Anda di halaman 1dari 19

Berikut adalah pengertian dan definisi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) tersebut :

Pengertian (Definisi) K3 Menurut Filosofi


(Mangkunegara)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan manusia
pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.

Pengertian (Definisi) K3 Menurut Keilmuan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua Ilmu dan Penerapannya untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan
dan pencemaran lingkungan.

Pengertian (Definisi) K3 Menurut OHSAS 18001:2007


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang dapat
berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain
(kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja.

Ketiga versi pengertian K3 di atas adalah pengertian K3 yang umum (paling sering)
digunakan di antara versi-versi pengertian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) lainnya.

Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki beberapa dasar hukum pelaksanaan. Di
antaranya ialah Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Permenaker No 5
Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Permenaker No 4
Tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Rangkuman dasar-
dasar hukum tersebut antara lain :

UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja :


1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
3. Adanya bahaya kerja di tempat itu.

Permenaker No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem


Manajemen K3 :
Setiap perusahaan yang memperkerjakan 100 (seratus) tenaga kerja atau lebih dan atau yang
mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi
yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran
lingkungan dan penyakit akibat kerja (PAK).
Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) :
1. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkerjakan 100 (seratus) orang
atau lebih.
2. Tempat kerja dimana pengusaha memperkerjakan kurang dari 100 (seratus) orang
tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko besar akan
terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan pencemaran radioaktif.

Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki beberapa tujuan dalam


pelaksanaannya berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Di dalamnya terdapat 3 (tiga) tujuan utama dalam Penerapan K3 berdasarkan Undang-
Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu antara lain :

Ilustasi

1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat
kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.

Dari penjabaran tujuan penerapan K3 di tempat kerja berdasarkan Undang-Undang nomor 1


Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja di atas terdapat harmoni mengenai penerapan K3 di
tempat kerja antara Pengusaha, Tenaga Kerja dan Pemerintah/Negara. Sehingga di masa yang
akan datang, baik dalam waktu dekat ataupun nanti, penerapan K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) di Indonesia dapat dilaksanakan secara nasional menyeluruh dari Sabang
sampai Meraoke. Seluruh masyarakat Indonesia sadar dan paham betul mengenai pentingnya
K3 sehingga dapat melaksanakannya dalam kegiatan sehari-hari baik di tempat kerja maupun
di lingkungan tempat tinggal. Aamiin :-)

Pengertian, Dasar Hukum dan Ruang Lingkup Kesehatan Kerja

Pengertian Kesehatan Kerja menurut joint ILO/WHO Committee 1995 ialah penyelenggaraan
dan pemeliharaan derajat setinggi-tingginya dari kesehatan fisik, mental dan sosial tenaga
kerja di semua pekerjaan, pencegahan gangguan kesehatan tenaga kerja yang disebabkan
kondisi kerjanya, perlindungan tenaga kerja terhadap resiko faktor-faktor yang mengganggu
kesehatan, penempatan dan pemeliharaan tenaga kerja di lingkungan kerja sesuai kemampuan
fisik dan psikologisnya, dan sebagai kesimpulan ialah penyesuaian pekerjaan kepada manusia
dan manusia kepada pekerjaannya.

Ilustrasi

Dasar Hukum Kesehatan Kerja


1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 (tiga) dan pasal 8
(delapan).
2. Peraturan Menteri Perburuhan no 7 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat Kesehatan,
Kebersihan serta Penerangan di Tempat Kerja.
3. Permenaker No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
4. Permenaker No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
5. Permenaker No 3 Tahun 1983 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
6. Permenaker No 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi
Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar
Jamsostek.
7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 333 Tahun 1989 tentang Diagnosa dan Pelaporan
Penyakit Akibat Kerja.
8. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No 1 Tahun 1979 tentang Pengadaan Kantin dan Ruang
Makan.
9. Surat Edaran Dirjen Binawas tentang Perusahan Catering Yang Mengelola Makanan Bagi
Tenaga Kerja.

