Anda di halaman 1dari 3

A.

KONSEP GENDER DALAM KESEHATAN REPRODUKSI PEREMPUAN


1. Pengertian Gender
Menurut WHO (1998) Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan
perempuan ditentukan perbedaan fungsi, perandan tanggung jawab laki-laki dan perempuan
sebagai hasil konstruksi sosial yang dapat berubah atau diubah sesuai perubahan zaman peran
dan kedudukan sesorang yang dikonstrusikan oleh masyarakat. dan budayanya karena sesorang
lahir sebagai laki-laki atau perempuan (Azim, 2012).

2. Kesetaraan Dan Keadilan Gender Dalam Kesehatan Reproduksi


a. Ketidak-Setaraan Gender
Ketidak-setaraan gender merupakan keadaan diskriminatif (sebagai akibat dari perbedaan jenis
kelamin) dalam memperoleh kesempatan, pembagian sumber-sumber dan hasil pembangunan,
serta akses terhadap pelayanan.
Beberapa contoh ketidak-seteraan gender dalam bidang kesehatan sebagai berikut:
1) Bias gender dalan penelitian kesehatan
2) Perbedaan gender dalam akses terhadap pelayanan kesehatan

b. Ketidak-Adilan Gender
Dalam berbagai aspek ketidak-setaraan gender tersebut sering di temukan pula ketidak-
adilan gender, yaitu ketidak-adilan berdasarkan norma dan standar yang berlaku, dalam hal
distribusi manfaat dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan (dengan pemahaman
bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan kebutuhan dan kekuasaan).
Definisi “keadilan gender dalam kesehatan” menurut WHO mengandung 2 aspek:
1) Keadilan dalam (status) kesehatan, yaitu terciptanya derajat kesehatan yang setinggi mungkin
( fisik, psikologi dan social bagi setiap warga Negara ).
2) Keadilan dalam pelayanan kesehatan, yaitu berarti bahwa pelayanan diberikan sesuai dengan
kebutuhan tampa tergantung pada kedudukan social seseorang, dan diberikan sebagai respon
terhadap harapan yang pantas dari masyarakat, dengan penarikan biaya pelayanan yang sesuai
dengan kemampuan bayar seseorang.

Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender


1) Marginalisasi (peminggiran).
2) Subordinasi (penomorduaan),
3) Stereotip (citra buruk)
1
4) Violence (kekerasan)
5) Beban kerja berlebihan /beban ganda/ double burden

3. Peran Gender
a. Peran reproduktif, yaitu peran-peran yang dijalankan dan tidak menghasilkan uang, serta
dilakukan di dalam rumah. Contoh peran reproduktif antara lain : pengasuhan atau
pemeliharaan anak, pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, menjamin seluruh anggota keluarga
sehat, menjamin seluruh anggota keluarga kecukupan makan, menjamin seluruh anggota
keluarga tidak lelah.
b. Peran produktif, yaitu peran - peran yang jika dijalankan mendapatkan uang langsung atau
upah - upah yang lain. Contoh peran produktif yang dijalankan di luar rumah : sebagai guru
disuatu sekolah, buruh perusahaan, pedagang di pasar. Contoh peran produktif yang dijalankan
di dalam rumah ; usaha salon dirumah, usaha menjahit di rumah dsb.
c. Peran kemasyarakatan (sosial) terdiri dari aktivitas yang dilakukan di tingkat masyarakat.
Peran kemasyarakatan yang dijalankan oleh perempuan adalah melakukan aktivitas yang
digunakan bersama. Contohnya : pelayanan posyandu, pengelolaan sampah rumah tangga,
pekerjaan seperti itu (pekerjaan sosial di masyarakat) dan tidak dibayar.

4. Kaitan Gender Dengan Kesehatan


Pendekatan gender dalam kesehatan mengenali bahwa faktor sosial budaya, serta
hubungan kekuasaan antar laki-laki dan perempuan, merupakan faktor penting yang berperan
dalam mendukung atau mengancam kesehatan seseorang. Hal ini dinyatakan dengan jelas oleh
WHO dalam koferensi perempuan sedunia ke IV diBejing pada tahun 1995.
a. Jenis Kelamin, Gender, dan Kesehatan
b. Pengaruh Gender Terhadap Kesehatan Reproduksi Laki-Laki
c. Pengaruh Gender Terhadap Kesehatan Reproduksi Perempuan

5. Isu gender dalam kesehatan reproduksi


a. Kesehatan ibu dan bayi (safe motherhood)
a. Ketidakmampuan perempuan dalam mengambil keputusan.
c. Kesehatan reproduksi remaja
d. Penyakit menular PMS

2
B. ISU-ISU KESEHATAN PEREMPUAN
1. Kesehatan ibu dan bayi (safe motherhood)
2. Kesehatan reproduksi remaja
3. Keluarga berencana
4. Penyakit menular PMS

A. KESIMPULAN
Gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara laki-laki dan
perempuan yang merupakan hasil konstruksi social dan dapat berubah sesuai dengan
perkembangan jaman.
Diskriminasi gender merupakan akibat dari adanya system (struktur) social dimana salah
satu jenis kelamin (laki-laki maupun perempuan) menjadi kornban. Hal ini terjadi karena
adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam
berbagai bentuk dan cara yang menimpa kedua bilah pihak, walupun dalam kehidupan sehari-
hari lebih banyak dialami oleh perempuan.
Dengan mengetahui dan memahami pengertian gender seseorang diaharapkan tidak lagi
mencampuradukan pengertian kodrat dan non-kodrati. Konstruksi social dapat terjadi karena
karena pada dasarnya sikap dan prilaku manusia dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal,
yaitu konstruksi biologis, konstruksi social, dan konstruksi agama.

Anda mungkin juga menyukai