perbandingan antara penambahan panjang
yang terjadi terhadap panjang mula-mula dari tali dan dinyatakan sebagai berikut :
ε = ΔL / L
dimana : ΔL = perubahan panjang (perpanjangan)…………… (satuan panjang)
L = panjang awal (panjang semula)………………… (satuan panjang)
karena pembilang dan penyebutnya memiliki satuan yang sama, maka regangan adalah sebuah
nilai nisbi, yang dapat dinyatakan dalam persen dan tidak mempunyai satuan.
Regangan (Strain)
Regangan adalah “Perbandingan antara pertambahan panjang (ΔL) terhadap
panjang mula-mula(L)” Regangan dinotasikan dengan ε dan tidak mempunyai
satuan.
MODULUS ELASTISITAS
Besarnya pertambahan panjang yang dialami oleh setiap benda ketika meregang adalah berbeda
antara satu dengan yang lainnya, tergantung dari elastisitas bahannya. dan elastisitas yang
dimiliki oleh tiap2 benda tergantung dari jenis bahan apakah benda itu terbuat.
Sebagai suatu contoh, anda akan lebih mudah untuk meregangkan sebuah karet gelang
daripada besi pegas yang biasanya dipakai untuk melatih otot dada.
untuk merenggangkan sebuah besi pegas, anda akan membutuhkan ratusan kali lipat dari
tenaga yang anda butuhkan untuk merenggangkan sebuah karet gelang.
Ketika diberi gaya tarik, karet ataupun pegas akan meregang, dan mengakibatkan pertambahan
panjang baik pada karet gelang ataupun besi pegas. Besarnya pertambahan yang terjadi pada
setiap keadaan tergantung pada elastisitas bahannya dan seberapa besar gaya yang bekerja
padanya
Semakin elastis sebuah benda, maka semakin mudah benda tersebut untuk dipanjangkan atau
dipendekan (istilah jawanya : gampang molor). Semakin besar gaya yang bekerja pada suatu
benda, maka semakin besar pula tegangan dan regangan yang terjadi pada benda itu, sehingga
semakin besar pula pemanjangan atau pemendekan dari benda tersebut. Jika gaya yang bekerja
berupa gaya tekan, maka benda akan mengalami pemendekan, sedangkan jika gaya yang
bekerja berupa beban tarik, maka benda akan mengalami perpanjangan.
Dari sini sudah bisa disimpulkan bahwasanya regangan (ε) yang terjadi pada suatu benda
berbanding lurus dengan tegangannya (σ) dan berbanding terbalik terhadap ke elastisitasannya.
Ini dinyatakan dengan rumus :
ε = σ / E atau σ = E x ε
rumus ini dikenal sebagai hukum Hooke.
Dalam rumus ini, (E) adalah parameter modulus elastisitas atau modulus young. Modulus ini
adalah sebuah konstanta bahan yang memiliki nilai tertentu untuk bahan tertentu. Seperti yang
diuraikan diatas, tiap bahan mempunyai modulus elastisitas (E) tersendiri yang memberi
gambaran mengenai perilaku bahan itu bila mengalami beban tekan atau beban tarik. Bila nilai
E semakin kecil, maka akan semakin mudah bagi bahan untuk mengalami perpanjangan atau
perpendekan
catatan :
tidak semua regangan selalu berbanding lurus dengan tegangan, ada sebuah keadaan dimana
regangan sama sekali tidak berbanding lurus tegangan, dan ada juga regangan yang berbanding
lurus dengan tegangan hanya pada suatu kondisi tertentu saja, tapi dikondisi lain regangannya
sudah tidak berbanding lurus lagi dengan tegangannya.
Modulus Elastisitas
Modulus Elastisitas adalah sebuah konstanta bahan yang memiliki nilai tertentu
untuk bahan tertentu. Semakin kecil modulus elastisitas sebuah benda, maka
akan semakin mudah bagi bahan untuk mengalami perpanjangan atau
perpendekan. begitu pula sebaliknya, Semakin besar modulus elastisitas sebuah
benda, maka akan semakin sulit bagi bahan untuk mengalami perpanjangan atau
perpendekan
Di antara beberapa material utama konstruksi (baja, beton, kayu, aluminium), baja adalah
material yang memiliki regangan maksimum yang besar dan modulus elastisitas yang tinggi.
Material Beton I
Dalam suatu pembangunan infrastruktur, beton merupakan bahan umum yang sering digunakan.
Komposisi yang digunakan untuk membuat beton adalah
3-6 % udara
10-12 % semen
14-18 % air
20-27 % pasir
40-45 % agregat
Beton adalah campuran pasir, kerikil, semen dan air. bahan lain (admixture) dapat ditambahkan
untuk meningkatkan workability, durability, dan waktu pengerasan. beton memiliki kekuatan
tekan yang tinggi tetapi kekuatan tariknya rendah. Beton dapat retak akibat tegangan tarik beban,
susut yang tertahan atau perubahan temperatur. Karena hal itu, beton dapat dikombinasikan
dengan baja sebagai tulang untuk memberi kekuatan tarik yang tidak dimiliki beton.
Semen
Semen portland adalah salah satu jenis semen hidrolik yang paling banyak digunakan untuk
pekerjaan konstruksi beton, sedang yang dimaksud dengan semend hidrolik adalah semen yang
akan mengeras jika bereaksi dengan air dan mempunyai kemampuan mengikat. Bahan baku yang
digunakan untuk pembuatan semen yaitu :
1. Batu Kapur (susunan batuan yang mengandung 50% CaCO3 / Lime Stone)
2. Tanah Liat (tanah dengan rumus kimia 2SiO3.2H2O / Kaolinite)