Sejarah Perkembangan Islam Di Eropa
Sejarah Perkembangan Islam Di Eropa
Disusun oleh :
Nahad Wahdi
Firdaus
Inayatul Fachriyyah
Siti Nurlatifah
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................. 1
Daftar Isi........................................................................................................ 2
Bab I Pendahuluan........................................................................................ 3
1. Latar Belakang....................................................................... 3
2. Rumusan Masalah................................................................. 5
3. Tujuan Penulisan....................................................................5
Bab II Isi........................................................................................................ 6
1. Kesimpulan............................................................................ 19
Daftar Pustaka............................................................................................... 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
1[1] Samsul Munir Amir, Drs., MA., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), -
ed. 1, cet.2 -, hlm. 158.
2[2] Badri Yatim, Dr., MA., Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2008), -ed. 1-, hlm. 87.
4
pengetahuan. Salah satunya di Andalusia (Spanyol) ini, muncul Bani Umayyah II
yang beribukota Cordova. Di Afrika Utara berdiri daulah Murabithun, kemudian
daulah Muwahidin. Di Sicilia ada kerajaan Normandia, walaupun beragama
Kristen namun mereka memajukan peradaban dan ilmu pengetahuan Islam. Di
Mesir muncul Daulah Fathimiyah, kemudian Ayyubiyah. Disebelah timur kota
Baghdad berdiri bani Ghaznawiyah. Kerajaan-kerajaan kecil ini pada masanya
masing-masing ikut andil memajukan ilmu pengetahuan dalam Islam3[3].
Nama Andalusia berasal dari kata Vandal, nama sebuah bangsa yang
menguasai Spanyol sebelum bangsa Goth dan Islam. Ketika Daulat Abbasiyah
(750-1258 M) di timur mencapai puncak kemajuan ilmu pengetahuan, daulah
Umayyah di Spanyol (756-1027 M) dengan Universitas Cordova, Granada, dan
Sevilla menjadi gerbang transformasi kemajuan ilmu pengetahuan di Eropa –
sementara Eropa sendiri saat itu masih dalam masa kegelapan (peperangan dan
kelaparan)4[4]. Universitas-universitas tersebut menjadi simbol kecemerlangan
Islam yang memberi kontribusi besar bagi kemajuan Eropa di abad pertengahan
menjelang Reinansance pada abad ke -14. Segala kontribusi tersebut menjadi
mungkin diberikan lantaran luasnya muatan studi universitas tersebut. Sebagai
gambaran, Universitas Cordova menyelenggarakan program studi Astronomi,
Matematika, Kedokteran, Hukum, dan Teologi5[5].
Berkaitan dengan hal inilah, maka penulis mendapat kesempatan untuk
menuliskan secara ringkas tentang “Islam di Eropa/Barat” serta hal-hal yang
berkaitan dengan materi tersebut. Semoga isi makalah ini dapat memberi manfa’at
dan pengetahuan bagi kita semua terutama tentang sejarah peradaban Islam di
Spanyol tersebut.
3[3] Musyrifah Sunanto, Prof., Dr., Hj., Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam, (Bogor: Kencana, 2003), hlm. 119-120.
4[4] Hal ini dikemukakan oleh Christopher Dawson. Lihat Harun Nasution, Islam Ditinjau
dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1974), hlm. 74.
5[5] Busman Edyar, dkk., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka Asatruss, 2009),
hlm. 127.
5
1.2 Rumusan Masalah
• Bagaimana cara masuk dan berkembangnya islam di eropa/barat/barat?
• Apa saja bentuk-bentuk aspek ajaran islam yang dikembangkan di
eropa/barat/barat?
• Apa dampak kemajuan eropa/barat/barat bagi dunia islam?
• Bagaimana sikap islam dalam menghadapi kemajuan eropa/barat/barat?
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
Sebelum Islam masuk ke Spanyol, negara ini dipimpin oleh Raja Roderick
yang beragama Kristen dan memiliki misi Kristenisasi di seluruh wilayah
Spanyol. Akibat misi ini, masyarakat Spanyol terpecah menjadi lima kelompok
yang saling memusuhi, yaitu: penguasa tanah yang mengeksploitasi rakyat
miskin, buruh tani dan budak yang dijual beli, golongan menengah yang bergerak
dalam bidang ekonomi, para penguasa yang memiliki hak istimewa, dan pihak
gereja Katholik yang tidak terlalu peduli dengan kondisi masyarakat setempat.
