Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hati merupakan organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg

atau kurang lebih 2,5% berat badan orang dewasa yang menempati sebagian

besar kuadran kanan atas abdomen dan merupakan pusat metabolisme tubuh

dengan fungsi yang sangat kompleks (Syifaiyah, 2018).

Hati berperan dalam sintesis protein, pembentukan glukosa, juga dalam

proses katabolisme sel seperti detoksifikasi amonia, hormon dan obat-obatan.

Selain itu hati juga berperan sebagai tempat menyimpan bahan-bahan seperti

glikogen dan beberapa vitamin. Fungsi hepar yang sedemikian vital

menyebabkan diperlukannya usaha untuk melindungi hepar dari berbagai

macam gangguan. Gangguan hepar selain dapat disebabkan oleh

mikroorganisme seperti bakteri dan virus juga dapat di sebabkan oleh obat-

obatan dan berbagai makanan yang kita konsumsi. Berbagai obat dan bahan

makanan merupakan zat toksik yang dapat menyebabkan kelainan hati

(Syifaiyah, 2018).

Salah satu obat yang dapat menyebabkan kelainan hepar adalah

asetaminofen yang telah menyebabkan nekrosis hati sentra lobuler bila ditelan

dalam jumlah besar dalam upaya bunuh diri atau tanpa di sengaja oleh anak.

Dosis tunggal 10-15 gram atau kurang dapat menyebabkan cedera hati yang

terbukti klinis. Gangguan hati dapat terjadi pada hari kedua ditandai dengan

peningkatan aktivitas serum transaminase (SGOT dan SGPT), laktat

dehidrogenase, kadar bilirubin serum serta perpanjangan masa protrombin.


Pada perlakuan yang menyebabkan kerusakan hepatoseluler biasanya akan

menyebabkan peningkatan enzim aminotransferase SGOT dan SGPT

(Syifaiyah, 2018).

Sampai saat ini belum ada obat khusus untuk mengatasi gangguan hepar

yang sudah beredar ialah obat-obatan golongan hepatoprotektor, yang

bertujuan menjaga fungsi sel-sel hati dan membantu proses penyembuhan.

Obat-obatan golongan hepatoprotektor ini yang sudah diketahui antara lain

adalah methicol yang mengandung metonin, colin, vitamin B1, Vitamin B2,

asam folat, biotin dan zat-zat bermanfaat yang lain yang berguna untuk

mencegah hepar dari kerusakan (Syifaiyah, 2018).

Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan praktikum mengenai

pemeriksaan fungsi hati yaitu SGOT dan SGPT pada sampel darah vena.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana prinsip pemeriksaan Serum Glutamic Oxaloacetic

Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvit Transaminase serta

bagaimana hasil dari pemeriksaan fungsi hati tersebut?

1.3 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui prinsip pemeriksaan

Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic

Pyruvit Transaminase (SGPT) serta bagaimana hasil dari pemeriksaan fungsi

hati.

1.4 Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu praktikkan mendapatkan

pengetahuan dan informasi mengenai prinsip pemeriksaan Serum Glutamic


Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvit Transaminase

serta bagaimana hasil dari pemeriksaan fungsi hati.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hati

Hati merupakan organ besar dan secara metabolisme paling kompleks di

dalam tubuh. Dengan bobot sekitar 2 kg, hati mempunyai tugas penting yang

rumit demi kelangsungan seluruh fungsi kesehatan tubuh. Organ hati terletak

dalam rongga abdomen di bawah diafragma. Unsur strukural utama hati adalah

sel-sel hati atau hepatosit. Sel-sel ini berkelompok dalam lempengan-

lempengan yang saling berhubungan sedemikan rupa, membentuk bangunan

yang disebut lobules hati (Chairani, 2017).

Hati tersusun oleh sel hati hepatosit berbentuk heksagonal dimana selsel

parenkimnya tersusun radier terhadap vena sentralis. Parenkim hati dipisahkan

oleh sinusoid. Pada sinusoid terdapat selapis endotel yang tidak kontinyu

sehingga darah bisa langsung berhubungan dengan sel hati dan dapat terjadi

pertukaran metabolit antara darah dengan sel hati. Selain itu hati juga

mempunyai sel kupfer yang berfungsi memfagositosis bakteri dan benda asing

dalam darah (Nurminha, 2013).