Ruang Lingkup Kesehatan Kerja


1. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja.
o Sarana dan Prasarana.
o Tenaga (dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja, dokter Perusahaan dan
paramedis Perusahaan).
o Organisasi (pimpinan Unit Pelayanan Kesehatan Kerja, pengesahan penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Kerja).
2. Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.
o Awal (Sebelum Tenaga Kerja diterima untuk melakukan pekerjaan).
o Berkala (sekali dalam setahun atau lebih).
o Khusus (secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu berdasarkan tingkat resiko
yang diterima).
o Purna Bakti (dilakukan tiga bulan sebelum memasuki masa pensiun).
3. Pelaksanan P3K (petugas, kotak P3K dan Isi Kotak P3K).
4. Pelaksanaan Gizi Kerja.
o Kantin (50-200 tenga kerja wajib menyediakan ruang makan, lebih dari 200 tenaga
kerja wajib menyediakan kantin Perusahaan).
o Katering pengelola makanan bagi Tenaga Kerja.
o Pemeriksaan gizi dan makanan bagi Tenaga Kerja.
o Pengelola dan Petugas Katering.
5. Pelaksanaan Pemeriksaan Syarat-Syarat Ergonomi.
o Prinsip Ergonomi:
 Antropometri dan sikap tubuh dalam bekerja.
 Efisiensi Kerja.
 Organisasi Kerja dan Desain Tempat Kerja
 Faktor Manusia dalam Ergonomi.
o Beban Kerja :
 Mengangkat dan Mengangkut.
 Kelelahan.
 Pengendalian Lingkungan Kerja.
6. Pelaksanaan Pelaporan (Pelayanan Kesehatan Kerja, Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
dan Penyakit Akibat Kerja)

FAKTOR – FAKTOR BAHAYA

Pengertian (definisi) bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang
berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja (PAK) -
definisi berdasarkan OHSAS 18001:2007.

Secara umum terdapat 5 (lima) faktor bahaya K3 di tempat kerja, antara lain : faktor bahaya
biologi(s), faktor bahaya kimia, faktor bahaya fisik/mekanik, faktor bahaya biomekanik serta
faktor bahaya sosial-psikologis. Tabel di bawah merupakan daftar singkat bahaya dari faktor-
faktor bahaya di atas :

1. Jamur.
2. Virus.
3. Bakteri.
Faktor Bahaya Biologi
4. Tanaman.
5. Binatang.

1. Bahan/Material/Cairan/Gas/Debu/Uap Berbahaya.
Faktor Bahaya Kimia 2. Beracun.
3. Reaktif.
4. Radioaktif.
5. Mudah Meledak.
6. Mudah Terbakar/Menyala.
7. Iritan.
8. Korosif.

1. Ketinggian.
2. Konstruksi (Infrastruktur).
3. Mesin/Alat/Kendaraan/Alat Berat.
4. Ruangan Terbatas (Terkurung).
5. Tekanan.
6. Kebisingan.
Faktor Bahaya Fisik/Mekanik
7. Suhu.
8. Cahaya.
9. Listrik.
10. Getaran.
11. Radiasi.

1. Gerakan Berulang.
2. Postur/Posisi Kerja.
Faktor Bahaya Biomekanik 3. Pengangkutan Manual.
4. Desain tempat kerja/alat/mesin.

1. Stress.
2. Kekerasan.
3. Pelecehan.
Faktor Bahaya Sosial-
4. Pengucilan.
Psikologis
5. Intimidasi.
6. Emosi Negatif.

3 Kewajiban Pengusaha (Pengurus) Terhadap Penerapan K3


(Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Kewajiban Pengusaha (Pengurus) Terhadap Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan


Kerja) di tempat kerja tertuang dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja pasal 14 yang mana terdapat 3 (tiga) kewajiban pengusaha (pengurus)
terhadap penerapan K3 antara lain :
Ilustrasi