Kondisi inilah yang menyebabkan Islam masuk ke Spanyol dengan mudah tanpa
perlawanan yang berarti8[8].
Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara
dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayyah,
penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara terjadi pada zaman Khalifah Abdul
Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man al-
Ghassani menjadi gubernur di daerah tersebut. Pada masa Khalifah Al-Walid
(705-715 M), Hasan digantikan oleh Musa ibn Nushair. Musa memperluas
wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Marokko. Ia juga
menaklukkan daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di daerah pegunungan,
sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan
seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya9[9]. Secara keseluruhan
penaklukan wilayah Afrika Utara memakan waktu selama 53 tahun, yaitu dari
tahun 30 H (masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abi Sufyan) sampai tahun 83 H
(masa Al-Walid). Setelah itu menjadi salah satu propinsi dari Khilafah Bani
Umayyah dan menjadi batu loncatan bagi penaklukan daerah lain yang
berdekatan, yaitu Spanyol.
Penaklukan Semenanjung Iberia diawali dengan undangan salah satu raja
Gothia Barat (Kristen), Graff Julian untuk membantunya melawan raja lainnya
8[8]Munawiyah, Dra., Msi., dkk., Sejarah Peradaban Islam, (Banda Aceh: Pusat Studi
Wanita (PSW) IAIN Ar-Raniry, 2009), hlm. 139-140.
8
karena ada konflik diantara mereka10[10], pada Musa ibn Nushair yang menjabat
sebagai gubernur Afrika Utara dibawah pemerintahan Bani Umayyah di
Damaskus. Lalu khalifah mengirim 500 pasukan yang dipimpin oleh Tharif ibn
Malik tahun 91 H/710 M dan mendarat di suatu tempat yang kemudian diberi
nama Tharifa11[11]. Ekspedisi ini dianggap berhasil dan Tharif kembali ke
Afrika Utara dengan membawa banyak harta rampasan perang12[12].
Ada beberapa hal yang mendorong Musa ibn Nushair mengabulkan
permohonan Graff Julian, diantaranya karena13[13]:
1. Antara penduduk Spanyol dengan Afrika Utara terlibat dalam suasana perang,
sebab penduduk Spanyol terutama yang beragama Kristen pernah beberapa kali
melakukan penyerangan terhadap daerah pantai Afrika yang sudah dikuasai oleh
kaum Muslimin;
2. Penduduk Spanyol pernah memberikan bantuan kepada tentara Romawi dan
berusaha menduduki beberapa daerah Muslim di pantai Afrika. Dasar
pertimbangan ini disampaikan Nushair pada Khalifah Walid bin Abdul Malik,
sewaktu minta zin untuk mengirimkan bantuan tentara ke Spanyol. Khalifah pun
menyetujui rencana Nushair.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang
dapat dikatakan paling berjasa dalam memimpin pasukan mereka ke wilayah
tersebut. Mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin
10[10] Umat Islam datang ke Spanyol atas undangan Ratu Julian. Salah seorang putri
Ratu yang belajar di Toledo (ibukota Visigoth) diperkosa oleh Raja Roderick, ratu
meminta bantuan kepada umat Islam untuk melawan raja tersebut dalam rangka
membalas dendamnya. Lihat W.Montgomery Watt dan Pierre Chacia, A History of
Islamic Spain, (Edinburgh: Edinburgh University Press, 1992), hlm. 13.
11[11] Siti Maryam, dkk. (ed), Sejarah Peradaban Islam dari Klasik hingga Modern,
(Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga dan LESFI, 2003), hlm. 100-
104.
12[12] Jaih Mubarok, Dr., M.Ag., Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Bani
Quraisy, 2005), cet. 2, - ed. Revisi-, hlm. 110.