Dasar unit fungsional hati adalah lobulus hati. Lobulus hati sendiri terdiri

dari banyak lempeng-lempeng sel hati. Sinusoid vena dibatasi oleh dua jenis

sel yaitu sel endotel dan sel kupffer besar yang merupakan sel retikuloendotel

yang mampu memfagositosis bakteri dan benda asing dalam darah. Sel kupffer

dapat memfagosit 99% bakteri dalam darah vena porta. Sel kupffer mempunyai

sifat sitologis yang nyata seperti vakuola yang jenih, lisosom dan reticulum
endoplasma granula yang terbesar di seluruh sitoplasma yang

membedakan mereka dari sel-sel endotel (Reak, 2016).

Hati memiliki dua sumber suplai darah, dari saluran pencernaan dan limpa

melalui vena porta dan dari aorta melalui vena hepatika. Vena porta membawa

darah penuh makanan yang diserap dari usus dan organ tertentu, sedangkan

arteri hepatika memberi darah pada sel-sel hati dengan darah bersih yang

membawa oksigen. Cabang-cabang dari kedua pembuluh darah mengikuti

jaringan ikat interlobularis (Reak, 2016).

2.2 Struktur Hati

Menurut Syifaiyah (2018), struktur hati terdiri atas beberapa yaitu:

2.2.1 Stroma

Hati dibungkus oleh simpai tipis jaringan ikat yang menebal di

hilum, tempat vena porta dan arteri hepatika memasuki hati dan duktus

hepatikus kiri dan kanan serta tempat keluarnya pembuluh limfe.

Pembuluh-pembuluh dan duktus ini dikelilingi oleh jaringan ikat

sepanjang jalannya (akhir atau awal). Di daerah portal diantara lobus hati

klasik. Pada titik ini jaringan serta retikular halus terbentuk yang

menunjang hepatosit dan sel endotel sinosoid dari lobulus hati.

2.2.2 Lobulus hati

Komponen struktural utama dari hati adalah sel hati atau hepatosit.

Sel epitalia ini berkelompok membentuk lempeng-lempeng yang saling

berhubungan. Lobulus hati dibentuk oleh massa jaringan berbentuk

poliginal berukuran 0,7 x 2 mm, lobulus ini dipisah-pisahkan oleh

sealapis jaringan ikat sehingga sulit ditetapkan batas-batas antar lobuli.


Hepatosit berderet secara radier dalam lobulus hati. Mereka membentuk

lapisan setebal 1 atau 2 sel. Di dalam hati darah mengalir dari tepian

ke pusat lobulus klasik hati. Karenanya oksigen dan metabolit serat

semua substansitoksik atau non toksik lain yang diserap dalam usus

pertama-tama tiba di sel-sel perifer dan kemudian baru ke sel-sel lobulus.

2.2.3 Hepatosit

Sel-sel hati adalah polihedral dengan 6 atau lebih permukaan.

Hepatosit memiliki banyak retikulum endoplasma kasar dan halus.

Dalam hepatosit, retikulum endoplasma kasar membentuk kelompok

tersebar dalam sitoplasma, disebut badan basofik. Beberpa protein

disentesis pada polisum dalam struktur ini. Berbagai proses penting

terjadi dalam retikulum endoplasma halus yang tersebar secar difusi di

dalam sitoplasma.organel ini berfungsi untuk proses konyugasi dan

detoksifikasi sebelum dikeluarkan dari tubuh. Retikulum endoplasma

halus pada hepatosit merupakan sistem labil yang segera bereaksi

terhadap perubahan dalam lingkungan.

2.3 Peranan Hati Dalam Metabolisme Tubuh

Hepar atau yang lebih dikenal dengan hati merupakan organ kedua

terbesar dalam sistem tubuh. Ukurannya kira-kira empat kali lebih besar

daripada jantung. Hati merupakan satu organ unik yang berupaya

menghasilkan sel baru untuk menggantikan sel yang rusak. Akan tetapi, jika

hati mengalami kerusakan berulang kali dalam jangka waktu yang panjang

misalnya mengkonsumsi alkohol dan merokok secara terus menerus, hal ini
akan menyebabkan hati mengalami kerusakan yang tidak bisa diperbaiki

(Syifaiyah, 2018).

Hati memiliki peranan dalam metabolisme yang cukup besar baik dalam

metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Dalam metabolisme karbohidarat

hati memiliki fungsi sebagai berikut: menyimpan glukosa, mengubah galaktosa

dan fruktosa menjadi glukosa, glukonoegenesis dan membentuk banyak

senyawa kimia penting dari hasil perantara metabolisme karbohidarat.

