Anda di halaman 1dari 19

Identifikasi Karya Seni Rupa, Seni Tari dan Seni Suara.

Buatkan sinopsis atau


penjelasan ringkasan dari daerah masing-masing.
Jawab :
1. Seni Rupa yang ada di Kalimanta Tengah yaitu :

Seni rupa nusantara memang terdiri dari berbagai benda seni. Namun, seperti seni rupa
pada umumnya, karya seni nusantara ini juga bisa dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu : seni
rupa 2 dimensi dan 3 dimensi. Yang termasuk seni rupa 2 dimensi adalah gambar, lukisan, dan
grafis. Karya seni rupa 3 dimensi terdiri atas seni patung, kriya, dan desain.
1. Gambar.
Menggambar merupakan proses perekaman objek di atas bidang 2 dimensi melalui media
dengan kriteria antara lain : ketepatan/kemiripan bentuk dan
warna dengan memperhatikan persepektif, proporsi, komposisi, gelap terang serta
bayang-bayang benda atau objek yang digambar. Dengan kata lain, menggambar lebih
bersifat objektif. Karya gambar antara lain gambar bentuk, gambar model, gambar
ilustrasi, dan ragam hias.
2. Lukisan.
Lukisan juga menggambarkan karya seni rupa 2 dimensi. Melukis lebih cenderung
mengekspresikan gagasan atau mengungkapkan jiwa pelukis melalui media ungkap; dan
teknik penggarapannya berdasarkan prinsip-prinsip seni rupa. Kemampuan penggarapan
dan penguasaan bahan dan alat merupaka aspek yang utama di dalam melukis. Melukis
lebih bebas dalam menafsirkan objek, sesuai keinginan pelukisnya. Dengan perkataan
lain melukislebih bersifat subjektif. Karya seni lukis dapat dibedakan dengan beberapa
corak, antara lain: representatif ( nyata ), dekoratif, ekspresif, dan non-representatif
(abstrak).
3. Grafis.
Grafis atau seni grafik sebenarnya termasuk ke dalam desain, namun menurut dimensinya
seni ini termasuk karya seni rupa 2 dimensi. Grafis diproduksi dengan teknik cetak.
Namun pada proses awalnya, sang perupa membuat desain/rancangan gambar dan tata
letaknya dengan memperhitungkan pada bahan apa grafis ini akan dicetak. Zaman
sekarang, proses merancang gambar dapat dilakukan dengan bantuan komputer. Grafis
banyak digunakan untuk membuat iklan di media cetak, papan reklame, desain logo,
poster, sampul kaset, dan sebagainya.
4. Seni Patung.
Patung, dalam perkembangannya disebut juga sebagai plastic art/seni plastis/seni bentuk,
maksudnya bentuk-bentuk yang memiliki nilai keindahan. Patung sebagai seni plastis
memiliki arti luas karena tak hanya meniru bentuk manusia dan hewan, tetapi bentuk
apapun bisa asalkan memiliki nilai keindahan.
Patung sebagai seni sudah ada semenjak peradaban awal manusia, yang kebanyakan
dibuat dari batu atau kayu. Patung-patung ini berukuran besar dan kecil dan sebagaian
besar bersifat religius atau digunakan untuk keperluan adat. Namun ada juga yang
berfungsi sebagai hiasan. Patung zaman sekarang dibuat dengan berbagai bahan dan lebih
bersifat estetis (mengutamakan keindahan bentuk)
5. Seni Kriya.
Seni kriya termasuk seni rupa terapan. Seni kriya atau kerajinan adalah suatu usaha
membuat barang-barang hasil pekerjaan tangan, atau dapat pula berarti pekerjaan tangan.
Benda-benda ini biasanya dibuat untuk dipergunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari sekaligus melestarikan tradisi kesenirupaan suatu daerah. Oleh karena itu,
karya seni kriya dibuat oleh masyarakat daerah tertentu sebagai ciri khas daerahnya. Pada
umumnya pembuatan seni kriya terikat pada aturan-aturan tertentu yang dianut oleh suatu
daerah. Motif-motif dan warna-warna yang dipakai pun melambangkan makna-makna
tertentu dari daerah tersebut.
Karya seni kriya adalah seni rupa yang paling banyak ragamnya di indonesia. Contohnya
anyaman, yang bisa saja terbuat dari rotan, bambu, daun pandan, serta berbagai macam
lainnya, dari keperluan rumah tangga, seperti tempatanasi, nyiru, bubu, kap lampu, tas,
dinding rumah, tikar, lampit, dan kursi. Tak hanya anyaman banyak lagi benda-benda
yang memiliki keragaman disamping kegunaannya masing-masing.
Banyak seni kerajinan daerah ini yang hampir punah karena sedikit sekali yang tertatrik
untuk melestarikan tradisinya. Padahal pengetahuan corak dan cara pengerjaannya
merupakan warisan budaya nusantara yang tak ternilai harganya.
6. Desain Daerah

Desain juga merupakan ragam seni rupa terapan. Karya desain dapat dikatakan karya seni
rupa murni apabila hasil karyanya dimaksudkan untuk dinikmati keindahannya saja,
bukan fungsi lainnya.
Desain diciptakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan produk
seni. Prosedur pembuatannya cenderung lebih rumit, karena selain sebagai sarana
berekspresi bagi desainer juga merupakan upaya menjembatani antara harapan pemakai
desain/konsumen dengan kenyataan yang ada/pasar.
Proses pembuatan desain biasanya mellui tahapan panjang, dengan tujuan agar diminati
konsumen. Desain juga bisa dibuat sebagai pesanan seseorang atau pihak tertentu. Karena
itu, terciptanya karya desain dapat bersifat tunggal atau massal.

