Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Azza Wajalla.karena berkat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.penulis
ucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah memberikan dukungan waktu dan
material.tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada teman – teman yang telah
memberi masukan dan saran atas pembuatan makalah ini.
Adapun isi makalah yang di bahas adalah Media Pembelajaran dan Proses Pembelajaran
dalam Mengajar Tujuan dari pada penulis membahas tentang Media Pembelajaran dan
Proses Pengajaran dalam Pembelajaran,kerena untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi
Pembelajaran.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna.masih banyak kesalahan yang
terjadi pada penyusunan serta penulisan makalah ini.maka dari itu kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan penulis dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian media menurut Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu : “media adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa
sehingga terjadi proses belajar”.
Seandainya guru tidak menggunakan media dalam proses belajar mengajar (PBM)
kemungkinan akan banyak menguras tenaga, waktu dan hasilnya pun belum tentu
memuaskan karna siswa-siswanya memiliki Hambatan yang berbeda misal hambatan
psikologis, seperti minat, sikap, pendapat, kepercayaan, inteligensi, pengetahuan dan
hambatan fisik seperti kelelahan, sakit, keterbatasan daya indra dan cacat tubuh.
B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui tentang Pengertian media pembelajaran.
2. Kenapa penggunaan media sangat penting dalam pembelajaran?
3. Apa saja prinsip pemanfatan media?
4. Bagaimana mempertimbangkan pemilihan media?
5. Hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran
1. Media Pembelajaran
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses
penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/ media tertentu ke penerima pesan.
Pesan, sumber pesan, saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen
proses komunikasi. Pesan yang dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan dalam
kurikulum. Sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain atau penulis buku dan produser
media. Salurannya adalah media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau juga
guru.
Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum dituangkan oleh guru atau
sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik simbol verbal (kata-kata lisan ataupun
tertulis) maupun simbol-simbol non verbal atau visual. Proses penuangan pesan kedalam
simbol-simbol komunikasi itu disebut Encoding. Selanjutnya penerima pesan (bisa siswa,
peserta latihan ataupun guru dan pelatihnya sendiri) menafsirkan simbol-simbol komunikasi
tersebut sehingga diperoleh pesan. Proses penafsiran simbol-simbol komunikasi yang
mengandung pesan-pesan tersebut disebut Decoding.
Adakalanya penafsiran tersebut berhasil, adakalanya tidak. Penafsiran yang gagal atau
kurang berhasil berarti kegagalan atau kekurangberhasilan dalam memahami apa-apa yang
didengar, dibaca, atau dilihat dan dipahaminya.
Misalnya, guru A jengkel sekali karena tenaga hampir habis terkuras, waktu banyak
digunakan dan suarapun hampir habis hilang dari tenggorokan tetapi siswa-siswanya tak juga
mengerti apa-apa yang diterangkannya. Lalu ia pun bertanya siapa sebenarnya yang bodoh.
Dia ataukah siswa-siswanya. Waktu ditanyakan satu pertanyaan sederhana dari 40 siswanya
orang siswanya hanya dua yang benar, separuhnya kurang tepat menjawab, sedang sisanya
salah sama sekali. Mereka menjawab yang bukan-bukan. Jika guru hanya mempertanyakan
siapa yang bodoh masih lebih baik dari pada telah memutuskan bahwa siswa-siswanya
sebagai anak-anak yang bodoh.
Siswa-siswanya tidak atau kurang berhasil mengencode pesan-pesan yang disampaikan
olehnya. Misalnya, Guru menyampaikan pesan A, dari kelima siswa 1 siswa yang tepat dalam
menafsirkannya, tiga diantaranya kurang tepat sedang satu lainnya salah sama sekali.
Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau penghalang proses komunikasi.
Penghambat tersebut biasa dikenal dengan istilah barriers, atau noises. Kita kenal adanya
hambatan psikologis, seperti minat, sikap, pendapat, kepercayaan, inteligensi, pengetahuan
dan hambatan fisik seperti kelelahan, sakit, keterbatasan daya indra dan cacat tubuh. Siswa
yang senang terhadap mata pelajaran topik serta gurunya tentu lain hasil belajarnya
dibandingkan dengan yang benci atau tak menyukai semua itu.
Guru jangan terlalu berharap terhadap siswa yang lagi sakit karna pesan-pesan yang
guru sampaikan padanya akan terhambat karenanya. Juga jangan berharap pada siswa yang
sehat sekali pun untuk mengamati kehidupan binatang satu sel dengan mata telanjang.