Walaupun beberapa metabolisme lemak dapat terjadi di semua sel tubuh,

aspek metabolisme lemak tertentu terutama terjadi di hati. Beberapa

fungsi spesifik hati dalam metabolisme lemak adalah kecepatan oksidasi

beta asam lemak yang sangat cepat untuk mensuplai energi bagi fungsi tubuh

yang lain, pembentukkan sebagian besar lipoprotein dan pembentukan

sejumlah besar kolesteron dan fospolipid. Selain itu hati juga memiliki peranan

yang cukup penting dalam metabolisme protein yaitu: deaminasi asam

amino, pembentukan amoniak dari cairan tubuh, pembentukan protein plasma

dan introkonvensi diantara asam amino yang berbeda demikian juga dengan

ikatan penting lainnya untuk proses metabolisme tubuh (Syifaiyah, 2018).

Di dalam hati juga terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita, yaitu

proses penyimpanan energi, pembentukan protein dan asam empedu,

pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan racun/obat yang masuk

dalam tubuh kita. Sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan timbul

apabila terjadi kerusakan pada hati (Syifaiyah, 2018).

Beberapa penyakit hati antara lain :


1. Penyakit hati karena infeksi (misalnya hepatitis virus) yaitu ditularkan

melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, suntikan, tusukan

jarum yang terkontaminasi, dll.

2. Penyakit hati karena racun (misalnya karena alkohol atau obat tertentu)

Alkohol bersifat toksik terhadap hati. Adanya penimbunan obat dalam hati

(seperti acetaminophen) maupun gangguan pada metabolisme obat dapat

menyebabkan penyakit pada hati.

3. Genetik atau keturunan (misalnya hemochromatosis)

4. Gangguan Imun (misalnya hepatitis autoimun). Penyakit autoimun

merupakan penyakit yang ditimbulkan karena adanya perlawanan terhadap

jaringan tubuh sendiri. Pada hepatitis autoimun umumnya yang dilawan

adalah sel-sel hati, sehingga terjadi peradangan yang kronis.

5. Kanker (misalnya Hepatocellular carcinoma) Kanker hati dapat

disebabkan oleh senyawa karsinogenik diantaranya aflatoxin, polyvinyl

chloride (bahan pembuatan plastik), virus, dan lain-lain. Hepatitis B dan C

maupun sirosis hati dapat berkembang menjadi kanker hati. Bentuk

perhatian pada hati dapat kita lakukan dengan menghindari hal-hal yang

dapat menimbulkan penyakit hati (Syifaiyah, 2018).

2.4 Enzim Transaminase

Menurut Faiziyah (2015), Transaminase dan Aminotransaminase adalah

sekelompok enzim yang bekerja sebagai katalisator dalam proses pemindahan

gugus amino dari suatu asam alfa amino kepada suatu asam alfa keto. Menurut

Faiziyah (2015), Transaminase dan Aminotransaminase terdiri atas 2 yaitu :


2.4.1 SGOT (Glutamic Oxaloacetic Transaminase)

SGOT singkatan dari Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase,

sebuah enzim yang secara normal berada disel hati dan organ lain. SGOT

dikeluarkan kedalam darah ketika hati rusak. Level SDOT darah

kemudian dihubungkan dengan kerusakan sel hati, seperti serangan virus

hepatitis. SGOT juga disebut aspartate aminotransferase (AST).

SGOT merupakan suatu enzim dalam tubuh yang segera terdeteksi

dalam sirkulasi perifer. Apabila terjadi trauma atau nekrosis pada suatu

jaringan, kadar SGOT pada pemeriksaan laboratoris dapat digunakan

untuk menilai seberapa luas kerusakan hati namun SGOT juga banyak

ditemukan pada jaringan selain hati seperti jantung. Perubahan kadar

SGOT pada umumnya sering dikaitkan dengan penyakit hati namun tidak

menutup kemungkinan perubahan SGOT juga terjadi akibat penyakit

jantung.

Aspartate transaminase (AST) atau serum glutamic oxaloacetic

transaminase (SGOT) adalah enzim yang biasanya terdapat dalam

jaringan tubuh, terutama dalam jantung dan hati; enzim itu dilepaskan ke

dalam serum sebagai akibat dari cedera jaringan, oleh karena itu

konsentrasi dalam serum (SGOT) dapat meningkat pada penyakit infark

miokard atau kerusakan aku pada sel-sel hati.

2.4.2 SGPT

SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamik Piruvat Transaminase

, SGPT atau juga dinamakan ALT (Alanin Aminotransferase) merupakan

enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk
mendiagnosis destruksi hepatoselular. Enzim ini dalam jumlah yang

kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya

nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan

parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya.

ALT/SGPT suatu enzim yang ditemukan terutama pada sel-sel

hepar, efektif dalam mendiagnosa kerusakan hepatoseluler. Kadar ALT

serum dapat lebih tinggi sebelum ikretik terjadi. Pada ikretik dan ALT

serum>300 unit, penyebab yang paling mungkin karena gangguan hepar

dan tidak gangguan hemolitik.