Penduduk asli Kalimantan Tengah adalah suku Dayak, suku ini merupakan masyarakat terbesar
yang mendiami Propinsi Kalimantan Tengah bersama dengan berbagai suku lain di Indonesia.
Suku Dayak terbagi atas beberapa sub etnis yang masing-masing memiliki satu kesatuan bahasa,
adat istiadat dan budaya. Sub-sub etnis tersebut antara lain Suku Dayak Ngaju (termasuk
BakumpaidanMendawai),OtDanum,Ma’anyan,Lawangan,Siangdanlain-lain.
Masyarakat Dayak Kalimantan Tengah mempunyai sifat keterbukaan dan toleransi yang tinggi
yang tercermin dalam falsafah Huma Betang. Huma Betang adalah rumah khas Kalteng, berupa
rumah besar, dimana dalam satu rumah besar adat (Huma Betang) Dayak Kalimantan Tengah
tersebut tinggal bersama-sama bebera pa keluarga dengan segala perbedaannya seperti status
sosial, ekonomi maupun agama namun tetap hidup secara harmonis.
Sifat gotong royong dalam masyarakat suku Dayak masih tetap terpelihara terutama dalam gerak
hidup bermasyarakat yang tercermin dari tradisi kerja Habaring Hurung, Handep dan Harubuh.
Berbagai ragam dan jenis kesenian tradisional yang masih terpelihara dalam kehidupan
masyarakat di Kalimantan Tengah antara lain : Seni Tari, Seni Suara, Seni Rupa, Seni Ukir, dan
Seni Anyam-anyaman. Seni Suara berupa lagu -lagu Daerah dikenal dengan istilah : Karungut,
Kandan, Parung, Karinci Seni anyaman yang memiliki beragam corak terus dikembang oleh
masyarakat sebagai kerajinan rakyat.
Kerajinan anyaman tersebut antara lain yang terbuat dari rotan, bambu, pandan dan purun.
Disamping itu juga berkembang berbagai kerajinan etnik (tradisional) yang terbuat purun, getah
nyatu serta bahan kayu. Seni ukir dapat disaksikan pada pembuatan benda-benda seperti
Talawang (Peri- sai), bangunan Sandung, hulu dan Sarung Senjata khas Dayak Mandau, patung
(Sapundu) dan bangunan pada rumah rumah adat.
Disamping berbagai kerajinan Kalimantan Tengah juga kaya akan berbagai kegiatan upacara
adat / ritual seperti Tiwah, Manyanggar, Mamapas Lewu (bersih desa), Mampakanan Sahur
Parapah.Tiwah merupakan upacara ritual agama Kaharingan, yaitu mengantarkan arwah orang
yang telah meninggal ke Lewu Tatau (sorga). Acara ini memakan waktu yang cukup lama sekitar
satu bulan atau lebih.
Sumpit yang dalam bahasa Dayak Ngaju disebut ’sipet’ merupakan senjata tradisional yang
sudah dikenal sejak jaman dahoeloe kala. Sipet terbuat dari kayu ulin yang dibentuk dan
dilobangi bagian dalamnya sehingga menyerupai pipa lurus, dengan ukuran diameter bagian luar
sekitar 3 cm, diameter rongga dalam sekitar 0,75 cm dan panjang sekitar 200 cm. Setelah diraut
dan digosok sampai rapi, biasanya kayu ulin tersebut menjadi berwarna hitam mengkilat
sehingga permukaannya mirip seperti logam. Pada bagian ujung depan pipa tadi dipasang dua
macam aksesori yang terbuat dari besi, yaitu di sisi sebelah bawah dipasang mata tombak yang
tajam, dan pada sisi sebelah atas dipasang besi kecil menyerupai pisir pada ujung laras senjata
api, yang berguna sebagai alat bantu untuk membidik sasaran. Kedua aksesori tersebut
dilekatkan pada batang sipet menggunakan rotan yang dianyam sedemikian rupa sehingga
terlihat rapi, kuat dan artistik. Bagian permukaan batang sipet terkadang dihiasi dengan ukiran
relief atau ornamen dengan motif khas dayak.
Kegunaan utama sipet adalah sebagai senjata atau alat berburu, walaupun bisa juga digunakan
sebagai senjata pada saat berperang. Sebagai senjata, ia dilengkapi dengan peluru yang
dimasukkan ke dalam lobang laras dan dilontarkan ke arah sasaran dengan cara ditiup
menggunakan mulut. Jenis pelurunya ada 2 macam. Jenis pertama terbuat dari tanah liat dalam
keadaan setengah basah dibentuk berupa bola-bola kecil sebesar ukuran lubang laras, biasanya
digunakan untuk jarak dekat (sekitar 5 meter) untuk berburu binatang kecil misalnya tupai dan
burung-burung yang terbang rendah. Jenis peluru yang kedua disebut damek atau lahes, terbuat
dari bilah bambu yang diruncingkan seperti anak panah dan di bagian belakangnya dipasang
potongan kayu gabus untuk mengatur arah, kurang lebih berfungsi sama dengan bulu angsa yang
dipasang pada shuttlecock (bola badminton). Lahes tersebut dibuat dalam jumlah banyak,
disimpan di dalam tabung bambu yang sudah diisi dengan cairan ‘bisa atau racun’ dari binatang
liar, sehingga apabila melukai sedikit saja tubuh hewan sasaran akan langsung mematikan.
Biasanya lahes digunakan untuk berburu hewan yang lebih besar, misalnya kancil, kijang atau
hewan primata (misalnya monyet dll) yang tinggal di atas pohon-pohon tinggi.
Suatu hal yang unik pada sumpit ialah ketika pelurunya dilontarkan menuju sasaran, tidak akan
terdengar bunyi apapun yang membuat sasarannya mengetahui dari mana sumber asal serangan.
Hal ini berbeda dengan senapan atau senjata api. Konon hal ini jugalah yang membuat Belanda
kewalahan dalam perang gerilya melawan suku Dayak di Kalimantan. Kita tahu bahwa sebagai
bangsa Eropa, orang Belanda itu mempunyai rasa ingin tahu yang sangat tinggi terhadap setiap
hal yang belum dimengerti olehnya.

