Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“PERKEMBANGAN ISLAM DI EROPA/BARAT”

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam.

Disusun oleh :

(Kelompok II, Kelas XII B)

Nahad Wahdi

Abdul Muiz Manan

Firdaus

Inayatul Fachriyyah

Siti Nurlatifah

Siti Mariyatul Qibtiyyah

MADRASAH ALIYYAH RIYADHUL ULUM


Jl. Mayjend H. Edi Sukma Km. 19 Cisempur, Cinagara, Caringin – Bogor
BOGOR
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Oleh kerena itu
kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................. 1

Daftar Isi........................................................................................................ 2

Bab I Pendahuluan........................................................................................ 3

1. Latar Belakang....................................................................... 3
2. Rumusan Masalah................................................................. 5
3. Tujuan Penulisan....................................................................5
Bab II Isi........................................................................................................ 6

1. Masuknya Islam di Eropa......................................................6


2. Perkembangan Politik Islam di Eropa............................... 12
3. Aspek Ajaran Islam yang Dikembangkan di Eropa
Barat...................................................................................... 16
4. Pertumbuhan Tempat Ibadah (Masjid) dan pusat- pusat
Kajian Islam di Eropa atau Barat…...................................... 16
5. Kemajuan Eropa/Barat dan Dampaknya Bagi
Dunia Islam.......................................................................... 16
6. Sikap Islam dalam Menghadapi Kemajuan
Eropa/Barat…...................................................................... 17

Bab III Penutup.............................................................................................. 19

1. Kesimpulan............................................................................ 19
Daftar Pustaka............................................................................................... 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di awal abad ke-7 Masehi, ketika Nabi Muhammad SAW. memulai
misinya di negeri Arab, seluruh pantai laut tengah merupakan bagian dari dunia
masyarakat Kristen sepanjang Eropa, Asia dan Pantai Afrika Utara ditinggali
penduduk yang beragama Kristen dari berbagai sekte. Hanya ada dua agama lain
di Romawi – Yunani, yakni Yahudi dan Manichaeisme, yang bertahan dan dianut
oleh sebagian kecil penduduk disana1[1].
Setelah berakhirnya periode Islam klasik, setelah Islam mulai memasuki
masa kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu
bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan
kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bahkan kemajuan dalam bidang inilah yang
mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak dapat
dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Islam, Spanyol di Eropa
banyak menimba ilmu. Pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa
keemasannya, Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting,
menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen banyak
belajar di perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi “guru” bagi orang Eropa.
Karena itu, kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para
sejarawan2[2].
Pada saat periode pemerintahan Abbasiyah sebagai pemerintah pusat
melemah. Ibukota negara-negara propinsi muncul menyaingi Baghdad, daulah-
daulah kecil berlomba untuk maju, terutama dalam bidang peradaban dan ilmu

1[1] Samsul Munir Amir, Drs., MA., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), -
ed. 1, cet.2 -, hlm. 158.

2[2] Badri Yatim, Dr., MA., Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2008), -ed. 1-, hlm. 87.

4
pengetahuan. Salah satunya di Andalusia (Spanyol) ini, muncul Bani Umayyah II
yang beribukota Cordova. Di Afrika Utara berdiri daulah Murabithun, kemudian
daulah Muwahidin. Di Sicilia ada kerajaan Normandia, walaupun beragama
Kristen namun mereka memajukan peradaban dan ilmu pengetahuan Islam. Di
Mesir muncul Daulah Fathimiyah, kemudian Ayyubiyah. Disebelah timur kota
Baghdad berdiri bani Ghaznawiyah. Kerajaan-kerajaan kecil ini pada masanya
masing-masing ikut andil memajukan ilmu pengetahuan dalam Islam3[3].
Nama Andalusia berasal dari kata Vandal, nama sebuah bangsa yang
menguasai Spanyol sebelum bangsa Goth dan Islam. Ketika Daulat Abbasiyah
(750-1258 M) di timur mencapai puncak kemajuan ilmu pengetahuan, daulah
Umayyah di Spanyol (756-1027 M) dengan Universitas Cordova, Granada, dan
Sevilla menjadi gerbang transformasi kemajuan ilmu pengetahuan di Eropa –
sementara Eropa sendiri saat itu masih dalam masa kegelapan (peperangan dan
kelaparan)4[4]. Universitas-universitas tersebut menjadi simbol kecemerlangan
Islam yang memberi kontribusi besar bagi kemajuan Eropa di abad pertengahan
menjelang Reinansance pada abad ke -14. Segala kontribusi tersebut menjadi
mungkin diberikan lantaran luasnya muatan studi universitas tersebut. Sebagai
gambaran, Universitas Cordova menyelenggarakan program studi Astronomi,
Matematika, Kedokteran, Hukum, dan Teologi5[5].
Berkaitan dengan hal inilah, maka penulis mendapat kesempatan untuk
menuliskan secara ringkas tentang “Islam di Eropa/Barat” serta hal-hal yang
berkaitan dengan materi tersebut. Semoga isi makalah ini dapat memberi manfa’at
dan pengetahuan bagi kita semua terutama tentang sejarah peradaban Islam di
Spanyol tersebut.

