BAB I
DEFINISI
A. PENGERTIAN
Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu,
keluarga, dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuannya untuk mencapai kesehatan
optimal (Notoatmodjo, 1993).
Stuart (1968), dikutip oleh Suhila (2002), mengatakan bahwa pengobatan, rehabilitasi,
pencegahan penyakit dan promosi hidup sehat. pendidikan kesehatan adalah komponen
program kesehatan dan kedokteran yang terdiri atas upaya terencana untuk mengubah
perilaku individu, keluarga, dan masyarakat yang merupakan cara perubahan berfikir,
bersikap dan berbuat dengan tujuan membantu
Proses komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana
dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh
penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003).
B. TUJUAN
Sebagai pedoman dalam melakukan edukasi kesehatan.
Memahami bagaimana cara dan proses melakukan edukasi kesehatan di rumah sakit,
sehingga edukasi kesehatan (pendidikan kesehatan) dapat berjalan lancar dan sesuai
prosedur yang ada.
Agar pasien dan keluarga berpartisipasi dalam keputusan perawatan dan proses
perawatan, sehingga dapat membantu proses penyembuhan lebih cepat.
Pasien/ keluarga memahami penjelasan yang diberikan, memahami pentingnya
mengikuti rejimen pengobatan yang telah ditetapkan sehingga dapat meningkatkan
motivasi untuk berperan aktif dalam menjalani terapi obat.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup panduan pemberian informasi dan edukasi berisi tentang perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi
A. Perencanaan
1. Langkah Awal Asesmen Pasien dan Keluarga
Setiap pasien dan keluarga yang berkunjung ke RSU Bethesda Gunungsitoli harus
mendapatkan informasi dan edukasi yang materinya disesuaikan dengan penyakitnya dan
layanan kesehatan yang akan diberikan.
Sebelum memberikan informasi dan edukasi pada pasien dan keluarga, dilakukan
asesmen kebutuhan pendidikan, dalam hal ini pendidikan apa yang akan diberikan sesuai
dengan penyakitnya, dan asesmen kemampuan serta kemauan belajarnya, keyakinan dan
nilai-nilai, kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan,
hambatan emosional dan motivasi, keterbatasan fisik dan kognitif serta kesediaan pasien
untuk menerima informasi.
Hasil asesmen kebutuhan pendidikan dicatat dalam rekam medis. Sistem pencatatan
dilakukan oleh seluruh staf, data ini digunakan dalam merencanakan teknik apa yang
akan digunakan dalam pemberian informasi dan edukasi agar tujuan pendidikan dapat
dicapai.
3
3. 5 (lima) hak pasien yang harus didukung oleh rumah sakit dalam pelayanan
pengobatan pasien
Nilai-nilai kepercayaan dan pantangan yang dianut oleh pasien
Hambatan bahasa
Hambatan kognitif, emosional
Kecacatan fisik
Tradisi
4
1. PKRS di tempat parkir
melalui pemasangan poster kesehatan di dinding area parkir.
2. PKRS di dinding luar Rumah Sakit
melalui pemasangan spanduk kesehatan
c. Pengembangan media informasi rumah sakit
1. Pemasangan rambu- rambu petunjuk luar rumah sakit
2. Pemasangan rambu – rambu petunjuk di dalam rumah sakit
d. Pengembangan sarana dan peralatan PKRS
Melengkapi sarana dan peralatan PKRS : Amplifier dan wireless, microphone, layar
yang dapat digulung, kamera digital, TV di tiap ruang tunggu, komputer, printer,
laptop, infocus dan alat tulis kantor.
4. Perencanaan sarana dan prasarana
Perencanaan sarana dan prasaranan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pemberian
informasi dan edukasi adalah Amplifier dan wireles, mikrophone, layar yang dapat
digulung, kamera digital, TV di tiap ruang tunggu, komputer, printer, laptop, infocus
dan alat tulis kantor.
5. Perencanaan sumber daya manusia
Petugas kesehatan yang mempunyai wewenang untuk memberikan informasi dan
edukasi adalah semua petugas yang kompeten sesuai dengan keilmuannya memiliki
sertifikat pelatihan komunikasi efektif.
6. Waktu yang digunakan
Pelaksanaan pemberian informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga direncanakan
setelah pasien dilakukan asesmen pada 2 x 24 jam, apabila telah dilakukan asesmen dan
diketahui kebutuhan edukasinya maka penanggung jawab ruangan dapat berkolaborasi
dengan petugas kesehatan lain (edukasi terintegrasi).
Lamanya waktu penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan, serta situasi dan kondisi
pasien maksimal 15 menit.
C. Cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami edukasi yang
diberikan:
Pasien dan keluarga yang sudah diberikan edukasi diberi kesempatan untuk bertanya
jika masih ada yang tidak jelas. Pasien dan keluarga diminta mengulang edukasi yang telah
diberikan. Untuk edukasi yang sifatnya kemampuan untuk memakai alat, pasien atau
keluarga diminta mendemonstrasikannya. Pasien dan keluarga dinilai apakah perlu diedukasi
ulang. Bila diperlukan pasien dan keluarga dilakukan pendidikan ulang.
Setelah pasien/ keluarga diberikan edukasi dan informasi, maka ditanyakan kembali
tentang pemahaman mereka terhadap edukasi dan informasi yang telah diberikan. Bila
5
mereka memahaminya, maka mereka akan memberikan verifikasi pada formulir yang
tersedia.
Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk mengisi
formulir edukasi dan informasi dan ditandatangani kedua belah pihak antara dokter dan
pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan keluarga
pasien sudah diberikan edukasi dan informasi yang benar.
D. Evaluasi
Evaluasi dalam pemberian informasi dan edukasi di RSU Bethesda Gunungsitoli
dilaksanakan oleh Panitia PKRS.
6
BAB III
TATA LAKSANA
B. Proses komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien & keluarganya berkaitan
dengan kondisi kesehatannya
Tahap asesmen pasien : Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan
edukasi pasien & keluarga berdasarkan: (data ini didapatkan dari RM) :
1. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
2. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.
3. Hambatan emosional dan motivasi. (emosional: depresi, senang dan marah)
4. Keterbatasan fisik dan kognitif.
5. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.
Tahap cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif. Setelah melalui tahap
asesmen pasien, ditemukan :
1. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
2. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna
wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien
dan keluarga sekandung (istri,anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung) dan
menjelaskannya kepada mereka.
3. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien
marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi
edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti
materi edukasi, pasien bisa menghubungi medical information.
8
dengan pertanyaan yang sama : “dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira
apa yang bapak/ibu bisa pelajari ?”.
3. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan
emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali
sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan pahami.
Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau datang langsung ke kamar pasien setelah
pasien tenang.
9
BAB IV
DOKUMENTASI DAN PELAPORAN
Semua kegiatan informasi dan edukasi kepada pasien didokumentasikan di dalam rekam
medis pasien. Adapun pelaporan pelaksanaan pemberian informasi dan edukasi dikoordinir oleh
Panitia Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) yang terdiri pelaporan dari seluruh unit yang
melaksanakan pemberian informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga.
Ditetapkan di : Gunungsitoli
Pada Tanggal : 10 Januari 2018
Direktur RSU Bethesda Gunungsitoli
10