SGPT merupakan enzim yang akan keluar dari sel hepar apabila sel

hepar mengalami kerusakan sehingga dengan sendirinya akan

menyebabkan peningkatan kadarnya dalam serum darah. Organ hepar

memiliki kapasitas tinggi mengikat bahan kimia dan menetralkan racun

yang masuk ke dalam tubuh. Pemeriksaan fungsi hepar salah satunya

yaitu Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT). Enzim ini akan

keluar dari sel hepar apabila sel hepar mengalami kerusakan sehingga

dengan sendirinya akan menyebabkan peningkatan kadarnya dalam

serum darah. SGPT adalah suatu enzim yang berfungsi sebagai katalis

berbagai fungsi tubuh. SGPT dianggap lebih spesifik untuk menilai

kerusakan hepar dibandingkan SGOT.

2.5 Kadar Transaminase dan Kelainan Hati

Transaminase merupakan suatu enzim intraseluler yang terlibat dalam

metabolisme karbohidarat dan asam amino. Kelompok enzim akan

mengkatalisis pembebasan gugus asam amino dari kebanyakan asam L-


amino. Prosesnya disebut transaminasi, yaitu gugus asam amino dipidahkan

secarar enzimatik kke atom karbon asam pada asam ketoglutalat, sehingga

dihasilkan asam keto sebagai analog dengann asam amino yang bersangkutan

(Syifaiyah, 2018).

Menurut Syifaiyah (2018), beberapa transaminase yang paling penting

yang dinamakan sesuai dengan molekul pemberi aminonya yaitu:

1. Glutamat Piruvat Transaminase (GPT) merupakan enzim yang banyak

ditemukan pada organ hepar terutama pada mitokondria. GPT memiliki

fungsi yang sangat penting dalam pengiriman karbon dan nitrogen dari otot

ke hati. Dalam otot rangka, piruvat ditransaminasi menjadi alanin sehingga

menghasilkan penambahan rute transport nitrogen dari otot ke hati. Enzim

ini lebih specifik ditemukan pada hepar terutama di sitoplasma sel-sel

parenkim hepar.

2. Glutamat Oksaloasetat Transaminase (GOT) merupakan enzim yang

banyak ditemukan pada organ hepar terutama pada sitosol. GOT diperlukan

oleh tubuh untuk mengurangi kelebihan amonia. Enzim GOT lebih spesifik

ditemukan pada organ jantung, otot, pankreas, paru-paru dan juga otot

skelet.

Kedua golongan transaminase ini secara normal dapat ditemukan pada

serum dalam kosentrasi yang rendah yaitu kurang dari 30-40U/L. Dengan

adanya peranan yang cukup penting dari kedua jenis enzim ini utamanya dalam

organ hepar, maka kemudian digunakan dalam pemeriksaan

laboratorium untuk mendeteksi adanya kelainan fungsi hati yang lebih dikenal

dengan SGOT dan SGTP. Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT)


dalam keadaan normal memiliki kadar yang tinggi dalam sel hati. Jika terjadai

peningkatan yang dominan dari kadar enzim ini, maka ada kemungkinan terjadi

suatu proses yang mengganggu sel hati. Bila hati mengalami kerusakan, enzim

GPT akan dilepas ke dalam darah sehingga terjadi peninngkatan kadar enzim

GPT dalam darah. Sedangkan Serum Glutamic Oksaloasetic Transaminase

(SGOT), sama halnya pada enzim GPT, jika terjadi peningkatan kadar enzim

ini di darah, maka dapat diduga bahwa telah terjadi kelainan pada hati. Karena

sensitifitas SGTP lebih tinggi dari SGOT pada kerusakan sel hepar, maka

SGPT akan menjadi petanda pelangkap. Seperti yang telah dijelaskan di atas

bahwa GOT yang sekarang lebih dikenal dengan Aspartat Transaminase

(AST) maupun GPT atau Alanin Transaminase (ALT) merupakan enzim

yang banyak terdapat dalam organ hati. Karena itu peningkatan kadar enzim

ini pada serum dapat dijadikan indikasi terjadainya kerusakan jaringan yang

akut. Ketika terjadi kerusakan pada hati, maka sel-sel hepatositnya akan

lebih permeabel sehingga enzim ini bocor kedalam pembuluh darah

sehingga menyebabkan kadarnya meningkat pada serum (Syifaiyah, 2018).