3[3] Musyrifah Sunanto, Prof., Dr., Hj., Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam, (Bogor: Kencana, 2003), hlm. 119-120.

4[4] Hal ini dikemukakan oleh Christopher Dawson. Lihat Harun Nasution, Islam Ditinjau
dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1974), hlm. 74.

5[5] Busman Edyar, dkk., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka Asatruss, 2009),
hlm. 127.

5
1.2 Rumusan Masalah
• Bagaimana cara masuk dan berkembangnya islam di eropa/barat/barat?
• Apa saja bentuk-bentuk aspek ajaran islam yang dikembangkan di
eropa/barat/barat?
• Apa dampak kemajuan eropa/barat/barat bagi dunia islam?
• Bagaimana sikap islam dalam menghadapi kemajuan eropa/barat/barat?

1.3 Tujuan Penulisan


• Mengetahui cara masuk dan berkembangnya islam di eropa/barat/barat.
• Mengetahui bentuk-bentuk aspek ajaran islam yang dikembangkan di
eropa/barat/barat.
• Mengetahui dampak kemajuan eropa/barat/barat bagi dunia islam.
• mengetahui sikap islam dalam menghadapi kemajuan eropa/barat/barat.

6
BAB II
PEMBAHASAN

II Masuk dan Berkembangnya Islam di Eropa


II.1 Masuknya Islam di Eropa
Sejarah Islam di Eropa dan sumbangannya bagi pengembangan Islam pada
umumnya dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu6[6]:
Pertama, fase masuk dan berkembangnya agama Islam (711-912 M),
Kedua, fase puncak kejayaannya dan kemundurannya (912-976 M),
Ketiga, fase kehancuran Islam di Eropa (976-1031 M).
Semenanjung Iberia di Eropa, yang meliputi wilayah Spanyol dan Portugal
sekarang ini, menjorok ke selatan ujungnya hanya dipisahkan oleh sebuah selat
sempit dengan ujung benua Afrika. Bangsa Grik tua menyebut selat sempit itu
dengan tiang-tiang Hercules dan di seberang selat tersebut terletak benua Eropa.
Selat sempit tersebut sepanjang kenyataan memisahkan lautan tengah dengan
lautan Atlantik7[7].
Sekitar dua abad sebelum masehi hingga awal abad ke lima, Spanyol
berada dibawah Imperium Romawi. Sejak tahun 406 M, Spanyol dikuasai oleh
bangsa Vandal, yaitu bangsa yang berimigrasi dari negeri yang terletak diantara
sungai Oder dan Vistuala dan juga suku yang menundukkan Eropa Barat di masa
lalu sebelum Goth dan bangsa Arab (Islam). Penguasa daerah ini mendirikan
kerajaan di propinsi wilayah Chartage. Kekuasan Vandal ini lalu diambil alih oleh
orang-orang Gothik. Tak lama kemudian, dinasti Merovingian dari kerajaan Frank
merebutnya dari orang-orang Gothik, maka didirikanlah kerajaan Visigoth (507
M), yang wilayah tersebut dikenal dengan Vandalusia. Setelah kedatangan orang-
orang Islam pada tahun 92 H/ 711 M, sebutan Vandalusia diubah menjadi
Andalusia atau al-Andalus. Penduduk Andalusia ini terdiri dari suku-suku Arab,
Barbar, dan orang pribumi.

6[6] Ibid, hlm. 128.

7[7] Samsul Munir Amir, op. Cit., hlm. 159.