Dua jenis hambatan yang lain adalah hambatan kultural seperti perbedaan adat istiadat,
norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai-nilai panutan dan hambatan lingkungan yaitu
hambatan yang ditimbulkan situasi dan kondisi keadaan sekitar. Proses belajar mengajar
ditempat yang tenang, sejuk dan nyaman tentu akan berbeda dengan proses yang dilakukan
di kelaa yang bising, panas dan berjubel. Perbedaan adat istiadat, norma sosial dan
kepercayaan kadang-kadang bisa menjadi sumber salah paham. Karena adanya berbagai jenis
hambatan tersebut baik dalam diri guru maupun siswa, baik sewaktu mengencode pesan
maupun mengdecodenya, proses komunikasi belajar mengajar sering kali berlangsung secara
tidak efektif dan efisien.
Media Pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan
sehingga membantu mengatasi hal tersebut. Perbedaan gaya belajar, minat, inteligensi,
keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-
lain dapat dibantu dengan pemanfaatan media pendidikan.
Proses komunikasi yang berhasil berkat ikut sertanya media dengan proses belajar
mengajar. Sumber pesan bisa penulis buku, pelukis, fotographer, produsen dan guru sendiri.
Medianya bisa berupa buku, poster, foto, program kaset audio, film, kaset video. Pesan A
yang disampaikan oleh guru maupun media dan sumber pesan ditafsirkan sebagai A pula oleh
para siswanya. Guru dan media bekerja sama, bahu-membahu dalam menyajikan pesan.
Mungkin saja guru tidak banyak berperan karna proses belajar-mengajar terjadi dalam
jarak jauh. Pada situasi seperti ini penulis buku, modul atau produsen program-program
audio, video maupun film merupakan seumber pesan. Siswa berinteraksi dengannya secara
tak langsung lewat media-media yang mereka buat.
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta
didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media
pembelajaran seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yang membutuhkan
media seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh guru dan “audio-visual”.
Gambar Diam S T S S R R
Gambar Hidup S T T T S S
Televisi S S T S R S
Rekaman Audio S R R S R S
Programmed Instruction S S S T R S
Demonstrasi R S R T S S
Keterangan :
R = Rendah S = Sedang T= Tinggi
1 = Belajar Informasi faktual
2 = Belajar pengenalan visual
3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan
4 = Prosedur belajar
5= Penyampaian keterampilan persepsi motorik
6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam kesempatan ini, saya akan mencontohkan salah satu materi kimia dan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai beserta hubungannya..
disimak ya
Kali ini saya akan menetapkan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai yaitu bersifat
hafalan. Dengan kompetensi yang telah saya tetapkan, saya akan memilih materinya, yang
saya rasa tepat untuk mencapai tujuan adalah tentang materi koloid. Setelah itu saya memilih
media audio, yang saya rasa tepat untuk melengkapi serta membantu dalam pencapaian
tujuan pembelajaran.
Setelah itu, kita akan menganalisis hubungan antara media dengan tujuan
pembelajaran. Dalam hal ini kita memilih media audio, dimana kita mengandalkan suara,
seperti radio, mp3.
Kita akan menganalisis secara urut berdasarkan tabel yang ada:
1. Pada bagian 1, yaitu belajar informasi faktual. Dalam hal ini media rekaman
audio masuk ke dalam kategori sedang. Hal ini karena dalam menggunakan media rekaman
audio dan dengan tujuan hafalan, kita dapat mengetahui bahwa apa yang kita hafalkan
tentang materi bersifat nyata, dan sesuai dengan kenyataan yang ada. Oleh sebab itu
rekaman audio pada hal belajar informasi faktual masuk ke dalam kategori sedang.
2. Pada bagian 2, yaitu belajar pengenalan visual. Dalam hal ini rekaman audio
masuk ke dalam kategori rendah. Hal ini dikarenakan, rekaman audio hanya berupa output
suara, sedangkan dalam hal ini berkaitan dengan pengenalan visual yang berkaitan dengan
indera penglihatan, tentang sesuatu yang dapat kita amati. Sehingga ketika tujuan
pembelajaran yang bersifat hafalan dengan materi koloid dan menggunakan media rekaman
audio masuk ke dalam kategori rendah dalam hal belajar pengenalan visual, karena memang
dalam audio hanya ditampilkan suara bukan gambar.
