Anda di halaman 1dari 108

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN

PENYEBAB CACINGAN DAN STATUS GIZI PADA


ANAK SEKOLAH DASAR USIA 8-12 TAHUN
DI SDN NEGLASARI JELEKONG
KABUPATEN BANDUNG

SKRIPSI

Oleh :

FAUZIAH AGUSTININGRUM
NIM 032015015

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
BANDUNG
2019
HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN
PENYEBAB CACINGAN DAN STATUS GIZI PADA
ANAK SEKOLAH DASAR USIA 8-12 TAHUN
DI SDN NEGLASARI JELEKONG
KABUPATEN BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Menyelesaikan Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes

‘Aisyiyah Bandung

Oleh :

FAUZIAH AGUSTININGRUM
NIM 032015015

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
BANDUNG
2019
PERNYATAAN ORISINAL KARYA TULIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik (sarjana, magister, dan/atau diktor), baik di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan ‘Aisyiyah Bandung maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim
penelaah/Tim Penguji.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan oranglain, kecuali secara tulisan dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalan pernyataan ini, maka kami
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku diperguruan tinggi lain.
Bandung, Juli 2018
Yang membuat pernyataan,

Fauziah Agustiningrum
NIM. 032015015

i
LEMBAR PERSETUJUAN

FAUZIAH AGUSTININGRUM
NIM. 032015015

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN PENYEBAB


CACINGAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR USIA
8-12 TAHUN DI SDN NEGLASARI JELEKONG KABUPATEN
BANDUNG

Skripsi ini Telah Disetujui dan Dipertanggungjawabkan dihadapan Sidang Penguji


Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes ‘Aisyiyah Bandung

Oleh:

Pembimbing utama,

Yusi Sofiyah., S.Kep., Ners., M.Kep., Sp., An


NIP. 2009201082032

Pembimbing Pendamping,

Tia Setiawati., S.Kp., Ners., M.Kep., Sp., An


NPP. 200018097000

ii
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN

PENYEBAB CACINGAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK

SEKOLAH DASAR USIA 8-12 TAHUN DI SDN NEGLASARI

JELEKONG KABUPATEN BANDUNG.

NAMA : FAUZIAH AGUSTININGRUM

NIM : 032015015

Mengesahkan, Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Pembimbing

Yusi Sofiyah., S.Kep., Ners., M.Kep., Sp.,An


NIP. 2009201082032

Ketua STIKes ‘Aisyiyah Bandung

Tia Setiawati., S.Kp., Ners., M.Kep., Sp., An


NPP. 200018097000

iii
MOTTO HIDUP

“Tak selamanya kesulitan akan terus menjadi sebuah kesulitan tiada henti.

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah

kesulitan itu ada kemudahan.”

( Q.S Asy Syarh 5-6)

Jika kamu tak suka sesuatu, ubahlah !

Jika tak bisa, maka ubahlah cara pandangmu tentangnya.

( Fauziah Agustiningrum)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia–nya,

sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Hubungan

Perilaku Personal Hygiene Dengan Penyebab Cacingan dan Status Gizi”.

Peneliti membuat proposal skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di STIKes ‘Aisyiyah Bandung.

Peneliti menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini tidak mungkin akan

terlaksana apabila tidak ada bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini

izinkan peneliti untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Ibu Tia Setiawati., S.Kp., Ners., M.Kep., Sp., An, selaku ketua STIkes ‘Aisyiyah

Bandung.

2. Bapak Nandang Jamiat Nugraha., M.Kep., Sp., Kep., Kom selaku ketua Program

Studi Sarjana Keperawatan.

3. Ibu Yusi Sofiyah., S.Kep., Ners., M.Kep., Sp., An selaku Dosen pembimbing

yang telah meluangkan waktu, dan pikiran dalam memberikan bimbingan.

4. Seluruh Dosen dan Staff STIkes ‘Aisyiyah Bandung yang tidak dapat peneliti

ucapkan satu – persatu.

5. Orangtua tercinta yaitu Ayah Dedi Rustandi dan Ibu Iin Sarinengsih yang telah

merawat, dan mendidik dari kecil hingga saat ini dengan penuh kasih sayang dan

ketulusan. Terimaksih untuk semua yang telah Ayah dan Ibu berikan untuk saya,

pengorbanan Ayah dan Ibu sungguh besar.

v
6. Teman – teman Sarjana Keperawatan angkatan 2015, terimakasih atas segala

kebaikan kebersaan dan dukungan selama kuliah dan dalam penyusunan skripsi

ini.

7. Teman dekat yang selalu mendukung saya yaitu Ria permatasari, Farhan

Amilludin, Citra Algiatie, Lestari, Rahmi, Dina inayati, Nadya. Terima kasih

sudah mendukung selama kuliah ini.

8. Semua pihak yang telah mendukung proposal skripsi ini, yang tidak dapat

peneliti sebutkan satu –persatu.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka. Peneliti menyadari

bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena terbatasnya

kemampuan dan pengalaman peneliti. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang

membangun akan peneliti terima dengan senang hati. Akhir kata, semoga proposal

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihan yang berkepentingan.

Bandung, Maret 2019

Fauziah Agustiningrum

vi
ABSTRAK

Fauziah Agustiningrum
032015015

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN PENYEBAB


CACINGAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR USIA 8-
12 TAHUN DI SDN NEGLASARI JELEKONG KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2019
V; 2019; 60 halaman; 11 tabel ; 2 bagan ; 17 lampiran.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh personal hygiene yang buruk dan menyebabkan
terjadinya peningkatan penyebab cacingan yang tinggi. Prevalensi di Indonesia
terdapat 4,60-12,5% pada tahun 2010 dan di Jawa Barat tedapat 30,4% dan
prevalensi gizi terdapat sangat kurus 4.6%, kurus 7.6%, Normal 78.6%, dan gemuk
9.2%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan perilaku
personal hygiene dengan penyebab cacingan dan status gizi pada anak sekolah dasar
di SDN Neglasari Jelekong. Desain metode penelitian yang digunakan adalah
metode korelasi dengan pendekatan kuantitatif dengan rancangan cross sectional.
Sampel yang dipakai 180 anak kelas 2-6 SDN Neglasari Jelekong. Hasil penelitian
menunjukan bahwa Hubungan antara perilaku personal hygiene dan penyebab
cacingan p value 0.000 (<0.05). Hubungan antara perilaku personal hygiene dan
status gizi p value 0.153 (>0.05). Sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan
antara perilaku personal hygiene dan penyebab cacingan di SDN Neglasari
Jelekong Kabupaten Bandung. Tidak ada hubungan antara perilaku personal
hygiene dan status gizi pada anak Sekolah Dasar di SDN Neglasari Jelekong
Kabupaten Bandung. Disarankan kepada peneliti yang akan meneruskan penelitian
ini agar diberikan pengetahuan tentang personal hygiene dan melakukan intervensi
cara mencuci tangan dengan baik dan benar.
Kata kunci : Personal Hygiene, Penyebab Cacingan, Status Gizi
Kepustakaan : 50 buah (2003-2019)

vii
ABSTRACT

Fauziah Agustiningrum
032015015

The relation between personal hygiene behavior with wormy cause and nutrition
status in elementary school range of 8-12 years old in SDN Neglasari Jelekong
Kabupaten Bandung
V ; 2019 ; 60 page ; 11 table ; 2 chart ; 17 attachment

The backgrounds of the research were the increasing of high wormy caused by
unhealthy personal hygiene. The prevalence of nutrition in Indonesia was 4,60-
12,5% and 30,4% in West Java, in 2010. Very thin 4.6%, thin 7.6%, normal 78.6%
and thick 9.2%. the research aims to identify the relation between personal hygiene
behavior with wormy cause and nutrition status in SDN Neglasari Jelekong. The
used method was correlation, with quantitative approach with a cross-sectional
design. The sample used 180 students from grade 2 to 4. The results showed that
the relation between personal hygiene behavior with wormy cause is p-value 0.000
(<0.05) and the relation between personal hygiene behavior with nutritional status
is p-value 0.153 (>0.05). It could be concluded that there was a relation between
personal hygiene behavior with wormy cause and there was not a relation between
personal hygiene behavior with nutritional status. Researcher suggests for the next
research to give knowledge about personal hygiene and to conduct intervention the
way of hand wash correctly.

Key words: Personal Hygiene, Wormy Cause, Nutritional Status


Literature: 50 pieces (2003-2019)

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
MOTTO HIDUP .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 5
D. MANFAAT PENELITIAN .......................................................................... 6
E. SISTEMATIKA PEMBAHASAN .............................................................. 7
BAB II ..................................................................................................................... 8
LANDASAN TEORI .............................................................................................. 8
A. Landasan Teori ............................................................................................. 8
1. Kebersihan Diri ........................................................................................ 8
2. Cacingan ................................................................................................. 15
3. Status Gizi Pada Anak ............................................................................ 17
4. Anak Usia Sekolah Dasar ....................................................................... 25
B. HASIL PENELITIAN RELEVAN ............................................................ 27
C. KERANGKA TEORI ................................................................................ 29
D. HIPOTESIS ................................................................................................ 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 31
A. Metode Penelitian....................................................................................... 31
B. Variabel Penelitian ..................................................................................... 31
1. Variabel Independen (bebas) ..................................................................... 32
2. Variabel dependent (terikat) ....................................................................... 32
a. Definisi Operasional ............................................................................... 32
b. Kerangka Penelitian ............................................................................... 34
a. Kriteria Inklusi ....................................................................................... 36

ix
b. Kriteria Eksklusi ..................................................................................... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 37
E. Validitas dan Reliabilitas ........................................................................... 38
1. Validitas.................................................................................................. 38
2. Reliabilitas .............................................................................................. 40
F. Teknik Analisa Data................................................................................... 40
G. Prosedur Penelitian..................................................................................... 43
H. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 45
I. Etika Penelitian .......................................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 48
A. Gambaran Umum Unit Observasi .............................................................. 48
B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 48
1. Karakteristik Responden Siswa-Siswi SDN Neglasari .......................... 48
2. Perilaku Personal Hygiene ..................................................................... 49
3. Penyebab Cacingan ................................................................................ 50
4. Status Gizi .............................................................................................. 51
5. Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dan Penyebab Cacingan ........... 52
6. Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dan Status Gizi ......................... 52
B. Pembahasan ................................................................................................ 53
1. Analisa Univariat .................................................................................... 53
2. Analisa Bivariat ...................................................................................... 56
BAB V................................................................................................................... 59
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 59
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 59
B. SARAN ...................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 61

x
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Berat Badan dan Tinggi Badan Normal ................................................ 26

Table 2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan ............................................................. 27

Table 3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 32

Table 3.2 Analisis Univariat ................................................................................. 42

Table 3.3 Analisis Bivariat .................................................................................... 43

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden

Tabel 4.2 Distribusi Personal Hygiene

Tabel 4.3 Distribusi Penyebab Cacingan

Tabel 4.4 Distribusi Status Gizi

Tabel 4.5 Hasil Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dengan Penyebab Cacingan

Tabel 4.6 Hasil Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dan Status Gizi

xi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................... 29

Bagan 3.1 Kerangka Penelitian…………………………………………………...35

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 2 Imformed Consent

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Status Gizi

Lampiran 5 Surat Izin Studi Pendahuluan Kesbangpol

Lampiran 6 Surat Izin Studi Pendahuluan Dinkes

Lampiran 7 Surat Izin Pengambilan Data

Lampiran 8 Surat Izin Permohonan Uji Validitas

Lampiran 9 Surat Izin Penelitian Kesbangpol

Lampiran 10 Surat Izin Penelitian Dinkes

Lampiran 11 Surat Hasil Ijin Penelitian Dinkes

Lampiran 12 Hasil Spss

Lampiran 13 Hasil Uji Validitas SPSS

Lampiran 14 Tanda tangan Absensi

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kebersihan diri merupakan suatu cara perawatan diri yang di lakukan oleh

seseorang untuk menjaga kesehatan serta kebersihan (Potter & Perry, 2012 ).

Kebersihan diri yang harus di perhatikan di antaranya yaitu perawatan kulit kepala

dan rambut, mata, telinga, hidung, kebersihan kaki, kuku tangan maupun kaki, dan

kebersihan diri lainnya. Kebersihan diri harus senantiasa di jaga oleh seseorang

maupun anak-anak agar terhindar dari penyakit (Budi, 2012).

Menurut World Health Organization (2012), mengungkapkan bahwa beberapa

Negara berkembang masih memiliki Personal Hygiene atau Kebersihan diri yang

buruk dengan prevalensi sekitar 6-27% populasi yang ada. Indonesia sendiri

memiliki prevalensi 4,60-12,5% tercatat pada tahun 2010, dari jumlah tersebut 24%

di antaranya menyebabkan kematian yang terjadi pada anak usia 8-12 tahun.

Menurut Potter & Perry (2011), kebersihan diri yang buruk dapat menyebabkan

beberapa masalah contohnya seperti cacingan, anemia, dan flu. Seperti penelitian

Irawati (2013) tentang Hubungan Personal Hygiene dengan Cacingan pada anak di

Wilayah Kerja Puskesmas Tamangapa Antang Makasar menunjukan hasil bahwa

dari 40 kasus cacingan yang ada pada anak 38 atau 95% dari jumlah anak tersebut

mengalami cacingan karena memiliki Personal Hygine/Kebersihan Diri yang

buruk.

1
2

Cacingan merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasite berupa cacing

(Margono,2008). Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan (2012)

mengungkapkan bahwa cacingan merupakan suatu infeksi yang hampir menyerang

seluruh penduduk di Dunia, Indonesia sendiri 79-83% kasus cacingan yang ada di

antaranya yaitu 30% menyerang anak sekolah dasar (Depkes,2010).

Menurut Andaruni, Fatimah dan Simangusong (2012) dalam penelitiannya

tentang Gambaran Faktor-faktor penyebab infeksi cacingan pada anak di SDN 01

Pasir-Langu Cisarua menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendukung

terjadinya penyebab cacingan yaitu 50,98% karena kebersihan diri, 52,95%

mencuci tangan, 56,90% kebersihan kuku 50,90%, penggunaan alas kaki 43,14%,

faktor sanitasi lingkungan 49,10%, sanitasi sumber air 49,10%, pembuangan

kotoran manusia 56,90%, karena makanan. Oleh karena itu di harapkan untuk selalu

menjaga kebersihan diri maupun lingkungan agar dapat mengurangi kejadian

infeksi cacingan pada anak.

