Anda di halaman 1dari 9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. DEFINISI
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli. Terjadinya
pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus,
sehingga biasa disebut dengan bronchopneumonia. Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat
dan sesak karena paru-paru meradang secara mendadak.
Pneumonia adalah infeksi atau radang yang cukup serius pada paru-paru. Dari jenis-jenis pneumonia
itu ada yang spesifik/khusus yang disebut dengan tuberkulosis atau tbc atau Tb, yang disebabkan oleh
bakteri tuberkulosa. Jenis yang lain, adalah SARS yang adalah pneumonia akibat -sampai hari ini-
virus.
Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan
parasit).
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat
eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).
Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam
alveoli. Hal ini terjadi terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya kondisi yang
mengganggu tahanan saluran. Trakhabrnkialis, adalah pun beberapa keadaan yang mengganggu
mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua,
trakheastomi, pipa endotrakheal, dan lain-lain. Dengan demikian flora endogen yang menjadi patogen
ketika memasuki saluran pernafasa.
( Ngasriyal, Perawatan Anak Sakit, 1997)
Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang
bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi "inflame" dan terisi oleh cairan.
Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur,
atau parasit. Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai
akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol.

B. TANDA DAN GEJALA


 Batuk nonproduktif
 Ingus (nasal discharge)
 Suara napas lemah
 Retraksi intercosta
 Penggunaan otot bantu nafas
 Demam
 Ronchii
 Cyanosis
 Leukositosis
 Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar
 Batuk
 Sakit kepala
 Kekakuan dan nyeri otot
 Sesak nafas
 Menggigil
 Berkeringat
 Lelah.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: - kulit yang lembab - mual dan muntah - kekakuan sendi.
Secara umum dapat dibagi menjadi :
Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, malise,
nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk,
takipnu, ekspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak napas, air hunger, merintih, dan sianosis.
Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut
tertekuk karena nyeri dada. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah
ke dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus
melemah, suara napas melemah, dan ronki. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi
dada tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas
tubuler tepat di atas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila
efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus (iritasi meningen
tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi
mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah). Pada neonatus dan bayi kecil tanda
pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.

C. ETIOLOGI
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder
setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram,
Streptococus pneumoniae yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri Staphylococcus
aureus dan streptokokus beta-hemolitikus grup A juga sering menyebabkan pneumonia, demikian
juga Pseudomonas aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza.
Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relatif sering dijumpai, disebabkan oleh suatu
mikroorganisme yang berdasarkan beberapoa aspeknya, berada di antara bakteri dan virus. Individu
yang mengidap acquired immunodeficiency syndrome, (AIDS) sering mengalami pneumonia yang
pada orang normal sangat jarang terjadi yaitu pneumocystis carinii. Individu yang terpajan ke aerosol
dari air yang lama tergenang, misalnya dari unit pendingin ruangan (AC) atau alat pelembab yang
kotor, dapat mengidap pneumonia Legionella. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena
muntah atau air akibat tenggelam dapat mengidap pneumonia asporasi. Bagi individu tersebut, bahan
yang teraspirasi itu sendiri yang biasanya menyebabkan pneumonia, bukan mikro-organisme,
denmgan mencetuskan suatu reaksi peradangan.
Etiologi:
 Bakteri : streptococus pneumoniae, staphylococus aureus
 Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus
 Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis, cryptococosis,
pneumocytis carini
 Aspirasi : Makanan, cairan, lambung
 Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas
Pneumonia virus bisa disebabkan oleh:
 Virus sinsisial pernafasan
 Hantavirus
 Virus influenza
 Virus parainfluenza
 Adenovirus
 Rhinovirus
 Virus herpes simpleks
 Sitomegalovirus.
 Virus Influensa
 Virus Synsitical respiratorik
 Adenovirus
 Rubeola
 Varisella
 Micoplasma (pada anak yang relatif besar)
 Pneumococcus
 Streptococcus
 Staphilococcus
Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah: - virus sinsisial pernafasan - adenovirus
- virus parainfluenza dan - virus influenza.
Faktor-faktor risiko terkena pneumonia, antara lain, Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA), usia lanjut,
alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, Umur dibawah 2 bulan, Jenis kelamin laki-laki , Gizi kurang,
Berat badan lahir rendah, Tidak mendapat ASI memadai, Polusi udara, Kepadatan tempat tinggal,
Imunisasi yang tidak memadai, Membedong bayi, efisiensi vitamin A dan penyakit kronik menahun.
D. PATHOFISIOLOGI
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan terisap
masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain, misalnya di kulit.
Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh pelbagai sistem
pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan
lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir)
tersebut keluar. Tentu itu semua tergantung besar kecilnya ukuran sang penyebab tersebut.

E. PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN


PENGOBATAN
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per-oral (lewat mulut)
dan tetap tinggal di rumah.
Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-
paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen
tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik
dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh
pemeriksaan sputum mencakup :
 Oksigen 1-2 L/menit.
 IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai
berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
 Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip.
 Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis
untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit.
Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia community base :
 Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
 Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberia
Untuk kasus pneumonia hospital base :
 Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
 Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Gangguan petukaran gas
 Bersihan jalan napas tidak efektif
 Gangguan pola napas
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
 Isomnia
 Intoleransi aktivitas
 Hipertermi
G. NOC
 Respiratory status
1. Tidak ada sianosis dan dyspneu
2. Pasien mampu bernafas dengan mudah
3. Tidak ada pursed lips
4. Menunjukkan jalan nafas yang paten (pasien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal
5. Tanda tanda vital dalam rentang normal

 Respiratory status : airway patency


1. Pasien tidak mengeluh sesak napas
2. Pasien bisa mengeluarkan dahak dengan batuk yang efektif
3. Mulut tidak terlihat sianosis
4. RR dalam rentang normal

 Respiratory status : ventilation


1. Pasien tidak sesak nafas
2. Tidak menggunakan otor bantu pernafasan
3. Fase ekspirasi dan inspirasi dalam rentang normal
4. Tidak ada retraksi dada

 Nutritional status
1. Peristaltik usus dalam rentang normal
2. Asupan makanan adekuat
3. Asupan cairan seimbang
4. Asupan nutrisi dalam rentang normal
5. Berat badan dalam batas normal

 Sleep
1. Pasien tidak mengeluh susah tidur
2. Jam tidur pasien dalam rentang normal
3. Pola tidur pasien tidak terganggu

 Thermoregulation
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Nadi dan RR dalam rentang nomal
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

I. NIC
 Respiratory Monitoring
1. Monitor Frekuensi, ritme, kedalaman pernafasan
2. Catat pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot tambahandan retraksi otot intracosta
3. Monitor pernafasan hidung
4. Monitor pola nafas : bradipnea, takipnea, hiperventilasi
5. Palpasi ekspansi paru
6. Monitor hasil rongen
7. Auskultasi suara pernafasan

 Airway Management
1. Buka jalan nafas
2. Gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
4. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
5. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
6. Keluarkan secret dengan batuk efektif atau suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
8. Monitor respirasi dan status O2
9. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
10. Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
11. Pasang mayo bila perlu
12. Lakukan suction pada mayo

 Airway Management
1. Buka jalan nafas
2. Gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
4. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
5. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
6. Keluarkan secret dengan batuk efektif atau suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
8. Monitor respirasi dan status O2
9. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
10. Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
11. Pasang mayo bila perlu
12. Lakukan suction pada mayo

 Nutrition Management
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukkan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien
3. Monitor julkah nutrisi dan kandungan kalori
4. Berikan makanan yang terpilih yang disukai pasien
5. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

 Sleep enhancement
1. Monitor pola tidur dan jam tidur pasien
2. Sesuaikan lingkungan (cahaya, kebisingan, suhu, tempat tidur
3. Tentukan jam tidur pasien

 Temperature regulation
1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
2. Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
3. Monitor TD, nadi dan RR
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor tanda-tanda hipertemi dan hipotemi
6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan, akibat panas
9. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dan
kedinginan
10. Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari hipertemi dan penanganan yang diperlukan
12. Berikan ant pireti jika perlu

You're reading a preview. Unlock full access with a free trial.


Pages 3 to 24 are not shown in this preview.

