Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“PAJAK DALAM USAHA PERTANIAN, PERIKANAN, dan PETERNAKAN”


(Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pajak Bidang Usaha Tertentu)

Disusun Oleh :

ALFA VITARONA OKTAVIANE NIM. 165030401111020


FEBI FEBRIANA INDRIATI NIM. 165030407111057
TULUS ALFRIN VALENTINO SIHALOHO NIM. 165030400111025

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PERPAJAKAN


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
BAB I

A. PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK USAHA PERTANIAN, PERIKANAN, dan


PERTERNAKAN
1. Pengertian
a. Usaha Pertanian
Menurut Kadarsan (1993), usaha pertanian adalah suatu tempat dimana seseorang atau
sekumpulan orang berusaha mengelola unsur – unsur produksi seperti alam, tenaga kerja,
modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan
pertanian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha pertanian adalah bagaimana
menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu lahan, tenaga kerja, modal
dan manajemen agar dapat memperoleh hasil yang maksimal.
b. Usaha Perikanan
Usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan hokum untuk
menangkap/membudidayakan ikan, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau
mengawetkan ikan untuk tujuan komersial
c. Usaha Peternakan
Usaha peternakan adalah suatu kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa hewan
ternak dengan cara meningkatkan produksi ternak yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan manusia.

2. Karakteristik usaha
a. Usaha Pertanian
- Adanya jarak waktu antara mulai investasi dengan penerimaan hasil yang dapat
meningkatkan resiko usaha, resiko fisik dan resiko pasar
- Merupakan pertanian rakyat
- Bersifat ekstensi
- Spesialisasi dalam pertanian sukar diterima
- Lebih banyak menggunakan tenaga kerja manusia dan relatif sedikit menggunakan
tenaga kerja mesin
- Hasil pertanian sulit diprediksi/dikontrol
- Pasar komoditi pertanian sifatnya monopsoni/oligopsony
- Pertanian memiliki kontribusi yang relatif besar terhadap perekonomian Indonesia.
b. Usaha Perikanan
- Ikan hidup di permukaan, pertengahan/dasar air, sehingga tidak tampak oleh mata
secara langsung. Karena itu sulit diduga keberadaan dan jumlah/potensinya untuk
menangkap dilakukan dengan berburu
- Walaupun ikan hidup di air, tapi belum tentu ada di suatu tempat/wilayah perairan.
Berarti tidak semua perairan merupakan daerah penangkapan ikan/fishing ground
- Ikan selalu bergerak dan berpindah tempat, berlaku secara musiman, sehingga terjadi
musim penangkapan ikan yang belum tentu sama dengan daerah lain
- Ikan termasuk komoditi yang mudah rusak dan cepat busuk, sehingga memerlukan
kecepatan dalam proses pemasarannya. Apabila tidak cepat akan mempengaruhi mutu
dan harga ikan
- Sumber daya ikan dapat punah/habis apabila mengalami tekanan penangkapan
- Sumberdaya ikan adalah milik bersama/common properties, sehingga mudah
mengalami over fishing

2
- Dalam operasi penangkapan memerlukan keahlian khusus dan kerjasama antar ABK
atau nelayan
- Operasi penangkapan tidak bisa dilakukan penuh dalam satu tahun
- Harga ikan di TPI ditetapkan berdasarkan lelang
- Usaha penangkapan dengan sistem bagi hasil, biaya operasional penangkapan hanya
dilakukan satu kali, trip selanjutnya dipotong dari hasil kotor lelang
- Usaha perikanan tangkap beresiko tinggi
- TPI sering berbau amis atau busuk
c. Usaha Peternakan
- Mencakup 4 komponen yaitu manusia sebagai subyek, ternak sebagai obyek,
lahan/tanah sebagai basis ekologi dan teknologi sebagai alat untuk mencapai tujuan
- fragile, perishable, quality variation serta bulky
- faktor – faktor produksi usaha peternakan yang jumlahnya relatif banyak serta
dominansi pengaruh lingkungan yang besar.

B. JENIS DAN BENTUK USAHA PERTANIAN, PERIKANAN, dan PETERNAKAN


1. Jenis usaha
a. Usaha Pertanian
- Perkebunan rakyat (tidak berbadan hokum)
Perkebunan rakyat merupakan perkebunan yang diselenggarakan atau dikelola oleh
rakyat/pekebun yang dikelompokkan dalam usaha kecil tanaman perkebunan rakyat dan
usaha rumah tangga perkebunan rakyat
- Perkebunan besar
perkebunan besar merupakan perkebunan yang diselenggarakan ataupun dikelola secara
komersial oleh perusahaan yang berbadan hokum. Perkebunan besar sendiri terdiri dari
perkebunan besar negara (PBN) dan perkebunan besar swasta (PBS) nasional/asing.
Perkebunan besar biasanya menanam karet, kelapa, kelapa sawit dan tebu.