Suatu ketika pasukan serdadu Belanda melintasi hutan. Kebetulan tidak jauh dari situ ada
beberapa orang suku Dayak sedang mengintai. Mereka pun melontarkan peluru sumpit dari tanah
liat yang sengaja diarahkan pada sebatang pohon di depan salah seorang serdadu Belanda. Para
serdadu tadi langsung berkerumun meneliti benda apakah gerangan yang tiba-tiba melesat di
depan hidungnya. Ketika mereka asyik berkerumun itulah mereka diserang dengan peluru
beneran, yaitu lahes yang mengandung racun.
Pada masa kini, anak-anak Dayak di daerah pedalaman Kalimantan masing sering bermain
perang-perangan menggunakan ’sumpit-sumpitan’ yang terbuat dari ruas bambu kecil dengan
peluru tanah liat. Meskipun maksudnya cuma sekedar main-main tapi sesekali peluru tanah
tersebut sering juga tanpa disengaja mengenai tubuh lawan.

 Seni Rupa/Ukir
Seni Rupa/Ukir Kalimantan Tengah memiliki corak khas dan unik. Hal ini bisa dilihat
dari topeng, perisai, bangunan sandung (tempat menyimpan tulang belulang), hulu dan
sarung mandau, patung sapundu dan lain-lain.

 Seni Anyaman/Kerajinan
Kalimantan Tengah memiliki beragam jenis kerajinan rakyat yang berbahan rotan,
pandan, purun, getah nyatu serta perhiasan dari batu alam Kalimantan Tengah lain yang
sangat menarik untuk dijadikan Souvenir (Cenderamata).

 Senjata Khas/Tradisional
Suku Dayak memiliki senjata khas/tradisional seperti : Mandau, Sipet (Sumpitan), Lunjo
(Lembang), Duhung (sejenis keris), semua memiliki bentuk dan artistik yang cukup
tinggi.

 Transportasi Tradisional
Sesuai kondisi alamnya, Suku Dayak banyak menggunakan perahu sebagai jenis
transportasi. Jenis-jenis perahu tradisional Suku Dayak : Jukung Rangkan dan Banama
(perahu besar).
# Beberapa macam seni rupa khas Kalimantan Tengah, antara lain :
Sipet

Sumpitan (sipet) merupakan pula salah satu senjata etnik Dayak di Kalimantan. Senjata ini
umumnya digunakan sebagai alat berburu, menyerang musuh dan melawan segala mara bahaya.
Menurut kepercayaan Etnik Dayak sumpitan (sipet) tidak boleh digunakan untuk membunuh
sesama umat manusia.
Peluru atau anak sumpitan yang tajam seperti panah disebut domek. Untuk menambah ampuh,
lazimnya, domek diberikan suatu zat racun yang diperoleh dari getah sejenis akar yang diolah
sedemikian rupa disebut ipu. Ipu ditaruh (digosok) pada ujung anak sumpitan. Karena itu
manusia atau binatang yang terkena ipu akan keracunan. Sebelum digunakan domek disimpan
dalam suatu tempat khusus, disebut telep. Cara melepaskan domek dari sumpitan ialah dengan
meniup sekeras mungkin melalui lobang sumpitan yang lurus.
Jarak capai anak sumpitan ini cukup jauh sehingga ia merupakan senjata yang praktis untuk
berburu. Menurut bentuknya itu, nenek m oyang Etnik Dayak mengharapkan bahwa setiap
orang harus jujur, lurus seperti lobang sumpitan sehingga dapat tercipta ketulusan dan
perdamaian.
Mandau

