SKRIPSI
Oleh :
FAUZIAH AGUSTININGRUM
NIM 032015015
SKRIPSI
‘Aisyiyah Bandung
Oleh :
FAUZIAH AGUSTININGRUM
NIM 032015015
1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik (sarjana, magister, dan/atau diktor), baik di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan ‘Aisyiyah Bandung maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim
penelaah/Tim Penguji.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan oranglain, kecuali secara tulisan dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalan pernyataan ini, maka kami
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku diperguruan tinggi lain.
Bandung, Juli 2018
Yang membuat pernyataan,
Fauziah Agustiningrum
NIM. 032015015
i
LEMBAR PERSETUJUAN
FAUZIAH AGUSTININGRUM
NIM. 032015015
Oleh:
Pembimbing utama,
Pembimbing Pendamping,
ii
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 032015015
Mengesahkan, Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Pembimbing
iii
MOTTO HIDUP
“Tak selamanya kesulitan akan terus menjadi sebuah kesulitan tiada henti.
( Fauziah Agustiningrum)
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia–nya,
Peneliti membuat proposal skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk
Peneliti menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini tidak mungkin akan
terlaksana apabila tidak ada bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini
1. Ibu Tia Setiawati., S.Kp., Ners., M.Kep., Sp., An, selaku ketua STIkes ‘Aisyiyah
Bandung.
2. Bapak Nandang Jamiat Nugraha., M.Kep., Sp., Kep., Kom selaku ketua Program
3. Ibu Yusi Sofiyah., S.Kep., Ners., M.Kep., Sp., An selaku Dosen pembimbing
4. Seluruh Dosen dan Staff STIkes ‘Aisyiyah Bandung yang tidak dapat peneliti
5. Orangtua tercinta yaitu Ayah Dedi Rustandi dan Ibu Iin Sarinengsih yang telah
merawat, dan mendidik dari kecil hingga saat ini dengan penuh kasih sayang dan
ketulusan. Terimaksih untuk semua yang telah Ayah dan Ibu berikan untuk saya,
v
6. Teman – teman Sarjana Keperawatan angkatan 2015, terimakasih atas segala
kebaikan kebersaan dan dukungan selama kuliah dan dalam penyusunan skripsi
ini.
7. Teman dekat yang selalu mendukung saya yaitu Ria permatasari, Farhan
Amilludin, Citra Algiatie, Lestari, Rahmi, Dina inayati, Nadya. Terima kasih
8. Semua pihak yang telah mendukung proposal skripsi ini, yang tidak dapat
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka. Peneliti menyadari
bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena terbatasnya
kemampuan dan pengalaman peneliti. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
membangun akan peneliti terima dengan senang hati. Akhir kata, semoga proposal
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihan yang berkepentingan.
Fauziah Agustiningrum
vi
ABSTRAK
Fauziah Agustiningrum
032015015
Penelitian ini dilatar belakangi oleh personal hygiene yang buruk dan menyebabkan
terjadinya peningkatan penyebab cacingan yang tinggi. Prevalensi di Indonesia
terdapat 4,60-12,5% pada tahun 2010 dan di Jawa Barat tedapat 30,4% dan
prevalensi gizi terdapat sangat kurus 4.6%, kurus 7.6%, Normal 78.6%, dan gemuk
9.2%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan perilaku
personal hygiene dengan penyebab cacingan dan status gizi pada anak sekolah dasar
di SDN Neglasari Jelekong. Desain metode penelitian yang digunakan adalah
metode korelasi dengan pendekatan kuantitatif dengan rancangan cross sectional.
Sampel yang dipakai 180 anak kelas 2-6 SDN Neglasari Jelekong. Hasil penelitian
menunjukan bahwa Hubungan antara perilaku personal hygiene dan penyebab
cacingan p value 0.000 (<0.05). Hubungan antara perilaku personal hygiene dan
status gizi p value 0.153 (>0.05). Sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan
antara perilaku personal hygiene dan penyebab cacingan di SDN Neglasari
Jelekong Kabupaten Bandung. Tidak ada hubungan antara perilaku personal
hygiene dan status gizi pada anak Sekolah Dasar di SDN Neglasari Jelekong
Kabupaten Bandung. Disarankan kepada peneliti yang akan meneruskan penelitian
ini agar diberikan pengetahuan tentang personal hygiene dan melakukan intervensi
cara mencuci tangan dengan baik dan benar.
Kata kunci : Personal Hygiene, Penyebab Cacingan, Status Gizi
Kepustakaan : 50 buah (2003-2019)
vii
ABSTRACT
Fauziah Agustiningrum
032015015
The relation between personal hygiene behavior with wormy cause and nutrition
status in elementary school range of 8-12 years old in SDN Neglasari Jelekong
Kabupaten Bandung
V ; 2019 ; 60 page ; 11 table ; 2 chart ; 17 attachment
The backgrounds of the research were the increasing of high wormy caused by
unhealthy personal hygiene. The prevalence of nutrition in Indonesia was 4,60-
12,5% and 30,4% in West Java, in 2010. Very thin 4.6%, thin 7.6%, normal 78.6%
and thick 9.2%. the research aims to identify the relation between personal hygiene
behavior with wormy cause and nutrition status in SDN Neglasari Jelekong. The
used method was correlation, with quantitative approach with a cross-sectional
design. The sample used 180 students from grade 2 to 4. The results showed that
the relation between personal hygiene behavior with wormy cause is p-value 0.000
(<0.05) and the relation between personal hygiene behavior with nutritional status
is p-value 0.153 (>0.05). It could be concluded that there was a relation between
personal hygiene behavior with wormy cause and there was not a relation between
personal hygiene behavior with nutritional status. Researcher suggests for the next
research to give knowledge about personal hygiene and to conduct intervention the
way of hand wash correctly.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
MOTTO HIDUP .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 5
D. MANFAAT PENELITIAN .......................................................................... 6
E. SISTEMATIKA PEMBAHASAN .............................................................. 7
BAB II ..................................................................................................................... 8
LANDASAN TEORI .............................................................................................. 8
A. Landasan Teori ............................................................................................. 8
1. Kebersihan Diri ........................................................................................ 8
2. Cacingan ................................................................................................. 15
3. Status Gizi Pada Anak ............................................................................ 17
4. Anak Usia Sekolah Dasar ....................................................................... 25
B. HASIL PENELITIAN RELEVAN ............................................................ 27
C. KERANGKA TEORI ................................................................................ 29
D. HIPOTESIS ................................................................................................ 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 31
A. Metode Penelitian....................................................................................... 31
B. Variabel Penelitian ..................................................................................... 31
1. Variabel Independen (bebas) ..................................................................... 32
2. Variabel dependent (terikat) ....................................................................... 32
a. Definisi Operasional ............................................................................... 32
b. Kerangka Penelitian ............................................................................... 34
a. Kriteria Inklusi ....................................................................................... 36
ix
b. Kriteria Eksklusi ..................................................................................... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 37
E. Validitas dan Reliabilitas ........................................................................... 38
1. Validitas.................................................................................................. 38
2. Reliabilitas .............................................................................................. 40
F. Teknik Analisa Data................................................................................... 40
G. Prosedur Penelitian..................................................................................... 43
H. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 45
I. Etika Penelitian .......................................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 48
A. Gambaran Umum Unit Observasi .............................................................. 48
B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 48
1. Karakteristik Responden Siswa-Siswi SDN Neglasari .......................... 48
2. Perilaku Personal Hygiene ..................................................................... 49
3. Penyebab Cacingan ................................................................................ 50
4. Status Gizi .............................................................................................. 51
5. Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dan Penyebab Cacingan ........... 52
6. Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dan Status Gizi ......................... 52
B. Pembahasan ................................................................................................ 53
1. Analisa Univariat .................................................................................... 53
2. Analisa Bivariat ...................................................................................... 56
BAB V................................................................................................................... 59
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 59
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 59
B. SARAN ...................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 61
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.5 Hasil Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dengan Penyebab Cacingan
Tabel 4.6 Hasil Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dan Status Gizi
xi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................... 29
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebersihan diri merupakan suatu cara perawatan diri yang di lakukan oleh
seseorang untuk menjaga kesehatan serta kebersihan (Potter & Perry, 2012 ).
