Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

TERAPI LINGKUNGAN”

DOSEN PEMBIMBING: NS.AMELIA SUSANTI, M.kep,Sp.K.ep.J

DI SUSUN OLEH :

BAYU SANJAYA

1610105046

KEPERAWATAN 5B
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT karena dengan berkat rahmat dan
hidayahnya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Adapun judul dari
makalah ini adalah “TERAPI LINGKUNGAN”.
Makalah ini menjadi bahan ajar bagi peserta didik dan untuk menggali ilmu secara
mandiri, mencari untuk menemukan aspirasi, motivasi dan dapat berkarya sehingga
bermanfaat bagi kita semua.
Saya menyadari bahwa makalah ini memiliki kekurangan sehingga saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga penyajian makalah selanjutnya
dapat saya tingkatkan. Semoga makalah ini dapat membantu mengantarkan peserta didik
untuk mencapai sukses dalam pendidikan, kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Padang,26 September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................ ............................................. .......................... .....................i

Daftar Isi........................................ ............................................. ................................... ..........ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................... ....................................... ......... ................. ..........1

1.2 Rumusan Masalahh ...................... .......................................................... ...... ......... ..........2

1.3 Tujuan ................................. .............................................. ...................... .......... ..........2

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Terapi Lingkungan ................ ................................................ ......................... ...........3

2.2 Tujuan Terapi Lingkungan .................... .......................................... ....................... ............3

2.3 Karakteristik Terapi Lingkungan ........................................................... ......................... .........4

2.4 Bentuk Terapi Lingkungan ..................... ........................................... ... ................. ..........5

2.5 Macam – Macam Terapi Lingkungan .......................... ....................................... ..... ..........7

2.6 Jenis Kegiatan Terapi Lingkungan .................... .......................................... ...... ...... ..........8

2.7 Peran Perawat Dalam Terapi Lingkungan....................... ............................ ...... ..........13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................... ............................................. ......................................... ..........28

3.2 Saran ........... ............................................ ............................ ...... ................28

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia tidak bisa dilepaskan dari lingkungan sehingga aspek lingkungan harus mendapat perhatian
khusus dalam kaitannya untuk menjaga dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan dan situasi
rumah sakit yang asing serta pengalaman perawatan yang tidak menyenangkan akan memberi
pengaruh yang besar terhadap kemampuan adaptasi pasien dengan gangguan fisik dan gangguan
mental. Ada kecenderungan lingkungan rumah sakit menjadi stresor bagi pasien. Oleh karena itu
perhatian lingkungan sangat penting. Perawatan klien pada rumah sakit jiwa dalam jangka waktu yang
lama mengkibatkan klien mengalami penurunan kemampuan berfikir dan bertindak secara mandiri
dan kehilangan hubungan dengan dunia luar, oleh karena itu diperlukan pengembangan layanan
keperawatan psikiatrik salah satunya dengan penerapan terapi lingkungan di rumah sakit. Terapi
Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi dan modifikasi unsur -unsur
yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung
proses penyembuhan (Farida Kusumawati & Yudi Hartono, 2011). Menurut (Suliswati, 2005) terapi
lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang ditata untuk menunjang proses terapi, baik fisik,
mental maupun sosial agar dapat membantu pemulihan dan pemulihan klien. Menurut ICN, pada
tahun 2020 nanti diseluruh dunia akan terjadi pergeseran penyakit. Perubahan sosial ekonomi yang
sangat cepat dan situasi sosial politik Indonesia yang tidak menentu menyebabkan semakin tingginya
angka pengangguran, kemiskinan, dan kejahatan, situasi ini dapat meningkatkan angka kejadian krisis
dan gangguan mental dalam kehidupan manusia, pada saat ini terjadi peningkatan sekitar 20%.
Menurut Bloom, 60% faktor yang menentukan status kesehatan seseorang adalah kondisi
lingkungannya. Upaya terapi harus bersifat komprehensif, holistik, dan multidisipliner. Diperhatikan
adanya jenis dan penempatan perabot. Lingkungan yang terapeutik, menciptakan suasana dimana
pasien dapat menyadari dan mengenal diri sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari terapi lingkungan ?