Kalimantan adalah salah satu dari 5 pulau besar yang ada di Indonesia. Sebenarnya pulau ini
tidak hanya merupakan “daerah asal” orang Dayak semata karena di sana ada orang Banjar
(Kalimantan Selatan) dan orang Melayu. Dan, di kalangan orang Dayak sendiri satu dengan
lainnya menumbuh-kembangkan kebudayaan tersendiri. Dengan perkataan lain, kebudayaan
yang ditumbuh-kembangkan oleh Dayak-Iban tidak sama persis dengan kebudayaan yang
ditumbuh-kembangkan Dayak-Punan dan seterusnya. Namun demikian, satu dengan lainnya
mengenal atau memiliki senjata khas Dayak yang disebut sebagai mandau. Dalam kehidupan
sehari-hari senjata ini tidak lepas dari pemiliknya. Artinya, kemanapun ia pergi mandau selalu
dibawanya karena mandau juga berfungsi sebagai simbol seseorang (kehormatan dan jatidiri).
Sebagai catatan, dahulu mandau dianggap memiliki unsur magis dan hanya digunakan dalam
acara ritual tertentu seperti: perang, pengayauan, perlengkapan tarian adat, dan perlengkapan
upacara.

Mandau dipercayai memiliki tingkat-tingkat kampuhan atau kesaktian. Kekuatan saktinya itu
tidak hanya diperoleh dari proses pembuatannya yang melalui ritual-ritual tertentu, tetapi juga
dalam tradisi pengayauan (pemenggalan kepala lawan). Ketika itu (sebelum abad ke-20) semakin
banyak orang yang berhasil di-kayau, maka mandau yang digunakannya semakin sakti. Biasanya
sebagian rambutnya sebagian digunakan untuk menghias gagangnya. Mereka percaya bahwa
orang yang mati karena di-kayau, maka rohnya akan mendiami mandau sehingga mandau
tersebut menjadi sakti. Namun, saat ini fungsi mandau sudah berubah, yaitu sebagai benda seni
dan budaya, cinderamata, barang koleksi serta senjata untuk berburu, memangkas semak belukar
dan bertani.

Struktur Mandau
1. Bilah Mandau
Bilah mandau terbuat dari lempengan besi yang ditempa hingga berbentuk pipih-panjang seperti
parang dan berujung runcing (menyerupai paruh yang bagian atasnya berlekuk datar). Salah satu
sisi mata bilahnya diasah tajam, sedangkan sisi lainnya dibiarkan sedikit tebal dan tumpul. Ada
beberapa jenis bahan yang dapat digunakan untuk membuat mandau, yaitu: besi montallat, besi
matikei, dan besi baja yang diambil dari per mobil, bilah gergaji mesin, cakram kendaraan, dan
lain sebagainya. Konon, mandau yang paling baik mutunya adalah yang dibuat dari batu gunung
yang dilebur khusus sehingga besinya sangat kuat dan tajam serta hiasannya diberi sentuhan
emas, perak, atau tembaga. Mandau jenis ini hanya dibuat oleh orang-orang tertentu.

Pembuatan bilah mandau diawali dengan membuat bara api di dalam sebuah tungku untuk
memuaikan besi. Kayu yang digunakan untuk membuat bara api adalah kayu ulin. Jenis kayu ini
dipilih karena dapat menghasilkan panas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kayu
lainnya. Setelah kayu menjadi bara, maka besi yang akan dijadikan bilah mandau ditaruh
diatasnya agar memuai. Kemudian, ditempa dengan menggunakan palu. Penempaan dilakukan
secara berulang-ulang hingga mendapatkan bentuk bilah mandau yang diinginkan. Setelah bilah
terbentuk, tahap selanjutnya adalah membuat hiasan berupa lekukan dan gerigi pada mata
mandau serta lubang-lubang pada bilah mandau. Konon, pada zaman dahulu banyaknya lubang
pada sebuah mandau mewakili banyaknya korban yang pernah kena tebas mandau tersebut. Cara
membuat hiasan sama dengan cara membuat bilah mandau, yaitu memuaikan dan menempanya
dengan palu berulang-ulang hingga mendapatkan bentuk yang diinginkan. Setelah itu, barulah
bilah mandau dihaluskan dengan menggunakan gerinda.

2. Gagang (Hulu Mandau)


Gagang (hulu mandau) terbuat dari tanduk rusa yang diukir menyerupai kepala burung. Seluruh
permukaan gagangnya diukir dengan berbagai motif seperti: kepala naga, paruh burung, pilin,
dan kait. Pada ujung gagang ada pula yang diberi hiasan berupa bulu binatang atau rambut
manusia. Bentuk dan ukiran pada gagang mandau ini dapat membedakan tempat asal mandau
dibuat, suku, serta status sosial pemiliknya.

3. Sarung Mandau.
Sarung mandau (kumpang) biasanya terbuat dari lempengan kayu tipis. Bagian atas dilapisi
tulang berbentuk gelang. Bagian tengah dan bawah dililit dengan anyaman rotan sebagai penguat
apitan. Sebagai hiasan, biasanya ditempatkan bulu burung baliang, burung tanyaku, manik-manik
dan terkadang juga diselipkan jimat. Selain itu, mandau juga dilengkapi dengan sebilah pisau
kecil bersarung kulit yang diikat menempel pada sisi sarung dan tali pinggang dari anyaman
rotan.