2.6 Pengobatan Penyakit Pada Hati

Pengobatan penyakit hati kronik dengan metode pengobatan modern

masih belum memuaskan, angka kekambuhan yang cukup tinggi, efek samping

yang berat, dan harga obat yang sangat mahal sehingga tidak terjangkau oleh

sebagian penderita, menyebabkan penderita berpaling ke metode pengobatan

lain sebagai pelengkap ataupun alternatif obat modern. Metode pengobatan ini

sering dinamakan Complementary and Alternative Medicine (CAM). Ada

banyak sebenarnya metode CAM, satu diantaranya memanfaatkan zat aktif dari
tumbuh- tumbuhan yang disebut pengobatan herbal. Saat ini pengobatan herbal

medicine mulai dilirik kembali oleh pasien, dokter, maupun industri obat.

Namun pengetahuan para dokter tentang manfaat, efek samping, dan resiko

obat herbal masih sangat terbatas karena sedikitnya data klinis yang bisa

diakses, terutama untuk memenuhi standart berdasrkan fakta tentang efikasi,

efektivitas dan keamanan obat herbal (Syifaiyah, 2018).

Obat-obatan yang selama ini diberikan untuk pengobatan liver

umumnya hanya diketahui sebagai obat simptomatik, yait untuk

meringankan gejala penyakit yang timbul disamping sebagai pengobatan

suportif atau promotif yang berguna untuk membantu kelangsungan fungi hati.

Sekarang telah terbukti adanya tumbuhan obat yang berkhasiat seabagai

hepatoprotektor, antiviral, antiflamasi, antifibrosis, regenerasi sel hati dan

meningkatkan sistem imun (immuno stimulator). Hepatoprotektor

mereupakan senyawa atau zat berkhasiat yang dapat melindungi sel-sel hati

terhadap pengaruh zat toksik yang dapat merusak sel hati. Senyawa tersebut

bahkan dapat memperbaiki jaringan hati yang fungsinya sedang terganggu

(Syifaiyah, 2018).

Diantara beberapa jenis tanaman yang telah digunakan sebagai bahan

pengobatan penyakit liver yaitu rimpang temulawak, herba meniran, herba

daun sendok, herba sambiloto, herba pegagan, buah tomat, rambut jagung, akar

lang- alang, umbi wortel dan masih banyak herba yang lainnya (Syifaiyah,

2018).

2.7 Metode Pemeriksaan

Menurut Chairani (2017), terdapat beberapa metode pemeriksaan yaitu :


2.7.1 Metode Kinetik Enzimatik

Metode yang digunakan untuk pemeriksaan SGPT adalah metode

kinetik enzimatik sesuai IFCC dilakukan menggunakan alat semi

automatik merek photometer 4010. Alat ini adalah salah satu alat yang

digunakan di laboratorium klinik untuk menilai kimia darah. Alat ini

dikeluarkan oleh Perusahaan Boehringer Manheim Jerman. Pemeriksaan

berdasarkan reaksi kinetik enzimatik umumnya dipengaruhi oleh pH,

suhu, waktu, dan jenis substrat.

Prinsip metode ini adalah Alanine aminotransferase (ALT)

mengkatalis transaminase dari L-Alanine dan 2-oxoglutarate membentuk

L-Glutamate dan pyruvate direduksi menjadi D-Lactate oleh enzim lactic

dehydrogenase (LDH) dan niconamide adenine dinucleotide (NADH)

teroksidase menjadi NAD. Banyaknya NADH yang teroksidase

berbanding langsung dengan aktivitas ALT dan diukur dengan

photometer 4010 pada panjang gelombang 340 nm, temperatur 370C,

standar 1745 U/L, pengukuran pada blanko udara dan reagen Diasys.

Cara kerja alat ini adalah 1000 µl reagen kerja dimasukkan ke dalam

tabung reaksi, ditambahkan 100 µl serum dicampur dengan baik,

inkubasi selama 1 menit pada suhu 370C, diproses dan dibaca dengan

alat photometer 4010 pada panjang gelombang 340 nm.

2.7.2 Metode Automatik

Pemeriksaan SGPT juga bisa dilakukan menggunakan alat

automatik analyser kimia klinik merek Selecta Pro Series. Prinsip kerja

alat ini adalah pemipetan serum dan reagen dikerjakan secara otomatis
dan reaksinya berlangsung dalam rotor. Setelah itu alat secara otomatis

membaca absorban dari larutan menggunakan lampu halogen sebagai

sumber cahaya dan dibaca oleh photo diode. Nilai absorban tersebut

dikonversikan menggunakan rumus yang sudah ditentukan untuk setiap

parameternya dengan menggunakan faktor. Hasil akan ditampilkan pada

layar monitor.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktikum yang berjudul “Pemeriksaan Kadar SGOT dan SGPT”

dilaksanankan pada hari Senin, 14 Oktober 2019 bertempat di Laboratorium

Kimia Stikes Bina Mandiri Gorontalo.