2. Apa tujuan dari terapi lingkungan ?

3. Apa karakteristik dari terapi lingkungan ?

4. Bagaimana bentuk dari lingkungan ?

5. Apa saja macam - macam terapi lingkungan ?

6. Apa saja jenis kegiatan terapi lingkungan ?

7. Bagaimana peran perawat dalam terapi lingkungan ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa mampu untuk mengetahui bagaimana terapi lingkungan dan cara untuk
menerapkan terapai lingkungan di keperawatan jiwa.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat memahami definisi terapi lingkungan

2. Mahasiswa dapat memahami tujuan terapi lingkungan

3. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik terapi lingkungan

4. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk lingkungan

5. Mahasiswa dapat mengetahui macam - macam terapi lingkungan

6. Mahasiswa dapat mengetahui jenis kegiatan terapi lingkungan

7. Mahasiswa dapat mengetahui peran peran perawat dalam terapi lingkungan


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Terapi Lingkungan

Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi dan

modifikasi unsur -unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif terhadap fisik

dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan (Farida Kusumawati & Yudi

Hartono, 2011).

Milieu therapy merujuk pada terapi sosiolingkungan dimana sikap dan tindakan staf

dalam pemberian layanan perawatan pada pasien ditentukan berdasar kebutuhan emosional

dan interpersonal klien) (Shives, 2008.

Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi perubahan

perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat

menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah

memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada

nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.

2.2 Tujuan Terapi Lingkungan

Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk terapi klien gangguan jiwa yang dapat

membantu efektifitas pemberian asuhan keperawatan jiwa. (Schultz danVidebek, 1989)

menyebutkan bahwa pemindahan klien dan lingkungan terapeutik akan memberi

kesempatan untuk berfokus pada pengembangan dalam hal dan kesempatan belajar, agar

klien mampu mengidentifikasi alternatif dan solusi masalah.

Menurut (Abroms dan Sundeen, 1995) ada dua tujuan dari terapi lingkungan yaitu:

1. Membatasi gangguan dan perilaku maladaptif.

2. Mengajarkan keterampilan psikososial.

Membantu Individu untuk mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan


kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, membantu belajar mempercayai orang

lain, dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat. Menurut Stuart dan Sundeen

tujuan terapi lingkungan antara lain:

1. Meningkatkan pengalaman positif pasien khususnya yang mengalami gangguan

mental, dengan cara membantu individu dalam mengembangkan harga diri.

2. Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan denagan orang lain

3. Menumbuhkan sikap percaya pada orang lain

4. Mempersiapkan diri kembali ke masyarakat, dan

5. Mencapai perubahan yang positif

Untuk melakukan pembatasan terhadap perilaku maladaptif, perlu ditekankan

penggunaan terapi lingkungan dengan mengembangkan empat keterampilan psikososial.

1. Orientation

Pencapaian orientasi dan kesadaran terhadap realitayang lebih baik. Orientasi tersebut

berhubungan dengan pemahaman klien terhadap orang, waktu, tempat dan situasi.

Sedangkan kesadaran terhadap realita dapat dikuatkan melalui interaksi dan hubungan

dengan orang lain.

2. Asertation

Kemampuan mengekspresikan perasaan dengan tepat. Klien perlu dianjurkan

mengekspresikan diri secara efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima

masyarakat.

3. Acupation

Kemampuan klien untuk dapat memupuk percaya diri dan berprestasi melalui

keterampilan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan aktivitas dalam bentuk

positif dan disukai klien, misalnya melukis, bermain musik, merangkai bunga dan lain

sebagainya.

4. Recreation

Kemampuan menggunakan dan membuat aktifitas yang menyenangkan, contoh

menebak kata, senam dan jalan-jalan.