Seni Rupa Kalimantan Tengah 13


Nilai Budaya
Pembuatan mandau, jika dicermati secara seksama, di dalamnya mengandung nilai-nilai yang
pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat
pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain: keindahan (seni), ketekunan, ketelitian, dan kesabaran.
Nilai keindahan tercermin dari bentuk-bentuk mandau yang dibuat sedemikian rupa, sehingga
memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai ketekunan, ketelitian, dan kesabaran tercermin dari
proses pembuatannya yang memerlukan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tanpa nilai-nilai
tersebut tidak mungkin akan terwujud sebuah mandau yang indah dan sarat makna.
Mandau adalah salah satu senjata yang diciptakan oleh nenek moyang Etnik Dayak di
Kalimantan umumnya. Terbuat dari besi yang kuat dan baik. Oleh Etnik Dayak, mandau
dipercayai memiliki tingkat-tingkat keampuhan sesuai kesaktian besinya.

Dalam kaitan itu, besi Montallat paling terkenal diantara bahan-bahan lainnya untuk membuat
senjata mandau. Oleh masyarakat Dayak, selain untuk merantas hutan dan bertani, mandau juga
digunakan untuk menghadapi musuh. Para pahlawan dulu menggunakan mandau sebagai senjata
yang tidak dapat terpisah dari tubuhnya, kemanapun pergi selalu dibawa.Umumnya mandau
memiliki hulu (pegangan) terbuat dari tanduk atau kayu terpilih dan dihiasi ukiran. Bentuk
ukiran pada hulu mandau ini dapat membedakan tempat asal usul mandau dibuat, suku dan
derajat pemakainya. Itu bisa terlihat dari gaya serta motif ukirannya. Selain itu, di bagian hulu
mandau disisipi rambut, yang berfungi menambah keangkeran dan keampuhannya.

Telawang

TELAWANG atau KELABET adalah alat pertahanan diri


dari serangan musuh yang menggunakan senjata tajam yang terkenal dan digunakan di seluruh
Kalimantan. Terbuat dari kayu yang kuat, begian depannya diberi ukiran khas dayak.
Seni Rupa Kalimantan Tengah 14
Gong

Gong dalam etnik Dayak, berfungsi sebagai alat


komunikasi yang vital dan alat seni budaya. Sebagai alat komunikasi gong juga dibunyikan
untuk pemberitahuan, baik adanya bahaya, musuh datang dari luar, kebakaran atau panggilan
untuk sesuatu pekerjaan gotong royong. Dalam peristiwa kematian, misalnya, gong dibunyikan
tiga kali berturut-turut dalam waktu tertentu selama mayat masih belum dimakamkan. Bunyi itu
terdengar sampai kampung-kampung yang jauh sehingga kaum kerabat dari tempat jauh datang
untuk menghadiri upacara pemakaman. Dalam acara seni budaya, gong juga mempunyai peranan
penting, seperti pada upacara-upacara "BOKAS", "TIWAH", upacara penyambutan tamu-tamu
yang dihormati, perkawinan dan acara kesenian lainnya.

Jukung Sudur

Jukung Sudur Perahu ini bahannya dibuat dari


sebatang pohon yang kuat, dibelah dua kemudian dibentuk menjadi semacam badan perahu
dengan lambung yang rendah. Dengan bentuk seperti itu, jukung sudur terlihat sangat surut dan
mengkhawatirkan bagi yang tidak pernah menaikinya. Sebenarnya bentuk seperti ini sangat
praktis, karena tahan gelombang, mudah untuk melintasi riam-riam serta praktis jika harus
diangkat. Sebagai alat angkutan, perahu (jukung sudur) inipun dapat pula diberi dinding-dinding
papan yang kuat (tambit bahasa daerah).
Sesuai dengan keadaan geografis daerah Kalimantan, yang banyak memiliki anak sungai dan
hutan rimbanya, perahu ini dibuat dari bahan alam yang tersedia. Sebagai

Seni Rupa Kalimantan Tengah 15


hasil kultural asli masyarakatnya, jukung sudur menjadi alat angkutan untuk pergi
berhuma dan alat komunikasi antar desa. Di masa perjuangan, perahu (jukung sudur) ini
digunakan pahlawan-pahlawan, seperti Panglima Batur dan lainnya sebagai alat transportasi
menghadapi tentara Belanda.

Rumah betang

A. Selayang Pandang
Di Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau, Propinsi Kalimantan Tengah, masih banyak
terlihat rumah-rumah penduduk yang berbentuk rumah betang. Rumah betang adalah rumah
tradisional Suku Dayak di Kalimantan, berbentuk rumah panggung yang memanjang ke belakang
dengan kayu ulin sebagai bahan utama bangunannya. Rumah-rumah betang yang ada di
Kecamatan Delang rata-rata berumur ratusan tahun dan masih terpelihara dengan baik hingga
saat ini. Hal itu menandakan bahwa penduduk di Kecamatan Delang sampai saat ini masih
melestarikan adat-istiadat dan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.  

