Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
DEFINSI

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. HIV adalah infeksi yang
menyerang sistem kekebalan dan melemahkan kemampuan tubuh untuk memerangi
infeksi. Tanpa perawatan, setelah beberapa tahun, seseorang yang mengidap HIV
tidak dapat melawan beberapa infeksi dan kanker. Tahap HIV ini disebut AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome). Tidak ada penyembuhan untuk HIV.
Seorang yang terinfeksi akan menularkan HIV kepada orang lain selama sisa
hidupnya.
EPIDEMIOLOGI

Jumlah Penderita HIV/AIDS (Human Immunidefuicency Virus) / Acquired


Immunodeficiency Syndrome) Terus Meningkat Pada tahun 2010-2018. Di Ambil dari
UNAIDS (United Nations Programme on HIV/aids) Pada Tahun 2015 jumlah Penderita
di indonesia mencapai 32,2 Juta jiwa. KEMENKES RI Menyatakan bahwa penderita
HIV/AIDS terus meningkat setiap tahunnya dan untuk di Kota Palangka Raya sendiri
Belum terdapatnya data tentang Pengidap HIV/AIDS
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya HIV/AIDS Adalah Melakukan seks dubur, vagina atau mulut tanpa
pelindung dengan seseorang yang terinfeksi. Seks tanpa pelindung adalah seks tanpa
menggunakan kondom atau dam gigi. Penggunaan Narkotika yang di sebabkan oleh
menggunakan Jarum suntik yang bergantian saat menggunakan Narkotika. Serta
Penggunaan Jarum Tato yang tidak steril. Resiko lainnya adalah Homoseksual rentan
Terinfeksi HIV/AIDS Serta Ibu yang sendang mengandung Anak dan menyusui anaknya.
PATOFISIOLOGI
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan etiologi dari infeksi HIV/AIDS. Penderita
AIDS adalah individu yang terinfeksi HIV dengan jumlah CD4 < 200µL meskipun tanpa ada
gejala yang terlihat atau tanpa infeksi oportunistik. HIV ditularkan melalui kontak seksual,
paparan darah yang terinfeksi atau sekret dari kulit yang terluka, dan oleh ibu yang terinfeksi
kepada janinnya atau melalui laktasi.
Molekul reseptor membran CD4 pada sel sasaran akan diikat oleh HIV dalam tahap infeksi.
HIV terutama akan menyerang limfosit CD4. Limfosit CD4 berikatan kuat dengan gp120 HIV
sehingga gp41 dapat memerantarai fusi membrane virus ke membran sel. Dua ko-reseptor
permukaan sel, CCR5 dan CXCR4 diperlukan, agar glikoprotein gp120 dan gp41 dapat
berikatan dengan reseptor CD4. Koreseptor menyebabkan perubahan konformasi sehingga
gp41 dapat masuk ke membran sel sasaran.
Selain limfosit, monosit dan makrofag juga rentan terhadap infeksi HIV. Monosit dan makrofag
yang terinfeksi dapat berfungsi sebagai reservoir untuk HIV tetapi tidak dihancurkan oleh
virus. HIV bersifat politronik dan dapat menginfeksi beragam sel manusia, seperti sel Natural
Killer (NK), limfosit B, sel 8 endotel, sel epitel, sel langerhans, sel dendritik, sel mikroglia dan
berbagai jaringan tubuh. Setelah virus berfusi dengan limfosit CD4, maka berlangsung
serangkaian proses kompleks kemudian terbentuk partikel-partikel virus baru dari yang
terinfeksi.
Limfosit CD4 yang terinfeksi mungkin tetap laten dalam keadaan provirus atau mungkin
mengalami siklus-siklus replikasi sehingga menghasikan banyak virus. Infeksi pada limfosit
CD4 juga dapat menimbulkan sitopatogenitas melalui beragam mekanisme termasuk
apoptosis (kematian sel terprogram) anergi (pencegahan fusi sel lebih lanjut), atau
pembentukan sinsitium (fusi sel)
MANIFESTASI KLINIS