7
Sebelum Islam masuk ke Spanyol, negara ini dipimpin oleh Raja Roderick
yang beragama Kristen dan memiliki misi Kristenisasi di seluruh wilayah
Spanyol. Akibat misi ini, masyarakat Spanyol terpecah menjadi lima kelompok
yang saling memusuhi, yaitu: penguasa tanah yang mengeksploitasi rakyat
miskin, buruh tani dan budak yang dijual beli, golongan menengah yang bergerak
dalam bidang ekonomi, para penguasa yang memiliki hak istimewa, dan pihak
gereja Katholik yang tidak terlalu peduli dengan kondisi masyarakat setempat.
Kondisi inilah yang menyebabkan Islam masuk ke Spanyol dengan mudah tanpa
perlawanan yang berarti8[8].
Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara
dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayyah,
penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara terjadi pada zaman Khalifah Abdul
Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man al-
Ghassani menjadi gubernur di daerah tersebut. Pada masa Khalifah Al-Walid
(705-715 M), Hasan digantikan oleh Musa ibn Nushair. Musa memperluas
wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Marokko. Ia juga
menaklukkan daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di daerah pegunungan,
sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan
seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya9[9]. Secara keseluruhan
penaklukan wilayah Afrika Utara memakan waktu selama 53 tahun, yaitu dari
tahun 30 H (masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abi Sufyan) sampai tahun 83 H
(masa Al-Walid). Setelah itu menjadi salah satu propinsi dari Khilafah Bani
Umayyah dan menjadi batu loncatan bagi penaklukan daerah lain yang
berdekatan, yaitu Spanyol.
Penaklukan Semenanjung Iberia diawali dengan undangan salah satu raja
Gothia Barat (Kristen), Graff Julian untuk membantunya melawan raja lainnya

8[8]Munawiyah, Dra., Msi., dkk., Sejarah Peradaban Islam, (Banda Aceh: Pusat Studi
Wanita (PSW) IAIN Ar-Raniry, 2009), hlm. 139-140.

9[9] Samsul Munir Amir, op. Cit., hlm. 162.

8
karena ada konflik diantara mereka10[10], pada Musa ibn Nushair yang menjabat
sebagai gubernur Afrika Utara dibawah pemerintahan Bani Umayyah di
Damaskus. Lalu khalifah mengirim 500 pasukan yang dipimpin oleh Tharif ibn
Malik tahun 91 H/710 M dan mendarat di suatu tempat yang kemudian diberi
nama Tharifa11[11]. Ekspedisi ini dianggap berhasil dan Tharif kembali ke
Afrika Utara dengan membawa banyak harta rampasan perang12[12].
Ada beberapa hal yang mendorong Musa ibn Nushair mengabulkan
permohonan Graff Julian, diantaranya karena13[13]:
1. Antara penduduk Spanyol dengan Afrika Utara terlibat dalam suasana perang,
sebab penduduk Spanyol terutama yang beragama Kristen pernah beberapa kali
melakukan penyerangan terhadap daerah pantai Afrika yang sudah dikuasai oleh
kaum Muslimin;
2. Penduduk Spanyol pernah memberikan bantuan kepada tentara Romawi dan
berusaha menduduki beberapa daerah Muslim di pantai Afrika. Dasar
pertimbangan ini disampaikan Nushair pada Khalifah Walid bin Abdul Malik,
sewaktu minta zin untuk mengirimkan bantuan tentara ke Spanyol. Khalifah pun
menyetujui rencana Nushair.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang
dapat dikatakan paling berjasa dalam memimpin pasukan mereka ke wilayah
tersebut. Mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin

10[10] Umat Islam datang ke Spanyol atas undangan Ratu Julian. Salah seorang putri
Ratu yang belajar di Toledo (ibukota Visigoth) diperkosa oleh Raja Roderick, ratu
meminta bantuan kepada umat Islam untuk melawan raja tersebut dalam rangka
membalas dendamnya. Lihat W.Montgomery Watt dan Pierre Chacia, A History of
Islamic Spain, (Edinburgh: Edinburgh University Press, 1992), hlm. 13.

11[11] Siti Maryam, dkk. (ed), Sejarah Peradaban Islam dari Klasik hingga Modern,
(Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga dan LESFI, 2003), hlm. 100-
104.

12[12] Jaih Mubarok, Dr., M.Ag., Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Bani
Quraisy, 2005), cet. 2, - ed. Revisi-, hlm. 110.

13[13] Samsul Munir Amir, op. Cit., hlm. 161.