Menurut world Health Organization (2012) adapun penyebab cacingan yang

lainnya di antaranya yaitu, cacing gelang (ascaris lumbricoides), cacing cambuk

(Trichuris trichiura), cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma

duodenale), dan kebersihan diri yang kurang.

Menurut Maramis (2011), dampak yang ditimbulkan dari cacingan yaitu di

antaranya anemia, diare, dan gizi. Sedangkan Menurut Harmida (2017) tentang

hubungan antara kebersihan diri dan status gizi dengan anak cacingan pada siswa

sekolah dasar terdapat hubungan yang bemakna antara kebersihan diri dengan
3

angka cacingan yang meliputi kebersihan kuku, penggunaan alas kaki, dan

kebiasaan mecuci tangan pada siswa sekolah dasar dan menunjukan pula bahwa

kebersihan diri dan angka cacingan menjadi salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi status gizi anak sekolah dasar.

Status Gizi merupakan hasil dari keseimbangan atau perwujudan dari nutrisi

dalam bentuk variabel tertentu (AKG, 2013). Anak Sekolah Dasar merupakan

sasaran strategis dalam perbaikan gizi masyarakat sehingga perlu dipersiapkan

kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan anak sekolah untuk pertumbuhan dan

perkembangannya. Adapun untuk energi, berfikir, beraktivitas fisik, serta sebagi

daya tahan tubuh. Anak yang menderita kekurangan gizi akan

mengakibatkan daya tangkapnya berkurang, penurunan konsentrasi belajar,

gangguan pertahanan tubuh, gangguan struktur dan fungsi otak, serta gangguan

perilaku (Florence, 2017).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, prevalensi nasional

status gizi anak usia sekolah (8–12tahun) terdiri dari 4,6% sangat kurus, 7,6%

kurus, 78,6% normal dan 9,2% gemuk. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013

menunjukkan bahwa secara nasional pada kelompok anak usia 8–12tahun terdapat

prevalensi pendek sebesar 30,7%, prevalensi kurus sebesar 11,2%, dan prevalensi

gemuk sebesar 18,8%. Untuk Jawa Barat sendiri menurut IMT/U, prevalensi status

gizi anak umur 8–12 tahun yaitu 2,4% sangat kurang, 7,6% kurang, dan 3,8%

tergolong gemuk (Handayanidkk., 2013).


4

Menurut Jayanti (2014) tentang penelitiannya angka cacingan dengan status gizi

di Puskesmas Jambon Kecamatan Jambon Kabupaten Ponerogo, menunjukan hasil

terdapat hubungan antara angka cacingan dengan status gizi, di antaranya sebagian

besar yaitu terjadi pada anak-anak. Sementara Waryana (2010) tentang hubungan

antara angka cacingan dan kebersihan dengan status gizi pada siswa sekolah dasar

menunjukkan bahwa tedapat hubungan yang bemakna antara angka cacingan dan

kebersihan diri dengan status gizi anak sekolah dasar. Dari beberapa hasil

penelitian diatas menunjukkan bahwa adanya hubungan antara angka cacingan dan

kebersihan diri dengan status gizi pada anak sekolah dasar.

Berdasarkan Studi Pendahuluan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Bandung menunjukkan bahwa jumlah anak usia sekolah dasar yang

menempati kasus cacingan tertinggi yaitu diwilayah Jelekong Kabupaten Bandung

khususnya di SDN Neglasari Jelekong dengan jumlah 50 orang anak dan jenis

penyebab cacingan yang paling banyak yaitu diantaranya cacing gelang (Ascaris

Lumbricoide) dengan persentase 30,4%, cacing cambuk (Trichuris Trichiura)

sebesar 21,25%, dan yang terakhir cacing tambang (Necator Americanus dan

Ancylostoma dudenale sebesar 6,5%. Berdasarkan data dari DINKES Kabupaten

Bandung peneliti langsung mendatangi SDN Neglasari Jelekong pada tanggal 26

Maret 2018 dan melakukan wawancara pada 2 orang guru bahwa terdapat 270 orang

anak yang bersekolah di SDN Neglasari jelekong. Guru mengatakan bahwa setiap

6 bulan sekali sering dilakukan pemberian obat cacing dari Puskesmas Jelekong,

tetapi untuk fasilitas kebersihan diri setiap anak masih belum ada contohnya seperti
5

tidak tersedianya untuk mencuci tangan maupun poster-poster tentang mencuci

tangan dengan benar dan baik.

Berdasarkan data diatas maka perlu dilakukan peinjauan lebih lanjut karena

belum juga ditemukannya penelitian tentang Hubungan Perilaku Personal Hygiene

Dengan Peyebab Cacingan Dan Status Gizi di Kabupaten Bandung dan Khususnya

belum dilakukannya peelitian ini di SDN Neglasari Jelekong Kabupate Bandung.

Maka, penulis akan melakukan penelitian “Hubungan Perilaku Personal Hygiene

Dengan Peyebab Cacingan Dan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Usia 8-12

Tahun di SDN Neglasari Jelekong Kabupaten Bandung”.

B. RUMUSAN MASALAH

Kebersihan diri adalah suatu cara untuk menjaga kebersihan maupun kesehatan

pada diri sendiri atau oranglain. Kebersihan diri yang buruk dapat menyebabkan

cacingan, anemia, serta diare, selain itu kebersihan diri itu juga merupakan salah

satu faktor yang dapat menyebabkan status gizi seseorang terutama pada anak

sekolah dasar.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah ada hubungan perilaku personal hygiene dengan

penyebab cacingan dan status gizi pada anak sekolah dasar di Kabupaten Bandung.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan penelitian ini yaitu diketahuinya hubungan perilaku personal

hygiene dan penyebab cacingan dengan status gizi pada anak sekolah dasar.
6

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Karakteristik Responden sesuai Usia, Jenis Kelamin.

b. Mengidentifikasi kebiasaan Personal Hygiene Mencuci tangan, memakai alas

kaki, jajanan yang dimakan, kebersihan kuku.

c. Mengetahui Hubungan Perilaku Personal Hygiene dengan Status Gizi Anak.

d. Mengetahui Hubungan Perilaku Personal Hygiene dengan Penyebab Cacingan.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi yang

dapat dijadikan sebagai masukan dalam rangka perbaikan dan pengembangan

kualitas lingkungan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya

pada anak sehingga dapat mencegah terjadinya cacingan.

2. Manfaat bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian sejenis

tentang Hubungan Perilaku Personal Hygiene dan Penyebab Cacingan dengan

Status Gizi, dan pengembangan penelitian lain.

3. Manfaat Bagi peneliti

Penelitian ini merupakan pengalaman berharga dalam upaya menambah ilmu

dan pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kejadian cacingan

disamping sebagai syarat memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep.)


7

E. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Dalam Laporan penellitian ini, peneliti membagi dalam V BAB, yaitu :

1. BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan

sistematika pembahasan.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi penjabaran teori mengenai Perilaku Kesehatan, Personal Hygiene,

Cacingan, Status Gizi, Anak Usia Sekolah Dasar, penelitian yang relevan dan

kerangka pemikiran.

3. BAB III METODE PENELITIAN

Berisi penjabaran jenis penelitian dan metode penelitian untuk mencari jawaban

terhadap tujuan penelitian.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan hubungan hasil observasi, hasil penelitian, dan pembahasan

mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan.

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan menguraikan kesimpulan dari keseluruhan yang telah

dilakukan, jawaban dari pertanyaan penelitian dan juga jawaban dari hipotesis

yang telah dibuat sebelumnya. Pada bab ini juga akan meguraikan saran peneliti

terhadap permasalahan penelitian.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Kebersihan Diri

a. Definisi

Kebersihan Diri adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara

kesehatan mereka. Pemeliharaan diri perorangan diperlukan untuk kenyamanan

individu, keamanaan, dan kesehatan. Praktek kebersihan sama dengan

meningkatkan kesehatan (Potter dan Perry, 2012). Seseorang yang sakit, biasanya

dikarenakan masalah kebersihan yang kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena

kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah yang biasa saja.

b. Macam-macam Kebersihan Diri

Menurut Potter dan Perry (2012) bahwa macam-macam personal hygiene adalah

sebagai berikut :

1) Perawatan kulit

Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi pelindung, sekresi, ekskresi,

pengaturan temperatur, dan sensasi. Kulit memiliki tiga lapisan utama :

Epidermis, dermis, dan subkutan. Epidermis disusun beberapa lapisan tipis

dari sel yang mengalami tahapan berbeda dari maturasi. Selama

pertumbuhan dan maturasi integumen meningkat. Pada anak sekresi estrogen

menyebabkan kulit menjadi lebih halus, lembut, dan tebal dengan

peningkatan vaskularitas. Contohnya mandi dilakukan minimal dua kali dalam

8
9

sehari yaitu pagi dan sore, anak dimandikan dengan menggunakan sabun mandi

dan air yang bersih.

2) Perawatan kaki dan kuku

Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah

infeksi,bau, dan cedera pada jaringan. Perawatan dapat digabungkan selama

mandi atau pada waktu yang terpisah. Seringkali orang tidak sadar akan masalah

kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan. Masalah dihasilkan

karena perawatan yang salah atau kurang terhadap kaki dan tangan seperti

menggigit kuku atau pemotongan yang tidak tepat, pemaparan dengan zat – zat

kimia yang tajam dan pemakaian sepatu yang tidak pas. Memotong kuku

merupakan cara untuk pemeliharaan kebersihan kuku dan kaki, membiasakan

mencuci kaki setelah mengenakan sepatu atau setiap pulang dari bepergian,

ketika hendak naik ke tempat tidur atau saat akan berangkat tidur.

3) Perawatan mulut

Kebersihan mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi

dan bibir. Menggosok membersihkan gigi dari partikel-partikel makanan, plak,

bakteri, memasase gusi dan mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari

bau dan rasa yang tidak nyaman. Flossing membantu lebih lanjut dalam

mengangkat plak dan tartar di antara gigi untuk mengurangi inflamasi gusi dan

infeksi. Kebersihan mulut yang lengkap memberikan rasa sehat dan selanjutnya

menstimulasi nafsu makan.


10

4) Perawatan rambut

Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari

cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau

ketidakmampuan mencegah untuk memelihara perawatan rambut

sehari- hari. Rambut akan terlihat kusut dan tidak sehat untuk itu

memotong rambut, menyikat, menyisir, dan bershampo adalah cara untuk

perawatan rambut (Tarwoto, 2006)

5) Kebiasaan Mencuci Tangan

Kebanyakan penyakit cacingan ditularkan melalui tangan yang kotor.

Kebersihan tangan sangat penting karena tidak ada bagian tubuh lainnya yang

paling sering kontak dengan mikroorganisme selain tangan. Cuci tangan dengan

menggunakan air saja merupakan hal yang umum dilakukan di seluruh dunia.

Namun ternyata kebiasaan ini kurang efektif dibandingkan dengan cuci tangan

memakai sabun (Ahmad, 2013).

Cuci tangan pakai sabun adalah salah satu cara yang paling efektif untuk

mencegah penyakit diare dan pneumonia yang merupakan penyebab utama

kematian anak. Setiap tahun, lebih dari 3,5 juta anak tidak dapat hidup hingga

usianya yang ke-5 karena diare dan pneumonia. Selain itu, perilaku cuci tangan

pakai sabun, baik sebelum dan setelah makan, setelah bermain, setelah BAK/BAB

harus dimulai dari lingkungan terkecil yakni keluarga hingga sekolah. Dan untuk

menanamkan perilaku ini lakukanlah pada anak-anak karena mereka akan

merekamnya dalam ingatan dan menjadi agen perubahan (Ahmad, 2013).


11

6) Kebiasaan Memakai Alas Kaki

Kulit merupakan tempat masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Tanah

gembur (pasir, humus) merupakan tanah yang baik untuk pertumbuhan larva

cacing. Jika seseorang menginjakkan kakinya ditanah tanpa menggunakan alas kaki

dan jika kebersihan serta pemeliharaan kaki tidak diperhatikan maka dapat menjadi

sasaran pintu masuknya kuman-kuman penyakit ke dalam tubuh, termasuk larva

cacing (Gandahusada, 2006).

Oleh karena itu, pemakaian alas kaki saat keluar rumah ataupun ke WC (water

closet), serta perawatan dan pemeliharaan kaki sangat penting. Menyela-nyela jari-

jari kedua telapak kaki adalah termasuk sunnah dalam bersuci, kemudian

hendaknya seseorang tidak menginjakkan kakinya selain pada tempat yang suci.

Hindari berjalan tanpa memakai alas kaki karena dapat mencegah infeksi pada luka

dan masuknya telur cacing pada kaki yang tidak beralas. Dengan memakai alas

kaki, maka dapat memutuskan hubungan bibit penyakit ke dalam tubuh, sehingga

infeksi kecacingan dapat dihindari (Waqiah, 2010).

7) Kebersihan Jajanan/Makanan

Perilaku anak jajan di sembarang tempat yang kebersihannya tidak dapat

dikontrol oleh orang tua, tidak terlindung dan dapat tercemar oleh debu dan kotoran

yang mengandung telur cacing, juga dapat menjadi sumber penularan infeksi

kecacingan pada anak. Selain melalui tangan, transmisi telur cacing juga dapat

melalui makanan dan minuman, terutama makanan jajanan yang tidak dikemas dan

tidak tertutup rapat, Budaya jajan menjadi bagian dari keseharian hampir semua
12

kelompok usia dan kelas sosial, termasuk anak usia sekolah dan golongan remaja

(Titi S, 2004 dalam Afandi, 2012).

Hampir semua anak usia sekolah suka jajan, selain nilai gizi makanan jajanan

yang relatif rendah, keamanan pangan makanan jajanan juga menjadi masalah.

Penyakit yang diderita oleh anak SD terkait perilaku jajanan yang tidak sehat salah

satu diantaranya adalah cacingan yang mencapai 40-60 persen. Akibat perilaku

yang tidak sehat ini dapat pula menimbulkan persoalan yang lebih serius seperti

ancaman penyakit menular pada anak usia sekolah (Depkes, 2010).