2.3 Karakteristik Terapi Lingkungan

Agar tujuan yang kita harapkan dapat tercapai dengan hasil yang maksimal dan sesuai

harapan maka diperlukan lingkungan bersifat terapeutik untuk mendorong terjadinya

proses penyembuhan maupun rehabilitasi yang paripurna. Lingkungan tersebut harus

memiliki karakteristik, antara lain:

1. Pasien merasa akrab dengan lingkungan yang diharapkan

2. Pasien merasa nyaman dan senang atau tidak merasa takut dengan lingkungan

3. Kebutuhan-kebutuhan fisik pasien mudah dipenuhi

4. Lingkungan rumah sakit yang bersih

5. Menciptakan lingkungan yang aman dari terjadinya luka akibat impuls-impuls pasien

6. Personal dari lingkungan rumah sakit menghargai pasien sebagai individu yang

memiliki hak, dan kebutuhan serta menerima perilaku pasien sebagai respons adanya

stress

7. Lingkungan yang dapat mengurangi larangan dan memberikan kesempatan pada pasien

menentukan pilihan dan membentuk perilaku baru.

2.4 Bentuk-bentuk Terapi Lingkungan

A. Lingkungan Fisik

Aspek terapi lingkungan meliputi semua gambaran yang konkrit yang merupakan bagian

eksternal kehidupan rumah sakit. Setting-nya meliputi :

1. Bentuk dan struktur bangunan.

2. Pola interaksi antara masyarakat dengan rumah sakit.

Tiga aspek yang mempengaruhi terwujudnya lingkungan fisik terapeutik:

1. Lingkungan fisik yang tetap

Mencakup struktur dari bentuk bangunan baik eksternal maupun internal.

Bagian eksternal meliputi struktur luar rumah sakit, yaitu lokasi dan letak gedung sesuai
dengan program pelayanan kesehatan jiwa, salah satunya kesehatan jiwa masyarakat.

Berada di tengah-tengah pemukiman penduduk atau masyarakat sekitarnya serta tidak

diberi pagar tinggi. Hal ini secara psikologis diharapkan dapat membantu memelihara

hubungan terapeutik pasien dengan masyarakat. Memberikan kesempatan pada

keluarga untuk tetap mengakui keberadaan pasien serta menghindari kesan terisolasi.

Bagian internal gedung meliputi penataan struktur sesuai keadaan rumah tinggal

yang dilengkapi ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi tertutup, WC, dan ryang makan.

Masing-masing ruangan tersebut diberi nama dengan tujuan untuk memberikan

stimulasi pada pasien khususnya yang mengalami gangguan mental, merangsang

memori dan mencegah disorientasi ruangan.

Setiap ruangan harus dilengkapi dengan jadwal kegiatan harian, jadwal terapi

aktivitas kelompok, jadwal kunjungan keluarga, dan jadwal kegiatan khusus misalnya

rapat ruangan.

2. Lingkungan fisik semi tetap

Fasilitas-fasilitas berupa alat kerumahtanggaan meliputi lemari, kursi, meja, peralatan

dapur, peralatan makan, mandi, dsb. Semua perlengkapan diatur sedemikian rupa

sehingga memungkinkan pasien bebas berhubungan satu dengan yang lainnya serta

menjaga privasi pasien.

3. Lingkungan fisik tidak tetap

Lebih ditekankan pada jarak hubungan interpersonal individu serta sangat dipengaruhi

oleh sosial budaya.

B. Lingkungan Psikososial

Lingkungan yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang memungkinkan

pasien berhubungan dengan orang lain dan dapat mengambil keputusan serta toleransi

terhadap tekanan eksternal. Beberapa prinsip yang perlu diyakini petugas kesehatan

dalam berinteraksi dengan pasien:

1. Tingkah laku dikomunikasikan dengan jelas untuk mempertahankan, mengubah

tingkah laku pasien.


2. Penerimaan dan pemeliharaan tingkah laku pasien tergantung dari tingkah laku

partisipasi petugas kesehatan dan keterlibatan pasien dalam kegiatan belajar.