9
Nushair. Dari ketiga nama ini, nama Thariq bin Ziyad yang disebut paling
terkenal sebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya lebih besar dan dan
hasilnya lebih nyata. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik, karena
dialah yang pertama kali menyeberang selat untuk memenuhi undangan Graff
Julian agar membantunya, dan ekspedisi ini pun berhasil. Didorong keberhasilan
ini dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigoth yang berkuasa di
Spanyol saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan
perang, Musa bin Nushair pada bulan Rajab 92 H/ April 711 M14[14] mengirim
pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang, terdiri dari suku Barbar (Muslim dari
Afrika Utara), para Mawali dan sebagian lagi orang-orang Arab yang dikirim Al-
Walid, untuk ke Spanyol dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Ia mendarat di
sebuah bukit berbatu karang dekat gunung batu besar, yang akhirnya dinamakan
dengan Jabal Thariq(Gibraltar) – Bukit Thariq, diambil dari namanya sendiri,
Thariq15[15]. Ia dibantu oleh Julian, seorang yang berpengaruh di Spanyol dan
menginginkan pembebasan Spanyol dari kekejaman Roderick, dengan
menyediakan kapal-kapal untuk pasukan Thariq bin Ziyad16[16].
Sejarah mencatat bahwa panglima Thariq setelah seluruh pasukannya
selesai mendarat di wilayah tersebut, membakar seluruh alat penyeberangan
mereka. Ia pun mengucapkan pidato singkat yang bersejarah, “Al aduwwu
amamakum wal bahru waraa-akum, fakhtar ayyuma syi’tum” (musuh di depan
kamu dan lautan di belakang kamu, silahkan pilih mana yang kamu
kehendaki)17[17].
Sebelum Thariq bin Ziyad menyerang kota-kota disekitarnya, dia berhasil
menaklukkan kota Arknidona, lalu berhasil merebut kota Elvira. Pasukan berkuda

14[14] Munawiyah, op. Cit., hlm. 141.

15[15] Munawiyah, op. Cit., hlm. 141, Badri Yatim, op. Cit., hlm. 89, Busman Edyar, dkk.,
op. Cit., hlm. 128, Samsul Munir Amin, op. Cit., hlm. 162.

16[16] Philip K.Hitti, History of the Arabs, (Jakarta: PT.Serambi Ilmu Pustaka, 2005), hlm.
628.

17[17] Samsul Munir Amin, op. Cit., hlm. 162.

10
menyerang kota Cordova, setelah bertahan selama dua bulan maka diserahkan
kota Cordova dan dengan warganya ikut ditaklukkan masuk dalam pemerintahan
Islam. Lalu kota ini dijadikan sebagai pusat kejayaan Islam di Spanyol18[18].
Setelah itu pasukan Thariq berhasil menguasai kota Malaga dan kota
Granada. Dalam penyerangan pasukan Islam tidak mendapat perlawanan yang
berarti. Sebelum Thariq menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan
kepada Nushair di Afrika Utara. Nushair mengirimkan tambahan sebanyak 5000
personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang, namun
jumlah ini belum sebanding dengan jumlah pasukan tempur Gothik yang
disiapkan Roderick yang jauh lebih besar, yaitu 100.000 orang. Dalam
pertempuran yang memakan waktu selama delapan hari dan berlangsung di
Guadalete, pinggir sungai Guadalquivir, Barbatee (Salado) di suatu tempat
bernama Bakkah pada tanggal 19 Juli 711 M dengan suasana yang sangat
mencekam. Kedua belah pihak bertempur dengan sengit dan tentara Islam
mendapat kemenangan yang cemerlang, pasukan Roderick porak poranda dan
mundur dalam keadaan kacau, sementara Roderick tewas ditempat tersebut19[19].
Setelah kota Toledo yang menjadi ibukota Goth Barat jatuh ke tangan
Islam, Thariq yang mulanya hanya seorang pemimpin tentara biasa telah menjadi
pemimpin yang agung di wilayah yang baru ditaklukkannya. Dikarenakan
cemburu terhadap kemenangan-kemenangan yang diraih panglimanya yang sangat
luar biasa, dengan tergesa-gesa Musa bin Nushair merasa perlu melibatkan diri
dan berangkat ke Spanyol pada bulan Juni 712 M sambil memimpin tentara
sebanyak 10.000 orang, semuanya terdiri dari orang Arab dan Arab Syiria.
Sasarannya dipilih kota-kota dan kubu-kubu yang tidak diganggu Thariq, seperti
Merida (Medina), Sedonia, dan Carmona. Seville yang merupakan kota terbesar
dan pusat kecerdasan Spanyol serta pernah menjadi ibukota pada zaman Romawi,
mampu mempertahankan diri hingga akhir bulan Juni 713 M. Dekat kota Merida,
Musa menemui perlawanan yang sengit, namun setelah terkepung selama satu

18[18] Munawiyah, op. Cit., hlm. 141.

19[19]Ibid, hlm. 142. Badri Yatim, op. Cit., hlm. 89.

