Anda di halaman 1dari 28

BAB2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Gambaran Umum

Debit, atau besarnya aliran sungai adalah volume aliran yang mengalir melalui

suatu penampang melintang sungai per satuan waktu9>. Pengukuran debit suatu

aliran sungai dipengaruhi oleh ]enis - jenis aliran sungai dan geometri sungai.

Metode pengukuran debit dapat dilakukan secara langsung, yaitu dengan

menggunakan alat ukur kecepatan aliran. Berbagai macarn alat ukur kecepatan

aliran yang digunakan antara lain alat ukur arus, bangunan ukur debit dan

menggunakan zat warna.

2.2 Hidrolika

2.2.1 Umum

Hidrolika adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

sifat- sifat dan hukum- hukum yang berlaku pada zat cair, baik zat cair

9
itu diam maupun bergerak ( mengalir ) >. Pengetahuan dasar - dasar

hidrolika sangat penting dalam mempelajari hidrometri, terutama yang

berkaitan dengan aliran sungai.

Unsur aliran sungai terutama adalah volume aliran yang mengalir pada
3
., suatu penampang basah persatuan waktu ( m /dtk ) atau sering disebut
. '
dengan debit. Debit dari suatu penampang sungai dapat dinyatakan dengan

· rumus Darcy :

1
I I
---- -;..i----:l _
..."· ,.·, ---------------
· /
/

Gambar2.1

Sketsa penampang pengukuran kecepatan

d</ =A. V. Dt ( 2.1)

Massa air : dM = p · d</ ( 2.2)

= A·p·V·dt ( 2.3)

Q =A. V ( 2.4)

Keterangan :
3
Q = debit ( m /dtk)
2
A = luas penampang basah ( m )

V = kecepatan aliran rata - rata ( m/dtk )

p = massa jems air ( kg/m 3 )

Perubahan penampang basah dapat dengan mudah ditentukan langsung

di lapangan , kecepatan aliran juga rnerupakan unsur penting yan_g harus

ditentukan dengan pengukuran di lapangan.


2.2.2 Jenis- Jenis Aliran

Berbagai macam jenis aliran air antara lain :

I. Aliran seragam dan tidak seragam.

Aliran seragam terjadi apabila pola kecepatan aliran dalam suatu

penampang melintang sungai tidak berubah disetiap arah aliran.

Seragam Tidak Seragam

vl

A B c
Gambar2.2

Sketsa Aliran Seragam dan Tidak Seragam

Dengan menggunakan persamaan 2.1 pada gambar 2.2, maka diperoleh

persamaan:

dt/=A. V. Dt

dtl .
-=A·V ( 2.5)
dt

Karena kedalaman dan kecepatan aliran dititik A sama dengan di titik

B, makaAA. VA= AB. VB ( 2.6)


·
AA. VA-· VB=O ( 2.7)

dtl =0 ( 2.8)
dt
Dari gambar 2.2, aliran seragam teijadi dari arah A ke B, dan terlihat

bahwa:

a. Kedalaman aliran sama, dan

b. kecepatan aliran tetap sama pada kedalaman aliran yang sama.

Sedangkan dari arah B ke C terjadi aliran tidak seragam, terlihat

bahwa:

a. i<.edalaman aliran berubah, dan

b. pola kecepatan aliran berubah.

2. Aliran Laminer dan Aliran Turbulen

Aliran larniner tetjadi apabila butir - butir air seolah - olah

bergerak menurut lintasan tertentu yang teratur atau lurus, dan selapis

air yang sangat tipis seperti menggelincir di atas lapisan di sebelahnya.•

Aliran turbulen tetjadi bila butir - butir air bergerak menurut

lintasan yang tidak teratur, tidak lancar maupun tidak tetap, walaupun

butir - butir tersebut tetap menunjukkan gerak maju dalam aliran

secara keseluruhan. Aliran larniner dan turbulen dapat diidentifikasi

berdasarkan bilangan Reynoldszl, yang dapat dirumusk:an sebagai

berikut:

Re=.:P:...·. ( 2.9)

·d:_
p.
Keterangan : ·

Re = Bilangan reynolds
3
P = Kerapatan massa ( Kg!m )

v = Kecepatan aliran ( rnldtk )

d = Kedalaman aliran ( m )

).1 = Kekentalan air ( Ns!m2 )

Apabila Re kurang dari 500 maka terjadi aliran laminer, apabila

harganya antara 500 - 2000 terjadi keadaan transisi, bila kecepatan dan

kedalaman aliran bertambah besar maka harga Re bertambah dan aliran

akan menjadi turbulen. Apabila di dalam aliran tersebut dilarutkan zat

pewarna maka akan cepat bercampur pada seluruh aliran. Hampir

seluruh sungai keadaannya turbulen.