3. Pada bagian 3, yaitu berkaitan dengan belajar prinsip konsep dan aturan.
Dalam hal ini media rekaman audio masuk dalam kategori rendah. Hal ini dikarenakan media
dan tujuan yang akan dicapai kurang saling menguatkan. Misalnya dalam contoh yang saya
ambil, dengan materi koloid, dengan tujuan menggunakan teknik hafalan, dan media yang
digunakan adalah rekaman audio, sehingga dapat dikatakan bahwa siswa memahami materi
koloid dengan teknik menghafal dengan adanya suara yang mengandalkan indera
pendengaran. Sehingga siswa hanya akan menghafal terus, tanpa benar-benar memahami
prinsip konsep dan aturan dalam sistem koloid.
4. Pada bagian 4, yaitu berkaitan dengan prosedur belajar. Dalam tabel diketahui
bahwa media rekaman audio dalam hubungannya dengan tujuan pembelajaran masuk ke
dalam kategori sedang. Hal ini dapat dianalisis sebagai berikut, tujuan yang akan dicapai yaitu
dengan metode menghafal dengan materi sistem koloid dan dengan media rekaman audio,
dalam prosedur belajarnya, dibutuhkan suatu usaha dan waktu yang lebih, semisal kita harus
menyiapkan materi terlebih dahulu kemudian membuat rekaman audio yang kemudian dapat
digunakan sebagai media pembelajaran. Oleh karena itu masuk ke dalam kategori sedang.
5. Pada bagian 5, yaitu berkaitan dengan penyampaian keterampilan persepsi
motorik. Diketahui bahwa rekaman audio dalam hubungannya dengan tujuan pembelajaran
masuk dalam kategori rendah. Hal ini dikarenakan tujuan pembelajaran yang bersifat hafalan
dan media rekaman audio tidak diperlukan suatu keterampilan persepsi motorik yang bagus,
karena menghafal dapat dilakukan tanpa harus melakukan gerakan motorik yang banyak.
Sebab itu, media rekaman audio dalam hubungannya dengan tujuan pembelajaran dalam
bagian ini termasuk ke dalam kategori rendah.
6. Pada bagian 6, yaitu berkaitan dengan mengembangkan sikap, opini dan
motivasi. Dalam bagian ini, media yang berupa rekaman audio dalam pencapaian tujuan
pembelajaran masuk ke dalam kategori sedang. Hal ini dapat kita analisis sebagai berikut,
rekaman audio dapat mengembangkan sikap, opini dan dapat memotivasi siswa untuk lebih
baik lagi dalam mempelajari materi koloid dengan median rekaman audio. Selain itu rekaman
audio lumayan praktis untuk sarana pembelajaran yang fleksibel dan dapat dibawa kemana-
mana, sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa, dengan begitu tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Oleh sebab itu, pada bagian ini, hubungan antara media dengan tujuan
pembelajaran masuk dalam kategori sedang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau penghalang proses komunikasi.
Penghambat tersebut biasa dikenal dengan istilah barriers, atau noises. Kita kenal adanya
hambatan psikologis, seperti minat, sikap, pendapat, kepercayaan, inteligensi, pengetahuan
dan hambatan fisik seperti kelelahan, sakit, keterbatasan daya indra dan cacat tubuh. Siswa
yang senang terhadap mata pelajaran topik serta gurunya tentu lain hasil belajarnya
dibandingkan dengan yang benci atau tak menyukai semua itu.
Namun dengan menggunakan Media Pendidikan sebagai salah satu sumber belajar
dapat menyalurkan pesan sehingga membantu mengatasi hal tersebut. Perbedaan gaya
belajar, minat, inteligensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau hambatan jarak
geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat dibantu dengan pemanfaatan media pendidikan.
Menurut Rumampuk (1988:19) bahwa prinsip-prinsip pemilihan media adalah :
1) Harus diketahui dengan jelas media itu dipilih untuk tujuan apa.
2) Pemilihan media harus secara objektif, bukan semata-mata didasarkan atas kesenangan
guru atau sekedar sebagai selingan atau hiburan. Pemilihan media itu benar-benar didasarkan
atas pertimbangan untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa.
3) Tidak ada satu pun media dipakai untuk mencapai semua tujuan. Setiap media memiliki
kelebihan dan kelemahan. Untuk menggunakan media dalam kegiatan belajar mengajar
hendaknya dipilih secara tepat dengan melihat kelebihan media untuk mencapai tujuan
pengajaran tertentu.
4) Pemilihan media hendaknya disesuaikan dengan metode mengajar dan materi pengajaran,
mengingat media merupakan bagian yang integral dalam proses belajar mengajar.
5) Untuk dapat memilih media dengan tepat, guru hendaknya mengenal ciri-ciri dan masing-
masing media, dan Pemilihan media hendaknya.