1. Menulis dan memasang semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan pada tempat-
tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau Ahli K3 di
tempat kerja yang dipimpinnya.
2. Memasang semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan
lainnya pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai
pengawas atau Ahli K3 di tempat kerja yang dipimpinnya.
3. Menyediakan (APD) Alat Pelindung Diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang dipimpin
maupun orang lain yang memasuki tempat kerja disertai petunjuk-petunjuk yang diperlukan
menurut pegawai pengawas atau Ahli K3 di tempat kerja yang dipimpinnya.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja merupakan tanggung-jawab bersama-
sama. Dengan saling menunaikan kewajiban di tempat kerja, maka diharapkan penerapan K3
di tempat kerja dapat berjalan dengan baik. Perusahaan dan tenaga kerja sama-sama memiliki
kewajiban terhadap penerapan K3 di tempat kerja.

5 Kewajiban Tenaga Kerja Terhadap Penerapan K3 (Keselamatan dan


Kesehatan Kerja)

Kewajiban Tenaga Kerja Terhadap Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di


tempat kerja tertuang dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pasal 12 dimana terdapat 5 (lima) kewajiban utama tenaga kerja dalam penerapan K3 di
tempat kerja, antara lain :
Ilustrasi

1. Memberi keterangan yang benar apabila diminta pegawai pengawas / keselamatan kerja.
2. Menggunakan (APD) Alat Pelindung Diri yang diwajibkan.
3. Memenuhi dan menaati semua syarat-syarat K3 yang diwajibkan.
4. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat K3 yang diwajibkan.
5. Menyatakan keberatan kerja dimana syarat K3 dan APD yang diwajibkan diragukan olehnya
kecuali dalam hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas yang dapat
dipertanggungjawabkan.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja merupakan tanggung-jawab bersama.
Dengan saling menunaikan kewajiban di tempat kerja, maka diharapkan penerapan K3 dapat
dilaksanakan dengan baik. Perusahaan dan tenaga kerja sama-sama memiliki kewajiban
terhadap penerapan K3 di tempat kerja.

18 Syarat Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di


Tempat Kerja

Syarat-syarat Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di tempat kerja


tertuang dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3
(tiga). Pada pasal tersebut disebutkan 18 (delapan belas) syarat penerapan keselamatan kerja
di tempat kerja di antaranya sebagai berikut :
Ilustasi

1. Mencegah & mengurangi kecelakaan kerja.


2. Mencegah, mengurangi & memadamkan kebakaran.
3. Mencegah & mengurangi bahaya peledakan.
4. Memberi jalur evakuasi keadaan darurat.
5. Memberi P3K Kecelakaan Kerja.
6. Memberi APD (Alat Pelindung Diri) pada tenaga kerja.
7. Mencegah & mengendalikan timbulnya penyebaran suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap,
uap, gas, radiasi, kebisingan & getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan keracunan.
9. Penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Suhu dan kelembaban udara yang baik.
11. Menyediakan ventilasi yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan & ketertiban.
13. Keserasian tenaga kerja, peralatan, lingkungan, cara & proses kerja.
14. Mengamankan & memperlancar pengangkutan manusia, binatang, tanaman & barang.
15. Mengamankan & memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan & memperlancar bongkar muat, perlakuan & penyimpanan barang
17. Mencegah tekena aliran listrik berbahaya.
18. Menyesuaikan & menyempurnakan keselamatan pekerjaan yang resikonya bertambah
tinggi.
5 Hierarki Pengendalian Resiko/Bahaya K3

 Hebbie Ilma Adzim   Dasar-Dasar K3 |  Senin, Desember 09, 2013

Resiko/bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian memerlukan langkah


pengendalian untuk menurunkan tingkat resiko/bahaya-nya menuju ke titik yang aman.