Kebersihan diri yang harus di perhatikan di antaranya yaitu perawatan kulit kepala
dan rambut, mata, telinga, hidung, kebersihan kaki, kuku tangan maupun kaki, dan
kebersihan diri lainnya. Kebersihan diri harus senantiasa di jaga oleh seseorang
Negara berkembang masih memiliki Personal Hygiene atau Kebersihan diri yang
buruk dengan prevalensi sekitar 6-27% populasi yang ada. Indonesia sendiri
memiliki prevalensi 4,60-12,5% tercatat pada tahun 2010, dari jumlah tersebut 24%
di antaranya menyebabkan kematian yang terjadi pada anak usia 8-12 tahun.
Menurut Potter & Perry (2011), kebersihan diri yang buruk dapat menyebabkan
beberapa masalah contohnya seperti cacingan, anemia, dan flu. Seperti penelitian
Irawati (2013) tentang Hubungan Personal Hygiene dengan Cacingan pada anak di
dari 40 kasus cacingan yang ada pada anak 38 atau 95% dari jumlah anak tersebut
buruk.
1
2
seluruh penduduk di Dunia, Indonesia sendiri 79-83% kasus cacingan yang ada di
mencuci tangan, 56,90% kebersihan kuku 50,90%, penggunaan alas kaki 43,14%,
kotoran manusia 56,90%, karena makanan. Oleh karena itu di harapkan untuk selalu
antaranya anemia, diare, dan gizi. Sedangkan Menurut Harmida (2017) tentang
hubungan antara kebersihan diri dan status gizi dengan anak cacingan pada siswa
sekolah dasar terdapat hubungan yang bemakna antara kebersihan diri dengan
3
angka cacingan yang meliputi kebersihan kuku, penggunaan alas kaki, dan
kebiasaan mecuci tangan pada siswa sekolah dasar dan menunjukan pula bahwa
kebersihan diri dan angka cacingan menjadi salah satu faktor yang dapat
Status Gizi merupakan hasil dari keseimbangan atau perwujudan dari nutrisi
dalam bentuk variabel tertentu (AKG, 2013). Anak Sekolah Dasar merupakan
kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan anak sekolah untuk pertumbuhan dan
gangguan pertahanan tubuh, gangguan struktur dan fungsi otak, serta gangguan
status gizi anak usia sekolah (8–12tahun) terdiri dari 4,6% sangat kurus, 7,6%
kurus, 78,6% normal dan 9,2% gemuk. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013
menunjukkan bahwa secara nasional pada kelompok anak usia 8–12tahun terdapat
prevalensi pendek sebesar 30,7%, prevalensi kurus sebesar 11,2%, dan prevalensi
gemuk sebesar 18,8%. Untuk Jawa Barat sendiri menurut IMT/U, prevalensi status
gizi anak umur 8–12 tahun yaitu 2,4% sangat kurang, 7,6% kurang, dan 3,8%
Menurut Jayanti (2014) tentang penelitiannya angka cacingan dengan status gizi
terdapat hubungan antara angka cacingan dengan status gizi, di antaranya sebagian
besar yaitu terjadi pada anak-anak. Sementara Waryana (2010) tentang hubungan
antara angka cacingan dan kebersihan dengan status gizi pada siswa sekolah dasar
menunjukkan bahwa tedapat hubungan yang bemakna antara angka cacingan dan
kebersihan diri dengan status gizi anak sekolah dasar. Dari beberapa hasil
penelitian diatas menunjukkan bahwa adanya hubungan antara angka cacingan dan
Kabupaten Bandung menunjukkan bahwa jumlah anak usia sekolah dasar yang
khususnya di SDN Neglasari Jelekong dengan jumlah 50 orang anak dan jenis
penyebab cacingan yang paling banyak yaitu diantaranya cacing gelang (Ascaris
sebesar 21,25%, dan yang terakhir cacing tambang (Necator Americanus dan
Maret 2018 dan melakukan wawancara pada 2 orang guru bahwa terdapat 270 orang
anak yang bersekolah di SDN Neglasari jelekong. Guru mengatakan bahwa setiap
6 bulan sekali sering dilakukan pemberian obat cacing dari Puskesmas Jelekong,
tetapi untuk fasilitas kebersihan diri setiap anak masih belum ada contohnya seperti
5
Berdasarkan data diatas maka perlu dilakukan peinjauan lebih lanjut karena
Dengan Peyebab Cacingan Dan Status Gizi di Kabupaten Bandung dan Khususnya
Dengan Peyebab Cacingan Dan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Usia 8-12
B. RUMUSAN MASALAH
Kebersihan diri adalah suatu cara untuk menjaga kebersihan maupun kesehatan
pada diri sendiri atau oranglain. Kebersihan diri yang buruk dapat menyebabkan
cacingan, anemia, serta diare, selain itu kebersihan diri itu juga merupakan salah
satu faktor yang dapat menyebabkan status gizi seseorang terutama pada anak
sekolah dasar.
penelitian ini adalah apakah ada hubungan perilaku personal hygiene dengan
penyebab cacingan dan status gizi pada anak sekolah dasar di Kabupaten Bandung.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
hygiene dan penyebab cacingan dengan status gizi pada anak sekolah dasar.
6
2. Tujuan Khusus
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi yang
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian sejenis
E. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
1. BAB I PENDAHULUAN
sistematika pembahasan.
Cacingan, Status Gizi, Anak Usia Sekolah Dasar, penelitian yang relevan dan
kerangka pemikiran.
Berisi penjabaran jenis penelitian dan metode penelitian untuk mencari jawaban
Bab ini menjelaskan hubungan hasil observasi, hasil penelitian, dan pembahasan
Pada bab ini akan menguraikan kesimpulan dari keseluruhan yang telah
dilakukan, jawaban dari pertanyaan penelitian dan juga jawaban dari hipotesis
yang telah dibuat sebelumnya. Pada bab ini juga akan meguraikan saran peneliti
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Kebersihan Diri
a. Definisi
meningkatkan kesehatan (Potter dan Perry, 2012). Seseorang yang sakit, biasanya
dikarenakan masalah kebersihan yang kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena
Menurut Potter dan Perry (2012) bahwa macam-macam personal hygiene adalah
sebagai berikut :
1) Perawatan kulit
8
9
sehari yaitu pagi dan sore, anak dimandikan dengan menggunakan sabun mandi
mandi atau pada waktu yang terpisah. Seringkali orang tidak sadar akan masalah
kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan. Masalah dihasilkan
karena perawatan yang salah atau kurang terhadap kaki dan tangan seperti
menggigit kuku atau pemotongan yang tidak tepat, pemaparan dengan zat – zat
kimia yang tajam dan pemakaian sepatu yang tidak pas. Memotong kuku
mencuci kaki setelah mengenakan sepatu atau setiap pulang dari bepergian,
ketika hendak naik ke tempat tidur atau saat akan berangkat tidur.