3.2 Metode

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan SGOT dan SGPT adalah

metode kinetic – IFCC (tanpa pyridoxal - 5 - phosphate)

3.3 Prinsip Kerja

3.3.1 SGOT

Aspartate aminotransferase (AST) mengkatalis transaminase dari L-

Aspartate dan 2-oxoglutarate membentuk L-Glutamate dan oxaloacetate

direduksi menjadi D-Malate oleh enzim malate dehydrogenase (MDH)

dan niconamide adenine dinucleotide (NADH) teroksidase menjadi

NAD. Banyaknya NADH yang teroksidase berbanding langsung dengan

aktivitas AST dan diukur dengan photometer pada panjang gelombang

340 nm.

3.3.2 SGPT

Alanine aminotransferase (ALT) mengkatalis transaminase dari L-

Alanine dan 2-oxoglutarate membentuk L-Glutamate dan pyruvate

direduksi menjadi D-Lactate oleh enzim lactic dehydrogenase (LDH) dan

niconamide adenine dinucleotide (NADH) teroksidase menjadi NAD.


Banyaknya NADH yang teroksidase berbanding langsung dengan

aktivitas ALT dan diukur dengan photometerpada panjang gelombang

340 nm

3.4 Pra Analitik

Pra analitik adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang pengambilan,

persiapan sampel maupun alat dan bahan :

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu serum,

tabung reaksi, rak tabung, mikropipet, tip, sentrifuge, dispo, kapas alkohol,

reagen SGOT dan SGPT.

3.5 Analitik

Analitik adalah segala sesuatu yang menyangkut cara kerja pemeriksaan

SGOT dan SGPT dalam darah :

3.5.1 Prosedur Kerja SGOT

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dipipet 100 µL serum darah ke dalam kuvet

3. Ditambahkan 1000 µL reagen 1 SGOT

4. Diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37o C

5. Ditambahkan 250 µl reagen 2 SGOT, dihomogenkan

6. Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang

340 nm

7. Diukur lagi absorbansinya pada menit ke-2, ke-3, dan ke-4

8. Dicatat nilai absorbansinya

3.5.2 Prosedur Kerja SGPT

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Dipipet 100 µL serum darah ke dalam kuvet

3. Ditambahkan 1000 µL reagen 1 SGPT

4. Diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37o C

5. Ditambahkan 250 µl reagen 2 SGPT, dihomogenkan

6. Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang

340 nm

7. Diukur lagi absorbansinya pada menit ke-2, ke-3, dan ke-4

8. Dicatat nilai absorbansinya

3.6 Pasca Analitik

Pasca analitik adalah kegiatan akhir dari proses analisis suatu sampel.

Kegiatan pasca analitik meliputi pembacaan hasil.

Nilai Rujukan Pemeriksaan SGOT dan SGPT :

SGOT : 5 - 40 µ/L

SGPT : 7 – 56 µ/L
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan praktikum pemeriksaan SGOT dan SGPT yang telah

dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :

Jenis Nilai
Metode Gambar Hasil
Pemeriksaan Normal

SGOT Kinetik-IFCC 15 µ/L 5 – 40 µ/L

SGPT Kinetik-IFCC 47 µ/L 7 – 56 µ/L

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan SGOT dan SGPT


(Sumber : Data Primer Laboratorium STIKES Bina Mandiri Gorontalo, 2019)
4.2 Pembahasan

Pemeriksaan uji fungsi hati merupakan salah satu pemeriksaan kimia

klinik yang sering diminta oleh para dokter klinisi. Hal ini dikarenakan peran

hati sebagai organ tubuh yang penting dan penyakit yang merupakan organ

pusat metabolisme banyak macamnya. Karena itu uji fungsi hati banyak

jenisnya.

Uji fungsi hati sering disebutkan di klinik sebagai liver function test. Hati

merupakan organ pusat metabolisme. Hal ini didukung oleh letak anatomisnya.

Hati menerima pendarahan dari sirkulasi sistemik melalui arteri hepatica dan

menampung aliran darah dari system porta yang mengandung zat makanan

yang diabsorpsi di usus. Karena itu fungsi organ hati penting diketahui dala

menilai kesehatan seseorang.


Uji fungsi hati yang dilakukan di praktikum kali ini adalah berdasarkan

pengukuran aktivitas enzim. Aktivitas enzim Alanin Transaminase / SGPT dan

enzim Aspartat Transaminase (AST) / SGOT meningkat bila ada perubahan

permeabilitas atau kerusakan dinding sel hati sebagai penanda gangguan

integritas sel hati (hepatoselular).