Pengendalian Resiko/Bahaya dengan cara eliminasi memiliki tingkat keefektifan, kehandalan


dan proteksi tertinggi di antara pengendalian lainnya. Dan pada urutan hierarki setelahnya,
tingkat keefektifan, kehandalan dan proteksi menurun seperti diilustrasikan pada gambar di
bawah :

Hierarki Pengendalian Resiko

Pengendalian resiko merupakan suatu hierarki (dilakukan berurutan sampai dengan tingkat
resiko/bahaya berkurang menuju titik yang aman). Hierarki pengendalian tersebut antara lain
ialah eliminasi, substitusi, perancangan, administrasi dan alat pelindung diri (APD) yang
terdapat pada tabel di bawah :

Hierarki Pengendalian Resiko K3


Eliminasi Eliminasi Sumber Bahaya
Substitusi Substitusi Alat/Mesin/Bahan Tempat Kerja/Pekerjaan
Modifikasi/Perancangan Alat/Mesin/Tempat Aman Mengurangi Bahaya
Perancangan
Kerja yang Lebih Aman
Prosedur, Aturan, Pelatihan, Durasi Kerja,
Administrasi Tenaga Kerja Aman
Tanda Bahaya, Rambu, Poster, Label
Mengurangi Paparan
APD Alat Perlindungan Diri Tenaga Kerja
Pengertian (Definisi) Insiden, Kecelakaan Kerja dan Nearmiss

Dalam standar OHSAS 18001:2007 dijabarkan beberapa definisi (pengertian) mengenai


Insiden, Kecelakaan Kerja dan juga Nearmiss (hampir celaka). Ketiga istilah di atas memiliki
pengertian, arti dan definisi berbeda sebagaimana hal berikut di bawah :

Pengertian (Definisi) Insiden ialah kejadian yang berkaitan dengan pekerjaan dimana
cedera, penyakit akibat kerja (PAK) ataupun kefatalan (kematian) dapat terjadi. Termasuk
insiden ialah keadaan darurat.

Pengertian (Definisi) Kecelakaan Kerja ialah insiden yang menimbulkan cedera, penyakit
akibat kerja (PAK) ataupun kefatalan (kematian).

Pengertian (Definisi) Nearmiss ialah insiden yang tidak menimbulkan cedera, penyakit
akibat kerja (PAK) ataupun kefatalan (kematian).

Pengertian (Definisi) Keadaan Darurat ialah keadaan sulit yang tidak diduga (terduga)
yang memerlukan penanganan segera supaya tidak terjadi kecelakaan/kefatalan.

Kecelakaan Kerja

Nearmiss
Investigasi (Penyebab) Kecelakaan Kerja | Efek Domino Kecelakaan
Kerja (H.W. Heinrich)

Menurut teori domino effect kecelakaan kerja H.W Heinrich, kecelakaan terjadi melalui
hubungan mata-rantai sebab-akibat dari beberapa faktor penyebab kecelakaan kerja yang
saling berhubungan sehingga menimbulkan kecelakaan kerja (cedera ataupun penyakit akibat
kerja / PAK) serta beberapa kerugian lainnya.

Terdapat faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja antara lain : penyebab langsung kecelakaan
kerja, penyebab tidak langsung kecelakaan kerja dan penyebab dasar kecelakaan kerja.

Termasuk dalam faktor penyebab langsung kecelakaan kerja ialah kondisi tidak
aman/berbahaya (unsafe condition) dan tindakan tidak aman/berbahaya (unsafe action).
Kondisi tidak aman, beberapa contohnya antara lain : tidak dipasang (terpasangnya)
pengaman (safeguard) pada bagian mesin yang berputar, tajam ataupun panas, terdapat
instalasi kabel listrik yang kurang standar (isolasi terkelupas, tidak rapi), alat
kerja/mesin/kendaraan yang kurang layak pakai, tidak terdapat label pada kemasan bahan
(material) berbahaya, dsj. Termasuk dalam tindakan tidak aman antara lain : kecerobohan,
meninggalkan prosedur kerja, tidak menggunakan alat pelindung diri (APD), bekerja tanpa
perintah, mengabaikan instruksi kerja, tidak mematuhi rambu-rambu di tempat kerja, tidak
melaporkan adanya kerusakan alat/mesin ataupun APD, tidak mengurus izin kerja berbahaya
sebelum memulai pekerjaan dengan resiko/bahaya tinggi.