3) Perawatan mulut
bau dan rasa yang tidak nyaman. Flossing membantu lebih lanjut dalam
mengangkat plak dan tartar di antara gigi untuk mengurangi inflamasi gusi dan
infeksi. Kebersihan mulut yang lengkap memberikan rasa sehat dan selanjutnya
4) Perawatan rambut
sehari- hari. Rambut akan terlihat kusut dan tidak sehat untuk itu
Kebersihan tangan sangat penting karena tidak ada bagian tubuh lainnya yang
paling sering kontak dengan mikroorganisme selain tangan. Cuci tangan dengan
menggunakan air saja merupakan hal yang umum dilakukan di seluruh dunia.
Namun ternyata kebiasaan ini kurang efektif dibandingkan dengan cuci tangan
Cuci tangan pakai sabun adalah salah satu cara yang paling efektif untuk
kematian anak. Setiap tahun, lebih dari 3,5 juta anak tidak dapat hidup hingga
usianya yang ke-5 karena diare dan pneumonia. Selain itu, perilaku cuci tangan
pakai sabun, baik sebelum dan setelah makan, setelah bermain, setelah BAK/BAB
harus dimulai dari lingkungan terkecil yakni keluarga hingga sekolah. Dan untuk
gembur (pasir, humus) merupakan tanah yang baik untuk pertumbuhan larva
cacing. Jika seseorang menginjakkan kakinya ditanah tanpa menggunakan alas kaki
dan jika kebersihan serta pemeliharaan kaki tidak diperhatikan maka dapat menjadi
Oleh karena itu, pemakaian alas kaki saat keluar rumah ataupun ke WC (water
closet), serta perawatan dan pemeliharaan kaki sangat penting. Menyela-nyela jari-
jari kedua telapak kaki adalah termasuk sunnah dalam bersuci, kemudian
hendaknya seseorang tidak menginjakkan kakinya selain pada tempat yang suci.
Hindari berjalan tanpa memakai alas kaki karena dapat mencegah infeksi pada luka
dan masuknya telur cacing pada kaki yang tidak beralas. Dengan memakai alas
kaki, maka dapat memutuskan hubungan bibit penyakit ke dalam tubuh, sehingga
7) Kebersihan Jajanan/Makanan
dikontrol oleh orang tua, tidak terlindung dan dapat tercemar oleh debu dan kotoran
yang mengandung telur cacing, juga dapat menjadi sumber penularan infeksi
kecacingan pada anak. Selain melalui tangan, transmisi telur cacing juga dapat
melalui makanan dan minuman, terutama makanan jajanan yang tidak dikemas dan
tidak tertutup rapat, Budaya jajan menjadi bagian dari keseharian hampir semua
12
kelompok usia dan kelas sosial, termasuk anak usia sekolah dan golongan remaja
Hampir semua anak usia sekolah suka jajan, selain nilai gizi makanan jajanan
yang relatif rendah, keamanan pangan makanan jajanan juga menjadi masalah.
Penyakit yang diderita oleh anak SD terkait perilaku jajanan yang tidak sehat salah
satu diantaranya adalah cacingan yang mencapai 40-60 persen. Akibat perilaku
yang tidak sehat ini dapat pula menimbulkan persoalan yang lebih serius seperti
Perilaku defekasi yang kurang baik dan di sembarang tempat diduga menjadi
faktor risiko dalam infeksi cacing. Secara teoritik, telur cacing memerlukan media
tanah untuk perkembangannya. Adanya telur cacing pada tinja penderita yang
penularan larva cacing pada masyarakat di sekitarnya. Hendaknya jika ingin buang
air besar pada tempat yang telah disediakan dikamar mandi. (Afandi, 2012).
mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun orang lain, memperbaiki
kebersihan diri yang kurang, meningkatkan rasa percaya diri (Tarwoto 2010).
Untuk meningkatkan perilaku kebersihan diri pada anak sekolah dasar maka
perlu dilakukan pelayanan dan pembinaan kesehatan (UKS). Tujuan dari adanya
13
1) Citra tubuh
Kesehatan berubah.
2) Praktik sosial
keluarga, jumlah orang di rumah, ketersediaan air panas dan atau air
kebersihan.
3) Status ekonomi
yang penting seperti deodoran, sampo, pasta gigi, dan kosmestik (alat-
4) Pengetahuan
5) Variable kebudayaan
perawatan higiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktek
1) Dampak fisik
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada
kuku.
2) Dampak Psiko-sosial
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
2. Cacingan
a. Definisi Cacingan
kesehatan. Tetapi dalam keadaan infeksi berat atau keadaan yang luar biasa,
- Gizi
- Kecerdasan
- Anemia
- Diare
- Pada anak perempuan, mungkin akan timbul kemeraham dan gatal disekitar
vagina
16
- Dalam kasus yang lebih serius, anak-anak bahkan dapat menunjukan tanda-tanda
- Diare
- Mual
- Demam
dengan kebersihan. Hasil dari penelitian (Maramis 2011) kebersihan diri seperti :
bahkan dapat menghambat tumbuh kembang anak, kecacatan. Peran orang tua
dalam upaya pencegahan cacingan pada anak usia 8-12 tahun sangat besar terutama
ibu karena anak belum memahami tentang kebersihan diri. Ibu yang kurang
anak yang dalam pengasuhannya akan dapat mengalami cacingan. Misalnya ibu
menyuapi anak makan yang sebelumnya tidak mencuci tangan menggunakan sabun
(Hamidy, 2013).
Status Gizi merupakan hasil dari keseimbangan atau perwujudan dari nutrisi
dalam bentuk variabel tertentu, keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi
menentukan seseorang tergolong dalam kriteria status gizi tertentu, dan merupakan
gambaran apa yang di konsumsinya dalam rentang waktu yang cukup lama
kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat yang paling tinggi
(AKG, 2013).