8) Kebiasaan Defekasi/Buang Air Besar

Perilaku defekasi yang kurang baik dan di sembarang tempat diduga menjadi

faktor risiko dalam infeksi cacing. Secara teoritik, telur cacing memerlukan media

tanah untuk perkembangannya. Adanya telur cacing pada tinja penderita yang

melakukan aktifitas defekasi di tanah terbuka semakin memperbesar peluang

penularan larva cacing pada masyarakat di sekitarnya. Hendaknya jika ingin buang

air besar pada tempat yang telah disediakan dikamar mandi. (Afandi, 2012).

c. Tujuan Kebersihan Diri

Tujuan Kebersihan Diri adalah untuk memelihara kebersihan diri,

menciptakan keindahan, serta meningkatkan kesehatan individu sehingga dapat

mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun orang lain, memperbaiki

kebersihan diri yang kurang, meningkatkan rasa percaya diri (Tarwoto 2010).

Untuk meningkatkan perilaku kebersihan diri pada anak sekolah dasar maka

perlu dilakukan pelayanan dan pembinaan kesehatan (UKS). Tujuan dari adanya
13

pelayanan kesehatan adalah siswa mempunyai kemampuan untuk melakukan

perilaku kebersihan diri yang baik dan benar. (Wartonah, 2010).

d. Faktor yang mempengaruhi Kebersihan Diri

Menurut Perry (2012), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seseorang

untuk melakukan personal hygine yaitu :

1) Citra tubuh

Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya higiene pada

orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang

penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat sering Pengaruh Pendidikan

Kesehatan berubah.

2) Praktik sosial

Kelompok-kelompok sosial wadah seorang klien berhubungan

dapat mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak,

anak-anak mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan

keluarga, jumlah orang di rumah, ketersediaan air panas dan atau air

mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan

kebersihan.

3) Status ekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik

kebersihan yang dilakukan. Apakah dapat menyediakan bahan-bahan

yang penting seperti deodoran, sampo, pasta gigi, dan kosmestik (alat-

alat yang membantu dalam memelihara higiene dalam lingkungan rumah).


14

4) Pengetahuan

Pengetahuan tentang pentingnya higiene dan manfaatnya bagi kesehatan

mempengaruhi praktik higiene. Dengan demikian, pengetahuan itu sendiri

tidak cukup, harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri.

5) Variable kebudayaan

Kepercayaan kebudayaan pasien dan nilai pribadi mempengaruhi

perawatan higiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktek

perawatan diri yang berbeda.

e. Dampak yang sering timbul pada masalah Kebersihan Diri

Tarwoto dan Wartonah (2006) menjelaskan bahwa dampak yang sering

timbul pada masalah personal hygien ada dua dampak yaitu:

1) Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang di derita seseorang karena tidak

terpeliharannya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang

sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran

mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada

kuku.

2) Dampak Psiko-sosial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan

kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,

aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.


15

2. Cacingan

a. Definisi Cacingan

Cacingan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasite

berupa cacing. Cacing umumnya tidak menyebabkan penyakit berat sehingga

sering kali diabaikan walaupun sesungguhnya memberikan gangguan

kesehatan. Tetapi dalam keadaan infeksi berat atau keadaan yang luar biasa,

cacingan cenderung memberikan analisa keliru ke arah penyakit lain dan

tidak jarang dapat berakibat fatal (Andaruni, 2012).

b. Dampak Infeksi Cacingan

Cacingan jarang sekali menyebabkan kematian secara langsung, namun sangat

mempengaruhi kualitias hidup penderitanya. Cacingan dapat mengakibatkan :

- Perununan kondisi kesehatan

- Gizi

- Kecerdasan

- Anemia

- Diare

c. Ciri-ciri Anak yang terkena Cacingan

- Sulit tidur atau tidur tidak nyenyak, terkadang menyebabkan mengompol

- Tiba-tiba kurang nafsu makan

- Nyeri perut hilang timbul

- Pada anak perempuan, mungkin akan timbul kemeraham dan gatal disekitar

vagina
16

- Dalam kasus yang lebih serius, anak-anak bahkan dapat menunjukan tanda-tanda

kekurangan vitamin dan mineral

- Jika anak sering mengalami batuk dan tidak kunjung sembuh

- Diare

- Mual

- Demam

- Anemia (terlihat pucat)

d. Faktor Penyebab Cacingan

Penyebab yang berhubungan dengan cacingan ini sangat erat hubungannya

dengan kebersihan. Hasil dari penelitian (Maramis 2011) kebersihan diri seperti :

- Jarang mencuci tangan dengan sabun

- Tidak pernah memakai alas kaki

- Kebiasaan yang jarang memotong kuku

- Selalu bermain dengan tanah

- Sayuran yang belum dicuci sebelum dimakan

- Memakan lalapan yang mentah

- Jamban yang tidak pernah di bersihkan

Cacingan berdampak buruk terhadap perkembangan kesehatan dan mental

bahkan dapat menghambat tumbuh kembang anak, kecacatan. Peran orang tua

dalam upaya pencegahan cacingan pada anak usia 8-12 tahun sangat besar terutama

ibu karena anak belum memahami tentang kebersihan diri. Ibu yang kurang

menjaga kebersihan dirinya setelah beraktivitas kontak dengan tanah (misalnya

berkebun, membersihkan halaman, memegang sayuran kotor dan lain-lain) maka


17

anak yang dalam pengasuhannya akan dapat mengalami cacingan. Misalnya ibu

menyuapi anak makan yang sebelumnya tidak mencuci tangan menggunakan sabun

(Hamidy, 2013).

3. Status Gizi Pada Anak

Status Gizi merupakan hasil dari keseimbangan atau perwujudan dari nutrisi

dalam bentuk variabel tertentu, keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi

menentukan seseorang tergolong dalam kriteria status gizi tertentu, dan merupakan

gambaran apa yang di konsumsinya dalam rentang waktu yang cukup lama

(Sayogo, 2011). Status gizi memungkinkan perkembangan otak, pertumbuhan fisik,

kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat yang paling tinggi

(AKG, 2013).

a. Gizi Seimbang (Balanced Nutrition)

Prinsip Gizi seimbang terdiri dari 4 (empat) yang pada dasarnya merupakan

rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi

yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur, diantaranya yaitu :

1) Mengkonsumsi makanan beragam

Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang

dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan mempertahankan

kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi baru lahir sampai berusia

6 bulan. Contoh : nasi merupakan sumber utama kalori, tetapi miskin vitamin

dan mineral, sayuran dan buah-buahan pada umumnya kaya akan vitamin,

mineral dan erat, tetapi miskin kalori dan protein ikan merupakan sumber utama

protein tetapi sedikit kalori. Khusus untuk bayi berusia 0-6 bulan, ASI
18

merupakan makanan tanggal yang sempurna. Hal ini disebabkan karena ASI

dapat mencukupi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal,

serta sesuai dengan kondisi fisiologis pencernaan dan fungsi lainnya dalam

tubuh (Kemetrian Kesehatan, 2014).

2) Membiasakan perilaku hidup bersih

Dengan membiasakan perilaku hidup bersih akan menghindarkan seseorang dari

keterpaparan terhadap sumber infeksi. Contoh: 1) selalu mencuci tangan dengan

sabun dan air bersih mengalir sebelum makan, sebelum memberikan ASI, sebelum

menyiapkan makanan dan minuman, dan setelah buang air besar dan kecil, akan

menghindakan terkontaminasinya tangan dan makanan dari kuman penyakit antara

lain kuman penyakit typus dan disentri; 2) menutup makanan yang disajikan akan

menghindarkan makanan dihinggapi lalat dan binatang lainnya serat debu yang

membawa berbagai kuman penyakit; 3) selalu menutup mulut dan hidung bila

bersin, agar tidak menyebarkan kuman penyakit; dan 4) selalu menggunakan alas

kaki agar terhindar dari penyakit kecacingan (Kemetrian Kesehatan, 2014).

3) Melakukan aktivitas fisik

Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk olahraga

merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan

pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh. Aktivitas fisik

memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga memperlancar sistem

metabolism di dalam tubuh termasuk metabolism zat gizi. Oleh karenanya,

aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dari dan

yang masuk ke dalam tubuh.


19

4) Mempertahankan dan memantau Berat badan (BB) Normal

Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukan bahwa telah terjadi

keseimbanagn zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya berat badan yang normal,

yaitu berat badan yang sesuai untuk tinggi badannya. Indicator tersebut dikenal

dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan BB normal

merupakan hal yang harus menjadi bagian dari “Pola hidup: dengan “Gizi

Seimbang” sehingga dapat mencegah penyimpangan BB dari BB normal, dan

apabila terjadi penyimpangan dapat segera dilakukan langkah-langkah pencegahan

dan penanganannya. Bagi bayi dan balita indicator yang digunakan adalah

perkembangan berat badan sesuai dengan pertambahan umur. Pemantauannya

dilakukan dengan menggunakan KMS. Yang dimaksud dengan Berat Badan

Normal adalah : untuk orang dewasa jika IMT 18,5-25,0 bagi anak balita dengan

menggunakan KMS dan berada didalam pita hijau. (PUGS, 2014)

b. Gizi kurang (undernutrition)

Menurut Guthrie (1995), gizi kurang disebabkan oleh ketidak seimbangan antara

asupan energy (energy intake) dengan kebutuhan gizi. Dalam hal ini terjadi ketidak

seimbangan negative, yaitu asupan lebih sedikit dari kebutuhan. Secara umum,

kekurangan gizi menyebabkan beberapa gangguan dalam proses pertumbuhan,

mengurangi produktivitas kerja dan kemampuan berkonsentrasi, struktur dan fungsi

otak, pertahanan tubuh, serta perilaku (almatsier,2003). Gizi kurang dapat

ditentukan dengan menggunakan IMT (Indeks Masa Tubuh), gizi kurang diangka

17-18,5 dan kurang dari 17 (depkes, 2014).


20

c. Gizi lebih (overnutrition)

Makanan dengan kepadatan energy yang tinggi (banyak mengandung lemak atau

gula yang ditambahkan dan kurang mengandung serat) turut menyebabkan sebagian

besar keseimbangan energy yang positif ini. Selanjutnya penurunan pengeluaran

energy akan meningkatkan keseimbangan energy yang positif. Factor penyebabnya

adalah aktivitas fisik golongan masyarakat rendah, efek toksis yang

membahayakan, kelebihan energy, kemajuan ekonomi, kurang gerak, kurang

pengetahuan akan gizi seimbang, dan tekanan hidup (stress). Akibat dari kelebihan

gizi diantaranya obesitas (energy disimpan dalam bentuk lemak), penyakit

degenerative seperti hipeerensi, diabetes, jantung coroner, hepatitis, dan penyakit

empedu, serta usia harapan hidup semakin menurun. Gizi lebih dapat ditentukan

dengan menggunakan IMT (Indeks Masa Tubuh), gizi lebih diangkat25-27 dan

lebih dari 27 dikatakan obesitas (depkes,2014).

d. Pengukuran Status Gizi

Menurut Soekirman (2006) Penilaian status gizi dengan pengukuran langsung

berupa : antropometri, biokimia, klinis, dan biofisik, dan pengukuran tidak

langsung berupa survey konsumsi, statistic vital, dan faktpr ekologi. Berikut adalah

pengukuran status gizi dengan menggunakan parameter antropometri yaitu

menggunakan indeks masa tubuh (IMT) :

IMT = Berat Badan (kg) / Tinggi Badan (m)2

Sumber : Kemenkes RI, 2011


21

1) Berat Badan

Antropometri paling sering digunakan adalah berat badan. Berat badan

menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Berat

badan dijadikan pilihan utama karena berbagai pertimbangan, anatra lain :

pengukuran atau standar yang paling baik, kemudahan dalam melihat perubahan

dan dalam waktu yang relative singkat yang disebabkan perubahan kesehatan dan

pola konsumsi, dapat mengecek status gzii saat ini dan bila dilakukan secara berkala

dapat memberikan gambaran pertumbuhan (Soetarjo, 2011).

2) Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu

dan keadaan sekarang. Selain itu, factor umum dapat dikesampingkan dengan

menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Quac stick). Pengukuran tinggi

badan dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengukur tinggi mikrotoa

(microtoise) dengan ketelitian 0,1 cm (Soetarjo, 2011).

Penentuan status gizi untuk anak-anak dilakukan dengan mengukur berat badan

menurut panjang badan atau tinggi badan (BB/PB atau BB/TB). Hasil pengukuran

dimasukkan ke dalan grafik pertumbuhan world Health Organization (WHO) dan

Center of Disease and Control (CDC) 2000. Grafik WHO digunakan untuk anak

yang berusia kurang dari 5 tahun sedangkan kurva CDC 2000 digunakan untuk anak

yang berusia lebih dari 5 tahun. Grafik WHO mempunyai keunggulan metodologi

dan subjeknya berasal dari 5 benua yang mempunyai lingkungan untuk mendukung

pertumbuhan optimal dibandingan grafik CDC 2000. Akan tetapi untuk usia 5-18

tahun menggunakan grafik WHO 2007 tidak memiliki grafik BB/TB dan data dari
22

WHO 2007 adalah smoothing dari National Center for Health Statistic (NCHS)

1981 (Sjarif dan Tanjung 2011).

Status gizi yang memakai grafik WHO 2006 menggunakan cut off z-score dan

grafik CDS 2000 menggunakan kriteria waterlow untuk persentase berat badan

ideal. Z score yang digunakan kurva WHO adalah nilai rata-rata dari populasi dan

nilai Z score positif atau negative adalah nilai standar deviasi dari nilai di atas atau

di bawah nilai rata-rata. WHO mendeskripsikan status gizi lebih dengan kurva

IMT/U antara nilai persentil 85 samapi persentil 95 dan obesitas di atas nilai

persentil 95.18 sedikit berbeda dengan kurva IMT/U CDC mendeskripsikan status

gizi lebih di atas nilai persentil 95 dan status gizi obesitas di atas nilai persentil 97

(Soekirman, 2009).

e. Faktor yang mempengaruhi Status Gizi

1. Faktor langsung

a) Konsumsi Pangan

Penilaian konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan merupakan

cara pengamatan langsung yang dapat menggambarkan pola konsumsi penduduk

menurut daerah, golongan social ekonomi dan social budaya. Konsumsi pangan

lebih sering digunakan sebagai salah satu teknik untuk memajukan tingkat

keadaan gizi (Damayanti, 2016).

b) Infeksi

Penyakit infeksi dan keadaan gizi merupakan 2 hal yang saling mempengaruhi.