9
Nushair. Dari ketiga nama ini, nama Thariq bin Ziyad yang disebut paling
terkenal sebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya lebih besar dan dan
hasilnya lebih nyata. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik, karena
dialah yang pertama kali menyeberang selat untuk memenuhi undangan Graff
Julian agar membantunya, dan ekspedisi ini pun berhasil. Didorong keberhasilan
ini dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigoth yang berkuasa di
Spanyol saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan
perang, Musa bin Nushair pada bulan Rajab 92 H/ April 711 M14[14] mengirim
pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang, terdiri dari suku Barbar (Muslim dari
Afrika Utara), para Mawali dan sebagian lagi orang-orang Arab yang dikirim Al-
Walid, untuk ke Spanyol dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Ia mendarat di
sebuah bukit berbatu karang dekat gunung batu besar, yang akhirnya dinamakan
dengan Jabal Thariq(Gibraltar) – Bukit Thariq, diambil dari namanya sendiri,
Thariq15[15]. Ia dibantu oleh Julian, seorang yang berpengaruh di Spanyol dan
menginginkan pembebasan Spanyol dari kekejaman Roderick, dengan
menyediakan kapal-kapal untuk pasukan Thariq bin Ziyad16[16].
Sejarah mencatat bahwa panglima Thariq setelah seluruh pasukannya
selesai mendarat di wilayah tersebut, membakar seluruh alat penyeberangan
mereka. Ia pun mengucapkan pidato singkat yang bersejarah, “Al aduwwu
amamakum wal bahru waraa-akum, fakhtar ayyuma syi’tum” (musuh di depan
kamu dan lautan di belakang kamu, silahkan pilih mana yang kamu
kehendaki)17[17].
Sebelum Thariq bin Ziyad menyerang kota-kota disekitarnya, dia berhasil
menaklukkan kota Arknidona, lalu berhasil merebut kota Elvira. Pasukan berkuda
15[15] Munawiyah, op. Cit., hlm. 141, Badri Yatim, op. Cit., hlm. 89, Busman Edyar, dkk.,
op. Cit., hlm. 128, Samsul Munir Amin, op. Cit., hlm. 162.
16[16] Philip K.Hitti, History of the Arabs, (Jakarta: PT.Serambi Ilmu Pustaka, 2005), hlm.
628.
10
menyerang kota Cordova, setelah bertahan selama dua bulan maka diserahkan
kota Cordova dan dengan warganya ikut ditaklukkan masuk dalam pemerintahan
Islam. Lalu kota ini dijadikan sebagai pusat kejayaan Islam di Spanyol18[18].
Setelah itu pasukan Thariq berhasil menguasai kota Malaga dan kota
Granada. Dalam penyerangan pasukan Islam tidak mendapat perlawanan yang
berarti. Sebelum Thariq menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan
kepada Nushair di Afrika Utara. Nushair mengirimkan tambahan sebanyak 5000
personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang, namun
jumlah ini belum sebanding dengan jumlah pasukan tempur Gothik yang
disiapkan Roderick yang jauh lebih besar, yaitu 100.000 orang. Dalam
pertempuran yang memakan waktu selama delapan hari dan berlangsung di
Guadalete, pinggir sungai Guadalquivir, Barbatee (Salado) di suatu tempat
bernama Bakkah pada tanggal 19 Juli 711 M dengan suasana yang sangat
mencekam. Kedua belah pihak bertempur dengan sengit dan tentara Islam
mendapat kemenangan yang cemerlang, pasukan Roderick porak poranda dan
mundur dalam keadaan kacau, sementara Roderick tewas ditempat tersebut19[19].
Setelah kota Toledo yang menjadi ibukota Goth Barat jatuh ke tangan
Islam, Thariq yang mulanya hanya seorang pemimpin tentara biasa telah menjadi
pemimpin yang agung di wilayah yang baru ditaklukkannya. Dikarenakan
cemburu terhadap kemenangan-kemenangan yang diraih panglimanya yang sangat
luar biasa, dengan tergesa-gesa Musa bin Nushair merasa perlu melibatkan diri
dan berangkat ke Spanyol pada bulan Juni 712 M sambil memimpin tentara
sebanyak 10.000 orang, semuanya terdiri dari orang Arab dan Arab Syiria.
Sasarannya dipilih kota-kota dan kubu-kubu yang tidak diganggu Thariq, seperti
Merida (Medina), Sedonia, dan Carmona. Seville yang merupakan kota terbesar
dan pusat kecerdasan Spanyol serta pernah menjadi ibukota pada zaman Romawi,
mampu mempertahankan diri hingga akhir bulan Juni 713 M. Dekat kota Merida,
Musa menemui perlawanan yang sengit, namun setelah terkepung selama satu
11
tahun, setapak demi setapak kota tersebut dapat diduduki dalam bulan Juli 713 M.