Prinsip Gizi seimbang terdiri dari 4 (empat) yang pada dasarnya merupakan
rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi
yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur, diantaranya yaitu :
Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang
kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi baru lahir sampai berusia
6 bulan. Contoh : nasi merupakan sumber utama kalori, tetapi miskin vitamin
dan mineral, sayuran dan buah-buahan pada umumnya kaya akan vitamin,
mineral dan erat, tetapi miskin kalori dan protein ikan merupakan sumber utama
protein tetapi sedikit kalori. Khusus untuk bayi berusia 0-6 bulan, ASI
18
merupakan makanan tanggal yang sempurna. Hal ini disebabkan karena ASI
serta sesuai dengan kondisi fisiologis pencernaan dan fungsi lainnya dalam
sabun dan air bersih mengalir sebelum makan, sebelum memberikan ASI, sebelum
menyiapkan makanan dan minuman, dan setelah buang air besar dan kecil, akan
lain kuman penyakit typus dan disentri; 2) menutup makanan yang disajikan akan
menghindarkan makanan dihinggapi lalat dan binatang lainnya serat debu yang
membawa berbagai kuman penyakit; 3) selalu menutup mulut dan hidung bila
bersin, agar tidak menyebarkan kuman penyakit; dan 4) selalu menggunakan alas
Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk olahraga
pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh. Aktivitas fisik
aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dari dan
Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukan bahwa telah terjadi
keseimbanagn zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya berat badan yang normal,
yaitu berat badan yang sesuai untuk tinggi badannya. Indicator tersebut dikenal
dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan BB normal
merupakan hal yang harus menjadi bagian dari “Pola hidup: dengan “Gizi
dan penanganannya. Bagi bayi dan balita indicator yang digunakan adalah
Normal adalah : untuk orang dewasa jika IMT 18,5-25,0 bagi anak balita dengan
Menurut Guthrie (1995), gizi kurang disebabkan oleh ketidak seimbangan antara
asupan energy (energy intake) dengan kebutuhan gizi. Dalam hal ini terjadi ketidak
seimbangan negative, yaitu asupan lebih sedikit dari kebutuhan. Secara umum,
ditentukan dengan menggunakan IMT (Indeks Masa Tubuh), gizi kurang diangka
Makanan dengan kepadatan energy yang tinggi (banyak mengandung lemak atau
gula yang ditambahkan dan kurang mengandung serat) turut menyebabkan sebagian
pengetahuan akan gizi seimbang, dan tekanan hidup (stress). Akibat dari kelebihan
empedu, serta usia harapan hidup semakin menurun. Gizi lebih dapat ditentukan
dengan menggunakan IMT (Indeks Masa Tubuh), gizi lebih diangkat25-27 dan
langsung berupa survey konsumsi, statistic vital, dan faktpr ekologi. Berikut adalah
1) Berat Badan
menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Berat
pengukuran atau standar yang paling baik, kemudahan dalam melihat perubahan
dan dalam waktu yang relative singkat yang disebabkan perubahan kesehatan dan
pola konsumsi, dapat mengecek status gzii saat ini dan bila dilakukan secara berkala
2) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu
dan keadaan sekarang. Selain itu, factor umum dapat dikesampingkan dengan
menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Quac stick). Pengukuran tinggi
Penentuan status gizi untuk anak-anak dilakukan dengan mengukur berat badan
menurut panjang badan atau tinggi badan (BB/PB atau BB/TB). Hasil pengukuran
Center of Disease and Control (CDC) 2000. Grafik WHO digunakan untuk anak
yang berusia kurang dari 5 tahun sedangkan kurva CDC 2000 digunakan untuk anak
yang berusia lebih dari 5 tahun. Grafik WHO mempunyai keunggulan metodologi
dan subjeknya berasal dari 5 benua yang mempunyai lingkungan untuk mendukung
pertumbuhan optimal dibandingan grafik CDC 2000. Akan tetapi untuk usia 5-18
tahun menggunakan grafik WHO 2007 tidak memiliki grafik BB/TB dan data dari
22
WHO 2007 adalah smoothing dari National Center for Health Statistic (NCHS)
Status gizi yang memakai grafik WHO 2006 menggunakan cut off z-score dan
grafik CDS 2000 menggunakan kriteria waterlow untuk persentase berat badan
ideal. Z score yang digunakan kurva WHO adalah nilai rata-rata dari populasi dan
nilai Z score positif atau negative adalah nilai standar deviasi dari nilai di atas atau
di bawah nilai rata-rata. WHO mendeskripsikan status gizi lebih dengan kurva
IMT/U antara nilai persentil 85 samapi persentil 95 dan obesitas di atas nilai
persentil 95.18 sedikit berbeda dengan kurva IMT/U CDC mendeskripsikan status
gizi lebih di atas nilai persentil 95 dan status gizi obesitas di atas nilai persentil 97
(Soekirman, 2009).
1. Faktor langsung
a) Konsumsi Pangan
menurut daerah, golongan social ekonomi dan social budaya. Konsumsi pangan
lebih sering digunakan sebagai salah satu teknik untuk memajukan tingkat
b) Infeksi
Penyakit infeksi dan keadaan gizi merupakan 2 hal yang saling mempengaruhi.
Dengan demikian adanya infeksi, nafsu makan mulai menurun dan mengurangi
a) Tingkat pendapatan
b) Pengetahuan Gizi
merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan.
Hal ini memegang peranan yang sangat penting dalam penggunaan dan
pemilihan bahan makanan dengan baik sehingga dapai mencapai keadaan gizi
1. Karbohidrat
dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia, fungsi
karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh, pemberi rasa manis pada
karbohidrat diperlukan oleh anak yang sedang tumbuh terutama sebagai sumber
energi.
2. Protein
meningkat dari 14,6% pada umur satu tahun menjadi 18-19% pada umur empat
24
tahun, yang sama dengan kadar protein orang dewasa. Kebutuhan protein untuk
Penilaian terhadap asupan protein anak harus didasarkan pada kecukupan untuk
kandungan asam amino esensial yang saling melengkapi bila dimakan bersama,
3. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi seseorang adalah konsumsi energi berasal dari makanan yang
komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka
secara spsial dan ekonomi. Pada anak-anak, ibu hamil, dan ibu menyusui
frekuensi dan jenis atau macam makanan. Penentuan pola konsumsi makan
harus memperhatikan nilai gizi makanan dan kecukupan zat gizi yang
Kecukupan gizi anak sekolah harus memenuhi menu gizi seimbang yang sesuai
lemak, protein, vitamin, dan mineral yang cukup untuk menunjang pertumbuhan
paling pesat kedua setelah masa balita. Anak sudah lebih aktif memilih
lebih besar karena mereka lebih banyak melakukan aktifitas fisik, misalnya
kebiasaan jajan makanan tinggi kalori yang rendah serat, sehingga sangat
rentan terjadi kegemukan atau obesitas. Jajan merupakan hal yang lumrah
dilakukan oleh anak-anak. Satu sisi jajan mempunyai aspek yang positif,
dan dalam segi lainnya jajan juga bisa bermakna negative (Istiany dan
Rusilanti, 2013).
ketiga dari anak usia SD adalah anak senang bekerja dalam kelompok, dan
1) Perkembangan Biologi
Antara usia 8-12 tahun, anak akan mengalami pertumbuhan untuk mencapai
hampir dua kali lipat. Tinggi rata-rata anak kelas 6 tahun adalah sekitar 116
cm dan berat badannya sekitar 21 kg. Perbedaan ukuran anak perempuan dan
anak laki –laki pada periode ini sangat sedikit, walaupun anak laki-laki
cenderung sedikit lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan (Wong,
2008).
Table 2.1
Berat Badan dan Tinggi Badan Normal
Laki-Laki Perempuan
Table 2.2
Hasil Penelitian Yang Relevan
NO NAMA JUDUL TAHUN METODE HASIL
PENULIS
1. Lida Arifin, Hubungan J.Gipas Penelitian ini menggunakan Sebesar 71% responden pada
Dyah Perilaku 2016 rancangan penelitian kategori status gizi kurus memiliki
Umiyarni Personal observasional analitik status kecacingan positif. Penelitian
Purnamasari Hyigiene dan dengan pendekatan cross ini mengungkapkan bahwa tidak ada
Status sectional. Penelitian hubungan antara status kecacingan
Kecacingan dilakukan di SDN 02 dan status gizi pada anak sekolah.
dengan Status Banjarsari Wetan dan SDN Namun berdasarkan data yang
Gizi Anak 01 Banjarsari Kulon diperoleh, ada kecenderungan
Sekolah Dasar Kecamatan Sumbang, bahwa responden dengan status
di Wilayah Kabupaten Banyumas dari kecacingan negatif dan memiliki
Kerja bulan Juni hingga Juli 2016 status gizi normal persentasenya
Puskesmas II lebih tinggi dibandingkan dengan
Sumbang responden dengan status gizi kurus.
Hal ini dibuktikan bahwa persentase
responden dengan status kecacingan
negatif dan status gizi normal
sebesar 50%, sedangkan responden
dengan kecacingan negatif dan
status gizi kurus sebesar 29%.