b. Usaha Perikanan
- Usaha perikanan tangkap
Usaha perikanan tangkap merupakan sebuah kegiatan usaha kegiatan dalam produksi
ikan melalui cara penangkapan ikan dan biasanya dijalankan oleh nelayan/rakyat yang
tinggal di daerah pesisir pantai atau dekat perairan darat. Contoh bisnis ini yaitu
penangkapan ikan sarden, ikan tuna, ikan bawal bahari, dan sebagainya yang
menggunakan alat penangkapan ikan
- Usaha perikanan budidaya (akuakultur)
Usaha perikanan budaya atau akuakultur merupakan sebuah aktivitas yang bertujuan
memproduksi ikan pada sebuah wadah/loka pemeliharaan. Contohnya meliputi
budidaya ikan lele, budidaya ikan nila, budidaya ikan gurami, dan budidaya ikan patin.
- Usaha perikanan pengolahan
Usaha perikanan pengolahan merupakan sebuah aktivitas bisnis perikanan yang
menaikkan nilai tambah yang dimiliki sebuah produk perikanan. Contohnya, pembuatan
nugget berbahan dasar ikan, pengolahan kerupuk ikan, pembuatan bakso ikan, dan
sebagainya.

c. Usaha Peternakan
- Peternakan tradisional
- Peternakan backyard

3
- Peternakan modern

2. Bentuk usaha
a. Usaha Pertanian
- Sawah
Sawah merupakan bentuk usaha pertanian pada lahan basah dengan jenis tanaman utama
padi. Berbagai jenis sawah diantaranya adalah sawah irigasi dan sawah tadah hujan.
Sawah irigasi merupakan sawah yang sumber airnya didapat melalui sistem irigasi.
Sedangkan, sawah tadah hujan adalah sawah yang sumber airnya didapat dari air hujan
ketika musim hujan tiba
- Ladang
Lading merupakan salah satu bentuk usaha pertanian pada lahan kering dengan
membuka hutan. berbagai jenis lading diantaranya adalah lading menetap dan lading
berpindah. Lading menetap merupakan kegiatan berladang dengan cara menetap.
Lading berpindah merupakan kegiatankegiatan berladang dengan cara membuka hutan.
- Tegalan
Tegalan merupakan bentuk pertanian pada lahan kering tanpa pengairan. Jenis
tanamannya biasanya jagung, ubi – ubian, dan sayur – sayuran.
- Kebun
Kebun merupakan bentuk pertanian yang terdapat di sekitar rumah. Jenis tanaman yang
ada di kebun diantaranya adalah buah – buaha, sayur – sayuran, dan tanaman obat –
obatan.
b. Usaha Perikanan
- Perikanan laut
Perikanan air laut adalah usaha menangkap ikan di pantai atau di laut dan
pembudidayaan ikan laut dalam tambak – tambak.
- Perikanan darat
Perikanan darat merupakan usaha memeilihara dan menangkap ikan di perairan darat
yang meliputi air tawar dan perikanan air payau. Perikanan air tawar diusahakan di
sungai, danau, rawa, waduk atau bendungan di lembah – lembah sungai dan empang,
serta sawah yang digenangi air selama tanaman padi masih muda. Sedangkan perikanan
air payau diusahakan di tambak – tambak yang terdapat di tepi pantai
c. Usaha Peternakan
- Peternakan rakyat
Peternakan rakyat ialah peternakan yang dilakukan oleh rakyat antara lain petani
disamping usaha pertaniannya
- Perusahaan peternakan
Perusahaan peternakan ialah peternakan, yang diselenggarakan dalam bentuk suatu
perusahaan komersil