Untuk tanda Infeksi HIV hingga menjadi AIDS terbagi menjadi tiga fase,

 Fase pertama: Infeksi HIV akut


Fase pertama umumnya muncul setelah 2-4 minggu infeksi HIV terjadi. Pada
fase awal ini penderita HIV akan mengalami gejala mirip flu, seperti:
- Sakit kepala.
- Sariawan.
- Kelelahan.
- Radang tenggorokan.
- Hilang nafsu makan.
- Nyeri otot.
- Ruam.
- Bengkak kelenjar getah bening.
- Berkeringat.Gejala dan tanda-tanda HIV/AIDS di atas muncul karena
kekebalan tubuh sedang melawan virus. Gejala ini bisa bertahan selama 1-2
minggu atau bahkan lebih.
Meski demikian, harus diingat bahwa gejala tersebut tidak selalu disebabkan
oleh HIV. Setelah gejala dan tanda-tanda HIV/AIDS di atas hilang, penderita
bisa tidak merasakan apa pun sampai bertahun-tahun kemudian.

 Fase kedua: Fase laten HIV


Pada fase ini, penderita HIV/AIDS tidak menunjukkan tanda dan gejala yang
khas, bahkan akan merasa sehat seperti tidak terinfeksi virus. Namun
sebenarnya, virus HIV secara diam-diam berkembang biak dan menyerang
sel darah putih yang berperan dalam melawan infeksi.
Tanda-tanda HIV/AIDS pada fase ini memang tidak terlihat, tapi penderita
tetap bisa menularkannya pada orang lain. Di akhir fase kedua, sel darah
putih berkurang secara drastis sehingga gejala yang lebih parah pun mulai
muncul.
 Fase ketiga: AIDS
AIDS merupakan fase terberat dari infeksi HIV. Pada fase ini, tubuh hampir
kehilangan kemampuannya untuk melawan penyakit. Hal ini karena jumlah
sel darah putih berada jauh di bawah normal. Tanda-tanda HIV AIDS pada
tahap ini antara lain berat badan menurun drastis, sering demam, mudah
lelah, diare kronis, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

TATALAKSANA DAN PENCEGAHAN

Pencegahan dan penanganan dini infeksi HIV kunci utama agar kondisi ini
tidak berkembang menjadi AIDS yang berbahaya. Oleh karena itu, menjalani
gaya hidup sehat dan menghindari perilaku berisiko, seperti seks bebas atau
menggunakan jarum suntik bergantian dengan orang lain, merupakan cara
efektif untuk mencegah HIV/AIDS. Terapkan beberapa hal berikut dalam
hidup Anda:

 Gunakan kondom saat berhubungan seksual. Gunakan kondom secara


benar untuk menghindari kebocoran.
 Tidak bergonta-ganti pasangan.
 Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh orang lain. Misalnya
melalui luka atau seks oral.
 Tidak menggunakan peralatan pribadi seperti sikat gigi, alat cukur, dan sex
toys bergantian dengan orang lain.
 Jika Anda berisiko terpapar virus HIV, memulai pengobatan ARV dini sebagai
pencegahan infeksi HIV, dan rutin memeriksakan status HIV merupakan
langkah tepat untuk menangani HIV.

Pahamilah bahwa HIV ditularkan melalui cairan tubuh, seperti darah, ASI, air mani,
dan cairan vagina. HIV tidak dapat ditularkan melalui air liur, gigitan serangga,
makanan, atau minuman. Virus juga tidak menular melalui penggunaan toilet, atau
berjabat tangan dan berpelukan dengan penderita.
Sampai saat ini, belum ditemukan obat yang bisa menyembuhkan infeksi HIV. Meski
tidak bisa disembuhkan, HIV masih bisa dikontrol dengan mengonsumsi obat
antiretroviral (ARV).
Antiretroviral bekerja dengan cara mencegah duplikasi virus. Obat ini tersedia dalam
bentuk tablet dan harus dikonsumsi setiap hari. Konsumsi obat antiretroviral secara
teratur dapat memperlambat perjalanan penyakit HIV dan memperpanjang harapan
hidup penderita. Tanpa pengobatan, HIV dapat berkembang menjadi AIDS dalam
waktu yang lebih cepat.
Segera periksakan diri dan lakukan tes deteksi HIV jika berisiko terinfeksi atau
mengalami gejala dan tanda-tanda HIV/AIDS. Jangan sungkan atau malu
untuk berkonsultasi ke dokter dan melakukan pemeriksaan HIV, karena pengobatan
yang dilakukan sejak dini dapat memperlambat perkembangan infeksi HIV menjadi
penyakit AIDS.

Anda mungkin juga menyukai