11
tahun, setapak demi setapak kota tersebut dapat diduduki dalam bulan Juli 713 M.
Musa juga mengalahkan penguasa kerajaan Gothik, Theodomir di Orihuela, lalu
bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya mereka berhasil menguasai
seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa
sampai Navarre20[20]. Juga berhasil ditaklukkan juga daerah Terrafona dan
Barcelona21[21].
Gelombang perluasan wilayah berikutnya terjadi pada pemerintahan
Khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz tahun 99 H/717 M. Sasaran ditujukan untuk
menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan, pimpinannya
dipercayakan kepada As-Samah, tapi usahanya gagal dan ia sendiri terbunuh pada
tahun 102 H/720 M. Lalu pimpinan pasukan diserahkan pada Abdurrahman bin
Abdullah Al-Ghafiqi. Dengan pasukannya ia menyerang kota Bordesu, Poiter, dan
juga Tours. Tetapi di antara kota Poiter dan Tours ia ditahan oleh Charles Martel,
sehingga serangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur
kembali ke Spanyol22[22].
Sesudah itu, masih juga ada penyerangan seperti ke Avirignon tahun 734
M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah.
Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus, dan sebagian dari Sicillia juga
jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah23[23].
Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang
geraknya dimulai pada permulaan abad ke 8 M ini telah menjangkau seluruh
Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian
penting dari Italia. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga

20[20]Carl Brockelmann,History of the Islamic People, (London: Rotledge&Kegan Paul,


1980), hlm. 83. Lihat Badri Yatim, op. Cit., hlm. 90., dan Samsul Munir Amin, op. Cit.,
hlm. 164.

21[21] Busman Edyar, dkk., op. Cit., hlm. 128.

22[22] Samsul Munir Amin, op. Cit., hlm. 164-165.

23[23] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I cet. 5, (Jakarta: UI
Press, 1985), hlm. 62.

12
jatuhnya kerajaan Islam terakhir disana, Islam memainkan peranan yang sangat
besar. Masa tersebut berlangsung selama lebih dari 7,5 abad24[24].

II.2 Perkembangan Politik Islam di Eropa


Pemerintahan pusat di Andalusia dalam menjalankan roda
pemerintahannya dibantu oleh beberapa lembaga, dan secara substantif lembaga
ini tidak jauh berbeda dengan lembaga yang pernah ada pada pemerintahan
sebelumnya, ketika masih dibawah kekuasaan pusat Umayyah I di
Damaskus25[26].
Sejak pertama kali menaklukkan Spanyol pada tahun 711 M hingga
jatuhnya kekuasaan Islam terakhir pada tahun 1492 M, Islam telah memainkan
peran yang sangat besar. Masa yang berlangsung lebih dari tujuh setengah abad
tersebut dijalani umat Islam secara fluktuatif, dimana terkadang Islam berada di
puncak kemegahan dan sering pula Islam dalam peperangan atau pun kehancuran.
Menurut Badri Yatim, sejarah panjang Islam di Spanyol dapat dibagi dalam enam
periode26[27].
1. Periode Pertama (711 M-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan para wali yang
diangkat oleh Kalifah Bani Umayyah, yang berpusat di kota Damaskus. Periode
ini stabilisasi negeri Spanyol belum aman dan terkendali, gangguan-gangguan
masih terjadi baik internal maupun eksternal. Karena ituasi inilah maka Islam di
periode ini belum memasuki kegiatan pembangunan dan peradaban. Periode ini

24[24] Samsul Munir Amin, op. Cit., hlm. 165.

25[26] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-
akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm.
67.

26[27] Badri Yatim, Dr. M.A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000), hlm. 93.

13
berakhir dengan datangnya Abd al-Rahman ad-Dakhil ke Spanyol dan
memerintah pada tahun 138 H/755 M.