Salah satu rumah betang di Kecamatan Delang yang masih terawat dengan baik dan sering
dikunjungi oleh banyak wisatawan adalah Rumah Betang Ojung Batu. Yang membedakan
Rumah Betang Ojung Batu dengan rumah-rumah betang lainnya adalah di dalamnya terdapat
banyak tajau. Konon, rumah betang ini dulunya dikenal sebagai tempat kediaman seorang tokoh
masyarakat Dayak yang sangat kaya yang memiliki ribuan tajau, sebuah benda mirip tempayan
yang oleh masyarakat setempat dijadikan sebagai simbol kekayaan dan kehormatan seseorang.

Tajau juga dianggap sebagai benda yang memiliki kekuatan gaib dan dapat membawa rejeki bagi
orang yang memilikinya. Konon, orang yang membuat tajau bukanlah orang sembarangan,
karena dia harus menguasai upacara khusus sebelum membuatnya. Namun sayang, jumlah tajau
yang ada di rumah betang ini sekarang sudah jauh berkurang, menjadi ratusan saja. Saat ini,
rumah betang yang sudah berumur hampir 1.000 tahun dimiliki oleh Omas Petinggi Kaya, salah
satu tetua adat di Kecamatan Delang. Oleh Pemerintah Kabupaten Lamandau, Rumah Betang
Ojung Batu ditetapkan sebagai bangunan bersejarah yang dilindungi.

Seni Rupa Kalimantan Tengah 16

B. Keistimewaan
Rumah Betang Ojung Batu memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri. Bentuknya
memanjang ke belakang sekitar dua ratus meter, bertiang panggung dari kayu ulin dengan
diameter di atas 50 sentimeter dan tinggi 1,5 meter, serta beratap sirap yang juga terbuat dari
kayu ulin. Di dalam rumah betang ini terdapat puluhan bilik dan satu bilik dihuni oleh satu
keluarga. Setiap keluarga penghuni bilik memiliki koleksi barang-barang antik berupa piring
keramik, gong, meriam kuno, talam tembaga, dan berbagai bentuk perhiasan Cina dan Belanda
yang sudah sangat jarang dijumpai. Para penghuni Rumah Betang Ojung Batu dikenal pula
memiliki seni budaya cukup tinggi, yang dapat dilihat dari berbagai bentuk ukiran yang
menghiasi hampir di seluruh bagian rumah, mandau (senjata khas Suku Dayak) yang menempel
di dinding rumah, tombak, dan berbagai bentuk anyaman yang terbuat dari rotan.

Meskipun ukuran rumah ini terbilang luas dan besar, namun hanya ada satu pintu masuk utama
untuk memasuki rumah ini. Hal ini menyiratkan makna filosofis yang luhur, yaitu agar semua
anggota keluarga yang menghuni rumah ini memiliki persamaan persepsi dan tujuan dalam
menjalani kehidupan sehari-hari. Apapun aktivitas yang dilakukan oleh para penghuni rumah,
mereka tetap masuk dan keluar dari pintu yang sama. Di samping itu, dengan hanya memiliki
satu pintu utama, diharapkan penghuni rumah dapat lebih mampu mengenal antara penghuni
yang satu dengan penghuni lainnya secara lebih dekat. Untuk memasukinya, penghuni rumah
harus melewati anak tangga yang berada di bawah kolong rumah. 

Selain memiliki keistimewaan dari sisi arsitekturnya, Rumah Betang Ojung Batu juga memiliki
sisi keistimewaan lainnya, yaitu keramahan para penghuninya. Setiap pengunjung yang datang
akan disambut dengan ramah, tidak dipungut biaya, dan cukup mengisi buku tamu sebagai media
perkenalan. Apabila berkenan, pengunjung akan diajak untuk minum tuak (minuman tradisional
dari beras ketan) dan makan sirih karena dianggap menghargai budaya masyarakat lokal.

Pemandangan bersahaja lainnya juga dapat dilihat dari ekspresi kebersamaan dan persaudaraan
di antara para penghuni rumah, terutama ketika ada permasalahan yang menimpa salah satu
penghuni. Misalnya, jika salah satu anggota keluarga ada yang meninggal dunia maka masa
berkabung mutlak diberlakukan selama satu minggu bagi semua penghuni dengan tidak
menggunakan perhiasan, tidak berisik, tidak minum tuak, dan tidak menghidupkan peralatan
elektronik.
Seni Rupa Kalimantan Tengah 17

LAMPIRAN
( GALERI GAMBAR )

Kebudayaan suku Dayak

Tudung Balanga Pot dari Rotan


Berbagai jenis Kain dan pakaian
Seni Rupa Kalimantan Tengah 18
Anyaman :

Topi Lampit/Amak/Tikar Tas Tempat Tisu

Motif-motif :
Motif batang garing

Motif talawang Motif Sulur Motif campuran

Motif tanaman Motif Perhiasan Motif campuran Motif Sulur

Seni Rupa Kalimantan Tengah 19


Penjelasan mengenai pola dan motif-motif khas Kalimantan Tengah :