2. Dwi Hubungan 2010 Penelitian ini merupakan Hasil pengumpulan data didapatkan
Rusmanto, Personal penelitian analitik dan bahwa sekitar sepertiga (22 orang
J.Mukono Higyene Siswa observasional dengan atau 38,6%) responden berusia 11
Sekolah Dasar rancangan studi Cross tahun dan hanya 2 orang atau 3,5%
dengan Sectional. Dilakukan di berusia 14 tahun dan lebih dari
Kejadian Sekolah Dasar Negeri separuh (35 orang atau 61,4%)
Kecacingan Rapadaya II Kecamatan responden Hasil uji statistik dengan
Omben pada bulan Januari fi sher exact test (karena tidak
sampai dengan Juni 2010. memenuhi syarat uji Chi-square)
Wawancara dengan antara variabel perilaku personal
quesioner multipel choice higiene dengan status gizi siswa
digunakan untuk didapatkan p-value sebesar 0,570
mengumpulkan data lebih besar dari α 0,05 (0,570 > 0,05)
pengetahuan dan perilaku yang artinya tidak ada hubungan
personal higiene, yang bermakna antara perilaku
pemeriksaan feces dengan personal higiene siswa dengan status
metode Kato-Katz untuk gizi.
mengetahui kejadian
kecacingan siswa,
pengukuran antropometri
menggunakan timbangan
injak digital atau bathroom
scale dengan tingkat
ketelitian 0,1 kg untuk
mengetahui status gizi dan
pengukuran Hb
(haemoglobin) dengan
28
menggunakan metode
Cyanmethemoglobin.
3 Salni Hubungan 2015 Penelitian yang dilakukan Gambaran personal hygiene pada
Saharman, Personal yaitu observasional analitik murid Sekolah Dasar di Kabupaten
Nelly Mayulu, Hygiene dengan rancangan Cross- Bolaang Mongondow Utara sebesar,
Rivelino S. dengan Sectional Study. Populasi Prevalensi kecacingan positif pada
Hamel Kecacingan pada penelitian adalah murid Sekolah Dasar di Kabupaten
Pada Murid seluruh murid kelas 1 sampai Bolaang Mongondow Utara sebesar
Sekolah Dasar dengan kelas 5 Sekolah 22 (%), dan kecacingan negatif 88
di Kabupaten Dasar di Kabupaten Bolaang (%), Dari hasil analisis terdapat
Bolaang Mongondow Utara. hubungan bermakna antara personal
Mongondow Pengambilan jumlah sampel hygiene dengan ρ = 0,001
Utara sekolah dilakukan secara
Purposive sampling,
penentuan jumlah sampel
tiap sekolah dilakukan
dengan cara proportional
sampling, pengambilan
jumlah murid tiap sekolah
dilakukan secara simple
random sampling.
4 Sanny Duwita Hubungan 2018 Jenis penelitian ini adalah Hasil penelitian menunjukkan
S Personal penelitian survei yang bahwa Siswa (100%) memiliki
Hygiene bersifat analitik dengan personal hygiene pada kategori
dengan desain cross sectional tidak baik. Angka tersebut
Penyakit terhadap sampel sebanyak 25 menunjukan Siswa tidak menjaga
Kecacingan Murid yang dipilih dengan personal hygiene sehingga rentan
pada Anak metode total sampling. terhadap penyakit seperti penyakit
Sekolah Dasar Metode yang digunakan kecacingan. Hasil uji chi-
di Kecamatan adalah wawancara dengan square,terdapat hubungan bermakna
Salak memakai kuesioner, lembar antara pengetahuan dengan
Kabupaten pengamatan dan juga kecacingan (p = 0.036) dan tindakan
Pakpak Bharat melakukan pemeriksaan dengan kecacingan (p = 0.027)
kecacingan pada feses.
5 Irawati Hubungan 2013 Desain penelitian yang Berdasarkan analisis Chi-
Personal digunakan adalah penelitian Square dengan uji pearson chi-
Hygiene observasional dengan square antara variabel
dengan pendekatan case control personal hygiene dengan kejadian
Kejadian yakni suatu penelitian cacingan diperoleh nilai ρ sebesar
Cacingan pada (survey) analitik dimana 0,000. Karena nilai ρ < 0,05 yaitu
Anak Di dilakukan identifikasi subjek 0,000 (OR= 21,000, 95%CI 4,5-
Wilayah Kerja (kasus) yangtelah terkena 99,1), maka hipotesis alternatif
Pusk penyakit (efek), kemudian diterima. Sehingga personal hygiene
esmas ditelusuri secara retrospektif merupakan faktor resiko terjadinya
Tamangapa ada atau tidak adanya faktor efek sebab OR > 1.Kesimpulan yang
Antang resiko yang berperan. dapat ditarik adalah ada hubungan
Makassa Teknik penarikan sampel personal higiene
adalah dengan Dengan kejadian cacingan pada
menggunakan total anak. Oleh sebabitu sosialisasi
samplingdengan kriteria tentang personal hygiene dan
inklusi dan eksklusi. Data pemberian obat cacing tetap
yang diperoleh dianalisis dilaksanakan puskesmas dalam
menggunakan rumus statistik rangka mencegah terjadinya
uji Chi-square dengan derajat peningkatan prevalensi kecacingan
kemaknaan (α=0,05) dimasa mendatang.
29
C. KERANGKA TEORI
Bagan 2.1
Kerangka Teori
D. HIPOTESIS
yang ada pada penelitain. Hipotesis menyatakan ada atau tidak adanya hubungan
1. Ho : Jika nilai p > 0,05 berarti Ho gagal ditolak artinya tidak ada hubungan antara
2. Ha : Jika nilai p < 0,05 berarti Ho ditolak artinya ada hubungan antara personal
3. Ho : Jika nilai p > 0,05 berarti Ho gagal ditolak artinya tidak ada hubungan antara
4. Ha : Jika nilai p < 0,05 berarti Ho ditolak artinya ada hubungan antara personal
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi
apakah ada hubungan personal hygiene dengan penyebab cacingan dan status gizi
hubungan dua variabel atau lebih, yaitu sejauh mana variasi dalam satu variabel
digunakan adalah cross sectional. Peneliti cross sectional adalah jenis penelitian
penyebab cacingan dan status gizi pada anak sekolah dasar di kabupaten bandung.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti dalam
adalah perilaku hubungan personal hygiene dengan penyebab cacingan dan status
31
32
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau dikenal juga sebagai
variabel yang menjadi akibat karena adanya variabel independent atau variabel
dependent yang digunakan pada peneliti ini berupa penyebab cacingan dan status
a. Definisi Operasional
Table 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Operasional
Personal personal hygiene Kuesioner 1. Baik : 76%- Ordinal
hygiene yaitu cara menggunakan skala 100%
pemeliharan yang likert dengan 2. Cukup : 56%-
baik dan benar menggunakan hasil 75%
supaya tetap bias : 3. Kurang : >56%
menjaga kesehatan 1. Tidak pernah
dan kenyamanan (TP)
diri sendiri 2. Jarang (J)
3. Kadang-kadang
(KK)
4. Sering (S)
5. Sangat Sering
(SS)
Penyebab Penyakit yang Kuesioner 1. Tinggi ≥ 86 Ordinal
cacingan disebabkan oleh menggunakan skala 2. Rendah ≤ 85
salah satunya likert dengan
personal hygiene menggunakan hasil
dengan tidak pernah :
mencuci tangan saat
33
b. Kerangka Penelitian
Kerangka konsep menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang
akan dibahas . berdasarkan landaran teori yang diuraikan pada studi kepustakaan,
maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan secara skematis.
