Anda di halaman 1dari 3

KONSEP INDIVIDU - MOTIVASI

Catatan Rachmad Hidayat – PPM MME-66

Motivasi terbentuk dari adanya interaksi antara individu dengan situasi yang dihadapi. Motivasi
bukanlah sebuah sifat pribadi namun lebih ke dorongan seseorang untuk bekerja atau mencapai suatu
tujuan. Di dalam suatu organisasi, seorang atasan dituntut untuk mampu memberikan motivasi bagi
bawahannya agar bekerja sesuai dengan tanggung jawabnya. Motivasi erat kaitannya dengan
pemenuhan kebutuhan individu, dimana semakin terpenuhi kebutuhan seseorang dalam organisasi,
maka semakin termotivasi seseorang untuk bekerja dengan sebaik-baiknya.

Di Organisasi juga berlaku demikian. Mungkin seseorang yang bergabung dalam sebuah organisasi
akan mengorbankan waktunya, tenaganya, pikirannya, materinya yang dimilikinya, bahkan ada yang
mengorbankan nyawanya untuk sebuah organisasi. Hal tersebut dilakukan karena ada yang dituju dan
hasil yang diharapkan. Terlibat aktif dalam organisasi akan mengembangkan kemampuan dan
kapasitas pribadi seseorang. Hal ini telah terbukti baik secara ilmiah maupun secara realita
dikehidupan sehari-hari, bahwa orang-orang yang matang dalam organisasi lebih unggul dibandingkan
mereka yang pasif.

Dalam catatan ini akan saya akan tulisan beberapa hal yang saya dapat dari presentasi kelompok 4
terkait motivasi yang akan menjadi dasar dalam suatu organisasi dan juga konsep apa saja yang ada
pada motivasi dalam diri guna mewujudkan cita-cita dalam organisasi.

Pengertian Motivasi
Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin yakni movere, yang berarti “menggerakkan” (to
move). Ada banyak perumusan mengenai motivasi, menurut Mitchell, motivasi mewakili proses-
proses psikologika, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya dan terjadinya persistensi kegiatan-
kegiatan suka rela (volunter) yang diarahkan ketujuan tertentu.

Selanjutnya menurut Greenberg dan Baron, motivasi adalah suatu proses yang mendorong,
mengarahkan dan memelihara perilaku manusia kearah pencapaian tujuan. Sedangkan menurut RA.
Supriyono, motivasi adalah kemampuan untuk berbuat sesuatu sedangkan motif adalah kebutuhan,
keinginan, dorongan untuk berbuat sesuatu.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi adalah
suatu proses seorang individu dalam berperilaku sedemikian rupa sehingga mau bekerja atau
bertindak demi tercapainya tujuan organisasi. Motivasi juga merupakan kesediaan untuk
mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan
upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan individual. Motivasi dapat bersumber dari dalam diri
seseorang (pekerja) yang berupa kesadaran mengenai pentingnya manfaat pekerjaan yang
dilaksanakannya. Motivasi seperti ini disebut sebagai motivasi intrinsik (intrinsic motivation). Mereka
merasa bertanggungjawab atas suatu pekerjaan, jadi tanpa ada faktor luar yang memengaruhi mereka
terdorong untuk melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi ada juga motivasi yang bersumber dari luar
diri orang bersangkutan yang disebut sebagai motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation). Motivasi
ekstrinsik adalah dorongan kerja yang bersumber dari luar diri pekerja, yang berupa suatu kondisi yang
mengharuskannya melaksanakan suatu pekerjaan secara maksimal.
Teori-Teori Motivasi
1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat
bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu (1) kebutuhan fisiologikal
(physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety
needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3)
kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada
umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization),
dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat
dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

2. Teori Mc-Clelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)


Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement
(N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan
seseorang akan prestasi..

3. Teori Clyton Alderfer (Teori ERG)


Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG”. Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-
huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness
(kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan).

4. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)


Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi
Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor
motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.

5. Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan
antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila
seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua
kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
a. Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
b. Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.

6. Teori Penetapan Tujuan


Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme
motivasional yakni: (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c)
tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan
rencana-rencana kegiatan.

7. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan)


Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” menyampaikan suatu teori
yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil
dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan
mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan
sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya
mendapatkannya.
8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model
kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang
bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan
pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor
di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku.

9. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.


Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-
masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan
menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model
tersebut menjadi satu model.

Referensi:
- Materi presentasi Kelompok 4 tentang Konsep Motivasi
- Berbagai sumber di internet

Anda mungkin juga menyukai