3. Aliran Tetap dan aliran Tidak Tetap

Suatu aliran sungai dapat juga berupa aliran tetap dan aliran tidak

tetap. Aliran tetap terjadi apabila kecepatan aliran tidak berubah

menurut waktu, sedangkan apabila kecepatan aliran tersebut berubah

menurut waktu maka akan menjadi aliran tidak tetap. Aliran tetap atau

tidak tetap dapat dibedakan sebagai alitan seragam dan tidak ·seragam.

a. Aliran tetap dan seragam

Suatu debit sungai yang tetap mengalir di sepanjang alur sungai

yang luas penampangnya tetaP..


b. Aliran tetap dan tidak seragam

Suatu debit yang besarnya sama dan tetap melalui suatu alur sungai

yang luas penampangnya semakin bertambah besar atau berkurang.

c. Aliran tidak tetap dan seragam

Suatu debit sungai yang bertambah atau berkurang dalam

hubungannya dengan waktu dan mengalir pada suatu penampang

sungai yang tetap.

d. Aliran tidak tetap dan tidak seragam

Suatu debit sungai yang bertambah atau berkurang dalam

hubungannya dengan waktu dan mengalir pada suatu penampang

yang berubah.

Analisa untuk persamaan aliran tidak tetap sangat komplek da,n

rumit dibanding dengan persamaan aliran tetap. Berdasarkan suatu

pertimbangan praktis pada sebagian besar persoalan aliran tetap, maka

debit dianggap tetap sepanjang alur sungai yang lurus, dengan kata lain

bersifat kontinyu. Oleh karena itu persamaan 2.4 dapat ditulis sebagai

berikut:

Q = V1 . A1 = V2 . A2 = ( 2.10)

/ .
Dimana indeks menunjukkan penampang sungai yang berlaman.

Ini merupakan persamaan kontinuitas untuk aliran tetap kontinyu.

.-
1
4. Aliran lambat, Kritis dan Cepat

Aliran sungai juga dapat digolongkan berdasarkan ukuran energi

aliran. Untuk debit tertentu, energi aliran adalah fungsi dari kedalaman

dan kecepatan alirannya. Bilangan Froude dapat digunakan untuk

menentukan jenis aliran lambat, kritis atau cepat, berdasarkan rumus


9
berikut ) :

v
F=-== ( 2.11)
Jg·d·

Keterangan :

F = Bilangan Froude ( tanpa satuan )

v = kecepatan aliran rata- rata ( m/dtk )

2
g = Percepatan gravitasi ( m/dtk )

d = Kedalaman aliran rata - rata ( m )

Apabila harga F lebih kecil dari 1, maka aliran dikatakan sub kritis

( lambat, tenang ). Untuk harga F sama dengan 1, maka aliran

dikatakan kritis. Apabila harga F lebih besar dari 1, maka aliran disebut

super kritis ( cepat ).

2.3 Hidrometri

2.3.1 Gambaran Umum

Hidrometri dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang

mempelajari pengukuran air pada sikulus hidrologi atau ilmu tentang

pengumoolan dim pemrosesan data dasar untuk: analisa hidrologi. Oleh


karena itu idealnya hidrometri meliputi kegiatan pengukuran semua

variabel pada siklus hidrologi, sepert curah hujan, penguapan, aliran

sungai, air tanah, angkutan sedimen dan kualitas air menjadi data dasar

hidrologi.

Pada penyelidikan hidrologi yang lebih luas, sangat membutuhkan

variasi data debit dan angkutan sedimen dari suatu sungai dalam ruang dan

waktu. bengan demikian diperlukan data pengukuran aliran dari sejumlah

pos duga air dalam jangka waktu yang lama, akan tetapi untuk tujuan

praktis dan penghematan biaya, maka pengukuran aliran harus

dilaksanakan dengan :

1. Pemilihan lokasi pos duga air yang cukup mewakili.

2. Menghitung debit dengan berdasarkan pada data pengukuran tingsi

muka air yang kontinyu dan lengkung debit. Lengkung debit diperoleh

dengan melaksanakan pengukuran tinggi muka air dan debit secara

berkala dari tinggi muka air terendah sampai tertinggi.