2. Periode Kedua (755 M-912 M)


Pada periode ini Spanyol berada dibawah pemerintahan Kalifah Abbasiyah
di Baghdad. Ketika Daulah Umayyah di Damaskus dihancurkan oleh Bani Abbas,
Abd al-Rahman ibn Mu’awiyah berhasil meloloskan diri dan menginjakkan
kakinya di Andalusia tahun 132 H/750 M. Ia diberi gelar ad-Dakhil karena beliau
adalah pangeran dinasti Umayyah pertama yang menginjakkan kakinya di
Semenanjung Iberia. Beliau berhasil menyingkirkan Yusuf ibn abd al-Rahman al-
Fihri, yang menyatakan diri tunduk kepada dinasti Bani Abbas, pada tahun 138
H/756 M. Abd al-Rahman ad-Dakhil memproklamirkan bahwa Andalusia lepas
dari kekuasaan Dinasti Bani Abbas dan ia berhasil mendirikan Dinasti Umayyah
di Spanyol serta memakai gelar amir (bukan khalifah).
Selama 32 tahun berkuasa, ad-Dakhil (755-788 M) berhasil mengatasi
berbagai ancaman, baik dari dalam maupun luar, karena ketangguhannya ia diberi
gelar Rajawali Quraisy27[28]. Karena kekuasaan Bani Abbas sepeninggal al-
Mutawakkil (247 H/861 M) semakin merosot, ad-Dakhil memproklamirkan diri
sebagai khalifah dan memakai gelar amir al-mukminin28[29]. Ad-Dakhil
mendirikan Masjid Cordova sebagai pusat ilmu pengetahuan dan sekolah-sekolah
di kota besar Spanyol.
Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman ad-
Dakhil (755-788 M), Hisyam ibn Abd al-Rahman/ Hisyam I (788-796 M), Hakam
ibn Hisyam/ Hakam I (796-822 M), Abd al-Rahman al-Ausath (822-852 M),
Muhammad ibn Abd al-Rahman al-Ausath (852-886 M), Munzir ibn Muhammad
(886-888 M), dan Abdullah ibn Muhammad (888-912 M).
3. Periode Ketiga (912 M-1013 M)

27[28] Jaih Mubarok, op. Cit., hlm.111.

28[29] Ahmad Syalabi, Mawsu’at al-Tarikh wa al-Hadharat al-Islamiyyat, (Kairo: al-


Maktabah Mishriyah, 1982), jilid IV, hlm. 59-60.

14
Periode ini dimulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-
Nashir, sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan Muluk al-
Thawaif. Gelar yang dipakai pada masa ini adalah khalifah, yang dipakai mulai
tahun 929 M. Kemudian muncul Hakam II dan Hisyam II. Pada periode ini umat
Islam beranjak mencapai puncak kejayaan dan kemajuan menyaingi Daulah
Abasiyah di Baghdad. Hal ini ditandai dengan berdirinya Masjid Abdurrahman III
yang diteruskan Al-Hakam II dengan membangun Universitas Cordova, lengkap
dengan perpustakaan dan isi bukunya. Pada masa ini masyarakat dapat menikmati
kesejahteraan dan kemakmuran.
Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang,
yaitu: Abd Al-Rahman Al-Nashir (912 M-961 M), Hakam II (961 M-976 M), dan
Hisyam II (976 M-1009 M).
4. Periode Keempat (1013 M-1086 M)
Pada periode ini, kekuasaan Islam Spanyol sedang dalam konflik internal.
Wilayahnya terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil yang dipimpin
oleh raja-raja golongan/ kelompok (Al-Muluk Al-Thawaif) yang berpusat di kota
seperti Cordova, Sevilla, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya
adalah Abbadiyah di Sevilla, Hudiyah di Saragossa, sebagian lainnya di Barbar
seperti Miknasa Aftashiyah di Badajoz, Zennun di Toledo dan Hammudiyah di
Malaga, dan silsilah keturunan mereka melalui Idrisiyyah di Marokko samapi ke
Khalifah Ali, juga sebagian Dinasti Thaifa dari para pasukan Afrika yang datang
di akhir abad 10 di bawah Al-Manshur, seperti Shanhaja, Barbar, Ziriyyah dari
Elvira memperoleh kemajuan di Valencia. Pada tahun 1085 M orang Kristen
berhasil merebut Toledo dan in memaksa raja Abbadiyah, Al-Mu’tamid, berpaling
kepada pemerintahan Al-Murawiyyah Barbar.
Selain perpecahan dalam kerajaan kecil, pada masa ini juga terjadi pertikaian
besar diantara kekuasaan Islam itu sendiri. Beberapa diantaranya bekerjasama
dengan pasukan kekuasaan Kristen untuk mempertahankan wilayahnya. Di sisi
lain, melihat kekuasaan Islam yang lemah dan terpecah, kekuasaan Kristen
melakukan penyerangan kepada beberapa kekuasaan Islam. Walau demikian

15
dunia akademik dan keilmuan terus berlangsung, perpindahan ilmu dan
pengembangan ilmu pengetahuan tidak terhenti.
5. Periode Kelima (1086 M-1248 M)
Pada periode ini meskipun masih terpecah dalam beberapa Negara, tapi
terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan Dnasti Murabithun dan
Dinasti Muwahhidun. Dinasti ini muncul atas undangan para penguasa Islam
untuk mempertahankan Islam dari serangan orang-orang Kristen. Dinasti ini
menguasai kembali kota-kota penting seperti Cordova, Almeria, dan Granada
antara tahun 1114 M dan 1154 M. namun mengalami kehancuran kembali dan
pulang ke Afrika Utara pada tahun 1235 M. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke
tangan penguasa Kristen dan Sevilla jatuh tahun 1248 M. seluruh Spanyol kecuali
Granada lepas dari kekuasaan Islam29[30].