SGOT singkatan dari Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase, sebuah

enzim yang secara normal berada di sel hati dan organ lain. Sedangkan SGPT

adalah singkatan dari Serum Glutamic Piruvic Transaminase, enzim ini banyak

terdapat di hati. Dalam uji SGOT dan SGPT, hati dapat dikatakan rusak bila

jumlah enzim tersebut dalam plasma lebih besar dari kadar normalnya.

SGOT (Serum Glutamic Oxaloasetic Transaminase ) merupakan salah satu

enzim yang yang berada dalam hati dan otot jantung, dan sebagiannya lagi

berada dalam pankreas, otot rangka dan ginjal. Sedangkan SGPT (Serum

Glutamic Piruvat Transaminase) merupakan salah satu enzim yang banyak

berada dalam sel-sel hati (Yosie, 2018).

AST/SGOT adalah enzim yang sebagian besar terdapat dalam otot jantung

dan hati, sebagiannya lagi ditemukan dalam otot rangka, ginjal dan pancreas.

Nilai AST serum yang tinggi ditemukan pada infark miokard akut (IMA) dan

kerusakan hepar. Setelah nyeri dada hebat yang disebabkan oleh IMA, AST

serum meningkat dalam 6 sampai 10 jam dan memuncak dalam 24-48 jam. Jika

tidak terjadi perluasan infark, nilai AST serum akan kembali normal dalam 4

sampai 6 hari. Pemeriksaan enzim jantung lainnya juga digunakan dalam

mendiagnosa IMA (Rafika,et al,.2015).


Pada praktikum ini memiliki tujuan yaitu untuk menentukan dan

menghitung kadar SGOT dan SGPT dalam serum darah dan

menginterpretasikan datanya. Pada percobaan pertama-tama dilakukan

penyiapan serum dengan cara disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu.

Kemudian darah dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge dan disentrifuge

selama ± 10 menit dengan kecepatan 3500 rpm. Diambil serum darah, dan

dimasukkan kedalam tabung reaksi. Menurut Reza (2017) dalam sebuah jurnal

kedokteran Adapun alasan darah disentrifuge adalah untuk memisahkan antara

serum (lapisan atas) dan plasma (lapisan bawah). Alasan digunakannya serum

yaitu karena serum tidak lagi mengandung fibrinogen, dimana fibrinogen ini

terdapat pada plasma dan dapat mengakibatkan pengukuran absorban

meningkat 3-5 %. Dan alasan diinkubasi yaitu agar seluruh reagen dapat

bereaksi sempurna dengan sampel. Kemudian di lakukan pengukuran absorban

blanko dengan cara, disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu Kemudian dipipet

100 µL aquadest ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 1000 µL reagen 1

SGOT, lalu homogenkan. Setelah Diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37 °C.

Ditambahkan 250 µL reagen 2 SGOT, homogenkan. Dipindahkan larutan

kedalam kuvet kemudian diukur absorban pada panjang gelombang 340 nm

dengan fotometer. Dicatat nilai absorbansinya. Kemudian pada pengukuran

absorban sampel dengan cara, disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu

kemudian dipipet 100 µl serum ke dalam tabung reaksi, homogenkan. Lalu

tambahkan 1000 µl reagen 1 SGOT, diinkubasi selama 5 menit pada suhu

37°C. setelah itu tambahkan 250 µl reagen 2 SGOT dan homogenkan. Lalu

diukur absorbannya pada panjang gelombang 365 nm dengan menggunakan


spektrofotometer. Kemudian diukur lagi absorbansinya pada menit ke-2, ke-3,

dan ke-4, lalu dicatat nilai absorbansinya.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil pada

pemeriksaan SGOT yaitu 15,3 µ/L dimana hasilnya masuk kedalam range

karena nilai normal SGOT untuk perempunan : 5-40 µ/L. Sedangkan pada

pemeriksaan SGPT yaitu 47,3 µ/L dimana hasilnya masuk dalam range nilai

normal SGPT untuk perempuan : 7-56 µ/L.