Dengan demikian adanya infeksi, nafsu makan mulai menurun dan mengurangi

konsumsi makannya sehingga berakibat berkurangnya zat gizi ke dalam tubuh.


23

2. Faktor tidak langsung

a) Tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan sangan menentukan bahan makanan yang akan dibeli,

pendapatan merupakan factor yang penting untuk menentukan kualitas dan

kuantitas makanan, maka erat hubungannya dengan gizi.

b) Pengetahuan Gizi

Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian dalam memilih makanan yang

merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan.

Hal ini memegang peranan yang sangat penting dalam penggunaan dan

pemilihan bahan makanan dengan baik sehingga dapai mencapai keadaan gizi

yang seimbang (Hadi, 2005).

f. Kebutuhan Gizi Anak

1. Karbohidrat

Almatsier (2001) menyebutkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting

dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia, fungsi

karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh, pemberi rasa manis pada

makanan, penghemat protein, pengatur lemak, dan membantu pengeluaran feses,

karbohidrat diperlukan oleh anak yang sedang tumbuh terutama sebagai sumber

energi.

2. Protein

Kebutuhan protein anak termasuk untuk pemeliharaan komposisi tubuh, dan

pembentukan jaringan baru. Selama pertumbuhan, kadar protein tubuh

meningkat dari 14,6% pada umur satu tahun menjadi 18-19% pada umur empat
24

tahun, yang sama dengan kadar protein orang dewasa. Kebutuhan protein untuk

pertumbuhan diperkirakan berkisar antara 1-4 g/kg penambahan jaringan tubuh.

Penilaian terhadap asupan protein anak harus didasarkan pada kecukupan untuk

pertumbuhan, mutu protein yang dimakan, kombinasi makanan dengan

kandungan asam amino esensial yang saling melengkapi bila dimakan bersama,

dan kecukupan asupan vitamin, mineral, dan energy (Soetardjo, 2011).

3. Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi seseorang adalah konsumsi energi berasal dari makanan yang

diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang pada ukuran dan

komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka

panjang, dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan

secara spsial dan ekonomi. Pada anak-anak, ibu hamil, dan ibu menyusui

menggunakan kebutuhan energi untuk pembentukan jaringan-jaringan baru atau

untuk sekresi ASI yang sesuai dengan kesehatan.

4. Pola Konsumsi Makanan

Pola konsumsi makanan adalah kebiasaan makan yang meliputi jumlah,

frekuensi dan jenis atau macam makanan. Penentuan pola konsumsi makan

harus memperhatikan nilai gizi makanan dan kecukupan zat gizi yang

dianjurkan. Hal tersebut dapat ditempuh dengan penyajian hidangan yang

bervariasi dan dikombinasi, ketersediaan pangan, macam serta jenis bahan

makanan mutlah diperlukan untuk mendukung usaha tersebut. Disamping itu

jumlah makanan yang dikonsumsi juga menjamin tercukupinya kebutuhan zat

gizi yang diperlukan oleh tubuh.


25

Kecukupan gizi anak sekolah harus memenuhi menu gizi seimbang yang sesuai

dengan banyaknya aktivitas anak, makanan harus mengandung karbohidrat,

lemak, protein, vitamin, dan mineral yang cukup untuk menunjang pertumbuhan

dan perkembangannya (AKG, 2013).

4. Anak Usia Sekolah Dasar

a. Pengertian Anak Usia Sekolah Dasar

Anak pada usia sekitar 7-13 tahun merupakan masa-masa pertumbuhan

paling pesat kedua setelah masa balita. Anak sudah lebih aktif memilih

makanan yang disukai atau disebut konsumen aktif. Kebutuhan energi

lebih besar karena mereka lebih banyak melakukan aktifitas fisik, misalnya

olahraga, bermain, atau membantu orang tua. Perhatian terhadap kesehatan

sangatlah diperlukan, pendidikan juga digalakan untuk perkembangan

mental yang mengacu pada skillanak. Anak sekolah biasanya mempunyai

kebiasaan jajan makanan tinggi kalori yang rendah serat, sehingga sangat

rentan terjadi kegemukan atau obesitas. Jajan merupakan hal yang lumrah

dilakukan oleh anak-anak. Satu sisi jajan mempunyai aspek yang positif,

dan dalam segi lainnya jajan juga bisa bermakna negative (Istiany dan

Rusilanti, 2013).

b. Ciri-ciri Anak Usia Sekolah Dasar

Secara umum karakteristik anak SD terbagi menjadi 4 karakter.Karakter

yang pertama adalah senang bermain. Karakteristik yang kedua adalah

senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD

dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Karakteristik


26

ketiga dari anak usia SD adalah anak senang bekerja dalam kelompok, dan

yang keempat adalah senang merasakan atau melakukan sesuatu secara

langsung (wong, 2008).

c. Karakteristik Biologis Anak Usia Sekolah Dasar

1) Perkembangan Biologi

Antara usia 8-12 tahun, anak akan mengalami pertumbuhan untuk mencapai

pertambahan tinggi badan 30 –60 cm dan berat badannya akan bertambah

hampir dua kali lipat. Tinggi rata-rata anak kelas 6 tahun adalah sekitar 116

cm dan berat badannya sekitar 21 kg. Perbedaan ukuran anak perempuan dan

anak laki –laki pada periode ini sangat sedikit, walaupun anak laki-laki

cenderung sedikit lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan (Wong,

2008).

Table 2.1
Berat Badan dan Tinggi Badan Normal
Laki-Laki Perempuan

Usia Berat Badan Tinggi Badan Berat Badan Tinggi Badan

8 Tahun 26 kg 128 cm 26 kg 128 cm

9 Tahun 29 kg 134 cm 29 kg 133 cm

10 Tahun 32 kg 139 cm 33 kg 138 cm

11 Tahun 36 kg 144 cm 37 kg 144 cm

12 Tahun 41 kg 149 cm 42 kg 152 cm


27

B. HASIL PENELITIAN RELEVAN

Table 2.2
Hasil Penelitian Yang Relevan
NO NAMA JUDUL TAHUN METODE HASIL
PENULIS
1. Lida Arifin, Hubungan J.Gipas Penelitian ini menggunakan Sebesar 71% responden pada
Dyah Perilaku 2016 rancangan penelitian kategori status gizi kurus memiliki
Umiyarni Personal observasional analitik status kecacingan positif. Penelitian
Purnamasari Hyigiene dan dengan pendekatan cross ini mengungkapkan bahwa tidak ada
Status sectional. Penelitian hubungan antara status kecacingan
Kecacingan dilakukan di SDN 02 dan status gizi pada anak sekolah.
dengan Status Banjarsari Wetan dan SDN Namun berdasarkan data yang
Gizi Anak 01 Banjarsari Kulon diperoleh, ada kecenderungan
Sekolah Dasar Kecamatan Sumbang, bahwa responden dengan status
di Wilayah Kabupaten Banyumas dari kecacingan negatif dan memiliki
Kerja bulan Juni hingga Juli 2016 status gizi normal persentasenya
Puskesmas II lebih tinggi dibandingkan dengan
Sumbang responden dengan status gizi kurus.
Hal ini dibuktikan bahwa persentase
responden dengan status kecacingan
negatif dan status gizi normal
sebesar 50%, sedangkan responden
dengan kecacingan negatif dan
status gizi kurus sebesar 29%.
2. Dwi Hubungan 2010 Penelitian ini merupakan Hasil pengumpulan data didapatkan
Rusmanto, Personal penelitian analitik dan bahwa sekitar sepertiga (22 orang
J.Mukono Higyene Siswa observasional dengan atau 38,6%) responden berusia 11
Sekolah Dasar rancangan studi Cross tahun dan hanya 2 orang atau 3,5%
dengan Sectional. Dilakukan di berusia 14 tahun dan lebih dari
Kejadian Sekolah Dasar Negeri separuh (35 orang atau 61,4%)
Kecacingan Rapadaya II Kecamatan responden Hasil uji statistik dengan
Omben pada bulan Januari fi sher exact test (karena tidak
sampai dengan Juni 2010. memenuhi syarat uji Chi-square)
Wawancara dengan antara variabel perilaku personal
quesioner multipel choice higiene dengan status gizi siswa
digunakan untuk didapatkan p-value sebesar 0,570
mengumpulkan data lebih besar dari α 0,05 (0,570 > 0,05)
pengetahuan dan perilaku yang artinya tidak ada hubungan
personal higiene, yang bermakna antara perilaku
pemeriksaan feces dengan personal higiene siswa dengan status
metode Kato-Katz untuk gizi.
mengetahui kejadian
kecacingan siswa,
pengukuran antropometri
menggunakan timbangan
injak digital atau bathroom
scale dengan tingkat
ketelitian 0,1 kg untuk
mengetahui status gizi dan
pengukuran Hb
(haemoglobin) dengan
28

menggunakan metode
Cyanmethemoglobin.
3 Salni Hubungan 2015 Penelitian yang dilakukan Gambaran personal hygiene pada
Saharman, Personal yaitu observasional analitik murid Sekolah Dasar di Kabupaten
Nelly Mayulu, Hygiene dengan rancangan Cross- Bolaang Mongondow Utara sebesar,
Rivelino S. dengan Sectional Study. Populasi Prevalensi kecacingan positif pada
Hamel Kecacingan pada penelitian adalah murid Sekolah Dasar di Kabupaten
Pada Murid seluruh murid kelas 1 sampai Bolaang Mongondow Utara sebesar
Sekolah Dasar dengan kelas 5 Sekolah 22 (%), dan kecacingan negatif 88
di Kabupaten Dasar di Kabupaten Bolaang (%), Dari hasil analisis terdapat
Bolaang Mongondow Utara. hubungan bermakna antara personal
Mongondow Pengambilan jumlah sampel hygiene dengan ρ = 0,001
Utara sekolah dilakukan secara
Purposive sampling,
penentuan jumlah sampel
tiap sekolah dilakukan
dengan cara proportional
sampling, pengambilan
jumlah murid tiap sekolah
dilakukan secara simple
random sampling.
4 Sanny Duwita Hubungan 2018 Jenis penelitian ini adalah Hasil penelitian menunjukkan
S Personal penelitian survei yang bahwa Siswa (100%) memiliki
Hygiene bersifat analitik dengan personal hygiene pada kategori
dengan desain cross sectional tidak baik. Angka tersebut
Penyakit terhadap sampel sebanyak 25 menunjukan Siswa tidak menjaga
Kecacingan Murid yang dipilih dengan personal hygiene sehingga rentan
pada Anak metode total sampling. terhadap penyakit seperti penyakit
Sekolah Dasar Metode yang digunakan kecacingan. Hasil uji chi-
di Kecamatan adalah wawancara dengan square,terdapat hubungan bermakna
Salak memakai kuesioner, lembar antara pengetahuan dengan
Kabupaten pengamatan dan juga kecacingan (p = 0.036) dan tindakan
Pakpak Bharat melakukan pemeriksaan dengan kecacingan (p = 0.027)
kecacingan pada feses.
5 Irawati Hubungan 2013 Desain penelitian yang Berdasarkan analisis Chi-
Personal digunakan adalah penelitian Square dengan uji pearson chi-
Hygiene observasional dengan square antara variabel
dengan pendekatan case control personal hygiene dengan kejadian
Kejadian yakni suatu penelitian cacingan diperoleh nilai ρ sebesar
Cacingan pada (survey) analitik dimana 0,000. Karena nilai ρ < 0,05 yaitu
Anak Di dilakukan identifikasi subjek 0,000 (OR= 21,000, 95%CI 4,5-
Wilayah Kerja (kasus) yangtelah terkena 99,1), maka hipotesis alternatif
Pusk penyakit (efek), kemudian diterima. Sehingga personal hygiene
esmas ditelusuri secara retrospektif merupakan faktor resiko terjadinya
Tamangapa ada atau tidak adanya faktor efek sebab OR > 1.Kesimpulan yang
Antang resiko yang berperan. dapat ditarik adalah ada hubungan
Makassa Teknik penarikan sampel personal higiene
adalah dengan Dengan kejadian cacingan pada
menggunakan total anak. Oleh sebabitu sosialisasi
samplingdengan kriteria tentang personal hygiene dan
inklusi dan eksklusi. Data pemberian obat cacing tetap
yang diperoleh dianalisis dilaksanakan puskesmas dalam
menggunakan rumus statistik rangka mencegah terjadinya
uji Chi-square dengan derajat peningkatan prevalensi kecacingan
kemaknaan (α=0,05) dimasa mendatang.
29

C. KERANGKA TEORI

Personal Hygiene : Penyebab cacingan :

1. Kebiasaan mencuci 1. Perilaku hidup


tangan sehat
2. Pemakaian alas kaki 2. Kebersihan kuku
3. Kebersihan kuku 3. Mencuci tangan
4. Kebersihan jajanan 4. Memakai alas kaki
5. Jamban yang tidak
5. Kebiasaan
bersih
defekasi/bab
6. Kebersihan kulit
7. Kebiasaan merawat
mulut (gosok gigi)
8. Kebiasaan mencuci Faktor yang mempengaruhi
rambut status gizi :
9. Kebiasaan makanan
yang dikonsumsi 1. Mengkonsumsi makanan
2. Kebiasaan hidup bersih
3. Kebiasaan melakukan
aktivitas fisik
4. Asupan makanan yang baik
5. Pengetahuan tentang gizi

Bagan 2.1
Kerangka Teori

Sumber : Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.


jakarta: Rineka Cipta, (AKG, 2013), (Hardiansyah, 2012)
30

D. HIPOTESIS

Hipotesis adalah sebuah jawaban yang besifat sementara mengenai masalah

yang ada pada penelitain. Hipotesis menyatakan ada atau tidak adanya hubungan

yang terjadi antara variabel.

1. Ho : Jika nilai p > 0,05 berarti Ho gagal ditolak artinya tidak ada hubungan antara

personal hygiene dengan penyebab cacingan.