Pola-pola serta motif-motif yang umumnya digunakan oleh suku Dayak terinspirasi
secara keseluruhan dari alam. Hal ini disebabkan karena kehidupan suku Dayak sangat
bergantung dan dekat dengan alam. Sehingga rupanya hal tersebut juga mempengaruhi
keseniannya, khusus dalam hal ini adalah seni rupa.
Dapat kita lihat bahwa pola suku Dayak memiliki bentuk yang dinamis, berupa bentuk-
bentuk yang asimetris, zig-zag, atau gelombang-gelombang spiral. Hal ini menandakan
kehidupan masyarakat suku Dayak yang sangat aktif mengelola hidup mereka, namun tetap
dengan wawasan alam.
Motif yang paling sering kita temukan adalah motif batang garing, motif sulur, motif
talawang, motif tanaman, motif perhiasan, atau motif dengan kombinasi dari beberapa motif
yang ada sekaligus. Batang garing bagi suku dayak berarti hierarki dalam kehidupan. Semua
manusia diibaratkan hidup dalam satu pohon yang kompleks, dengan Tuhan pada puncaknya,
dan masyarakata dayak pada urutan-urutannya masing-masing. Walaupun terdapat kelas sosial
khusus, tetapi antar masyarakat selalu tercipta hubungan yang harmoni dan saling bergotong-
royong.
Motif-motif lain juga kebanyakan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada di daerah
kalimantan. Contohnya motif tanaman dan motif sulur yang terinspirasi dari tanaman-tanaman
sulur rawa yang banyak tumbuh di daerah pedalaman dan hutan kalimantan. Selain itu ada pula
mitf bulu burung enggang, dimana bagi masyarakat dayak, burung enggangmemberikan
pengaruh kedamaian, kekuasaan, kekuatan, serta kecerdasan. Begitu pula dengan berbagai
macam motif-motif lainnya.

2. Seni Tari yang ada di Kalimantan Tengah yaitu :

1. Tari Mandau
Tari dari daerah Kalimantan Tengah, jenis tari yang lahir dari kultur budaya masyarakat Suku
Dayak. Sebuah simbolisasi dari semangat juang masyarakat Suku Dayak dalam membela harkat
dan martabatnya. Selain menggambarkan patriotisme warga Bumi Tambun Bungai untuk
menjaga tanah kelahirannya, Tari Mandau ini juga merupakan simbolisasi keperkasaan pria
dalam menghadapi segala macam – macam tantangan dalam aspek kehidupan.

Pada pertunjukannya Tari Mandau diringi alunan suara kemerduan Gandang dan Garantung
bertalu kencang. Harmonisasi perangkat alat musik tradisional  tersebut memunculkan irama
penuh semangat. Kesan semangat yang ada seolah mengajak mereka yang mendengar dan
menyaksikan persembahan pejuang Suku Dayak yang siap terjun ke medan juang. Kelompok
penari Tad Mandau seringkali dilengkapi dengan menggenggam Mandau pada tangan sebelah
kanan, sedangkan di tangan kiri ada Talawang menangkis serangan musuh sebagai tameng
kokoh suku Dayak juga tampil menyempurnakan Tad Mandau Suku Dayak yang ditampilkan.

2. Tari Giring – Giring


Tari giring-giring termasuk tarian daerah Kalimantan Tengah. Lebih spesifiknya lagi tarian ini
berasal dari kabupaten Bartim. Adalah kalangan suku Dayak Ma’anyan yang dikenal sebagai
masyarakat mempopulerkannya. Tari giring – giring dipentaskan dalam acara-acara bergembira,
menyambut tamu dan juga sebagai selingan pada pesta – pesta atau acara tertentu.

Tak sampai disitu saja, tari giring-giring ini juga digunakan sebagai tarian pergaulan di kalangan
pemuda. Anda ingin tahu bagaimana cara menarikannya? Secara singkat, cara menarinya yaitu
dengan menghentakkan satu tongkat ke lantai yang dipegang di tangan kiri dan di tangan kanan
memegang bambu yang di dalamnya berisi kerikil sambil digoyang-goyang agar mendapatkan
bunyi dengan jenis musik tradisional , sedangkan kaki maju mundur mengikuti irama lagu.

3. Tari Ngerangkau
Tari Ngerangkau termasuk kedalam tarian daerah Kalimantan Tengah. Tari ini merupakan tarian
adat dalam hal kematian dari suku Dayak Tunjung dan Benuaq. Hal unik adalah bahwa tarian ini
mempergunakan alat penumbuk padi yang dibentur-benturkan secara teratur datam posisi
mendatar sehingga menimbulkan irama tertentu seperti bunyi yang dihasilkan alat musik khas
tradisional pada umumnya.

4. Tari Baraga Bagantar


Tari Baraga Bagantar merupakan tarian dari daerah Kalimantan Tengah. Awalnya Baraga’
Bagantar adalah upacara belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan dari Nayun
Gantar. Seiring berjalan sang waktu, sekarang upacara ini sudah dirubah menjadi sebuah tarian
oleh suku Dayak Benuaq.

5. Tari Belian Bawo


Tari Belian Bawo adalah tarian yang berasal dari Kalimantan Tengah. Berdasarkan sejarah, tari
ini awalnya bukanlah sebuah seni tari, melainkan upacara.