Mengenai penyebab
cacingan pada anak
sekolah dasar
1. Tinggi ≥ 86
2. Rendah ≤ 85
Bagan 3.1
Kerangka Penelitian
Sumber : Notoadmotdjo, 2010, (AKG, 2013)
35
1. Populasi
kuantitas dan karakteristik tertentu yang berada disuatu wilayah dan memenuhi
syarat yang berkaitan dengan masalah penelitian (Sugiono, 2017). Populasi yang
digunakan pada penelitian ini adalah anak sekolah dasar sebanyak 270 anak.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat dipergunakan sebagai subjek
sampling adalah porsi menyeleksi dan populasi yang dapat mewakili populasi yang
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik Stratifed
Rumus : n = N / (1 + N.(e)2)
n = 270 / 1,675
n = 161
36
𝑛
𝑛′ =
(1 − 𝑓)
Keterangan :
Jawab :
𝑛
𝑛′ =
(1 − 𝑓)
161
𝑛′ =
(1 − 0,1)
𝑛′ = 178,8
Dibulatkan menjadi 179. Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 179
orang.
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik responden dari salah satu populasi yang di
b. Kriteria Eksklusi
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek penelitian dan
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu mengisi
personal hygiene dengan penyebab cancingan dan status gizi dengan jumlah 26
a. Lembar Demografi
b. Lembar Kuesioner
Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini belum baku maka peneliti
melakukan uji Validitas dan Reliabilitas terlebih dahulu. Dan Kuesioner tersebut
Lembar untuk menentukan nilai normal berat badan dan tinggi badan sesuai usia
tinggi badan dan berat badan pada responde, kemudian peneliti menghitung
1. Validitas
Validitas adalah suatu alat ukur yang tepat dan akurat untuk mengukur sesuatu
yang akan diukur (Notoatmodjo P. D., 2012). Uji validitas bertujuan untuk
n(ΣXY) − (ΣX)(ΣY)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑛𝛴𝑋 2 − (Σ𝑋)2 }{𝑛Σ𝑌 2 − (Σ𝑌 2 )}
Keterangan :
39
n = Banyaknya responden
Agar memperoleh nilai yang signifikan, maka dlakukan uji korelasi dengan
r√n − 2
𝑡= =𝑛−2
√1 − 𝑟 2
a. Nilai r dibandingkan dengan nilai r tabel dengan n-2 dan taraf signifikansi
sebesar 5%
b. Item pertanyaan yang diteliti dikatakan valid jika r hitung > r tabel
c. Item pernyataan yang diteliti dikatan tidak valid jika r hitung < r table
Dari kuesioner yang dibuat sendiri maka dilakukan uji validitas telebih dahulu.
Dan hasil uji validitas yang valid adalah sebanyak 26 pertanyaan dari 33
pertanyaan.
40
2. Reliabilitas
Cara menguji reliabilitas jika r hasil adalah alpha yang terletak di awal output
alpha lebih besar dari konstanta (0,6), maka pertanyaan atau pernyataan tersebut
dengan rumus
𝑘 Σσ𝑏2
𝑟11 = ( ) (1 − )
𝑘−1 𝜎2 𝑡
Keterangan:
σ2 t = varians total
Jika hasil r hitung > r tabel maka item dikatakan signifikan, begitu juga
sebaliknya jika hasil r hitung < r tabel maka item dikatakan tidak signifikan
(Arikunto, 2010).
Data diperoleh melalui pengisian kuesioner personal hygiene dan cacingan serta
pegolahan data. Menurut (Notoatmodjo, 2012) proses pengolahan data tediri dari
1. Pengolahan Data
a. Editing
Merupakan suatu proses pengecekan kembali atau pelengkapan data seperti data
demografi dan kuesioner serta kejelasan jawaban. Pada proses ini peneliti
b. Coding
c. Entry data
Pada tahap ini memasukkan data yang telah didapatkan agar dapat di analisis.
Pada penelitian ini data yang dimasukkan yaitu karakteristik responden, personal
d. Cleaning
Tahap ini merupakan tahap dimana peneliti melakukan pembersihan data atau
kembali agar tidak ada kesalahan dalam pemberian kode pada penelitian.
42
2. Analisa Data
Analisa data merupakan suatu cara untuk mengolah data yang telah disimpulkan
sehingga dapat menjadi suatu informasi. Cara pengolahan data dengan cara
analisis yaitu:
a. Analisa univariat
Teknik analisa data pada variabel secara mandiri tanpa dikaitkan dengan variabel
(Budiarto, 2017). Variabel dengan jenis data kategorik berupa usia, jenis kelamin,
berat badan dan jenis dalam bentuk mean, median, standar deviasi, 95% CI min-
Table 3.2
Analisis Univariat
Variabel Skala Penyajian Hasil
Usia, kelas, berat badan Interval Mean, median, standar deviasi,
95% CI min-max
Jenis kelamin Nominal Mean, median, standar deviasi,
95% CI min-max
Personal Hygiene, Penyebab Ordinal Mean, median, standar deviasi,
Cacingan, Status Gizi 95% CI min-max
𝐹
P = 𝑁 x 100
43
Keterangan :
P = Besar Persentase
F = Frekuensi
b. Analisa bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga atau berkolerasi
mengetahui hubungan personal hygiene dengan penyebab cacingan dan status gizi
pada anak sekolah dasar. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
spearman rank. Menurut Sugiyono (2010) korelasi spearman rank digunakan untuk
mencari hubungan atau untuk menguji signifikasi hipotesis asosiatif bila masing-
masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal, dan sumber data antara
Table 3.3
Analisis Bivariat
No Variabel yang Dicari Hubungannya Analisa
Variabel 1 Variabel 2
1. Personal Hygiene Penyebab Cacingan Spearman
2. Personal Hygiene status gizi Spearman
G. Prosedur Penelitian
1. Tahap persiapan
kepada SDN Neglasari Jelekong untuk perizinan proses pengambilan data dalam
penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
responden.
(Informed Consent).
d. Responden dipersilahkan untuk bertanya bila ada hal yang tidak dimengerti
kembali dikumpulkan.
45
i. Setelah data diyakini benar, maka data sudah siap digunakan untuk pembuatan
3. Tahap Akhir
Pada tahap ini setelah semua responden yang terlibat dari penelitian yang telah
yang diperoleh. Selanjutnya peneliti mengolah data yang sudah terkumpul untuk
dianalisis dan menuangkan hasil data tersebut dalam bentuk laporan yang disusun
Penelitian dilakukan pada bulan April 2019, yang bertempat di SDN Neglasari
I. Etika Penelitian
1. Informed consent
kesiapan responden ikut serta dalam penelitian. Dalam tahapan ini peneliti
memberikan informasi kepada responden secara lisan dan tulisan tentang tujuan
penelitian, tindakan yang akan dilakukan selama penelitian, prosedur tindakan yang
akan dilakukan, manfaat dari penelitian, masalah yang mungkin akan terjadi selama
penelitian, dan kerahasiaan data responden serta penjelasan bahwa data yang
yang tidak diinginkan dan menghindari adanya pihak yang drugikan atau
data dalam penelitian ini maka peneliti membuat lembar informed consent yang
2. Anonymity
responden, salah satu caranya adalah dengan memberikan privasi dalam kerasiaan
responden dengan tidak mencantumkan nama akan tetapi dengan cara memberikan
Penelitian Ilmu Keperawatan, 2016). Sesuai dengan etika penelitian yang peneliti
anut maka dalam penelitian ini instrument penelitian didesain dengan menjaga
responden.
kepada responden dan juga menjadi suatu metode serta konsep baru untuk kebaikan
4. Non mal-eficient
merugikan terhadap responden, baik yang dapat menimbulkan cedera atau hal-hal
yang dapat membuat responden menjadi tidak nyaman. Sehingga keamanan dan
47
5. Justice (Keadilan)
Dalam melakukan penelitian ini peneliti harus bersikap adil kepada setiap
responden dalam setiap tindakan yang dilakukan tanpa ada diskriminasi baik
sebelum, selama dan sesudah keikut sertaannya. Peneliti juga harus berhati-hati dan
2016). Dalam penelitian ini peneliti sangat menjunjung tinggi prinsip keadilan
responden.