2. Ha : Jika nilai p < 0,05 berarti Ho ditolak artinya ada hubungan antara personal

hygiene dengan penyebab cacingan.

3. Ho : Jika nilai p > 0,05 berarti Ho gagal ditolak artinya tidak ada hubungan antara

personal hygiene dan status gizi.

4. Ha : Jika nilai p < 0,05 berarti Ho ditolak artinya ada hubungan antara personal

hygiene dan status gizi.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi

dengan pendekatan kuantitatif, yaitu metode yang bertujuan untuk mengetahui

apakah ada hubungan personal hygiene dengan penyebab cacingan dan status gizi

pada anak sekolah dasar. Metodologi penelitian korelasi adalah mempelajari

hubungan dua variabel atau lebih, yaitu sejauh mana variasi dalam satu variabel

berhubungan dengan variasi dalam variabel lain. Rancangan penelitian yang

digunakan adalah cross sectional. Peneliti cross sectional adalah jenis penelitian

yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan

dependen. Penulis menggunakan metode tersebut, karena penelitian ini ditujukan

untuk menggetahui dengan jelas bagaimana hubungan personal hygiene dengan

penyebab cacingan dan status gizi pada anak sekolah dasar di kabupaten bandung.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti dalam

bentuk apapun sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan kemudian

disimpulkan (Sulistyaningsih, 2012). Variabel yang digunakan pada penelitan ini

adalah perilaku hubungan personal hygiene dengan penyebab cacingan dan status

gizi pada anak sekolah dasar.

31
32

1. Variabel Independen (bebas)

Variabel penelitian yang akan digunakan adalah variabel bebas (independent)

dan variabel independent sering disebut variabel stimulus, predictor, dan

antesenden ( sugiono, 2013 ). Variabel independent yang digunakan pada peneliti

ini berupa hubungan perilaku personal hygiene.

2. Variabel dependent (terikat)

Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau dikenal juga sebagai

variabel yang menjadi akibat karena adanya variabel independent atau variabel

yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lain (Sugiono, 2013). Variabel

dependent yang digunakan pada peneliti ini berupa penyebab cacingan dan status

gizi pada anak sekolah dasar.

a. Definisi Operasional

Table 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Operasional
Personal personal hygiene Kuesioner 1. Baik : 76%- Ordinal
hygiene yaitu cara menggunakan skala 100%
pemeliharan yang likert dengan 2. Cukup : 56%-
baik dan benar menggunakan hasil 75%
supaya tetap bias : 3. Kurang : >56%
menjaga kesehatan 1. Tidak pernah
dan kenyamanan (TP)
diri sendiri 2. Jarang (J)
3. Kadang-kadang
(KK)
4. Sering (S)
5. Sangat Sering
(SS)
Penyebab Penyakit yang Kuesioner 1. Tinggi ≥ 86 Ordinal
cacingan disebabkan oleh menggunakan skala 2. Rendah ≤ 85
salah satunya likert dengan
personal hygiene menggunakan hasil
dengan tidak pernah :
mencuci tangan saat
33

makan dan 1. Tidak pernah


disebabkan juga (TP)
oleh beberapa jenis 2. Jarang (J)
cacing 3. Kadang-kadang
(KK)
4. Sering (S)
5. Sangat Sering
(SS)
Status gizi Pengukuran tingkat Melakukan 1. Sangat Kurus <- Ordinal
kedalaman dan penimbangan 3 SD
keluasan gizi berdasarkan 2. Kurus -3 SD -
seseorang dalam IMT/U berdasarkan <-2 SD
pemilihan jenis Kemenkes (2010) 3. Normal -2 SD –
makanan yang akan 1 SD
dikonsumsi baik 4. Gemuk >1 SD –
dari segi kualitas, 2 SD
vaiasi, maupun cara 5. Obesitas > 2 SD
penyajian
Usia Anak Satuan waktu yang Kuesioner 1. 8-9 tahun 11 Rasio
mengukur waktu Karakteristik bulan
keberadaan hidup Responden 2. 10-11 tahun 11
bulan
3. 11-12 tahun 11
bulan
Jenis Perbedaan antara Kuesioner 1. Laki-laki Nomin
Kelamin laki-laki dan Karakteristik 2. Perempuan al
Anak perempuan secara Responden
biologis sejak lahir
34

b. Kerangka Penelitian

Kerangka konsep menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang

akan dibahas . berdasarkan landaran teori yang diuraikan pada studi kepustakaan,

maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan secara skematis.

Mengenai Status Gizi pada


anak sekolah dasar
1. Sangat Kurus <-3
Personal hygiene yang
SD
baik dalam kejadian anak 2. Kurus -3 SD - <-2
sekolah dasar SD
3. Normal -2 SD – 1
1. Tidak pernah (TP)
SD
2. Jarang (J) 4. Gemuk >1 SD – 2
3. Kadang-kadang (KK) SD
4. Sering (S) 5. Obesitas > 2 SD
5. Sangat sering (SS)

Mengenai penyebab
cacingan pada anak
sekolah dasar
1. Tinggi ≥ 86
2. Rendah ≤ 85

Bagan 3.1
Kerangka Penelitian
Sumber : Notoadmotdjo, 2010, (AKG, 2013)
35

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah bagian keseluruhan subjek atau objek yang mempunyai

kuantitas dan karakteristik tertentu yang berada disuatu wilayah dan memenuhi

syarat yang berkaitan dengan masalah penelitian (Sugiono, 2017). Populasi yang

digunakan pada penelitian ini adalah anak sekolah dasar sebanyak 270 anak.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat dipergunakan sebagai subjek

penelitian melalui sampling yang dianggap mewakili populasinya. Sementara

sampling adalah porsi menyeleksi dan populasi yang dapat mewakili populasi yang

ada (Nursalam, 2016).

Cara pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik Stratifed

random sampling. Penelitian ini menggunakan teknik sampling menggunakan

rumus Slovin (Umar,2003).

Rumus : n = N / (1 + N.(e)2)

Keterangan : n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Total Populasi

e =Batas Toleransi Error

Jadi perhitungannya : n = N / (1 + N.(e)2)

n = 270 / (1 + 270. (0,05)2)

n = 270 / 1,675

n = 161
36

Untuk mengantisipasi kemungkinan sampel yang terpilih mengalami drop out

maka perhitungannya Invalid source specified. sebagai berikut :

𝑛
𝑛′ =
(1 − 𝑓)

Keterangan :

n’ = jumlah sampel penelitian

n = besar sampel yang dihitung

f = perkiraan drop out, kira-kira 10% (f=0,1)

Jawab :

𝑛
𝑛′ =
(1 − 𝑓)

161
𝑛′ =
(1 − 0,1)

𝑛′ = 178,8

Dibulatkan menjadi 179. Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 179

orang.

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik responden dari salah satu populasi yang di

teliti (Nursalam, 2008). Adapun kriteria inklusi sebagai berikut.

1) Responden yang bersekolah di SDN Neglasari Jelekong Kabupaten Bandung.

2) Responden merupakan anak usia 8-12 tahun


37

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah pengeluaran partisipan yang tidak memenuhi kriteria

inklusi karena berbagai sebab yang dapat mengganggu pelaksanaan penelitian

(Nursalam, 2008). Adapun kriteria eksklusi sebagai berikut.

1) Responden yang tidak hadir disekolah SDN Neglasari Jelekong Kabupaten

Bandung pada saat pengambilan data.

2) Responden yang tidak bersedia menjadi sampel

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek penelitian dan

proses pengumpulan karakteristik yang diperlukan dalam suatu penelitian.

(Nursalam, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, 2016).

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu mengisi

lembar demografi dan mengisi kuesioner. Kuesioner mengenai hubungan perilaku

personal hygiene dengan penyebab cancingan dan status gizi dengan jumlah 26

pertanyaan dan menggunakan skala Likert dengan jumlah 26 pertanyaan. Adapun

langkah dalam pengumpulan data tergantung pada rancangan penelitian dan

instrument yang digunakan.

1. Alat Pengumpulan data

a. Lembar Demografi

Lembar Demografi digunakan untuk mencatat karakteristik responden yang

tercantum dalam daftar tilik meliputi nama, usia anak, kelas.


38

b. Lembar Kuesioner

Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini belum baku maka peneliti

melakukan uji Validitas dan Reliabilitas terlebih dahulu. Dan Kuesioner tersebut

yaitu Personal Hygiene dan Cacingan.

c. Lembar Penilaian Status Gizi

Lembar untuk menentukan nilai normal berat badan dan tinggi badan sesuai usia

menggunakan rumus IMT (Kemenkes, 2012). Peneliti melakukan pengukuran

tinggi badan dan berat badan pada responde, kemudian peneliti menghitung

dengan menggunakan rumus IMT.

E. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas adalah suatu alat ukur yang tepat dan akurat untuk mengukur sesuatu

yang akan diukur (Notoatmodjo P. D., 2012). Uji validitas bertujuan untuk

mengetahui ketepatan dan kecermatan suatu instrumen dalam melakukan fungsi

ukurannya (Sugiyono, 2013).

Uji validitas pada penelitian ini dilakukan di SDN Rancamanyar 01 Baleendah

Kabupaten Bandung sebanyak 30 siswa. Peneliti melakukan Validitas dan

Reliabilitas dengan menggunakan rumus dengan skala Likert.

n(ΣXY) − (ΣX)(ΣY)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑛𝛴𝑋 2 − (Σ𝑋)2 }{𝑛Σ𝑌 2 − (Σ𝑌 2 )}

Keterangan :
39

rxy = Menunjukan indeks korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan

X = Skor untuk pernyataan yang dipilih

Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item

ΣX = Jumlah skor dalam distribusi X

ΣY = Jumlah skor distribusi Y

ΣX2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X

ΣY2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y

n = Banyaknya responden

Agar memperoleh nilai yang signifikan, maka dlakukan uji korelasi dengan

membandingkan r hitung dengan r tabel. Rumus uji t yang dilakukan adalah:

r√n − 2
𝑡= =𝑛−2
√1 − 𝑟 2

Keputusan pengujian validitas item responden adalah sebagai berikut:

a. Nilai r dibandingkan dengan nilai r tabel dengan n-2 dan taraf signifikansi

sebesar 5%

b. Item pertanyaan yang diteliti dikatakan valid jika r hitung > r tabel

c. Item pernyataan yang diteliti dikatan tidak valid jika r hitung < r table

Dari kuesioner yang dibuat sendiri maka dilakukan uji validitas telebih dahulu.

Dan hasil uji validitas yang valid adalah sebanyak 26 pertanyaan dari 33

pertanyaan.
40

2. Reliabilitas

Cara menguji reliabilitas jika r hasil adalah alpha yang terletak di awal output

dengan tingkat kemaknaan 5% maka setiap pertanyaan dikatakan reliable, jika r

alpha lebih besar dari konstanta (0,6), maka pertanyaan atau pernyataan tersebut

reliabel (Budiman dan Riyanto, 2013). menggunakan rumus Cronbach’s Alpha,

dengan rumus

𝑘 Σσ𝑏2
𝑟11 = ( ) (1 − )
𝑘−1 𝜎2 𝑡

Keterangan:

r11 = reabilitas instrument

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

Σσb2 = jumlah varians butir

σ2 t = varians total

Jika hasil r hitung > r tabel maka item dikatakan signifikan, begitu juga

sebaliknya jika hasil r hitung < r tabel maka item dikatakan tidak signifikan

(Arikunto, 2010).

F. Teknik Analisa Data

Data diperoleh melalui pengisian kuesioner personal hygiene dan cacingan serta

perhitungan status gizi dengan menggunakan metode IMT/U.


41

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah

pegolahan data. Menurut (Notoatmodjo, 2012) proses pengolahan data tediri dari

empat tahap yaitu :

1. Pengolahan Data

a. Editing

Merupakan suatu proses pengecekan kembali atau pelengkapan data seperti data

demografi dan kuesioner serta kejelasan jawaban. Pada proses ini peneliti

melakukan pemeriksaan kelengkapan jawaban dalam lembar kuesioner

karakteristik responden, personal hygiene dan cacingan.

b. Coding

Merupakan proses pengkodean pada beberapa variabel yang diteliti, yang

bertujuan untuk mempermudah dan memperingkas waktu penelitian

(Notoadmodjo, 2010). Pada proses ini peneliti memberikan pengkodean pada

lembar kuesioner atau pada setiap jawaban responden.

c. Entry data

Pada tahap ini memasukkan data yang telah didapatkan agar dapat di analisis.

Pada penelitian ini data yang dimasukkan yaitu karakteristik responden, personal

hygiene, cacingan, dan status gizi.

d. Cleaning

Tahap ini merupakan tahap dimana peneliti melakukan pembersihan data atau

megkoreksi apabila ada kesalahan (Notoadmodjo, 2012). Peneliti memeriksa

kembali agar tidak ada kesalahan dalam pemberian kode pada penelitian.
42

2. Analisa Data

Analisa data merupakan suatu cara untuk mengolah data yang telah disimpulkan

sehingga dapat menjadi suatu informasi. Cara pengolahan data dengan cara

menghitung persentase, agar lebih mudah maka interpretasi digolongkan

berdasarkan presentase (Hidayat 2017). Penelitian ini menggunakan beberapa

analisis yaitu:

a. Analisa univariat

Teknik analisa data pada variabel secara mandiri tanpa dikaitkan dengan variabel

lainnya. Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran setiap variabel,

distribusi frekuensi berbagai variabel dependen maupun independen. Distribusi

frekuensi dapat diberika gambaran deskripsi setiap variabel dalam penelitian

(Budiarto, 2017). Variabel dengan jenis data kategorik berupa usia, jenis kelamin,

berat badan dan jenis dalam bentuk mean, median, standar deviasi, 95% CI min-

max yang dapat dilihat dari table dibawah :

Table 3.2
Analisis Univariat
Variabel Skala Penyajian Hasil
Usia, kelas, berat badan Interval Mean, median, standar deviasi,
95% CI min-max
Jenis kelamin Nominal Mean, median, standar deviasi,
95% CI min-max
Personal Hygiene, Penyebab Ordinal Mean, median, standar deviasi,
Cacingan, Status Gizi 95% CI min-max

Dengan menggunakan rumus :

𝐹
P = 𝑁 x 100
43

Keterangan :

P = Besar Persentase

F = Frekuensi

N = Jumlah pertanyaan (Budiarto, 2002).

b. Analisa bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga atau berkolerasi

(Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk

mengetahui hubungan personal hygiene dengan penyebab cacingan dan status gizi

pada anak sekolah dasar. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

spearman rank. Menurut Sugiyono (2010) korelasi spearman rank digunakan untuk

mencari hubungan atau untuk menguji signifikasi hipotesis asosiatif bila masing-

masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal, dan sumber data antara

variabel tidak harus sama.