3. Melaksanakan pengambilan contoh air secara berkala untuk

menentukan konsentrasi sedimen.

4. Membuat hubungan data debit dan debit sedimen berdasarkan data

pengukuran lapangan untuk menghitung debit sedimen.


/

-.
2.3.2 Metode Pengukuran Debit

2.3.2.1 Metode Secara Langsung

Metode pengukuran debit secara langsung dilakukan apabila

kecepatan alirannya diukur secara langsung dengan alat ukur

kecepatan aliran.

2.3.2.1. f Metode Alat Ukur Arus

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam

pelaksanaan pengukuran debit dengan alat ukur arus agar dapat

diperoleh lengkung debit yang . dapat menggambarkan

hubungan antara tinggi muka air dengan debit, mulai dari

keadaan debit terkecil sampai dengan debit terbesar,

persyaratan yang dimaksud antara lain meliputi :

I. Lokasi pengukuran.

2. Jumlah dan waktu pengukuran.

3. Peralatan., tenaga pelaksana dan dana.

Peralatan yang digunakan untuk mengukur debit dengan

alat ukur arus adalah terdiri dari alat untuk mengukur kecepatan

aliran., alat untuk mengukur kedalaman ·dan Iebar aliran,

selengkapnya terdiri dari jenis :

1. Alat ukur kecepatan aliran., alat ukur waktu dan alat

hitung putaran baling - baling.


2. Alat ukur kedalaman aliran.

3. Alat ukur Iebar aliran.

4. Alat perakitan.

5. Alat tambahan.

6. Alat transportasi lapangan.

2.3.2.1.2 Metode Kecepatan

Metode ini dilakukan dengan menuangkan larutan secara

kontinyu di alur sungai, pilih dua penampang dengan jarak

tertentu ( L ) disebelah hilirnya sebagai Iokasi pengukuran

pengurangan konsentrasi larutan ( Gambar 2.3 ). Ukur

konsentrasi di dua penampang hingga puncak konsentrasinya

dan kembali lagi pada keadaan normal. Hitung waktu diantar.a

kejadian puncak konsentrasi ( T ) diantara dua penampang

pengukuran ( Gambar 2.4 ). Maka debitnya dapat dihitung

dengan rumus :

L
Q=Ax (2.12.a)
T

K erangan:
3
Q = debit ( m /dtk )
2
A= luas penampang rata- rata ( m )

L =jarak diantara dua penampang ( m )


-.
T = perbedaan waktu puncak konsentrasi ( dtk )

t2 = waktu puncak konsentrasi di penampang hilir (dtk)

t1 = waktu puncak konsentrasi di penampang hulu (dtk)

Jika pada metode kecepatan ini hanya mendeteksi zat

pewarna secara visual dengan mata maka debit dihitung dengan

rumus:

L
O=Ax ( 2.12.b)
- T

Dimana T merupakan waktu petjalanan zat pewarna.

Kecepatan aliran dihitung dari jarak dibagi dengan waktu

lamanya zat warna mengalir dari penampang hulu ke

· penampang hilir. Harga kecepatan aliran yang diperoleh

· hanyalah perkiraan.

Penampang penuangan

Penampang hulu

Penampang h,ilir
t
i
i
!

Gambar2.3

Sketsa penampang pengukuran debit metode kecepatan


Hulu Hilir

I I
I I

tl : T : t2 -
'<11 1' 1------_....

Gambar 2.4

Sketsa kurva pengukuran debit dengan metode kecepatan menggunakan

zat warna

2._3 .2.1.3 Metode Bangunan Ukur Debit

Bangunan ukur debit adalah suatu bangunan air yang

dibangun melintang alur sungai yang dimaksudkan untuk

meninggikan muka air dan bertujuan untuk menghitung debit

pada suatu pos duga air. Pada umumnya untuk menghitung

debit alur sungai dapat digunakan bangunan ukur debit dengan

tipe:

1. Ambang, atau .

2. Flume

.. Pemilihan dari setiap tipe bangunan ukur debit tergantung

dari banyak faktor, antara lain:

1
I. Ukuran sungai.

2. Interval debit, mulai yang terkecil hingga terbesar.

3. Angkutan sedimen.

4. Ketelitian yang diinginkan.

5. Biaya yang tersedia.

Rumus umum yang biasa digunakan untuk menghitung debit


9
yang melalui ambang atau jlume > adalah :

0
-
=Cb·h"I ( 2.13)

Keterangan :
3
Q = debit ( m /dtk)

C = koefisien, tergantung jenis mercu

b = Iebar mercu ( m )

h 1 = tinggi muka air di hulu terhadap ambang ( m)

n = koefisien, tergantung bentuk mercu

Perhitungan · debit dengan menggunakan persamaan 2.13

harus memperhatikan, antara lain :

1. Jenis alirannya sempuma, dan

., 2. harga koefisiennya diketahui.


a. Ambang

Ambang adalah bangunan ukur debit tanpa dilengkapi

dengan bagian penyempitan, loncatan hidrolis teijadi di

hilir bangunan ukur debit. Ambang yang sering digunakan

adalah:

1. Ambanglebar.

2. Ambang tajam.

3. Ambang mercu pendek.

Berdasarkan persamaan 2.13 maka debit yang mengalir

pada ambang merupakan fungsi dari tinggi muka air, bentuk

dan ukuran ambang.

Gambar 2.5

Ilustrasi penampang ambang Iebar.

(a)
(b)

Gambar 2.6

Jenis ambang tajam dengan bagian pengendali berbentuk

( a ) segitiga dan ( b ) segiempat

Gambar2.7

Jenis ambang dengan mercu bulat

B. Flume

Flume adalah bangunan ukur debit yang dilengkapi

dengan bagian penyempitan, loncatan hidrolis teijadi pada

bangunannya itu sendiri. Bangunan ini"terdiri dari sebuah

peralihan penyempitan dengan lantai ·datar, Ieber dengan

lantai miring ke bawah, dan peralihan pelebaran dengan

lantai miring ke atas. Salah jenis flume yang dipakai


dalam pengukuran debit adalah venturi flume. Venturi

flume ini biasa diadaptasikan untuk pengukuran air irigase>.

Rumus yang digunakan :

( 2.14)

Dimana:

( 2.15 )
Keterangan :

a1 dan a2 = area yang dilintasi aliran air

M = nilai perbandingan ( a2/a1)

c = koefisien ( antara 0,95 - 1,00 )

h = perbedaan ketinggian air ( m )

g = percepatan gravitasi ( m/dtk2 )


2
Tabel 2.1 Nilai M untuk venturi flume >

a2/ al M a2/ al M a2/ a1 M a2/ a1 M a2/ al M


0,00 4,43 0,12 4,46 0,24 4,56 0,36 4,75 0,48 5,05
0,01 4,43 0,13 4,46 0,25 4,57 0,37 4,77 0,49 5,08
0,02 4,43 0,14 4,47 0,26 4,58 0,38 4,79 0,50 5,11
0,03 4,43 0,15 4,47 0,27 0,60 0,39 4,81 0,51 5,14
0,04 4,43 0,16 4,48 0,28 0,61 0,40 4,83 0,52 5,18
0,05 4,43 0,17 4,49 0,29 4,63 0,41 4,85 0,53 5,22
0,06 4,44 0,18 4,50 0,30 4,64 0,42 4,87 0,54 5,26 /

0,07 4,44 0,19 4,51 0,31 4,66 0,43 4,90- 0,55 5,30
0,08 4,44 0,20 4,52 0,32 4,68 0,44 4,93 0,56 5,34
0,09 4,45 0,21 4,53 0,33 4,70 0,45 4,96 0,57 5,39
0,10 4,45 0,22 4,54 0,34 4,72 0,46 4,99 0,58 5,44
Q,ll 4,45 0,23 ·4,55 0,35 4,73 0,47 5,02 0,59 5,49
Pelebaran

· Alat duga air

Gambar 2.8

Sketsa flume

2.3.2.1.4 Metode Volumetrik

Pengukuran metode volumetrik ini adalah dengan cara

mencatat waktu yang diperlukan untuk meugisi tempat ukur

debit yang kapasitasnya sudah diketahui. Peralatan pokok yang

diperlukan untuk pengukuran dengan cara ini adalah tempat

ukur yang sudah diukur ( diketahui volumenya ) dan alat

pencatat waktu. Pengukuran debit dapat ditentukan dengan

rumus:

v
Q= ( 2.16)
T

Keterangan :

Q : Debit ( ltr I dtk ) /

V :Volume aliran yang tertampung ( ltr)

T : Waktu lamanya pengisian tempat ukur ( dtk )


Alat ukur waktu I( )I
----- {\
-.L----
-''----- ·
-----..........,._ .