Adapun faktor kesalahan dari interpretasi data yaitu ketidaksesuaian atau

ketidaktepatan dalam pengukuran sampel dan reagennya. Adapun

kemungkinan yang terjadi pada saat darah disentrifuge dengan tidak sengaja

pecah sehingga serumnya menjadi rusak, Selain itu kurang terpisahnya antara

serum dan plasma hasil sentifuge, dan juga lamanya waktu inkubasi (Rafika,et

al,.2015).
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Prinsip pemeriksaan SGOT yaitu Aspartate aminotransferase (AST)

mengkatalis transaminase dari L-Aspartate dan 2-oxoglutarate membentuk L-

Glutamate dan oxaloacetate direduksi menjadi D-Malate oleh enzim malate

dehydrogenase (MDH) dan niconamide adenine dinucleotide (NADH)

teroksidase menjadi NAD. Banyaknya NADH yang teroksidase berbanding

langsung dengan aktivitas AST dan diukur dengan photometer pada panjang

gelombang 340 nm. Sedangkan prinsip pemeriksaan GPT yaitu Alanine

aminotransferase (ALT) mengkatalis transaminase dari L-Alanine dan 2-

oxoglutarate membentuk L-Glutamate dan pyruvate direduksi menjadi D-

Lactate oleh enzim lactic dehydrogenase (LDH) dan niconamide adenine

dinucleotide (NADH) teroksidase menjadi NAD. Banyaknya NADH yang

teroksidase berbanding langsung dengan aktivitas ALT dan diukur dengan

photometerpada panjang gelombang 340 nm. Berdasarkan praktikum yang

telah dilakukan didapatkan hasil SGOT yaitu 15,3µ/L dan SGPT 47,3 µ/L.

5.2 Saran

Sebaiknya alat fotometer sebelum digunakan untuk pemeriksaan di

lakukan control terlebih dahulu menggunakan sampel control agar hasil yang

dikeluarkan benar-benar valid.


DAFTAR PUSTAKA
Andriani, Yosie. 2018. Toksisitas Fraksi Aktif Steroid Daun Jati Belanda (Guazuma
Ulmifolia Lamk) terhadap Aktivitas Serum Glutamat Oksalat
Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT)
pada Tikus Putih. Jurnal Gradien vol. 4 No. 2 Juli 2008 : 365-371.
Chairani. 2017. Gambaran Histologi Dan Fungsi Hati (Sgpt & Sgot) Mencit Jantan
(Mus Musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Metanol Biji Pare
(Momordica Charantia L.) Dan Depo Medroksi Progesteron Asetat
(Dmpa). Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara Medan.
Nurminha, 2013. Gambaran Aktifitas Enzim SGOT dan SGPT Pada Penderita
Demam Berdarah Dengue di RSUD Dr. Hi. Abdoel Moeloek Bandar
Lampung. Jurnal Analis Kesehatan: Volume 2, No. 2, September 2013.
Reak, Aryan dkk. 2016. Hubungan hematokrit dengan SGOT dan SGPT pada
obesitas sentral. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember
2016
Rafika,et al,.2015. Jurnal Pengaruh Ekstrak Etanol dan Ekstrak Air Kulit Batang
Artocarpus champeden Spreng Terhadap Kadar Enzim SGPT dan SGOT
Mencit. Bagian Ilmu Bahan Alam Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
Vol,1. No,2.
Reza dan Rachmawati. 2017. Perbedaan Kadar Sgot Dan Sgpt Antara Subyek
Dengan Dan Tanpa Diabetes Mellitus. Jurnal Kedokteran Diponegoro.
Volume 6, Nomor 2, April 2017.
Syifaiyah, Baiq. 2018. “Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pegagan (Cantela
astiaca) Terhadap Kadar SGPT dan SGOT Hati Mencit (Mus Musculus)
yang Diinduksi Dengan Parasetamol”. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan
Teknologi. Universitas Islam Negeri Malang.
LAMPIRAN

Gambar hasil SGOT atau AST

Gambar hasil SGPT atau ALT


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan Praktikum ............................................................................. 2
1.4 Manfaat Praktikum ........................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 3
2.1 Pengertian Hati ................................................................................. 3
2.2 Struktur Hati ..................................................................................... 4
2.3Peranan Hati dalam Metabolisme ..................................................... 6
2.4 Enzim Transaminase ........................................................................ 8
2.5 Kadar Transminase dan Kelainan Hati ............................................. 10
2.6 Pengobatan Penyakit Pada Hati ........................................................ 12
2.7 Metode Pemeriksaan ........................................................................ 13
BAB III METODE PRAKTIKUM ................................................................. 16
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................... 16
3.2 Metode .............................................................................................. 16
3.3 Prinsip Kerja ..................................................................................... 16
3.4 Pra Analitik ...................................................................................... 17
3.5 Analitik ............................................................................................. 17
3.6 Pasca Analitik ................................................................................... 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 19
4.1 Hasil ................................................................................................. 19
4.2 Pembahasan ...................................................................................... 19
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 23
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 23
5.2 Penutup ............................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan SGOT dan SGPT ................................................. 19

Anda mungkin juga menyukai