Table 3.3
Analisis Bivariat
No Variabel yang Dicari Hubungannya Analisa
Variabel 1 Variabel 2
1. Personal Hygiene Penyebab Cacingan Spearman
2. Personal Hygiene status gizi Spearman

G. Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan

Peneliti mengajukan surat pengantar perizinan penelitian melalui pihak

akademik STIKes ‘Aisyiyah Bandung untuk melakukan penelitian di SD.

Kemudian peneliti menyerahkan surat pengantar perizinan penelitian dari pihak


44

kampus ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) Kabupaten

Bandung dan setelah mendapatkan surat perizinan dari KESBANGPOL, peneliti

memberikan surat perizinan penelitian dari KESBANGPOL disertai surat

pengajuan perizinan penelitian dari pihak akademik STIKes ‘Aisyiyah Bandung ke

Dinas Kesehatan Bandung (DINKES) untuk diproses dalam legalitas perizinan

penelitian. Setelah mendapatkan surat perizinan dari Dinas Kesehatan Bandung,

peneliti membawa surat tersebut ke Dinas Pendidikan (DISDIK) untuk diberikan

kepada SDN Neglasari Jelekong untuk perizinan proses pengambilan data dalam

penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

a. Peneliti melakukan studi pendahuluan yakni wawancara kepada kepala sekolah

SDN Neglasari Jelekong untuk mendapatkan data populasi dan karakterisktik

responden.

b. Setelah mendapatkan data peneliti mengumpulkan responden dalam satu

ruangan kemudian dimintai persetujuan sebagai sampel dalam penelitian

(Informed Consent).

c. Selanjutnnya peneliti memberikan penjelasan mengenai kuesioner yang harus

diisi oleh responden guna pengumpulan data

d. Responden dipersilahkan untuk bertanya bila ada hal yang tidak dimengerti

dalam lembar kuesioner.

e. Responden dipersilahkan untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan

f. Setelah responden selesai mengisi pertanyaan dalam kuesioner, kuesioner

kembali dikumpulkan.
45

g. Setelah data hasil penelitian dikumpulkan, kemudian dilakukan pengecekan

h. Data yang sudah dicek, kemudian diolah dengan menggunakan computer.

i. Setelah data diyakini benar, maka data sudah siap digunakan untuk pembuatan

laporan akhir penelitian.

3. Tahap Akhir

Pada tahap ini setelah semua responden yang terlibat dari penelitian yang telah

mejawab lembar kuesioner, maka peneliti memeriksa kembali kelengkapan data

yang diperoleh. Selanjutnya peneliti mengolah data yang sudah terkumpul untuk

dianalisis dan menuangkan hasil data tersebut dalam bentuk laporan yang disusun

sesuai degan pedoman yang telah ditentukan.

H. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April 2019, yang bertempat di SDN Neglasari

Jelekong Kabupaten Bandung.

I. Etika Penelitian

1. Informed consent

Merupakan lembar persetujuan yang diberikan kepada responden, tentang

kesiapan responden ikut serta dalam penelitian. Dalam tahapan ini peneliti

memberikan informasi kepada responden secara lisan dan tulisan tentang tujuan

penelitian, tindakan yang akan dilakukan selama penelitian, prosedur tindakan yang

akan dilakukan, manfaat dari penelitian, masalah yang mungkin akan terjadi selama

penelitian, dan kerahasiaan data responden serta penjelasan bahwa data yang

diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu (Nursalam,

Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, 2016). Untuk menghindari adanya hal


46

yang tidak diinginkan dan menghindari adanya pihak yang drugikan atau

ketidaknyamanan dari pihak responden maupun peneliti saat proses pengambilan

data dalam penelitian ini maka peneliti membuat lembar informed consent yang

berisikan lembar tersetujuan dan penjelasan mengenai prosedur pengambilan data.

2. Anonymity

Dalam penelitian ini peneliti harus memberiakan kenyamanan terhadap

responden, salah satu caranya adalah dengan memberikan privasi dalam kerasiaan

responden dengan tidak mencantumkan nama akan tetapi dengan cara memberikan

kode nomor didalam setiap data angket responden (Nursalam, Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan, 2016). Sesuai dengan etika penelitian yang peneliti

anut maka dalam penelitian ini instrument penelitian didesain dengan menjaga

penuh privasi responden dengan menggunakan inisial pada penamaan identitas

responden.

3. Beneficient (asas kemanfaatan)

Setiap tindakan intervensi semata-semata dilakukan untuk memberikan manfaat

kepada responden dan juga menjadi suatu metode serta konsep baru untuk kebaikan

responden (Nursalam, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, 2016). Segala

intervensi dalam penelitian ini ditunjukan untuk mengetahui, mengembangkan

keilmuan guna mengaplikasian untuk memberikan manfaat pada responden.

4. Non mal-eficient

Saat melakukan penelitian, penleiti harus menjauhkan hal-hal yang dapat

merugikan terhadap responden, baik yang dapat menimbulkan cedera atau hal-hal

yang dapat membuat responden menjadi tidak nyaman. Sehingga keamanan dan
47

keselamatan responden tetap terjaga (Nursalam, Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan, 2016). Dalam penelitian ini keterlibatan responden sangat

menekankan keamanan, kerahasiaan dan menghindarkan perlakuan dalam bentuk

apapun yang dapat merugikan, membahayakan atau menimbulkan

ketidaknyamanan pada responden.

5. Justice (Keadilan)

Dalam melakukan penelitian ini peneliti harus bersikap adil kepada setiap

responden dalam setiap tindakan yang dilakukan tanpa ada diskriminasi baik

sebelum, selama dan sesudah keikut sertaannya. Peneliti juga harus berhati-hati dan

berkeprimanusiaan dalam melakukan tindakan intervensi untuk menjaga

keselamatan responden (Nursalam, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,

2016). Dalam penelitian ini peneliti sangat menjunjung tinggi prinsip keadilan

dalam segala aspek termasuk pemilihan responden dengan tidak membeda-bedakan

responden.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Unit Observasi

Pada BAB ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian mengenai hubungan

perilaku personal hygiene dengan penyebab cacingan dan status gizi pada anak

sekolah dasar usia 8-12 tahun di SDN Neglasari Jelekong Kabupaten Bandung.

Penelitian ini dilakukan selama bulan juni 2019 dengan 179 responden,

pengumpulan data dilakukan di Sekolah Dasar Neglasari Jelekong Kabupaten

Bandung dengan perolehan data yang sesuai dengan karakteristik meliputi usia,

jenis kelamin, kelas. Karakteristik responden mendukung variabel penelitian

perilaku personal hygiene dengan penyebab cacingan dan status gizi pada anak

sekolah dasar.

B. Hasil Penelitian

Hasil analisis pada penelitian ini adalah mengenai hubungan perilaku personal

hygiene dengan penyebab cacingan dan status gizi pada anak sekolah dasar usia 8-

12 tahun dengan jumlah sebesar 180 responden.

1. Karakteristik Responden Siswa-Siswi SDN Neglasari

Karakteristik responden terdiri dari data demografi yang terdiri dari nama,

jenis kelamin, usia, kelas, yang dipaparkan pada tabel 4.1 sebagai berikut

48
49

Tabel 4. 1
Distribusi Karakteristik Responde Di SDN Neglasari Jelekong Kabupaten
Bandung

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)


Usia
8 Tahun 11 Bulan 25 13.9
9 Tahun 11 Bulan 47 26.1
10 Tahun 11 Bulan 40 22.2
11 Tahun 11 Bulan 31 17.2
12 Tahun 11 Bulan 37 20.6
Jumlah 180 100.0
Jenis Kelamin
Laki-laki 100 55.6
Perempuan 80 44.4
Jumlah 180 100.0
Kelas
2 33 18.3
3 53 29.4
4 29 16.1
5 45 25.0
6 20 11.1
Jumlah 180 100.0

Berdasarkan table 4.1 distribusi karakteristik responde berdasarkan jenis kelamin


menunjukan hasil bahwa laki-laki memiliki jumlah yang besar. Hal tersebut
ditunjukan dari 180 responde 100 responde tersebut berjenis kelamin laki-laki
dengan persetase 55.6%. Distribusi responden berdasarkan usia menunjukan hasil
bahwa sebagian beasar responde usia 9 tahun dengan jumlah 47 responden 26.1%.
Distribusi responden berdasarkan kelas menunjukan bahwa kelas 3 memperoleh
hasil terbanyak yaitu 53 responden 29.4%.

2. Perilaku Personal Hygiene

Data pada variabel perilaku personal hygiene ini diperoleh melalui kuesioner

yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan hasil modifikasi. Perilaku personal

hygiene dapat dijabarkan pada table berikut :


50

Tabel 4. 2
Distribusi Personal Hygiene Di SDN Neglasari Jelekong Kabupaten
Bandung

Perilaku Personal Hygiene Frekuensi Persentase (%)

Baik 1 .6
Cukup 40 22.2
kurang 139 77.2
Total 180 100.0
Berdasarkan tabel 4.2 distribusi perilaku personal hygiene pada siswa kelas 2-6 di

Sekolah dasar Neglasari Jelekong yaitu, baik sebanyak 1 orang (6%), cukup

sebanyak 40 (22.2%), kurang sebanyak 139 (77.2%). Banyaknya jumlah siswa

yang kurang dalam perilaku personal hygiene dikarenakan kurangnya pengetahuan

mengenai personal hygiene serta kurangnya edukasi dari guru baik secara lisan

maupun tulisan berupa poster serta dukungan pihak sekolah dalam menjaga

kebersihan lingkungan.

3. Penyebab Cacingan

Data pada variabel penyebab cacingan ini diperoleh melalui kuesioner yang

telah dibuat oleh peneliti berdasarkan hasil modifikasi. Penyebab Cacingan dapat

dijabarkan pada table berikut :

Tabel 4. 3
Distribusi Penyebab Cacingan Di SDN Neglasari Jelekong Kabupaten
Bandung
Penyebab Cacingan Frekuensi Persentase (100%)
Tinggi 101 56.1
Rendah 79 43.9
Total 180 100.0

Berdasarkan tabel 4.3 distribusi penyebab cacingan pada siswa kela 2-6 di Sekolah

Dasar Neglasari Jelekong yaitu, tinggi sebanyak 101 orang (56.1%), rendah 79
51

orang (43.9%). Tingginya tingkat penyebab cacingan pada siswa ini didukung oleh

data personal hygiene yang menunjukan hasil kurang sebanyak 139 orang dan hal

ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang bermain disekolah tanpa memakai

alas kaki serta aturan sekolah yang mengharuskan siswa membuka sepatu kedalam

kelas, hal ini membuat anak cenderung melakukan aktivitas sekolah tanpa memakai

alas kaki, serta kuku tangan yang terlihat panjang dan kotor.

4. Status Gizi

Data pada variabel status gizi ini diperoleh melalui nilai normal berat bedan

dan tinggi badan sesuai usia menggunakan rumus IMT, dapat dijabarkan pada tabel

berikut :

Tabel 4. 4
Distribusi Status Gizi Di SDN Neglasari Jelekong Kabupaten Bandung

Status Gizi Frekuensi Persentase (100%)


Sangat Kurus 88 48.9
Kurus 34 18.9
Normal 50 27.8
Gemuk 3 1.7
Obesitas 5 2.8
Total 180 100.0
Berdasarkan tabel 4.4 distribusi status gizi pada siswa kelas 2-6 di Sekolah Dasar

Neglasari Jelekong yaitu, sangat kurus 88 orang (48.9%), kurus 34 orang (18.9),

normal 50 (27.8%), gemuk 3 orang (1.7%), obesitas 5 orang (2.8%). Hasil tersebut

menunjukan bahwa kebanyakan siswa di SD Neglasari Jelekong memiliki tubuh

sangat kurus hal ini diperoleh dari hasil penghitungan IMT pada siswa sesuai

dengan usia.
52

5. Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dan Penyebab Cacingan

Pada penelitian ini data untuk melakukan pengujian hubungan antara variabel

perilaku personal hygiene dan penyebab cacingan menggunakan uji statistic

sperman rank dengan meggunakan bantuan program SPSS for Window dengan

hasil sebagai berikut :

Tabel 4. 5
Distribusi Hubungan Perilaku Personal Hygiene dan Penyebab Cacingan di
SDN Neglasari Jelekong Kabupaten Bandung

Perilaku personal Tingkat cacingan


hygiene dan Total P value
penyebab cacingan
Tinggi Rendah

Tingkat Baik 1 0 1 0.000


Personal Cukup 40 0 40
Hygiene Kurang 60 79 139

Total 101 79 180

Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan hasil p value < 0.05 (p=0.000). hal ini

menunjukan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan

terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan perilaku personal hygiene dan

pernyebab cacingan pada anak.

6. Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dan Status Gizi

Pada penelitian ini data untuk melakukan pengujian hubungan antara variabel

perilaku personal hygiene dan status gizi menggunakan uji statistic sperman rank

dengan meggunakan bantuan program SPSS for Window dengan hasil sebagai

berikut :
53

Tabel 4. 6
Distribusi Perilaku Personal Hygiene dan Status Gizi di SDN Neglasari
Jelekong Kabupaten Bandung
Status Gizi
Perilaku personal
hygiene dan Gemuk Kurus Normal Obesitas Sangat Total P Value
penyebab kurus
cacingan
Baik 0 1 0 0 0 1
Tingkat Cukup 1 8 10 0 21 40 0.153
Personal Kurang 2 25 40 5 67 139
Hygiene
Total 3 34 50 5 88 180

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan hasil p value > 0.05 (p=0.153). hal ini

menunjukan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat di simpulkan tidak

adanya hubungan yang signifikan antara hubungan perilaku personal hygiene dan

status gizi pada anak.