3. Perubahan tingkah laku pasien tergantung pada perasaan pasien sebagai anggota

kelompok dan pasien dapat mengikuti atau mengisi kegiatan.

4. Kegiatan sehari-hari mendorong interaksi antara pasien.

5. Mempertahankan kontak dengan lingkungan misalnya adanya kalender harian dan

adanya papan nama dan tanda pengenal bagi petugas kesehatan.

2.5 Macam - Macam Terapi Lingkungan

Model terapi rehabilitasi yang dapat digunakan untuk membantu seseorang melepaskan diri

dari kecanduan dan merubah perilakunya menjadi lebih baik.

1. Model terapi moral

Model ini sangat umum dikenal oleh masyarakat serta bisa dilakukan dengan

pendekatan agama atau moral yang menekankan tentang dosa dan kelemahan individu.

Model terapi seperti ini sangat tepat diterapkan pada lingkungan masyarakat yang

masih memegang teguh nilai-nilai keagamaan dan moralitas di tempat asalnya, karena

model ini berjalan bersamaan dengan konsep baik dan buruknya yang diajarkan oleh

agama. Maka tidak mengherankan apabila model terapi moral inilah yang menjadi

landasan utama pembenaran kekuatan hukum untuk berperan melawan penyalahgunaan

narkoba.

2. Model terapi sosial

Model ini memakai konsep dari program terapi komunitas, dimana adiksi terhadap

obat-obatan dipandang sebagai fenomena penyimpangan sosial. Tujuan dari model

terapi ini adalah mengarahkan perilaku yang menyimpang tersebut ke arah perilaku

sosail yang lebih layak. Hal ini didasarkan atas kesadaran bahwa kebanyakan pecandu

narkoba hampir selalu terlibat dalam tindakan sosial termasuk tindakan kriminal.

Kelebihan dari model ini adalah perhatiannya kepada perilaku adiksi pecandu narkoba

yang bersangkutan, bukan pada obat-obatan yang disalahgunakan. Prakteknya dapat


dilakukan melalui ceramah, seminar, dan terutama terapi berkelompok.

3. Model terapi psikologis

Model ini diadabtasi dari teori psikologis Mc Lellin, dkk yang menyebutkan bahwa

perilaku adiksi obat adalah buah dari emosi yang tidak berfungsi selayaknya karena

terjadi konflik, sehingga pecandu memakai obat pilihannya untuk meringankan atau

melepas beban psikologis itu. Model terapi ini mementingkan penyembuhan emosional

dari pecandu narkoba yang bersangkutan, dimana jika emosinya dapat dikendalikan

maka mereka tidak akan mempunyai masalah lagi dengan obat-obatan. Jenis dari terapi

model psikologis ini biasanya banyak dilakukan pada konseling pribadi, baik dalam

pusat rehabilitasi maupun terapi pribadi.

4. Model terapi budaya

Model ini menyatakan bahwa perilaku adiksi obat adalah hasil sosialisasi seumur hidup

dalam lingkungan sosial atau kebudayaan tertentu. Dalam hal ini, keluarga seperti juga

lingkungan dapat dikategorikan sebagai “lingkungan sosial dan kebudayaan tertentu”.

Dasar pemikirannya adalah bahwa praktek penyalahgunaan narkoba oleh anggota

keluarga tertentu adalah hasil akumulasi dari semua permasalahan yang terjadi dalam

keluarga yang bersangkutan. Sehingga model ini banyak menekankan pada proses

terapi untuk kalangan anggota keluarga dari para pecandu narkoba tersebut. .

(Videbeck, 2008)

2.6 Jenis Kegiatan Dari Terapi Lingkungan

1. Terapi Rekreasi

Terapi rekreasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan pada waktu luang, bertujuan agar

pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan juga

mengembangkan kemampuan hubungan social. Contohnya, kegiatan yang banyak

mengeluarkan seperti bulu tangkis, berenang, basket, dan lain-lain diberikan kepada

pasien dengan tingkatan umur remaja, sedangkan untuk kegiatan yang tidak banyak

mengeluarkan tenaga seperti bermain catur, karambol, kartu, dan sebagainya dapat
diberikan kepada pasien dengan tingkatan umur dewasa (orangtua).