4
BAB II

A. OPERASIONAL BISNIS USAHA PERIKANAN, PERTANIAN, dan PETERNAKAN


1. PERIKANAN
- Surat Izin Usaha Perikanan, yang selanjutnya disingkat SIUP, adalah izin tertulis yang
harus dimiliki perusahaan perikanan untuk melakukan usaha perikanan dengan
menggunakan sarana produksi yang tercantum dalam izin tersebut.
- Surat Izin Penangkapan Ikan, yang selanjutnya disingkat SIPI, adalah izin tertulis yang
harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan penangkapan ikanyang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari SIUP.
- Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan, yang selanjutnya disingkat SIKPI, adalah izin tertulis
yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan pengangkutan ikan yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari SIUP. Dalam sikpi juga mencantumkan terkait
pelabuhan perikanan dan pelabuhan pangkalan atau keperluan operasi lainnya, dan atau
memuat ikan bagi kapal pengangkut ikan.
- Alokasi adalah jumlah kapal perikanan yang akan diizinkan untuk beroperasi di wilayah
perairan tertentu yang merupakan bagian dari WPP-NRI atau laut lepas berdasarkan
pertimbangan ketersediaan sumber daya ikan dan kelestarian lingkungan.
- Rekomendasi Alokasi Penangkapan Ikan Penanaman Modal, yang selanjutnya disingkat
RAPIPM, adalah keterangan tertulis yang memuat persetujuan alokasi penangkapan ikan
yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal kepada perusahaan di bidang penangkapan ikan
dengan fasilitas penanaman modal melalui instansi yang berwenang di bidang penanaman
modal.
2. PETERNAKAN
- Proses produksi dimulai dari proses ternak berproduksi. Proses pemeliharaan meliputi
pemberian makanan, minum serta sanitasi kendang sesuai standar manajemen
- Proses penyebaran penjualan
- Proses penjualan hasil produksi

B. JENIS PENDAPATAN YANG MUNGKIN DIPEROLEH DAN BEBAN YANG MUNGKIN


DIKELUARKAN OLEH USAHA
1. Pendapatan yang mungkin diperoleh
Jenis pendapatan yang mungkin diperoleh dari usaha pertanian, perikanan dan peternakan
adalah seluruh penerimaan dari penjualan produksi tersebut
2. Beban yang mungkin dikeluarkan oleh usaha
Biaya yang mungkin dikeluarkan oleh usaha pertanian, perikanan dan peternakan dibagi
menjadi dua yakni biaya tetap/fixed cost dan biaya tidak tetap/variable cost.
- Biaya tetap terdiri dari biaya pemeliharaan, biaya penyusutan kendang dan peralatan,
dan biaya lahan
- Biaya tidak tetap terdiri dari pakan, vaksin, obat, vitamin, listrik, bahan bakar, dan
tenaga kerja

C. PROSES MEMPEROLEH PENDAPATAN


Proses memperoleh pendapatannya ialah dengan menjual hasil dari ternak hewan, hasil dari
tangkapan ikan, penanaman tanaman maupun menjual hasil dari olahan hewan ternak, olahan hasil
tangkap ikan dan olahan hasil dari panen tanaman yang diolah untuk menambah nilai jual tersebut.
BAB III

5
A. DASAR HUKUM
- Undang – Undang Republik Inodnesia No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan
- Undang – Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas
Undang – Undang No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan
- Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 24/PJ/2014 Tentang Pelaksanaan
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 70P/HUM/2013 Mengenai
Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Hasil Pertanian yang Dihasilkan Dari Kegiatan
Usaha Di Bidang Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Sebagaimana Diatur Dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007

B. SISTEM ADMINISTRASI DAN CONTOH PENGHITUNGANNYA


1. perikanan
Surat Izin Usaha Perikanan, yang selanjutnya disingkat SIUP, adalah izin tertulis yang harus
dimiliki perusahaan perikanan untuk melakukan usaha perikanan dengan menggunakan sarana
produksi yang tercantum dalam izin tersebut.
Surat Izin Penangkapan Ikan, yang selanjutnya disingkat SIPI, adalah izin tertulis yang harus
dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan penangkapan ikanyang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari SIUP.
Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan, yang selanjutnya disingkat SIKPI, adalah izin tertulis yang
harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan pengangkutan ikan yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari SIUP. Dalam sikpi juga mencantumkan terkait pelabuhan
perikanan dan pelabuhan pangkalan atau keperluan operasi lainnya, dan atau memuat ikan bagi
kapal pengangkut ikan.
Alokasi adalah jumlah kapal perikanan yang akan diizinkan untuk beroperasi di wilayah
perairan tertentu yang merupakan bagian dari WPP-NRI atau laut lepas berdasarkan
pertimbangan ketersediaan sumber daya ikan dan kelestarian lingkungan.
Rekomendasi Alokasi Penangkapan Ikan Penanaman Modal, yang selanjutnya disingkat
RAPIPM, adalah keterangan tertulis yang memuat persetujuan alokasi penangkapan ikan yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal kepada perusahaan di bidang penangkapan ikan dengan
fasilitas penanaman modal melalui instansi yang berwenang di bidang penanaman modal.
2. peternakan

Proses Produksi
Proses produksi dimulai dari proses pemeliharaan bibit hingga ternak berproduksi. Proses
pemeliharaan meliputi pemberian pakan, minum serta sanitasi kandang sesuai dengan standar
manajemen.
Proses Penyebaran Penjualan
Penjualan hasil produksi
3. pertanian