B. Pembahasan

1. Analisa Univariat

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SDN Neglasari Jelekong

didapatkan jumlah responden yang terbanyak adalah laki-laki (55.6%). Pada

kelompok usia 8-12 tahun, dengan personal hygiene yang buruk sebanyak (77,2 %),

penyebab cacingan yang sangat tinggi (56,1 %), dan status gizi yang sangat kurang

(48,9%).

Anak laki-laki merupakan responden terbanyak mengalami personal hygiene

yang buruk dan penyebab cacingan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian

Putri D (2009) tentang identifikasi telur ascaris lumbricoides pada kotoran kuku

tangan Murid SDN 013 meranti pandak didapatkan yang terkena cacingan lebih

banyak terjadi pada laki-laki. Hal ini kemungkinan dapat tejadi karena pada daerah

penelitian ini responden laki-laki lebih banyak dari pada perempuan dan dominan
54

melakukan aktivitas ditanah dan kurang memperhatikan hygiene sehingga

memudahkan tejadinya penyebab cacingan.

Responden yang berusia 9-10 tahun lebih banyak mengalami personal hygiene

yang buruk dan penyebab cacingan yang sangat tinggi dibandingkan dengan

responde yang umur 11-12 tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

Giniting (2008) tentang hubungan antara personal hygiene dan kecacingan pada

anak sekolah dasar di desa suka kecamatan tiga bahwa kelompok usia terbanyak

yang mengalami personal hygiene dan angka cacingan yang tinggi adalah

kelompok usia 7-10 tahun. Hal ini kemungkinan terjadi karena semakin rendah usia

anak semakin tinggi insiden tejadinya cacingan, karena anak usia 7-10 tahun

memiliki pengetahuan yang minim mengenai perilaku hidup bersih dan sehat serta

kurang memperhatikan personal hygiene sehingga memudahkan terjadinya infeksi

cacingan.

Pada penelitian ini kebanyakan responden memiliki personal hygiene yang

buruk 77,%. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan olehh Nolif

(2011) pada murid SDN Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, dimana

sebagian responden memiliki pengetahuan baik tentang personal hygiene 89,1%.

Responden usia 8-12 tahun sebagian besar memiliki pengetahuan hygiene yang

buruk. Hal ini terjadi karena responden belum banyak mendapatkan informasi dan

belajar tentang personal hygiene baik dilingkungan sekolah maupun lingkungan

keluarga. Hal ini sesuai dengan Tanya jawab dengan salah seorang guru di SDN

Neglasari Jelekong yang mengatakan bahwa memang tidak ada diajarkan mengenai
55

personal hygiene kepada murid-murid dan belum diberikan fasilitas untuk mencuci

tangan dan poster mengenai mencuci tangan dengan baik dan benar.

Pada umumnya pengetahuan diperoleh melalui indra penglihatan (mata),

indera pendengaran (telinga) serta pengalaman. Pengetahuan bisa didapatkan dari

berbagai macam media komunikasi seperti Koran, majalah, televise dan akses

internet. Sarana dan prasara media komunikasi ini belum terjangkau didaerah SDN

Neglasari Jelekong sehingga menyebabkan personal hygiene yang buruk dan

penyebab cacingan yang sangat tinggi (Isro'in, 2012).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Tumanggor A (2008) tentang

hubungan perilaku personal hygiene dengan kecacingan di Desa Juma Teguh

Kabupaten Dairi didapatkan rata-rata responden memiliki personal hygiene yang

buruk. Hal ini kemungkinan dapat tejadi karena rendahnya pemahaman dan

informasi yang didapat responden tentang hygiene yang baik mempengaruhi

pengetahuan tentang hygiene itu sendiri yang bedampak pada sikap responden

tentang hygiene yang sangat buruk sehingga menyebabkan akan penyebab cacingan

yang sangat tinggi.

Menurut (Notoatmodjo P. D., 2012) yakni pengetahuan yang baik selalu diikuti

perilaku yang sesuai ataupun sebaliknya. Namun pada penelitian ini kemungkinan

responden mengabaikan pengetahuan sehingga tetap berperilaku hygiene yang

buruk sesuai kebiasaan responden.


56

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Perilaku Personal Hygiene dan Penyebab Cacingan

Melalui hasil analisa data dengan menggunakan Uji Statistik Sperman Rank

didapatkan p value 0,000 <0.05, dapat diartikan bahwa Ha diterima atau dapat

dikatakan bahwan terdapat hubungan antara perilaku personal hygiene dengan

penyebab cacingan.

Tingkat personal hygiene yang buruk sebanyak 139 kemungkinan besar

mengalami cacingan dibandingkan dengan anak yang memiliki personal hygiene

yang baik. Penemuan ini sesuai dengan yang ditemukan oleh Rusmanto (2012) ada

hubungan yang signifikan antara perilaku personal hygiene siswa dengan penyebab

cacingan di Sekolah Dasar Negeri Rapadaya 11 Kecamatan Omben Kabupaten

Sampan dengan nilai ( P 0.04).

Penelitian Fitri J (2011) menemukan adanya hubungan antara Perilaku personal

hygiene dengan penyebab cacingan murid SD di Kecamatan Angkola Timur

Kabupaten Tapanuli Selatan dengan nilai OR 6.000. Hal ini disebabkan karena

penyebaran penyakit cacingan paling banyak ditemukan didaerah dengan

kelembaban tinggi yaitu pada kelompok yang personal hygiene kurang baik.

Hasil penelitian (Asror, 2005) juga menemukan adanya hubungan antara

perilaku personal hygiene perorangan dengan kejadian cacingan pada petugas

pengangkut sampah di Kota Pekalongan dengan nilai ( P value 0.001). Hal tersebut

sesuai dengan teori (Saryono, 2010) yang menjelaskan bahwa personal hygiene

yang baik dapat meminimalkan pintu masuk (portal of entry) mikroorganisme yang

ada dimana-mana dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit.


57

Dimana personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang

berbagai penyakit infeksi (seperti cacingan), penyakit kulit dan saluran pecernaan.

(Smith, 2012) juga menjelaskan bahwa mengajarkan anak mengenai hygiene

yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah penyebaran infeksi tidak hanya

untuk perkembangan masa kanak-kanak tetapi sampai dewasa. Personal hygiene

seharusya sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan

contoh mengenai praktik personal hygiene yang baik kepada anak-anak. Penelitian

berpendapat bahwa personal hygiene dapat tercapai bila seseorang mengetahui

pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan diri karena pada dasarnya personal

hygiene adalah pengembangan kebiasaan yang baik untuk menjaga kesehatan diri.

b. Hubungan Perilaku Personal Hygiene dan Status Gizi

Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 180 siswa dengan status gizi yang

kurang sebanyak 88 siswa (48,9%), gizi normal 50 siswa (27,8%). Hasil analisa

yang didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bemakna antara personal hygiene

dan status gizi.

Hasil penelitian ini berkolerasi dengan beberapa penelitian yang juga

menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara personal hygiene dan status

gizi diantaranya hasil dari penelitian (WY, 2007) di Kecamatan Bangko Kabupaten

Rokan Hilir, dimana tidak terdapat hubungan yang bermakna antara personal

hygiene da status gizi. Pada penelitian (P, 2012) pada anak Sekolah Dasar Al-

mustofa Surabaya berdasaeka uji Chi Square didapatkan bahwa nilai p 0.310

sehingga tidak ada hubungan antara personal hygiene dan status gizi.
58

Menurut (Dkk, 2009) penyebab keadaan kurang gizi dapat dilihat sebagai suatu

proses kurang makan atau ketika kebutuhan tubuh normal tedapat suatu nutrisi tidak

tepenuhi.

Menurut (Matondang, 2007) terdapat dua faktor yang mempengaruhi status

gizi seseorang yaitu faktor secara langsung dan faktor secara tidak langsung. Secara

langsung misalnya makanan yang dikonsumsi individu, dan penyakit infeksi yang

mungkin diderita responden. Sedangkan secara tidak langsung adalah faktor

ketahanan pangan dalam keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang baik, dan

banyak ditemukan siswa yang bestatus gizi kurang.

Menurut Depkes RI (2011) terdapat beberapa kemungkinan mekanisme yang

dapat menyebabkan hal ini adalah asupan makronutrien. Kurangnya asupan

mikronutrie menyebabkan defisiensi imun dan meningkatkan kerentanan tehadap

parasite usus.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Perilaku Personal

Hygiene Dengan Penyebab Cacingan Dan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar

Usia 8-12 Tahun di SDN Neglasari Jelekong Kabupaten Bandung Tahun 2019,

dengan jumlah 180 responden dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari 180 responden di SDN Neglasari Jelekong Kabupaten Bandung paling

banyak usia 9-10 Tahun, mayoritas responden yang paling banyak yaitu laki-

laki sebanyak 100 responden 55,6%, siswa yang kurang baik dalam perilaku

personal hygiene sebanyak 77,2% sehingga menyebabkan tingginya penyebab

cacingan sebanyak 56,1%, dan status gizi siswa yang sangat kurus sebanyak 88

siswa 48,9%.

2. Terdapat hubungan antara perilaku personal hygiene dengan penyebab

cacingan di SDN Neglasari Jelekong Kabupaten Bandung dengan P value

0,000 (<0,05).

3. Tidak terdapat hubungan antara perilaku personal hygiene dan status gizi di

SDN Neglasari Jelekong Kabupaten Bandung dengan P value 0,153 (>0,05).

59
60

B. SARAN

1. Bagi Tenanga Kesehatan

Petugas kesehatan perlu memberikan penyuluhan yang lebih intensif yakni

sekali dalam sebulan kepada warga khususnya pada anak sekolah dasar tentang

pentingnya perilaku personal hygiene.

2. Bagi Institusi Sekolah

Pentingnya memberikan edukasi kepada murid-murid mengenai cara mencuci

tangan dengan baik dan benar, dan memberikan fasilitas untuk mencuci tangan serta

menempelkan poster cara mencuci tangan dengan baik dan benar agar siswa dapat

mempraktikkan secara langsung.

3. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini bisa menjadi sebuah referensi pustaka sebagai bahan

tambahan di perpustakaan, dan menambah wawasan bagi semua kalangan

mahasiswa kesehatan tentang perilaku personal hygiene dengan penyebab cacingan

dan status gizi.

4. Bagi Peneliti selanjutnya

Saran bagi peneliti yang akan meneruskan agar diberikan pengetahuan tentang

personal hygiene dan melakukan intervensi cara mencuci tangan dengan baik dan

benar.
DAFTAR PUSTAKA

A, T. (2008). Hubungan Perilaku Personal dan Hygiene siswa SDN 0303745


dengan infeksi kecacingan didesa juma teguh kecamatan sempat nempa
kabupate dairi. Medan .
Afianti, Y. (2014). Metodologi Kuantitatif dalam Riset Keperawatan . Jakarta:
Rajawali Pers.
Ahmad, I. M. (2013). Perilaku Personal Hygiene dikelurahan karema kecamatan
mamuju. Sulawesi Barat.
AKG. (2013). Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.
Jakarta.
Andaruni, A. (2012). Gambaran faktor-faktor penyebab infeksi cacingan pada
anak di SDN pasirlangu cisarua. Skripsi . Bandung:
http://journals.unpad.ac.id/ejournal/article/view/597/651 (Diakses 31
januari 2013).
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Prakter. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Asror, F. (2005). Hubungan Hygiene perorangan dengan kejadian kecacingan
pada petugas pengangkut sampah di kota pekalongan. Pekalongan:
http://eprints.undip.ac.id/28727/1/2463.pdf (3 Agustus 2013).
Budi. (2012). Hubunagn antara hygiene perorangan dengan infestasi cacing usus
pada siswa sekolah dasar negeri 119 Manado. Manado:
http://ididmanado.org/wp-content/uploads/2012/07/HUBUNGAN
ANTARA-HYGIENE PERORANGAN-DENGAN-INFESKATASI-
CACING-pdf (Diakses 4 Agustus 2013).
Damayanti. (2016). Hubungan Citra Tubuh, aktivitas fisik, dan pengetahuan gizi
yag seimbang dengan status gizi remaja putri. surabaya.
DJ, P. (2009). Indentifikasi telur Ascaris Lumbricoides dan Trichuris pada kotoran
kuku tangan murid kelas I,II, dan III SDN 013 Meranti Pandak Kecamatan
Rumbai Pesisir Pekanbaru serta gambaran faktor risiko. pekanbaru.
Dkk, G. (2009). Gizi dan Kesehatan. jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Fitri, J. (2012). Analisa Faktor-faktor resiko infeksi kecacingan murid sekolah
dasar dikecamatan angkola timur kabupaten tupanuh selatan .
Florence, A. (2017). Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pola Konsumsi dengan
Status Gizi pada Mahasiswa TPB Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut
Teknologi Bandung. Bandung: Universitas Pasundan.
Hadi, H. (2005). Beban ganda masalah gizi dan implikasinya terhadap kebijakan
pembangunan kesehatan nasional. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Hardiansyah. (2012). kecukupan energi, lemak, protein, dan karbohidrat. Bogor :
Institusi Pertanian Bogor.
Hariyani. (2010). Hubungan Hygiene sanitasi perorangan Dengan kejadian
penyakit Cacingan Pada Siswa Sekolah Dasar Yasasan Dinamika
Indonesia Bantar Gerbang Bekasi Jawa Barat. Bekasi Jawa Barat:
http://www.scribd.com/doc/45680536/69/Hubungan-antara-hygiene-
sanitasi-perorangan-dengan-kejadian-penyakit-cacingan-pada-siswa-
sekolah-dasar-yayasan-dinamika-indonesia-bantar gerbang-bekasi-jawa-
barat (Diakses 17 Juli 2013).
Haryati, S. (2004). Hbungan praktek kebersihan diri dan hygiene perseorangan
dengan kejadian kecacingan perut pada pemulungdi Tpa Gunung Tugel
Kabupaten Banyumas. Banyumas:
http://eprint.undip.ac.id/20264/1/2174.pdf (Diakses 4 Agustus 2014).
Hidayat, A. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Inggriane, D. (2019). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Skripsi. Bandung:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 'Aisyiyah Bandung.
Isro'in, L. (2012). Personal Hygiene. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Karina L, e. (2014). Maternal And Family Factors and Child EatingPathology RIsk
and Protective Relationship. Journal of Eating Disordes, 2, 11.
Kemetrian Kesehatan, R. (2014). Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Depkes RI.
Mardalena. (2013). Dasar-dasar ilmu gizi dalam keperawatan. Ypgyakarta:
Pustaka Baru Press.
Matondang, M. (2007). status gizi dan pola makan pada anak taman kanak-kanak
di Yayasan Muslimat R.A Al-Ittihadal. medan.
MB, A. (2003). Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, P. D. (2012). METODOLOGI PENELITIAN KESEHATAN. Jakarta:
PT RINEKA CIPTA.
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. RInekes
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatana Teori dan Aplikasinya. Jakarta :
Rineka Cipta.
Nurjannah, A. (2012). gambaran personal hygiene siswa sekolah dasar negeri
jatinnagor. Bandung:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6730/1/09E01727.pdf
(Diakses 25 Mei 2013).
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (Edisi 4 ed.). Jakarta:
Salemba Medika.
P, F. (2012). Hubungan antara penyakit cacingan dengan status gizi anak sekolah
dasar (SD) Al-Mustofa. Surabaya.
Persagi. (2009). Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta: Kompas
Media Nusantara.
PUGS. (2014). Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
R.I, D. K. (2001). Pedoman Modul dan Menteri Pelatihan "Dokter Kecil". Jakarta:
Depkes R.I.
RI, D. (2011). Gizi lebih merupakan ancaman masa depan anak-anak .
riskesdes. (2013). Riskes Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia.
Riyanto, B. &. (2013). Kapita Sekta Kuesioner. Jakarta.
Rusmanto, D. (2012). Hubungan Perilaku Personal Hygiene siswa kelas 4,5 dan 6
dengan prevalesi kecacingan siswa di sekolah dasar negeri rapadaya 11
kecamatan omber kab. Sampang.
Saryono. (2010). Catatan kuliah kebutuhan dasar manusia . Yogyakarta : Medika.
Smith. (2012). What Kids need to know about Personal Hygiene.
Soekirman. (2009). Ilmu Gizi dan aplikasinya untuk keluarga dan masyarakat.
Jakarta: Dirjen Depdiknas.
Soetarjo. (2011). Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Salemba
Medika.
Sugiono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif fan R&D. Bandung :
ALFABETA.
Sugiono. (2017). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA.
Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: ALFABETA.
Tarwoto. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Wong. (2009). Buku Ajaran Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
WY, Y. (2007). hubungan infeksi cacingan usus dengan status gizi pada anak SD
Negeri 027 Labuhan Tangga Besar Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan
Hilir . Pekanbaru.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN


Bandung, April 2019
Kepada Yth.
Kepala Sekolah SDN Neglasari Baleendah

Dengan Hormat,

Saya yang bertandatangan dibawah ini mahasiswa S1 Keperawatan


STIKes ‘Aisyiyah Bandung.
Nama : Fauziah Agustiningrum
NPM : 032015015

Akan melakukan penelitian Hubungan Perilaku Personal Hygiene


dengan Penyebab Cacingan dan Status Gizi pada Anak Sekolah Dasar Usia 8-
12 Tahun di S DN Neglasari Baleendah Kabupaten Bandung. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan perilaku personal hygiene dengan
penyebab cacingan dan status gizi pada anak sekolah dasar.

Bersama dengan ini saya mohon kesediaan saudara untuk menjadi


responden dalam penelitian saya dan menjawab pertanyaan terkait penelitian yang
akan dilakukan. Penelitian ini hanya meneliti mengenai perilaku personal hygiene
yang baik. Peneliti hanya meminta waktu untuk pengisian kuesioner.Informasi yang
akan saudara berikan sebagai responden akan dijaga orisinalitas dan kerahasiaannya
dan tanpa adanya diskriminasi dan tidak adanya paksaan untuk mengikuti selama
proses penelitian serta akan di musnahkan setelah penelitian ini selesai.Responden
yang menyetujui menjadi responden akan menandatangani format (informed
consent), dan wajib mengikuti prosedur penelitian yang sudah tertulis dalam format
(informed consent). Sebelum berpartisipasi menjadi responden, responden diberikan
penjelasan mengenai tujuan, manfaat dan proses pada saat penelitian Atas perhatian
dan kesediaan saudara, saya ucapkan terimakasih.

Hormat Saya
lampiran 2
No. Responden

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


( INFORMED CONSENT)

Saya yang bertandatangan di bawah ini :


Nama :

Setelah membaca dan mendapatkan penjelasan serta memahami sepenuhnya


tentang penelitian yang dilakukan dengan judul :
Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dengan Penyebab Cacingan dan
Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Usia 8-12 Tahun di SDN Neglasari
Baleendah Kabupaten Bandung.
Yang dibuat oleh
Nama peneliti : Fauziah Agustiningrum
NPM : 032015015
Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian dengan
sukarela dan tanpa paksaan.

Bandung,.........................2019

Wali Murid
lampiran 3
No. Responden
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN
(Hubungan Perilaku Personal Hygiene dengan Penyebab Cacingan dan

Status Gizi)

Lembar kuesioner ini bertujuan untuk ....

A. Identitas Peneliti

Nama : Fauziah Agustiningrum

NIM : 032015015

Institusi : STIKes ‘Aisyiyah Bandung

B. Identitas Responden

Nama :

Umur :

Kelas :

Petunjuk : Berilah jawaban dengan menggunakan tanda (√ ) pada kolom dengan

jawaban yang menurut Adik sesuai dengan kondisi Adik saat ini.

Keterangan:

TP : Tidak Pernah KK : Kadang-Kadang

J : Jarang S : Sering

SS : Sangat Sering
Kebiasaan mencuci tangan (personal hygiene)

No Pertanyaan TP J KK S SS

1 Saya mencuci tangan sebelum


makan

2 Saya mencuci tangan sebelum


makan menggunakan sabun

3 Saya mencuci tangan setelah


buang air besar

4 Saya mencuci tangan


menggunakan sabun setelah
buang air besar

5 Saya mencuci tangan setelah


berolahraga

6 Saya mencuci tangan setelah


bermain

7 Saya mencuci tangan sebelum


memakan jajanan

Kebiasaan memotong kuku

8 Saya selalu menjaga kebersihan


kuku

9 Jika kuku saya panjang saya


memotongnya

10 Orangtua dan guru di sekolah


saya memeriksa kebersihan
kuku

Kebiasaan mandi

11 Saya mandi 2 kali sehari

12 Saya mandi menggunakan


sabun

13 Saya keramas 2 kali sehari


14 Saya keramas menggunakan
Shampoo

Kebiasaan Makan (penyebab cacingan)

15 Saya makan lalapan/sayuran


mentah

16 Ibu saya selalu membersihkan


kamar mandi apabila sudah
kotor

Jenis lantai dirumah

17 Lantai dirumah saya terbuat dari


tanah

18 Lantai kamar mandi rumah saya


terbuat dari tanah

19 Lantai kamar mandi rumah saya


terbuat dari plester/keramik

20 Lantai kamar mandi sekolah


saya terbuat dari tanah

Penggunaan Air

21 Dirumah saya air diperoleh dari


sungai

22 Disekolah saya air diperoleh


dari sungai

23 Disekolah saya air diperoleh


dari sumur gali/PAM

Kebiasaan Alas Kaki

24 Saya selalu menggunakan alas


kaki apabila sedang bermain

25 Saya selalu mencuci kaki


apabila kaki saya kotor

26 Saya selalu mencuci kaki


setelah memakai sepatu
lampiran 4

NO RESPONDEN

LEMBAR PERHITUNGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 8-12


TAHUN DI SDN NEGLASARI JELEKONG KABUPATEN BANDUNG

Tinggi Badan (TB) :

Berat Badan (BB) :

Index Masa Tubuh (IMT) :

Status Gizi :
lampiran 5
lampiran 6
lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12

Data demografi

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

8 25 13.9 13.9 13.9

9 47 26.1 26.1 40.0

10 40 22.2 22.2 62.2


Valid
11 31 17.2 17.2 79.4

12 37 20.6 20.6 100.0

Total 180 100.0 100.0

Kelas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2 33 18.3 18.3 18.3

3 53 29.4 29.4 47.8

4 29 16.1 16.1 63.9


Valid
5 45 25.0 25.0 88.9

6 20 11.1 11.1 100.0

Total 180 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

L 100 55.6 55.6 55.6

Valid P 80 44.4 44.4 100.0

Total 180 100.0 100.0


Normalitas total personal hygiene

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

TOTAL
.067 180 .048 .966 180 .000
ph

Tingkatph

Freque Percent Valid Cumulative


ncy Percent Percent

Baik 1 .6 .6 .6

Cukup 40 22.2 22.2 22.8


Valid
Kurang 139 77.2 77.2 100.0

Total 180 100.0 100.0

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

TOTAL
.063 180 .082 .954 180 .000
cacing
Statistics
TOTAL cacing

Valid 180
N
Missing 0
Mean 86.90

Tingkatcacing

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tinggi 101 56.1 56.1 56.1

Valid Rendah 79 43.9 43.9 100.0

Total 180 100.0 100.0

STATUS GIZI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Gemuk 3 1.7 1.7 1.7

Kurus 34 18.9 18.9 20.6

Normal 50 27.8 27.8 48.3


Valid
Obesitas 5 2.8 2.8 51.1

Sangat kurus 88 48.9 48.9 100.0

Total 180 100.0 100.0


tingkatph * tingkatcacing Crosstabulation
Count

tingkatcacing Total

tinggi rendah

Baik 1 0 1

tingkatph cukup 40 0 40

kurang 60 79 139
Total 101 79 180
Correlations

tingkatph Tingkatcacing

Correlation Coefficient 1.000 .480**

tingkatph Sig. (2-tailed) . .000

N 180 180
Spearman's rho
Correlation Coefficient .480** 1.000

tingkatcacing Sig. (2-tailed) .000 .

N 180 180

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

tingkatph * STATUS GIZI Crosstabulation


Count

STATUS GIZI Total

Gemuk kurus Normal Obesitas Sangat kurus

Baik 0 1 0 0 0 1

tingkatph cukup 1 8 10 0 21 40

kurang 2 25 40 5 67 139
Total 3 34 50 5 88 180

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.


Errora

Interval by
Pearson's R .118 .065 1.582 .115c
Interval
Ordinal by Spearman
.107 .072 1.434 .153c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 180

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Correlations

tingkatph STATUS GIZI

Correlation
1.000 .107
Coefficient
tingkatph
Sig. (2-tailed) . .153

Spearman's N 180 180


rho Correlation
.107 1.000
STATUS Coefficient

GIZI Sig. (2-tailed) .153 .

N 180 181
Lampiran 13

A. Hasil Uji Validitas


1. Validitas Personal Hygiene
No r hitung r tabel 5% Sig. Kriteria
1 0,939 0,361 0,000 Valid
2 0,551 0,361 0,002 Valid
3 0,459 0,361 0,011 Valid
4 0,012 0,361 0,948 Invalid
5 0,535 0,361 0,002 Valid
6 0,534 0,361 0,002 Valid
7 0,496 0,361 0,005 Valid
8 0,400 0,361 0,028 Valid
9 0,786 0,361 0,000 Valid
10 0,301 0,361 0,106 Invalid
11 0,586 0,361 0,001 Valid
12 0,762 0,361 0,000 Valid
13 0,431 0,361 0,117 Vaid
14 0,760 0,361 0,000 Valid
2. Validitas Cacingan

No r hitung R tabel Sig. Kriteria


1 0,521 0,361 0,003 Valid
2 0,105 0,361 0,581 Invalid
3 0,271 0,361 0,147 Invalid
4 0,185 0,361 0,327 Invalid
5 0,133 0,361 0,483 Invalid
6 0361 0,361 0,050 Valid
7 0,633 0,361 0,000 Valid
8 0,012 0,361 0,949 Invalid
9 0,526 0,361 0,003 Valid
10 0,401 0,361 0,028 Valid
11 0,787 0,361 0,000 Valid
12 0,111 0,361 0,558 Invalid
13 0,432 0,361 0,017 Valid
14 0,185 0,361 0,328 Invalid
15 0,716 0,361 0,000 Valid
16 0,491 0,361 0,006 Valid
17 0,407 0,361 0,026 Valid
18 0,528 0,361 0,003 Valid
19 0,309 0,361 0,097 Invalid

B. Hasil Uji Reliabilitas


1. Reliabilitas Personal Hygiene
Reliability Statistics

Cronbach's Cronbach's N of Items


Alpha Alpha Based on
Standardized
Items

.735 .836 15

Kesimpulannya :
Uji reliabilitas yang dilakukan pada 30 siswa SD dari 14 pertanyaan
personal hygiene menggunakan rumus Alpha Cronbach didapatkan
nilai 0,836 berarti reliabel.

2. Reliabilitas Cacingan

Reliability Statistics

Cronbach's Cronbach's N of Items


Alpha Alpha Based on
Standardized
Items

.700 .725 20
Kesimpulannya :
Uji reliabilitas yang dilakukan pada 30 siswa SD dari 19 pertanyaan
Cacingan menggunakan rumus Alpha Cronbach didapatkan nilai 0,725
berarti reliabel.
lampiran 14
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi
1. Nama : Fauziah Agustiningrum
2. Tempat, tanggal lahir : Bandung, 16 Agustus 1997
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Kewarganegaraan : Indonesia
5. Agama : Islam
6. Status : Belum Menikah
7. Alamat : Kp. Jelekong Rt 06/03 Kel. Jelekong Kec.
Baleendah Kab. Bandung
8. No. Telepon : 081324224736
Pendidikan
1. 2002-2003 : Tk R.A Fathul Hikmah
2. 2003-2009 : SDN Giriharja 1
3. 2009-2012 : SMPN 2 Baleendah
4. 2012-2015 : SMAN 1 Dayeuhkolot
5. 2015-2019 : STIKes ‘Aisyiyah Bandung
Pengalaman Organisasi
1. 2010-2012 : Ketua Marching Band ( Mayoret )
2. 2012-2014 : Ketua Karate SMAN 1 Dayeuhkolot
3. 2016-2018 : Anggota Paduan Suara STIKes ‘Aisyiyah
Bandung

Anda mungkin juga menyukai