6. Periode Keenam (1248 M-1492 M)


Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di Granada, dibawah pemerintahan
Bani Ahmar (1232 M-1492 M). peradaban kembali mengalami kemajuan seperti
di zaman Abd Al-Rahman An-Nashir. Kekuasaan Islam terakhir di Spanyol ini
berakhir karena perselisihan orang-orang istana. Pada periode inilah mulai
musnahnya Islam di Spanyol karena dikalahkan oleh pihak Kristen sampai terjadi
tragedi yang sangat merugikan umat Islam. Tragedi tersebut terjadi tahun 1499
M30[31], saat itu Cardinal Ximenez de Cisnores mengunjungi Granada dan
diskusi dengan para hakim dan ahlihukum disana. Hasilnya, tahun 1502 M
muslim Granada (Spanyol) diberi dua pilihan: masuk Kristen atau keluar dari
Spanyol, umat Islam memilih keluar dan pindah ke Afrika Utara. Setelah itu umat
Islam di Spanyol tidak ada lagi, namun pada abad 20 M, muslim di Spanyol mulai
mendapat sedikit ruang untuk berkembang lagi.
I1.3 Aspek Ajaran Islam yang Dikembangkan di Eropa Barat

29[30] Badri Yatim, op.cit., hlm. 99 (Lihat Ahmad Syalabi, op. cit., hlm. 76).

30[31] Jaih Mubaroq, op. cit., hlm. 116.

31[32] Achmad Gholib, hlm. 119.

16
Aspek ajaran islam yang diajarkan di Eropa adalah akidah, syariah dan
akhlaq. Pada dasarnya ketiga ini merupakan suatu rangkaian yang harus ada dan
tidak dapat dipisahkan. Akidah sebagai sistem kepercayaan yang bermuatan
elemen-elemen dasar keyakinan, menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan
agama islam di Eropa. Sementara syariah sebagai sistem nilai berisi peraturan
yang menggambarkan fungsi agama. Sedangkan akhlaq sebagai sistematika
menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai agama31[32].

II.4 Pertumbuhan Tempat Ibadah (Masjid) dan pusat- pusat Kajian Islam di
Eropa atau Barat

Data tahun 1991 menyebutkan adanya 300 masjid di Rusia. Jumlah ini
meningkat menjadi 8000 masjid pada saat ini. Ketika Uni Soviet runtuh dan
Republik Federasi Rusia terbentuk, tidak ada satupun pusat pendidikan Agama
Islam di sana. Namun kini minimal ada 50 sampai 60 sekolah Islam yang
memberikan pendidikan Agama kepada lebih dari lima ribu pelajar Muslim.
Tahun 1991, hanya 40 warga Muslim Rusia yng menunaikan Ibadah Haji. Akan
tetapi angka itu meningkat menjadi 13.500 orang pada tahun 2005.

Belgia memiliki jumlah masjid terbanyak di Eropa, mencapai 1.200 unit.


Jumlahnya hampir menyamai negara-negara di Timur Tengah. Selain Belgia
Bulgaria juga tercatat sebagai negara dengan jumlah pelajar muslim terbesar di
Eropa. Lebih dari tiga ribu siswa menempuh pendidikan di sekolah Islam setiap
tahunnya. Hebatnya, di sekolah umum juga diberikan kurikulum Islam. Dari data
statistik Mufti Bulgaria menyebutkan sebanyak 3.372 siswa mengikuti kelas
agama Islam pada 2011. Jumlah itu meningkat enam kali lipat ketimbang tahun
lalu.

II.5 Kemajuan Eropa/Barat dan Dampaknya Bagi Dunia Islam

Pada masa Renaisans Eropa/barat, para ilmuan eropa/barat berusaha


meneliti jalan untuk mencapai kemajuan. Berbagai keberhasilan pun telah di capai
oleh mereka. Beberapa keberhasilan yang mereka capai diantaranya:

17
1. Christoper Colombus menemukan Benua Amerika pada tahun 1492 M.
2. Vasco da Gamma menemukan Tanjung Harapan pada tahun 1498 M.
Karena dua penemuan ini maka bangsa Eropa/barat menghindari monopoli
lalu lintas perdagangan yang di kuasai umat Islam.
Pada waktu itu bangsa eropa/barat menghadapi kerajaan turki usmani,
yang masih dianggap kuat olehnya. Kerajaan turki usmani merupakan negara
adikuasa selama beberapa ratus tahun lamanya.