6
C. JENIS TRANSAKSI YANG TERKENA PPh PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN

1. Perikanan
PPh pasal 21
Perusahaan perikanan memiliki karyawan, memiliki kewajiban memotong penghasilan secara
langsung
PPh pasal 22
PMK RI No. 34/pmk.010/2017 PMK Tentang Pemungutan Pajak Pasal 22 Sehubungan Dengan
Pembayaran Atas Penyerahan Barang Dan Kegiatan Di Bidang Impor Atau Kegiatan Usaha Di
Bidang Lain
2. Peternakan
Pajak Penghasilan Pasal 21
Tenaga kerja pada usaha peternakan yang memiliki penghasilan tidak kena pajak di atas Rp.
4.500.000 per bulan atau Rp. 54.000.000 per tahun akan dipotong Pajak Penghasilan
Pasal 21.
Pajak Penghasilan Pasal 22

D. PENERAPAN PPN ATAS TRANSAKSI


1. Perikanan
UU PPN pasal 4 menyatakan bahwa yang bukan termasuk objek pajak adalah:
• barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya;
• barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;
• makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,warung, dan sejenisnya,
meliputi makanan dan minuman baik yangdikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk
makanan dan minuman yangdiserahkan oleh usaha jasa boga atau katering; dan
• uang, emas batangan, dan surat berharga.

7
2. Peternakan
- Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
5/PMK.010/2016 penyerahan Barang Kena Pajak seperti ternak tidak dikenakan PPN
- Berdasarkan PMK NOMOR 34/PMK.010/2017 pembelian bahan-bahan berupa hasil
kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan yang belum melalui
proses industri manufaktur, dikenakan Pph Pasal 22 sebesar 0,25% dari harga pembelian
tidak termasuk PPN.

3. Pertanian
Pada tanggal 25 Februari 2014 telah diterbitkan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor 70P/HUM/2013. Putusan tersebut mengabulkan permohonan uji materiil dari pemohon
yaitu Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN). Isi putusan tersebut memerintahkan
kepada Presiden Republik Indonesia untuk mencabut Pasal 1 ayat (1) huruf c, Pasal 1 ayat (2)
huruf a, Pasal 2 ayat (1) huruf f, dan Pasal 2 ayat (2) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 31
Tahun 2007 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001
tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang
Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

Dampak dari putusan tersebut yaitu pengusaha wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak, apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun buku jumlah
peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar
delapan ratus juta rupiah)

Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung tersebut, maka implikasi perpajakannya adalah


sebagai berikut:

- Barang hasil pertanian berupa buah-buahan dan sayur-sayuran sebagaimana ditetapkan


dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007 termasuk barang yang
tidak dikenakan PPN (Bukan Barang Kena Pajak) sesuai Pasal 4A ayat (2) huruf b
Undang-Undang PPN sehingga atas penyerahan, impor, maupun ekspornya tidak
dikenai PPN.
- Barang hasil pertanian lain yang tidak ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah
Nomor 31 Tahun 2007, yaitu beras, gabah, jagung, sagu dan kedelai adalah barang yang
tidak dikenakan PPN (Bukan Barang Kena Pajak) sesuai Pasal 4A ayat (2) huruf b
Undang-Undang PPN sehingga atas penyerahan, impor, maupun ekspornya tidak
dikenai PPN.
- Barang hasil pertanian yang merupakan hasil perkebunan, tanaman hias dan obat,
tanaman pangan, dan hasil hutan sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan
Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007 yang semula dibebaskan dari pengenaan PPN
berubah menjadi dikenakan PPN sehingga atas penyerahan dan impornya dikenai PPN
dengan tarif 10%, sedangkan atas ekspornya dikenai PPN dengan tarif 0% (perincian
jenis barang terlampir).
- Pengusaha (orang pribadi maupun badan) yang melakukan penyerahan barang hasil
pertanian tersebut wajib memungut PPN dan untuk itu wajib dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak, kecuali pengusaha yang termasuk pengusaha kecil dengan
omzet sampai dengan Rp 4,8 milyar per tahun sebagaimana diatur dalam Peraturan

8
Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.03/2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010 tentang Batasan Pengusaha Kecil Pajak
Pertambahan Nilai.

9
DAFTAR PUSTAKA

- Shinta, Agustina.2011. Ilmu Usahatani. Malang: UB Press.


- Undang Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan
- Undang – Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan
- Undang – Undang Republik Inodnesia No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan
- Undang – Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang –
Undang No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan
- Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 24/PJ/2014 Tentang Pelaksanaan Putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 70P/HUM/2013 Mengenai Pajak Pertambahan
Nilai Atas Barang Hasil Pertanian yang Dihasilkan Dari Kegiatan Usaha Di Bidang Pertanian,
Perkebunan, dan Kehutanan Sebagaimana Diatur Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31
Tahun 2007
- https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/3-jenis-bidang-usaha-perikanan-di-indonesia-65

10

Anda mungkin juga menyukai