BAB IV
Pada BAB ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian mengenai hubungan
perilaku personal hygiene dengan penyebab cacingan dan status gizi pada anak
sekolah dasar usia 8-12 tahun di SDN Neglasari Jelekong Kabupaten Bandung.
Penelitian ini dilakukan selama bulan juni 2019 dengan 179 responden,
Bandung dengan perolehan data yang sesuai dengan karakteristik meliputi usia,
perilaku personal hygiene dengan penyebab cacingan dan status gizi pada anak
sekolah dasar.
B. Hasil Penelitian
Hasil analisis pada penelitian ini adalah mengenai hubungan perilaku personal
hygiene dengan penyebab cacingan dan status gizi pada anak sekolah dasar usia 8-
Karakteristik responden terdiri dari data demografi yang terdiri dari nama,
jenis kelamin, usia, kelas, yang dipaparkan pada tabel 4.1 sebagai berikut
48
49
Tabel 4. 1
Distribusi Karakteristik Responde Di SDN Neglasari Jelekong Kabupaten
Bandung
Data pada variabel perilaku personal hygiene ini diperoleh melalui kuesioner
yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan hasil modifikasi. Perilaku personal
Tabel 4. 2
Distribusi Personal Hygiene Di SDN Neglasari Jelekong Kabupaten
Bandung
Baik 1 .6
Cukup 40 22.2
kurang 139 77.2
Total 180 100.0
Berdasarkan tabel 4.2 distribusi perilaku personal hygiene pada siswa kelas 2-6 di
Sekolah dasar Neglasari Jelekong yaitu, baik sebanyak 1 orang (6%), cukup
mengenai personal hygiene serta kurangnya edukasi dari guru baik secara lisan
maupun tulisan berupa poster serta dukungan pihak sekolah dalam menjaga
kebersihan lingkungan.
3. Penyebab Cacingan
Data pada variabel penyebab cacingan ini diperoleh melalui kuesioner yang
telah dibuat oleh peneliti berdasarkan hasil modifikasi. Penyebab Cacingan dapat
Tabel 4. 3
Distribusi Penyebab Cacingan Di SDN Neglasari Jelekong Kabupaten
Bandung
Penyebab Cacingan Frekuensi Persentase (100%)
Tinggi 101 56.1
Rendah 79 43.9
Total 180 100.0
Berdasarkan tabel 4.3 distribusi penyebab cacingan pada siswa kela 2-6 di Sekolah
Dasar Neglasari Jelekong yaitu, tinggi sebanyak 101 orang (56.1%), rendah 79
51
orang (43.9%). Tingginya tingkat penyebab cacingan pada siswa ini didukung oleh
data personal hygiene yang menunjukan hasil kurang sebanyak 139 orang dan hal
ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang bermain disekolah tanpa memakai
alas kaki serta aturan sekolah yang mengharuskan siswa membuka sepatu kedalam
kelas, hal ini membuat anak cenderung melakukan aktivitas sekolah tanpa memakai
alas kaki, serta kuku tangan yang terlihat panjang dan kotor.
4. Status Gizi
Data pada variabel status gizi ini diperoleh melalui nilai normal berat bedan
dan tinggi badan sesuai usia menggunakan rumus IMT, dapat dijabarkan pada tabel
berikut :
Tabel 4. 4
Distribusi Status Gizi Di SDN Neglasari Jelekong Kabupaten Bandung
Neglasari Jelekong yaitu, sangat kurus 88 orang (48.9%), kurus 34 orang (18.9),
normal 50 (27.8%), gemuk 3 orang (1.7%), obesitas 5 orang (2.8%). Hasil tersebut
sangat kurus hal ini diperoleh dari hasil penghitungan IMT pada siswa sesuai
dengan usia.
52
Pada penelitian ini data untuk melakukan pengujian hubungan antara variabel
sperman rank dengan meggunakan bantuan program SPSS for Window dengan
Tabel 4. 5
Distribusi Hubungan Perilaku Personal Hygiene dan Penyebab Cacingan di
SDN Neglasari Jelekong Kabupaten Bandung
Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan hasil p value < 0.05 (p=0.000). hal ini
terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan perilaku personal hygiene dan
Pada penelitian ini data untuk melakukan pengujian hubungan antara variabel
perilaku personal hygiene dan status gizi menggunakan uji statistic sperman rank
dengan meggunakan bantuan program SPSS for Window dengan hasil sebagai
berikut :
53
Tabel 4. 6
Distribusi Perilaku Personal Hygiene dan Status Gizi di SDN Neglasari
Jelekong Kabupaten Bandung
Status Gizi
Perilaku personal
hygiene dan Gemuk Kurus Normal Obesitas Sangat Total P Value
penyebab kurus
cacingan
Baik 0 1 0 0 0 1
Tingkat Cukup 1 8 10 0 21 40 0.153
Personal Kurang 2 25 40 5 67 139
Hygiene
Total 3 34 50 5 88 180
Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan hasil p value > 0.05 (p=0.153). hal ini
adanya hubungan yang signifikan antara hubungan perilaku personal hygiene dan
B. Pembahasan
1. Analisa Univariat
kelompok usia 8-12 tahun, dengan personal hygiene yang buruk sebanyak (77,2 %),
penyebab cacingan yang sangat tinggi (56,1 %), dan status gizi yang sangat kurang
(48,9%).
yang buruk dan penyebab cacingan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian
Putri D (2009) tentang identifikasi telur ascaris lumbricoides pada kotoran kuku
tangan Murid SDN 013 meranti pandak didapatkan yang terkena cacingan lebih
banyak terjadi pada laki-laki. Hal ini kemungkinan dapat tejadi karena pada daerah
penelitian ini responden laki-laki lebih banyak dari pada perempuan dan dominan
54
Responden yang berusia 9-10 tahun lebih banyak mengalami personal hygiene
yang buruk dan penyebab cacingan yang sangat tinggi dibandingkan dengan
responde yang umur 11-12 tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Giniting (2008) tentang hubungan antara personal hygiene dan kecacingan pada
anak sekolah dasar di desa suka kecamatan tiga bahwa kelompok usia terbanyak
yang mengalami personal hygiene dan angka cacingan yang tinggi adalah
kelompok usia 7-10 tahun. Hal ini kemungkinan terjadi karena semakin rendah usia
anak semakin tinggi insiden tejadinya cacingan, karena anak usia 7-10 tahun
memiliki pengetahuan yang minim mengenai perilaku hidup bersih dan sehat serta
cacingan.
buruk 77,%. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan olehh Nolif
(2011) pada murid SDN Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, dimana
Responden usia 8-12 tahun sebagian besar memiliki pengetahuan hygiene yang
buruk. Hal ini terjadi karena responden belum banyak mendapatkan informasi dan
keluarga. Hal ini sesuai dengan Tanya jawab dengan salah seorang guru di SDN
Neglasari Jelekong yang mengatakan bahwa memang tidak ada diajarkan mengenai
55
personal hygiene kepada murid-murid dan belum diberikan fasilitas untuk mencuci
tangan dan poster mengenai mencuci tangan dengan baik dan benar.