Termasuk dalam faktor penyebab tidak langsung kecelakaan kerja ialah faktor pekerjaan dan
faktor pribadi. Termasuk dalam faktor pekerjaan antara lain : pekerjaan tidak sesuai dengan
tenaga kerja, pekerjaan tidak sesuai sesuai dengan kondisi sebenarnya, pekerjaan beresiko
tinggi namun belum ada upaya pengendalian di dalamnya, beban kerja yang tidak sesuai, dsj.
Termasuk dalam faktor pribadi antara lain : mental/kepribadian tenaga kerja tidak sesuai
dengan pekerjaan, konflik, stress, keahlian yang tidak sesuai, dsj.

Termasuk dalam faktor penyebab dasar kecelakaan kerja ialah lemahnya manajemen dan
pengendaliannya, kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya sumber daya, kurangnya
komitmen, dsb.

Menurut teori efek domino H.W Heinrich juga bahwa kontribusi terbesar penyebab kasus
kecelakaan kerja adalah berasal dari faktor kelalaian manusia yaitu sebesar 88%. Sedangkan
10% lainnya adalah dari faktor ketidaklayakan properti/aset/barang dan 2% faktor lain-lain.
Gambar di bawah ialah ilustrasi dari teori domino effect kecelakaan kerja H.W. Heinrich.

Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja)

Kerugian kecelakaan kerja diilustrasikan sebagaimana gunung es di permukaan laut dimana


es yang terlihat di permukaan laut lebih kecil dari pada ukuran es sesungguhnya secara
keseluruhan. Begitu pula kerugian pada kecelakaan kerja kerugian yang "tampak/terlihat"
lebih kecil dari pada kerugian keseluruhan.
Dalam hal ini kerugian yang "tampak" ialah terkait dengan biaya langsung untuk
penanganan/perawatan/pengobatan korban kecelakaan kerja tanpa memperhatikan kerugian-
kerugian lainnya yang bisa jadi berlipat-lipat jumlahnya daripada biaya langsung untuk
korban kecelakaan kerja. Kerugian kecelakaan kerja yang sesungguhnya ialah jumlah
kerugian untuk korban kecelakaan kerja ditambahkan dengan kerugian-kerugian lainnya
(material/non-material) yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja tersebut. Kerugian-kerugian
(biaya-biaya) tersebut antara lain :

Biaya Langsung Kerugian Kecelakaan Kerja :


1. Biaya Pengobatan & Perawatan Korban Kecelakaan Kerja.
2. Biaya Kompensasi (yang tidak diasuransikan).

Biaya Tidak Langsung :


1. Kerusakan Bangunan
2. Kerusakan Alat dan Mesin
3. Kerusakan Produk dan Bahan/Material
4. Gangguan dan Terhentinya Produksi
5. Biaya Administratif
6. Pengeluaran Sarana/Prasarana Darurat
7. Sewa Mesin Sementara
8. Waktu untuk Investigasi
9. Pembayaran Gaji untuk Waktu Hilang
10. Biaya Perekrutan dan Pelatihan
11. Biaya Lembur (Investigasi)
12. Biaya Ekstra Pengawas(an)
13. Waktu untuk Administrasi
14. Penurunan Kemampuan Tenaga Kerja yang Kembali karena Cedera
15. Kerugian Bisnis dan Nama Baik

Perbandingan jumlah biaya di atas diilustrasikan pada


gambar di bawah berikut :
Piramida Kecelakaan Kerja

Piramida Kecelakaan Kerja menggambarkan statistik urutan (rangkaian) kejadian yang terjadi
menuju 1 (satu) kecelakaan fatal (kematian/cacat permanen). Lebih jelasnya dapat dijabarkan
dalam teori piramida kecelakaan kerja sebagai berikut :

Setiap terdapat 1 (satu) kejadian kecelakaan fatal (kematian/cacat permanen) maka di dalam 1
(satu) kejadian fatal tersebut terdapat 10 (sepuluh) kejadian kecelakaan ringan dan 30 (tiga
puluh) kejadian kecelakaan yang menimbulkan kerusakan aset/properti/alat/bahan serta 600
(enam ratus) kejadian nearmiss (hampir celaka) sebelum terjadinya 1 (satu) kejadian
kecelakaan fatal tersebut.