Musa juga mengalahkan penguasa kerajaan Gothik, Theodomir di Orihuela, lalu
bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya mereka berhasil menguasai
seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa
sampai Navarre20[20]. Juga berhasil ditaklukkan juga daerah Terrafona dan
Barcelona21[21].
Gelombang perluasan wilayah berikutnya terjadi pada pemerintahan
Khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz tahun 99 H/717 M. Sasaran ditujukan untuk
menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan, pimpinannya
dipercayakan kepada As-Samah, tapi usahanya gagal dan ia sendiri terbunuh pada
tahun 102 H/720 M. Lalu pimpinan pasukan diserahkan pada Abdurrahman bin
Abdullah Al-Ghafiqi. Dengan pasukannya ia menyerang kota Bordesu, Poiter, dan
juga Tours. Tetapi di antara kota Poiter dan Tours ia ditahan oleh Charles Martel,
sehingga serangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur
kembali ke Spanyol22[22].
Sesudah itu, masih juga ada penyerangan seperti ke Avirignon tahun 734
M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah.
Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus, dan sebagian dari Sicillia juga
jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah23[23].
Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang
geraknya dimulai pada permulaan abad ke 8 M ini telah menjangkau seluruh
Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian
penting dari Italia. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga
23[23] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I cet. 5, (Jakarta: UI
Press, 1985), hlm. 62.
12
jatuhnya kerajaan Islam terakhir disana, Islam memainkan peranan yang sangat
besar. Masa tersebut berlangsung selama lebih dari 7,5 abad24[24].
25[26] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-
akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm.
67.
26[27] Badri Yatim, Dr. M.A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000), hlm. 93.
13
berakhir dengan datangnya Abd al-Rahman ad-Dakhil ke Spanyol dan
memerintah pada tahun 138 H/755 M.
14
Periode ini dimulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-
Nashir, sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan Muluk al-
Thawaif. Gelar yang dipakai pada masa ini adalah khalifah, yang dipakai mulai
tahun 929 M. Kemudian muncul Hakam II dan Hisyam II. Pada periode ini umat
Islam beranjak mencapai puncak kejayaan dan kemajuan menyaingi Daulah
Abasiyah di Baghdad. Hal ini ditandai dengan berdirinya Masjid Abdurrahman III
yang diteruskan Al-Hakam II dengan membangun Universitas Cordova, lengkap
dengan perpustakaan dan isi bukunya. Pada masa ini masyarakat dapat menikmati
kesejahteraan dan kemakmuran.
Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang,
yaitu: Abd Al-Rahman Al-Nashir (912 M-961 M), Hakam II (961 M-976 M), dan
Hisyam II (976 M-1009 M).
4. Periode Keempat (1013 M-1086 M)
Pada periode ini, kekuasaan Islam Spanyol sedang dalam konflik internal.
Wilayahnya terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil yang dipimpin
oleh raja-raja golongan/ kelompok (Al-Muluk Al-Thawaif) yang berpusat di kota
seperti Cordova, Sevilla, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya
adalah Abbadiyah di Sevilla, Hudiyah di Saragossa, sebagian lainnya di Barbar
seperti Miknasa Aftashiyah di Badajoz, Zennun di Toledo dan Hammudiyah di
Malaga, dan silsilah keturunan mereka melalui Idrisiyyah di Marokko samapi ke
Khalifah Ali, juga sebagian Dinasti Thaifa dari para pasukan Afrika yang datang
di akhir abad 10 di bawah Al-Manshur, seperti Shanhaja, Barbar, Ziriyyah dari
Elvira memperoleh kemajuan di Valencia. Pada tahun 1085 M orang Kristen
berhasil merebut Toledo dan in memaksa raja Abbadiyah, Al-Mu’tamid, berpaling
kepada pemerintahan Al-Murawiyyah Barbar.