berbagai macam media komunikasi seperti Koran, majalah, televise dan akses
internet. Sarana dan prasara media komunikasi ini belum terjangkau didaerah SDN
buruk. Hal ini kemungkinan dapat tejadi karena rendahnya pemahaman dan
pengetahuan tentang hygiene itu sendiri yang bedampak pada sikap responden
tentang hygiene yang sangat buruk sehingga menyebabkan akan penyebab cacingan
Menurut (Notoatmodjo P. D., 2012) yakni pengetahuan yang baik selalu diikuti
perilaku yang sesuai ataupun sebaliknya. Namun pada penelitian ini kemungkinan
2. Analisa Bivariat
Melalui hasil analisa data dengan menggunakan Uji Statistik Sperman Rank
didapatkan p value 0,000 <0.05, dapat diartikan bahwa Ha diterima atau dapat
penyebab cacingan.
yang baik. Penemuan ini sesuai dengan yang ditemukan oleh Rusmanto (2012) ada
hubungan yang signifikan antara perilaku personal hygiene siswa dengan penyebab
Kabupaten Tapanuli Selatan dengan nilai OR 6.000. Hal ini disebabkan karena
kelembaban tinggi yaitu pada kelompok yang personal hygiene kurang baik.
pengangkut sampah di Kota Pekalongan dengan nilai ( P value 0.001). Hal tersebut
sesuai dengan teori (Saryono, 2010) yang menjelaskan bahwa personal hygiene
yang baik dapat meminimalkan pintu masuk (portal of entry) mikroorganisme yang
Dimana personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang
berbagai penyakit infeksi (seperti cacingan), penyakit kulit dan saluran pecernaan.
yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah penyebaran infeksi tidak hanya
contoh mengenai praktik personal hygiene yang baik kepada anak-anak. Penelitian
pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan diri karena pada dasarnya personal
hygiene adalah pengembangan kebiasaan yang baik untuk menjaga kesehatan diri.
Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 180 siswa dengan status gizi yang
kurang sebanyak 88 siswa (48,9%), gizi normal 50 siswa (27,8%). Hasil analisa
yang didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bemakna antara personal hygiene
menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara personal hygiene dan status
gizi diantaranya hasil dari penelitian (WY, 2007) di Kecamatan Bangko Kabupaten
Rokan Hilir, dimana tidak terdapat hubungan yang bermakna antara personal
hygiene da status gizi. Pada penelitian (P, 2012) pada anak Sekolah Dasar Al-
mustofa Surabaya berdasaeka uji Chi Square didapatkan bahwa nilai p 0.310
sehingga tidak ada hubungan antara personal hygiene dan status gizi.
58
Menurut (Dkk, 2009) penyebab keadaan kurang gizi dapat dilihat sebagai suatu
proses kurang makan atau ketika kebutuhan tubuh normal tedapat suatu nutrisi tidak
tepenuhi.
gizi seseorang yaitu faktor secara langsung dan faktor secara tidak langsung. Secara
langsung misalnya makanan yang dikonsumsi individu, dan penyakit infeksi yang
ketahanan pangan dalam keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang baik, dan
parasite usus.
BAB V
A. KESIMPULAN
Hygiene Dengan Penyebab Cacingan Dan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar
Usia 8-12 Tahun di SDN Neglasari Jelekong Kabupaten Bandung Tahun 2019,
banyak usia 9-10 Tahun, mayoritas responden yang paling banyak yaitu laki-
laki sebanyak 100 responden 55,6%, siswa yang kurang baik dalam perilaku
cacingan sebanyak 56,1%, dan status gizi siswa yang sangat kurus sebanyak 88
siswa 48,9%.
0,000 (<0,05).
3. Tidak terdapat hubungan antara perilaku personal hygiene dan status gizi di
59
60
B. SARAN
sekali dalam sebulan kepada warga khususnya pada anak sekolah dasar tentang
tangan dengan baik dan benar, dan memberikan fasilitas untuk mencuci tangan serta
menempelkan poster cara mencuci tangan dengan baik dan benar agar siswa dapat
3. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini bisa menjadi sebuah referensi pustaka sebagai bahan
Saran bagi peneliti yang akan meneruskan agar diberikan pengetahuan tentang
personal hygiene dan melakukan intervensi cara mencuci tangan dengan baik dan
benar.
DAFTAR PUSTAKA
Dengan Hormat,
Hormat Saya
lampiran 2
No. Responden
Bandung,.........................2019
Wali Murid
lampiran 3
No. Responden
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN
(Hubungan Perilaku Personal Hygiene dengan Penyebab Cacingan dan
Status Gizi)
A. Identitas Peneliti
NIM : 032015015
B. Identitas Responden
Nama :
Umur :
Kelas :
jawaban yang menurut Adik sesuai dengan kondisi Adik saat ini.
Keterangan:
J : Jarang S : Sering
SS : Sangat Sering
Kebiasaan mencuci tangan (personal hygiene)
No Pertanyaan TP J KK S SS
Kebiasaan mandi
Penggunaan Air
NO RESPONDEN
Status Gizi :
lampiran 5
lampiran 6
lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Data demografi
Umur
Kelas
Jenis Kelamin
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
TOTAL
.067 180 .048 .966 180 .000
ph
Tingkatph
Baik 1 .6 .6 .6
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
TOTAL
.063 180 .082 .954 180 .000
cacing
Statistics
TOTAL cacing
Valid 180
N
Missing 0
Mean 86.90
Tingkatcacing
STATUS GIZI
tingkatcacing Total
tinggi rendah
Baik 1 0 1
tingkatph cukup 40 0 40
kurang 60 79 139
Total 101 79 180
Correlations
tingkatph Tingkatcacing
N 180 180
Spearman's rho
Correlation Coefficient .480** 1.000
N 180 180
Baik 0 1 0 0 0 1
tingkatph cukup 1 8 10 0 21 40
kurang 2 25 40 5 67 139
Total 3 34 50 5 88 180
Symmetric Measures
Interval by
Pearson's R .118 .065 1.582 .115c
Interval
Ordinal by Spearman
.107 .072 1.434 .153c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 180
Correlation
1.000 .107
Coefficient
tingkatph
Sig. (2-tailed) . .153
N 180 181
Lampiran 13
.735 .836 15
Kesimpulannya :
Uji reliabilitas yang dilakukan pada 30 siswa SD dari 14 pertanyaan
personal hygiene menggunakan rumus Alpha Cronbach didapatkan
nilai 0,836 berarti reliabel.
2. Reliabilitas Cacingan
Reliability Statistics
.700 .725 20
Kesimpulannya :
Uji reliabilitas yang dilakukan pada 30 siswa SD dari 19 pertanyaan
Cacingan menggunakan rumus Alpha Cronbach didapatkan nilai 0,725
berarti reliabel.
lampiran 14
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
1. Nama : Fauziah Agustiningrum
2. Tempat, tanggal lahir : Bandung, 16 Agustus 1997
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Kewarganegaraan : Indonesia
5. Agama : Islam
6. Status : Belum Menikah
7. Alamat : Kp. Jelekong Rt 06/03 Kel. Jelekong Kec.
Baleendah Kab. Bandung
8. No. Telepon : 081324224736
Pendidikan
1. 2002-2003 : Tk R.A Fathul Hikmah
2. 2003-2009 : SDN Giriharja 1
3. 2009-2012 : SMPN 2 Baleendah
4. 2012-2015 : SMAN 1 Dayeuhkolot
5. 2015-2019 : STIKes ‘Aisyiyah Bandung
Pengalaman Organisasi
1. 2010-2012 : Ketua Marching Band ( Mayoret )
2. 2012-2014 : Ketua Karate SMAN 1 Dayeuhkolot
3. 2016-2018 : Anggota Paduan Suara STIKes ‘Aisyiyah
Bandung