Dimana upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit,
membayar nazar dan lain sebagainya. Usai diubah menjadi tarian, tari ini sering disajikan pada
acara – acara penerima tamu dan acara kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian suku
Dayak Benuaq.
6. Tari Kuyang
Tari Kuyang juga termasuk sebagai tarian yang mempunyai asal daerah Kalimantan
Tengah.Masyarakat lokal menjadikan tarian Belian dari suku Dayak Benuaq berfungsi untuk
mengusir hantu – hantu yang menjaga pohon – pohon yang besar dan tinggi agar tidak
mengganggu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut.

7. Tari Serumpai
Tari Serumpai masih tergolong kedalam tarian daerah Kalimantan Tengah. Tarian suku Dayak
Benuaq kabarnya dilakukan untuk menolak wabah penyakit dan mengobati orang yang digigit
anjing gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian diiringi alat musik tradisional Indonesia
Serumpai.

8. Tari Hudoq Kita


Tari Hudoq Kita masih termasuk bagian tarian dari daerah Kalimantan Tengah. Tarian dari suku
Dayak Kenyah ini ternyata hapir menyerupai Tari hudoq. Persamaan itu dapat dilihat ketika
upacara menyambut tahun tanam maupun untuk menyampaikan rasa terima kasih pada dewa
yang tetah memberikan hasil panen padi yang baik.

Selain persamaan ternyata, ada juga perbedaannya, yaitu di Tari Hudoq Kita dan Tari Hudoq ada
pada kostum, topeng, gera kan tarinya dan iringan musiknya. Kostum penari Hudoq Kita’
menggunakan baju tengan panjang dari kain biasa dan memakaikan sarung, sedangkan
topengnya berbentuk wajah manusia biasa yang banyak dihiasi dengan ukiran khas Dayak
Kenyah.

9. Tarian Hudog
Tarian Hudog merupakan bagian dari daerah Kalimantan Tengah. Tarian ini menggunakan
topeng kayu yang menyerupai binatang buas serta menggunakan daun pisang atau daun kelapa
untuk menutup tubuh penari. Tarian ini erat hubungannya dengan upacara keagaman dari
kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari Hudoq dimaksudkan untuk memperoleh
kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan
kesuburan dengan hasil panen yang banyak.

10. Tari Leleng


Tari Leleng adalah tarian daerah Kalimantan Tengah. Pada tarian ini, penonton dapat pesan
cerita tentang seorang gadis bernama Utan Along yang akan dikawinkan secara paksa oleh orang
tuanya dengan pemuda yang tidak dicintainya. Melakukan penolakan, Utan Along akhirnya
melarikan diri kedalam hutan. Tarian gadis suku Dayak Kenyah ini saat pertnjukkan ditarikan
dengan diiringi nyanyian lagu Leteng.
11. Tari Kancet Papatai
Tari Kancet Papatai ialah seni tari yang berasal dari daerah Kalimantan Tengah. Pesan cerita dari
tarian ini yaitu menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan
musuhnya. Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti
oleh pekikan si penari.

Penari mempergunakan pakaian tradisional suku Dayak Kenyah Kalimantan dilengkapi dengan
alat perang tradisional seperti mandau, perisai dan baju perang. Dan uniknya lagi, tari ini diiringi
dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe .

12. Tari Kancet Ledo


Tari Kencet Ledo merupakan tarian yang berasal dari daerah propinsi Kalimantan Tengah. Ada
beberapa perbedaan dengan tari Kancet Pepatay. Jika tarian Kancet Pepatay menggambarkan
kejantanan dan keperkasaan pria Dayak Kenyah, sebaliknya Kancet Ledo menggambarkan
tentang kelemah-lembutan seorang gadis bagai sebatang padi yang metiuk-liuk lembut ditiup
oleh angin. Tari ini dibawakan oleh seorang wanita dengan memakai pakaian tradisionil suku
Dayak Kenyah dan pada kedua belah tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung
Enggang. Biasanya tari ini ditarikan diatas sebuah gong, sehingga Kancet Ledo disebut juga Tari
Gong.

13. Tari Manggetem


Tari Manggetem adalah tarian yang mempunyai asal usul daerah Kalimantan Tengah. Tari ini
wujud kegembiraan masyarakat dayak dalam hal mensyukuri hasil panen yang berlimpah. Tarian
ini juga sering sekali ditampilkan untuk menyambut kedatangan tamu dari luar daerah. Tamu
dari luar daerah mulai dari Bupati/Walikota dari daerah lain, Gubernur, Presiden dan tamu –
tamu lainnya.

14. Tari Kancet Lasan


Tari Kancet Lasan ini berasal dari daerah Kalimantan Tengah. Dimana tarian ini
menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, yaitu burung yang dimuliakan oleh
suku Dayak Kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan.

Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan
posisinya seperti Tari Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu
burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok
atau duduk dengan lutut menyentuh lantai. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung
Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.

15. Tari Dadas


Tari Dadas adalah sebuh tari tradisional yang berasal dari daerah Barito Selatan propinsi
Kalimantan Selatan. Dengan menggunakan gelang Dadas, tarian yang identik dengan tarian
muda-mudi ini semakin terasa karena ditampilkan dengan musik yang seirama dengan gerak dan
tari para penarinya. Adapun alat musik tradisional yang digunakan untuk menarikan tarian Dadas
ini adalah Gong, Kangkanung, Gendang dan alat musik khas masyarakat lainnya.

Anda mungkin juga menyukai