Bangsa eropa/barat telah maju disegala bidang, mereka mulai menjajah


kaum muslimin yang ada di dunia . Pihak yang paling dirugikan adalah Turki
Usmani. Melihat keadaan islam pada waktu itu, turki pun menyadari bahwa islam
tertinggal jauh dari bangsa eropa/barat. Oleh sebab itu, mereka melakukan
pembaruan.

Pembaruan yang telah dilakukan oleh turki usmani diantaranya :


1. Pemurnian Ajaran Agama
2. Belajar dari peradaban barat
3. Gerakan Penerjemahan Buku-buku Eropa/barat ke dalam Bahasa Islam

II.6 Sikap Islam dalam Menghadapi Kemajuan Eropa/Barat

Pada zaman sekarang barat menguasai berbagai media, teknologi, militer,


ekonomi, dan sebagainya. Tidak heran jika Barat menjadi pusat sorotan
masyarakat dunia. Hampir segala sesuatu mengacu ke Barat.

Permasalahannya adalah banyak yang mengadopsi tanpa menyaring nya


terlebih dahulu. Semua yang datang dari Barat diaanggap baik dan harus dicontoh.
Padahal belum tentu semua yang berasal dari sana itu baik. Maka dari itu sebagai
umat Muslim kita harus pintar menyaring semua yang datang dari barat agar tidak
menjadi muslim yang ke barat-baratan. Jangan sampai kita seperti Barat yang
maju namun marak bunuh diri, seks bebas, peredaran obat terlarang,

18
pemerkosaan, dan sebagainya. Setelah itu akan diikuti dengan munculnya
pemimpin yang tidak layak memimpin umat, tidak memiliki akhlak yang luhur
dan kapasitas intelektual dan spiritual yang mencukupi31[33].

32 Busman Edyar, hlm 120

19
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Dewasa ini islam di Eropa/Barat sudah berkembang dengan pesat. Banyak
mualaf – mualaf bermunculan akibat banyak nya bangsa Eropa/Barat yang
mempelajari Islam. Begitu juga dengan berdirinya Masjid di Eropa/Barat yang
sudah banyak dibangun untuk kepentingan ibadah umat Islam di Eropa/Barat. Itu
merupakan tanda – tanda kemajuan Islam di Eropa/Barat yang sempat mundur.
Dapat disimpulkan bahwa Islam perlahan sudah menunjukan kemajuan nya di
eropa. Penulis berharap kemajuan Islam tidak hanya di Eropa/Barat saja, namun
bisa mencakup seluruh bangsa. Akhir kata penulis mohon maaf jika ada salah
dalam penulisan. Semoga makalah ini bisa berguna bagi pembaca.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Nata Abuddin, Studi islam Komprehensif, (Jakarta : Kencana, 2011)


2. Ahmad Syalabi, Mawsu’at al-Tarikh wa al-Hadharat al-Islamiyyat, jilid
IV, (Kairo: al-Maktabah Mishriyah, 1982).
3. Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam:
Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2009).
4. Badri Yatim, Dr., MA., Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, -
ed. 1-, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008).
5. Busman Edyar, dkk., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka
Asatruss, 2009).
6. Carl Brockelmann, History of the Islamic People, (London:
Rotledge&Kegan Paul, 1980).
7. Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI
Press, 1974).
8. Jaih Mubarok, Dr., M.Ag., Sejarah Peradaban Islam, cet. 2, - ed. Revisi-,
(Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005).
9. Munawiyah, Dra., Msi., dkk., Sejarah Peradaban Islam, (Banda Aceh:
Pusat Studi Wanita (PSW) IAIN Ar-Raniry, 2009).
10. Musyrifah Sunanto, Prof., Dr., Hj., Sejarah Islam Klasik: Perkembangan
Ilmu Pengetahuan Islam, (Bogor: Kencana, 2003).
11. Philip K.Hitti, History of the Arabs, (Jakarta: PT.Serambi Ilmu Pustaka,
2005).
12. Samsul Munir Amir, Drs., MA., Sejarah Peradaban Islam, - ed. 1,cet.2 -,
(Jakarta: Amzah, 2010).
13. Siti Maryam, dkk. (ed), Sejarah Peradaban Islam dari Klasik hingga
Modern, (Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga
dan LESFI, 2003).
14. Dede Ahmad Ghazali, Hj, Drs, Studi islam : Suatu Pengantar dengan
Pendekatan Indisipliner, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2015).

21

Anda mungkin juga menyukai