Download With Free Trial

1. Definisi
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli). Selain gambaran umum di atas, Pneumonia dapat dikenali berdasarkan
pedoman tanda-tanda klinis lainnya dan pemeriksaan penunjang (Rontgen,
Laboratorium) (Wilson, 2006).
Pada usia anak-anak, Pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar
terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Angka kematian Pneumonia
pada balita di Indonesia diperkirakan mencapai 21 % (Unicef, 2006). Adapun angka
kesakitan diperkirakan mencapai 250 hingga 299 per 1000 anak balita setiap
tahunnya. Fakta yang sangat mencengangkan. Karenanya, kita patut mewaspadai
setiap keluhan panas, batuk, sesak pada anak dengan memeriksakannya secara dini
(Setiowulan, 2000).
2. Etiologi
Sebagian besar penyebab Pneumonia adalah mikroorganisme (virus, bakteri).
Dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin,
atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke dalam
saluran pernapasan (aspirasi).
Berbagai penyebab Pneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan golongan
umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya (komplikasi).
Mikroorganisme tersering sebagai penyebab Pneumonia adalah virus, terutama
Respiratory Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40%. Sedangkan golongan bakteri
yang ikut berperan terutama Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae
type b (Hib).
Awalnya, mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet), kemudian
terjadi penyebaran mikroorganisme dari saluran napas bagian atas ke jaringan
(parenkim) paru dan sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran darah
(Setiowulan, 2000).
Sedangkan dari sudut pandang sosial penyebab pneumonia menurut Depkes
RI (2004) antara lain:
a. Status gizi bayi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak
yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran
yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck.
2000 : 1).
Klasifikasi status gizi pada bayi berdasarkan Kartu Menuju Sehat adalah :
1) Gizi Lebih
2) Gizi Baik
3) Gizi kurang
4) Gizi buruk
b. Riwayat persalinan
Riwayat persalinan yang mempengaruhi terjadinya pneumonia adalah ketuban
pecah dini dan persalinan preterm (Setiowulan.2000).
c. Kondisi sosial ekonomi orang tua
Kemampuan orang tua dalam menyediakan lingkungan tumbuh yang sehat pada
bayi juga sangat mempengaruhi terhadap terjadinya pneumonia. Klasifikasi
kesejahteraan keluarga adalah :
1) Keluarga sejahtera yaitu keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang
sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi,
selaras. dan seimbang antar anggota, serta antara keluarga dengan masyarakat
dan lingkungannya
2) Keluarga sejahtera I yaitu keluarga yang kondisi ekonominya baru bisa
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum mampu
memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya.
3) Keluarga pra sejahtera yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya, belum mampu melaksanakan ibadah berdasarkan agamanya masing-
masing, memenuhi kebutuhan makan minimal dua kali sehari, pakaian yang
berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian, memiliki rumah
yang bagian lantainya bukan dari tanah, dan belum mampu untuk berobat di
sarana kesehatan modern (BKKBN, 2002).
d. Lingkungan tumbuh bayi
Lingkunngan tumbuh bayi yang mempengaruhi terhadap terjadinya pneumonia
adalah kondisi sirkulasi udara dirumah, adanya pencemaran udara di sekitar
rumah dan lingkungan perumahan yang padat (www.infokes.com, 2006).
e. Konsumsi ASI
Jumlah konsumsi ASI bayi akan sangat mempengaruhi imunitas bayi, bayi yang
diberi ASI secara eksklusif akan memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik
dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI secara eksklusif.
3. Klasifikasi Pneumonia
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi pneumonia sebagai
berikut:
a. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat
c. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,
tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis
dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia (Rasmailah, 2004).
4. Tanda dan Gejala
Tanda-tanda Pneumonia sangat bervariasi, tergantung golongan umur,
mikroorganisme penyebab, kekebalan tubuh (imunologis) dan berat ringannya
penyakit.
Pada umumnya, diawali dengan panas, batuk, pilek, suara serak, nyeri
tenggorokan. Selanjutnya panas makin tinggi, batuk makin hebat, pernapasan cepat
(takipnea), tarikan otot rusuk (retraksi), sesak napas dan penderita menjadi kebiruan