Tempat
ukur
debit

G
a
m
b
a
r
2
.
9

S
k
e
t
s
a
p
e
n
g
u
k
u
r
d
e
b
it
m
e
t
o
d
e
v
o
l
u
m dalam satu titik
e
t sehingga seluruh
r
i aliran dapat
k
dimasukkan dalam

tempat ukur.
Peng
Pengukuran cara
ukuran ini dapat
dilaksanakan
debit dengan bantuan
dengan
ambang tajam (
cara
V notch ), yang
volumetr
penampang dibuat
ik ini
sedemikian rupa
biasanya
sehingga aliran
dilakuka
melimpah pada satu
n dalam
titik bendung atau
dua
9 dari tanah agar air
keadaan
dapat dialirkan
>, yaitu :
melalui pipa
I.
berdiameter kecil.
Apab
Pengukuran
ila
dilakukan sampai
aliran
tiga atau empat kali
sunga
pada saat air
i
normal untuk
mem
mendapatkan hasil
usat
yang ukuran dengan cara

meya pengambilan contoh

kinka air.

n.

2.

Apab

ila

air

sunga

meng

alir

pada

pelim

pah

atau

bend

ung

kecil

dan

tidak

terpu

sat

maka

peng
Pengukuran dilakukan dengan cara menampung satu

segmen aliran dalam tempat ukur yang Iebar mulutnya

diketahui. Pengukuran dilakukan pada beberapa titik

sepanjang bendung atau pelimpah seperti pada pengukuran

dengan menggunakan alat ukur arus. Debit tiap sub

penampang diperoleh dengan cara mengalikan debit tempat

ukur dengan rasio antara Iebar bagian penampang dan Iebar

mulut tempat ukur. Debit total didapat dengan

menjurnlahkan seluruh debit sub penampang.

2:3.2.1.5 Metode Pelampung

Pengukuran debit menggunakan pelampung dilaksanakan

apabila:

1. Kecepatan aliran tidak dapat atau belum dapat diukur

dengan menggunakan alat ukur arus, antara lain karena :

a. Keadaan darurat dan

b. Keadaan aliran membahayakan keselamatan petugas

dan atau pemakainya.

2. Kecepatan aliran melebihi kemampuan spesifikasi alat

menurutjenis dan tipe alat ukur arus yang digunakan.

3. Diperlukall untuk penyelidikan debit sesaat pada saat survei

pendahuluan.
Peralatan utatna yang diperlukan untuk mengukur debit

dengan metode pelampung adalah alat ukur kecepatan aliran

dan alat ukur penampang basah. Peralatan tersebut antara lain :

1. Alat ukur kecepatan aliran, yang dapat dibedakan menjadi

dua jenis, yaitu :

a. Pelampung permukaan dan

b. Pelampung, tangkai, yaitu bahan pelampung

yang sebagian tenggelam dan sebagian lagi

muncul di permukaan aliran.

2. Alat ukur penampang basah

Alat ukur ini terdiri. dari alat ukur Iebar dan alat ukur

kedalaman aliran.

Lokasi pengukuran debit dengan metode pelampung harus

dipilih pada bagian alur sungai di pos duga air, yang memenuhi

berbagai persyaratan, antara lain :

1. Alur sungai harus lurus ( minimal 3 kali Iebar ).

2. Mudah dicapai pada segala kondisi.

3. Aliran banjir tidak melimpah.

4. Dasar sungai stabil.

5. Mempunyai pola aliran yang seragam dan mendekati jenis

aliran subkritik.

1
6. Tidak dipengaruhi oleh adanya peninggian muka air.

7. Lintasan pelampung mudah diamati.

8. Adanya sarana untuk melepaskan pelampung yang berada

di sebelah hulu lokasi pengukuran, seperti jembatan atau

kereta gantung.

9. Mudah untuk mendapatkan bahan pelampung.

2.3.2.1.6 Metode Larutan

Metode larutan digunakan apabila pengukuran debit metode

alat ukur arus atau metode pelampung tidak dapat dilaksanakan.

Pengukuran debit dilaksanakan dengan cara mengalirkan

larutan pada aliran sungai.