Dari teori piramida kecelakaan kerja tersebut menggambarkan bahwa, guna mencegah
kecelakaan fatal di tempat kerja, maka harus terdapat upaya untuk menghilangkan
(mengurangi) kejadian-kejadian nearmiss di tempat kerja sehingga probabilitas menuju
kejadian kecelakaan fatal dan kejadian-kejadian lain sebelum menuju adanya 1 (satu)
kejadian fatal dapat dikurangi atau hilang. Ilustrasi piramida kecelakaan kerja sebagaimana
ada pada gambar di bawah :
3 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja

Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu bentuk kerugian baik bagi korban kecelakaan
kerja maupun Perusahaan/Organisasi. Upaya pencegahan kecelakaan kerja diperlukan untuk
menghindari kerugian-kerugian yang timbul serta untuk meningkatkan kinerja keselamatan
kerja di tempat kerja.

Berdasarkan teori domino effect penyebab kecelakaan kerja (H.W. Heinrich), maka dapat
dirancang berbagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di tempat kerja, antara lain :

Ilustrasi

1. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya Di Tempat


Kerja :
o Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman di tempat kerja.
o Pemantauan dan Pengendalian Tindakan Tidak Aman di tempat kerja.
2. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan Pengawasan :
oPelatihan dan Pendidikan K3 terhadap tenaga kerja.
oKonseling dan Konsultasi mengenai penerapan K3 bersama tenaga kerja.
oPengembangan Sumber Daya ataupun Teknologi yang berkaitan dengan
peningkatan penerapan K3 di tempat kerja.
3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Sistem Manajemen :
o Prosedur dan Aturan K3 di tempat kerja.
o Penyediaan Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya di tempat kerja.
o Penghargaan dan Sanksi terhadap penerapan K3 di tempat kerja kepada tenaga
kerja.

Pengertian (Definisi), Contoh, Penyebab dan Pencegahan Penyakit


Akibat Kerja (PAK)

Pengertian (definisi) Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani
maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah oleh aktivitas kerja ataupun kondisi lain
yang berhubungan dengan pekerjaan.

Beberapa contoh penyakit akibat kerja (PAK) antara lain : silicosis (karena paparan debu
silica), asbestosis (karena paparan debu asbes), low back pain (karena pengangkutan manual),
white finger syndrom (karena getaran mekanis pada alat kerja), dsb.

Ilustrasi PAK

Beberapa faktor penyebab penyakit akibat kerja (PAK) antara lain : Biologi (Bakteri, Virus
Jamur, Binatang, Tanaman) ; Kimia (Bahan Beracun dan Berbahaya/Radioaktif), Fisik
(Tekanan, Suhu, Kebisingan, Cahaya), Biomekanik (Postur, Gerakan Berulang,
Pengangkutan Manual), Psikologi (Stress, dsb).
Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
1. Pemeriksaan Kesehatan Berkala.
2. Pemeriksaan Kesehatan Khusus.
3. Pelayanan Kesehatan.
4. Penyedian Sarana dan Prasarana serta perbaikan tempat kerja yang lebih aman, sehat dan
ergonomis.

Jenis-Jenis APD (Alat Pelindung Diri)

Pengertian (Definisi) Alat Pelindung Diri (APD) ialah kelengkapan wajib yang digunakan
saat bekerja sesuai dengan bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan tenaga kerja
itu sendiri maupun orang lain di tempat kerja.

Macam-macam (jenis-jenis) APD antara lain :

Macam-macam APD

Alat Pelindung Kepala

Alat Pelindung Mata dan Muka


Alat Pelindung Pendengaran

Alat Pelindung Pernafasan

Alat Pelindung Tangan

Alat Pelindung Kaki

APD Pelindung Jatuh (Ketinggian)


Alat Pelindung Tubuh (Badan)

Pelampung

Rompi Nyala

Sabuk Pengaman
Jas Hujan

Anda mungkin juga menyukai