(sianosis). Adakalanya disertai tanda lain seperti nyeri kepala, nyeri perut dan muntah
(pada anak di atas 5 tahun).
Pada bayi (usia di bawah 1 tahun) tanda-tanda pnemonia tidak spesifik, tidak
selalu ditemukan demam dan batuk.
Selain tanda-tanda di atas, WHO telah menggunakan penghitungan frekuensi
napas per menit berdasarkan golongan umur sebagai salah satu pedoman untuk
memudahkan diagnosa Pneumonia, terutama di institusi pelayanan kesehatan dasar
(Setiowulan, 2000).
Tabel 2.1. Pedoman Perhitungan Frekuensi Napas (WHO)
Umur Anak Napas Normal Takipnea (Napas cepat)
0 – 2 Bulan 30-50 per menit sama atau > 60 x per menit
2-12 Bulan 25-40 per menit sama atau > 50 x per menit
5. Penatalaksanaan
Pengobatan ditujukan kepada pemberantasan mikroorganisme penyebabnya.
Walaupun adakalanya tidak diperlukan antibiotika jika penyebabnya adalah virus,
namun untuk daerah yang belum memiliki fasilitas biakan mikroorganisme akan
menjadi masalah tersendiri mengingat perjalanan penyakit berlangsung cepat,
sedangkan di sisi lain ada kesulitan membedakan penyebab antara virus dan bakteri.
Selain itu, masih dimungkinkan adanya keterlibatan infeksi sekunder oleh bakteri.
Oleh karena itu, antibiotika diberikan jika penderita telah ditetapkan sebagai
Pneumonia. Ini sejalan dengan kebijakan Depkes RI (sejak tahun 1995, melalui
program Quality Assurance ) yang memberlakukan pedoman penatalaksaan
Pneumonia bagi Puskesmas di seluruh Indonesia.
Masalah lain dalam hal perawatan penderita Pneumonia adalah terbatasnya
akses pelayanan karena faktor geografis. Lokasi yang berjauhan dan belum meratanya
akses tranportasi tentu menyulitkan perawatan manakala penderita pneumonia
memerlukan perawatan lanjutan (rujukan) (Setiowulan, 2000).
Perawatan di rumah yang dapat dilakukan pada bayi atau anak yang menderita
pneumonia antara lain :
a. Mengatasi demam
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan
memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan
demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu
2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian
digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain
bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
b. Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu
jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh ,
diberikan tiga kali sehari.
c. Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu
lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang
menyusu tetap diteruskan.
d. Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih
banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan
cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
e. Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan
rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang
berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih
parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi
cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak
memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.
Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan
agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh.
Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari
anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang (Rasmailah,
2004).
6. Pencegahan
Mengingat Pneumonia adalah penyakit beresiko tinggi yang tanda awalnya
sangat mirip dengan Flu, alangkah baiknya para orang tua tetap waspada dengan
memperhatikan tips berikut :
a. Menghindarkan bayi (anak) dari paparan asap rokok, polusi udara dan tempat
keramaian yang berpotensi penularan.
b. Menghindarkan bayi (anak) dari kontak dengan penderita ISPA.
c. Membiasakan pemberian ASI.
d. Segera berobat jika mendapati anak kita mengalami panas, batuk, pilek. Terlebih
jika disertai suara serak, sesak napas dan adanya tarikan pada otot diantara rusuk
(retraksi).
e. Periksakan kembali jika dalam 2 hari belum menampakkan perbaikan. Dan segera
ke RS jika kondisi anak memburuk.
f. Imunisasi Hib (untuk memberikan kekebalan terhadap Haemophilus influenzae,
vaksin Pneumokokal Heptavalen (mencegah IPD= invasive pneumococcal
diseases) dan vaksinasi influenzae pada anak resiko tinggi, terutama usia 6-23
bulan. Sayang vaksin ini belum dapat dinikmati oleh semua anak karena harganya
yang cukup mahal.
g. Menyediakan rumah sehat bagi bayi yang memenuhi persyaratan :
1) Memiliki luas ventilasi sebesar 12 – 20% dari luas lantai.
2) Tempat masuknya cahaya yang berupa jendela, pintu atau kaca sebesar 20%.
3) Terletak jauh dari sumber-sumber pencemaran, misalnya pabrik, tempat
pembakaran dan tempat penampungan sampah sementara maupun akhir
(Menkes, 1999).

Anda mungkin juga menyukai