2. Terapi Kreasi Seni

Dalam terapi ini perawat berperan sebagai leader dan bekerja sama dengan orang lain

yang ahli dalam bidangnya karena harus disesuaikan dengan bakat dan minat, beberapa

diantaranya adalah :

a. Dance therapy/ menari;

Terapi yang menggunakan bentuk ekspresi non verbal dengan gerakan tubuh

dengan tujuan mengkomunikasikan tentang perasaan dan kebutuhan pasien.

identifikasi tarian kesukaan pasien yang biasanya dilakukan sebelum masuk

rumah sakit.

b. Terapi music

Suatu terapi yang dilakukan melalui music dengan tujuan untuk memberikan

kesempatan kepada para pasien dalam mengekspresikan perasaannya seperti

kesepian, sedih, dan bahagia. Bahkan terapi musik ini dapat merelaksasikan

otot-otot dan meningkatkan kuantitas hormon endorfin dalam tubuh

Gambar : Terapi Musik

c. Terapi menggambar/melukis

Terapi menggambar/melukis dapat memberikan kesempatan pada pasien

untuk mengekspresikan tentang apa yang sedang terjadi pada dirinya. Selain

itu terapi ini juga dapat membantu menurunkan keteganggan dan pasien dapat

memusatkan pikiran pada kegiatan.

d. Literatur/biblio therapy

Terapi ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan diri pasien dan

merupakan cara untuk mengeksprasikan perasaan/pikiran sesuai dengan norma

yang ada. Kegiatan dalam terapi ini dapat berupa membaca seperti novel,

buku-buku, majalah, dan kemudian bahan bacaan didiskusikan bersama oleh

para pasien. milieu terapi jenis ini juga akan meningkatkan keterikatan dengan

peer grup, sehingga dapat meningkatkan pula kemampuan pasien berinteraksi.


3. Pet therapy

Pet therapy bertujuan menstimulasi respon pasien yang tidak mampu

melakukan hubungan interaksi dengan orang lain dan biasanya mereka merasa

kesepian, dan menyendiri. Terapi menggunakan sarana binatang yang dapat

memberikan respon menyenangkan kepada pasien dan sering kali digunakan pada

pasien anak dengan autistic. Binatang yang digunakan adalah juga binatang yang sudah

familiar dengan pasien serta pasien mengetahui bagaimana cara merawat binatang

peliharaan dengan benar. hal ini juga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan

kasih sayang dalam memelihara binatang. Sehingga diharapkan dengan binatang yang

dititipkan tersebut pasien dapat mengambil keputusan terutama apa yang harus

dilakukan untuk binatang peliharaannya tersebut.

Gambar : Pet Therapy

4. Plant therapy

Terapi ini mengajarkan pasien untuk memelihara mahluk hidup dan membantu

pasien membina hubungan yang baik antar pribadi yang satu dengan yang lain. Objek

yang digunakan dalam terapi ini adalah tanaman/tumbuhan. Senada dengan pet teraphy

hanya obyek yang digunakan adalah tumbuh-tumbuhan, dapat menjadi alternatif bagi

pasien yang mungkin takut atau mempunyai alergi terhadap binatang. Namum pada

prinsipnya sama harapannya dapat menumbukan rasa tanggung jawab dan kasih

sayang. (Towsend, 2010).

2.7Peran Peran Perawat Dalam Terapi Lingkungan

Perawat merupakan fasilitator dalam kegiatan tersebut. (Copel,2007) mengatakan adapun

peran perawat dalam milieu terapi adalah :

1. Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman.