Larutan yang biasa digunakan untuk pengukuran debi

antara lain9> :

1. Larutan zat kimia, misalnya :

( a ) Garam dapur ( NaCI )

( b ) Lithium Chloride ( LiCI)

2. Larutan Radioaktif
82 2
Misalnya digunakan Bromin-82 ( Br ), Natrium-24 ( "Na
131
), Iodium-131 ( 1) dan Emas-
148.

Penggunaan zat radioaktif harus dipertimbangkan faktor

keselamatan manusia dan hewan yang menggunakan aliran

sungai, ataupun pada keselamatan team pengulrur.


Larutan yang digunakan harus memenuhi beberapa syarat

antara lain :

1. Tidak terdapat pada aliran sungai walaupun hanya sedikit.

2. Mudah larut di dalam air dan tidak terdapat absorpsi oleh

material dalam aliran.

3. Dapat dideteksi dengan metode sederhana.

4. Tidak membahayakan terhadap manusia ataupun hewan dan

tumbuh - tumbuhan.

5. Murah harganya.

Lokasi pengukuran yang dipilih harus cukup dapat

mencampur aliran air dan zat larutan yang digunakan, tidak

teijadi penambahan atau pengurangan aliran dan tidak teijadj

kehilangan konsentrasi larutan pada bagian alur sungai yang

diukur debitnya.

2.3.2.2 Metode Tidak Langsung

Pengukuran debit dikatakan secara tidak langsung apabila

kecepatan alirannya tidak diukur secara langsung, akan tetapi

dihitung dengan menggunakan rumus- rumus.

..
9
2.3.2.2.1 Hitungan dengan rumus Manning >

Rumus manning dapat ditulis dalam bentuk :


2 I

V=]_·R3.s2 ( 2.17 )
11

V= y
>
kecepatan
Keterangan :
aliran

rata

R =
Keterangan
hidrolis
:
S = V = kecepatn
kemiringan
energirata- rata (

n = m/dtk) R = j
kekasaran
manning
- jari hidrolis

m)
2.
S = kemiringa
3.
2. garis energi
2.
C = faktor
2
resistensi alir
H
it
u
n
g 2
a .
n 3
d .
e 2
n .
g 2
a .
n 3
ru
m H
u i
s t
C u
h n
e g
c
an dengan rumus
7
Darcy >

V
hy
m
=

V
{

"
(
" 2.
1
1
8)
i

·
8
·
g
·
R

·
I
E

(
2.
1
9)
Keterangan :

'A = koefisien hambatan

Vm = kecepatan rata- rata ( m/dtk)

'Y = radius hidrolis ( m )

IE = garis energi atau kemiringan muka air.

Untuk menghitung koefisien hambatan dari suatu

penampang sungai atau saluran yang relatif masih alamiah,

disarankan menggunakan rumus keulegan7) Untuk tampang

sungai yang mendekati trapesium :

r1:; = Jiln = -2,03 ·log(12,27 ·) ( 2.20)


·
vA J8·g·h·IE K.

Sedangkan untuk sungai yang Iebar dan berbentuk

penampang melintang mendekati persegi panjang dapat

digunakan rumus sebagai berikut :

.[i
1 Jim
-r==== = hy)
-2,03-log(11,00·- ( 2.21)
J8·g·h·1E K.

Dengan Ks = kekasaran equivalen ( m )

., 2.3.3 Geometri alur Sungai.

Beberapa definisi yang perlu diketahui dari geometri alur sungai,

antara lain :
I. Kedalaman aliran ( y ), adalah jarak vertikal titik rendah dari

penampang sungai sampai ke permukaan air ,

2. Iebar puncak ( T ), adalah Iebar penampang sungai pada

permukaan air,

3. luas basah ( A ), adalah luas penampang melintang aliran yang

tegak lurus arah alin:in,

4. · keliling basah ( P ), adalah oanjang garis perpotongan antara

permukaan basah dengan bidang penampang melintang yang

tegak lurus arah aliran,

5. jari - jari hidrolis ( R ), adalah harga perbandingan antara ( A)

terhadap ( P ) ,

6. kedalaman hidrolis ( D ), adalah harga perbandingan ( A )

terhadap ( T ).

p dafuffi /
·
Gambar2.IO

Sketsa Penampang Alur Sungai


..

29

Anda mungkin juga menyukai