Selain perpecahan dalam kerajaan kecil, pada masa ini juga terjadi pertikaian
besar diantara kekuasaan Islam itu sendiri. Beberapa diantaranya bekerjasama
dengan pasukan kekuasaan Kristen untuk mempertahankan wilayahnya. Di sisi
lain, melihat kekuasaan Islam yang lemah dan terpecah, kekuasaan Kristen
melakukan penyerangan kepada beberapa kekuasaan Islam. Walau demikian
15
dunia akademik dan keilmuan terus berlangsung, perpindahan ilmu dan
pengembangan ilmu pengetahuan tidak terhenti.
5. Periode Kelima (1086 M-1248 M)
Pada periode ini meskipun masih terpecah dalam beberapa Negara, tapi
terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan Dnasti Murabithun dan
Dinasti Muwahhidun. Dinasti ini muncul atas undangan para penguasa Islam
untuk mempertahankan Islam dari serangan orang-orang Kristen. Dinasti ini
menguasai kembali kota-kota penting seperti Cordova, Almeria, dan Granada
antara tahun 1114 M dan 1154 M. namun mengalami kehancuran kembali dan
pulang ke Afrika Utara pada tahun 1235 M. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke
tangan penguasa Kristen dan Sevilla jatuh tahun 1248 M. seluruh Spanyol kecuali
Granada lepas dari kekuasaan Islam29[30].
29[30] Badri Yatim, op.cit., hlm. 99 (Lihat Ahmad Syalabi, op. cit., hlm. 76).
16
Aspek ajaran islam yang diajarkan di Eropa adalah akidah, syariah dan
akhlaq. Pada dasarnya ketiga ini merupakan suatu rangkaian yang harus ada dan
tidak dapat dipisahkan. Akidah sebagai sistem kepercayaan yang bermuatan
elemen-elemen dasar keyakinan, menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan
agama islam di Eropa. Sementara syariah sebagai sistem nilai berisi peraturan
yang menggambarkan fungsi agama. Sedangkan akhlaq sebagai sistematika
menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai agama31[32].
II.4 Pertumbuhan Tempat Ibadah (Masjid) dan pusat- pusat Kajian Islam di
Eropa atau Barat
Data tahun 1991 menyebutkan adanya 300 masjid di Rusia. Jumlah ini
meningkat menjadi 8000 masjid pada saat ini. Ketika Uni Soviet runtuh dan
Republik Federasi Rusia terbentuk, tidak ada satupun pusat pendidikan Agama
Islam di sana. Namun kini minimal ada 50 sampai 60 sekolah Islam yang
memberikan pendidikan Agama kepada lebih dari lima ribu pelajar Muslim.
Tahun 1991, hanya 40 warga Muslim Rusia yng menunaikan Ibadah Haji. Akan
tetapi angka itu meningkat menjadi 13.500 orang pada tahun 2005.
17
1. Christoper Colombus menemukan Benua Amerika pada tahun 1492 M.
2. Vasco da Gamma menemukan Tanjung Harapan pada tahun 1498 M.
Karena dua penemuan ini maka bangsa Eropa/barat menghindari monopoli
lalu lintas perdagangan yang di kuasai umat Islam.
Pada waktu itu bangsa eropa/barat menghadapi kerajaan turki usmani,
yang masih dianggap kuat olehnya. Kerajaan turki usmani merupakan negara
adikuasa selama beberapa ratus tahun lamanya.
18
pemerkosaan, dan sebagainya. Setelah itu akan diikuti dengan munculnya
pemimpin yang tidak layak memimpin umat, tidak memiliki akhlak yang luhur
dan kapasitas intelektual dan spiritual yang mencukupi31[33].
19
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dewasa ini islam di Eropa/Barat sudah berkembang dengan pesat. Banyak
mualaf – mualaf bermunculan akibat banyak nya bangsa Eropa/Barat yang
mempelajari Islam. Begitu juga dengan berdirinya Masjid di Eropa/Barat yang
sudah banyak dibangun untuk kepentingan ibadah umat Islam di Eropa/Barat. Itu
merupakan tanda – tanda kemajuan Islam di Eropa/Barat yang sempat mundur.
Dapat disimpulkan bahwa Islam perlahan sudah menunjukan kemajuan nya di
eropa. Penulis berharap kemajuan Islam tidak hanya di Eropa/Barat saja, namun
bisa mencakup seluruh bangsa. Akhir kata penulis mohon maaf jika ada salah
dalam penulisan. Semoga makalah ini bisa berguna bagi pembaca.
20
DAFTAR PUSTAKA
21