Perawat menciptakan dan mempertahankan iklim/suasana yang akrab, menyenangkan,

saling menghargai di antara sesama perawat, petugas kesehatan, dan pasien dan

keluarga. Perawat yang menciptakan suasana yang aman dari benda-benda atau
keadaan-keadaan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan/luka terhadap pasien atau

perawat. Menciptakan suasana yang nyaman di lingkungan tempat pasien akan

kembali. Mengkondisikan bahwa lingkungan yang akan di tinggali pasien telah

kondusif

2. Penyelenggaraan proses sosialisasi

Membantu pasien belajar berinteraksi dengan orang lain, mempercayai orang lain,

sehingga meningkatkan harga diri dan berguna bagi orang lain. Mendorong pasien

untuk berkomunikasi tentang ide-ide, perasaan dan perilakunya secara terbuka sesuai

dengan aturan di dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Melalui sosialisasi pasien belajar

tentang kegiatan-kegiatan atau kemampuan yang baru, dan dapat dilakukannya sesuai

dengan kemampuan dan minatnya pada waktu yang luang. Perawat juga membantu

menghilangkan stigma negatif di masyarakat tentang gangguan jiwa, sehingga tercipta

suasana masyarakat yang stabil

3. Sebagai teknis perawatan,

fungsi perawat adalah memberikan/memenuhi kebutuhan dari pasien, mengamati efek

obat dan perilaku-perilaku yang menonjol/menyimpang serta mengidentifikasi

masalah-masalah yang timbul dalam terapi tersebut. Mengevaluasi dan mengontrol

keadaan pasien setelah keluar dari rumah sakit dan memotivasi untuk melakukan

kegiatan yang disukai serta dengan tetap melanjutkan interaksinya dengan masyarakat

4. Sebagai leader atau pengelola.

Perawat harus mampu mengelola sehingga tercipta lingkungan terapeutik yang

mendukung penyembuhan baik dari keluarga maupun lingkungan sekitar, dan

memberikan dampak baik secara fisik maupun secara psikologis kepada pasien.

Kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat mileu terapi adalah

1. Berkomunikasi dengan jujur

2. Mempunyai rasa empati

3. Hangat dan mendukung tanpa keterikatan yang berelbihan

4. Dapat memecahkan masalah secara mandiri


5. Melihat kontribusi pasien dalam kegiatan yang mereka pilih

6. Mudah beradaptasi untuk berubah

7. Dapat bertindak sebagai pemimpin atau pengikut sesuai dengan situasi

8. Menerima konflik dan konfrontasi sebagai bagian dari perawatan

9. Dapat mencari umpan balik tenang kemauan dan kemampuan pasien

10. Mempecayai pasien dapat berubah dan hidup sesuai fungsinya (Kaiser and Roberts,

2013)
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi

dan modifikasi unsur -unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif

terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan. Menurut

(Abroms dan Sundeen, 1995) ada dua tujuan dari terapi lingkungan yaitu: Membatasi

gangguan dan perilaku maladaptif dan mengajarkan keterampilan psikososial.

Jenis jenis dari kegiatan terapi lingkungan adalah terapi rekreasi, terapi kreasi

seperti dance therapy, terapi musik, terapi menggambar, literatur therapi, ada juga pet

therapy dan plant therapy.

Disini peran perawat juga dibutuhkan untuk terapi lingkungan anatar lain

sebagai teknis perawatan, sebagai leader atau pengelola, sebagai pencipta lingkungan

yang aman dan nyaman, dan juga sebagi penyelenggara proses sosialisasi

3.2 SARAN

Sebagai seorang perawat yang bertugas dalam terapi lingkungan harus dapat

menilai diri tentang kesadaran diri, kekuatan, dan kemampuan dalam hal pengetahuan

dan kebudayaan karena itu sangat membantu untuk bertoleransi terhadap perilaku

perilaku yang ditujukan oleh pasien.


DAFTAR PUSTAKA

(Abroms dan Sundeen, 1995. Kusumawati Farida, Yudi Hatono, 2011. Buku ajar keperawatan
jiwa. Jakarta: Salemba Medika. (Shives, 2008. (Schultz danVidebek, 1989). (Copel,2007). (Kaiser
and Roberts,2013).

Anda mungkin juga menyukai