Anda di halaman 1dari 2

2015/02/04 17:54 WIB - Kategori : Sejarah Masjid, Berita Terkini

Mengenal Masjid Negara

Masjid Istiqlal adalah masjid negara Republik Indonesia. Beralamat Jl.Taman Wijaya Kusuma Kel. Pasar Baru, Kec.
Sawah Besar Jakarta, bersanding dengan Gereja Katedral disebelah Timur, Gedung Kementerian Agama disebelah
Selatan dan Monumen Nasional (Monas) disisi Barat Daya. Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Asia
Tenggara. Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarno. Dimulai
dengan terbentuknya Pengurus Harian Yayasan Masjid Istiqlal pada tanggal 7 Desember 1954, dengan Ketua Umum
H. Anwar Tjokroaminoto. Pembentukan Yayasan Masjid Istiqlal merupakan kesepakatan dalam pertemuan yang
dihadiri sekitar 200 orang ulama dan tokoh-tokoh Islam seluruh Jakarta Raya di bawah pimpinan K.H. Taufiqurrahman
(seorang tokoh Masyumi).

Pada 22 Februari 1955 diumumkan melalui surat kabar Sayembara Rencana Gambar Masjid Istiqlal. Ketua Panitia
Sayembara ialah Mr. Assaat (mantan Presiden Negara Bagian RI yang berkedudukan di Yogyakarta, dulu Ketua
Panitia Pembangunan Masjid Syuhada), dan Ketua Dewan Juri Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno. Pemenang
pertama sayembara adalah arsitek Frederich Silaban (seorang Kristen Protestan), memakai sandi “Ketuhanan”.
Pemenang kedua adalah R. Oetoyo, memakai sandi “Istighfar”. Pemenang ketiga adalah Hans Groenewegen dengan
sandi “Salam”. Pemenang keempat dan kelima, masing-masing lima orang Mahasiswa ITB, memakai sandi “Ilham”, dan
tiga orang Mahasiswa ITB, memakai sandi “Khatulistiwa”. Dewan Juri memutuskan karya arsitek
Frederich Silaban
sebagai pemenang, dengan catatan gambar tersebut harus disempurnakan.

Pemancangan batu pertama, sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjid Istiqlal dilakukan oleh Presiden
Soekarno dalam upacara resmi, pada hari Kamis tanggal 24 Agustus 1961. Pembangunan Masjid Istiqlal berjalan
lambat dan terhenti sampai bergantinya pemerintahan Presiden Soekarno (orde lama). Panitia Pembangunan Masjid
yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden RI beberapa kali diganti. Pada tahun 1969 bangunan masjid masih
merupakan pilar-pilar beton yang tegak berdiri tanpa atap. Proses Pembangunan Masjid Istiqlal dilanjutkan kembali
pada masa pemerintahan orde baru. Presiden Soeharto turun tangan selaku Ketua Penyantun Masjid Istiqlal dengan
menyediakan anggaran pembangunan sejak Pelita I hingga Pelita II.

Peresmian penggunaan Masjid Istiqlal dilakukan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978. Sebelum
peresmiannya, untuk pertama kalinya Presiden Soeharto bersama para menteri dan ribuan umat Islam di Jakarta telah
melaksanakan shalat Idul Fitri di Masjid Istiqlal pada tanggal 30 November 1970 (1 Syawal 1390).

Lokasi kompleks masjid ini berada di bekas Taman Wilhelmina, di timur laut lapangan Medan Merdeka yang
ditengahnya berdiri Monumen Nasional
(Monas). Di seberang timur masjid ini berdiri Gereja Katedral Jakarta. Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima lantai
dan satu lantai dasar. Masjid ini memiliki gaya arsitektur modern dengan dinding dan lantai berlapis marmer, dihiasi
ornamen geometrik dari baja antikarat. Bangunan utama masjid dimahkotai satu kubah besar berdiameter 45 meter
yang ditopang 12 tiang besar. Menara tunggal setinggi total 96,66 meter menjulang di sudut selatan selasar masjid.
Masjid ini mampu menampung lebih dari dua ratus ribu jamaah.

Dalam rangka penyelenggaraan, pengelolaan dan pemanfaatan Masjid Istiqlal, Presiden Soeharto membentuk Badan
Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI) melalui Kepres dimana Menteri Agama sebagai Ketua, dengan 4 orang anggota terdiri
dari Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama, Sekretaris Menteri Sekretariat Negara, Ketua Majelis Ulama Indonesia
dan Gubernur DKI Jakarta. Dalam pelaksanaan tugasnya BPMI membentuk Badan Pelaksana Pengelolaan Masjid
Istiqlal (BPPMI) dengan masa jabatan 5 tahun dalam satu periode dan bertanggungjawab langsung kepada Menteri
Agama. Dalam pelaksanaan peribadatan, Masjid Istiqlal dipimpin oleh seorang Imam Besar yang ditetapkan oleh
Menteri Agama. Sejak tahun 2016 hingga 5 tahun kedepan, Imam Besar Masjid Istiqlal dipercayakan kepada Prof.Dr.
H. Nasaruddin Umar, MA dengan wakilnya Drs.H.Syarifuddin Muhammad, M.Si.

Selain digunakan sebagai aktivitas ibadah umat Islam, masjid ini juga digunakan sebagai kantor berbagai organisasi
Islam di Indonesia, aktivitas sosial, dan kegiatan umum. Masjid ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata yang
terkenal di Jakarta. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung umumnya wisatawan domestik, dan sebagian wisatawan
asing yang beragama Islam. Sering kali Masjid Istiqlal mendapat kunjungan dari tamu-tamu negara mulai dari
Presiden, Pedana Menteri sampai dengan para Duta Besar negara-negara sahabat. Masyarakat non-Muslim secara
umum juga dapat berkunjung ke masjid ini setelah sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai Islam dan
Masjid Istiqlal, meskipun demikian bagian yang boleh dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi
pemandu.

Pada setiap hari besar Islam seperti Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, Tahun Baru Hijriah, Maulid Nabi Muhammad dan
Isra Mi'raj, Presiden Republik Indonesia selalu mengadakan kegiatan keagamaan di masjid ini yang disiarkan secara
langsung melalui televisi nasional (TVRI) dan sebagian televisi swasta. Sebagai Masjid Negara, pengelolaan Masjid
Istiqlal merupakan contoh bagi Masjid Raya, Masjid Agung, Masjid Besar dan Masjid Jami diseluruh pelosok Indonesia.(
Adm.Simas/fa)

Anda mungkin juga menyukai