ATS II
RUANG mengatur posisi semi fowler GCS 12(3-6-3)
OBSV : memasang O2, 3l/m, via BC Gambaran EKG ST, TD 120/80
10.20 memasang monitor HR 140, RR34, Saturasi 96%
10.30 Memasang infuse comafusin hepar di kaki kanan, mengambil sampel darah Hasil GDS 102
Ureum 166
Kreatinin 7,4
Bill total 5,48
Bill direk 5,41
Kalium : 7
11.30 Dilakukan pemeriksaan thoraxdi tempat Hasil efusi pleura bilateral
12.00 Monitor TTV TD 120/78
HR 140, RR34,
Saturasi 96%
13.00 pasien direncankan HD dan rawat ruang HCU/ICU tunggu konfirmasi bagian HD
Diagnosa Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukkan cairan di rongga pleura
Keperawatan
Resiko syok cardiogenic factor resiko peningkatan kadar kalium
1.Pengaturan posisi 32. Posisi semi fowler yaitu posisi ,,,,,derajat akan membantu pasien,,,,,,,
semi fowler Posisi yang paling efektif bagi klien dengan penyakit kardiopulmonari adalah posisi
semi fowler dengan derajat kemiringan 45°, yaitu dengan menggunakan gaya
gravitasi untuk membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari
abdomen pada diafragma [ CITATION saf18 \l 1057 ]
Perumusan diagnosa 33. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukkan cairan di rongga pleura
keperawatan : Pola Nafas Tidak Efektif adalah inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan
1.Pola napas tidak ventilasi adekuat [ CITATION Tim171 \l 1033 ].
efektif 34. Diantara beberapa dx keperawatan yang berhubungan dengan Penyakit Ginjal, adakah
berhubungan dx kep yang senada atau hampir sama ?
dengan Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit adalah beresiko mengalami perubahan kadar
penumpukkan serum elektrolit [ CITATION Tim171 \l 1033 ] , karena selain dari penyakit yang di derita
cairan di rongga oleh pasien, disebabkan oleh efek samping selama menjalani HD. Pada penelitian
pleura [ CITATION Sit18 \l 1033 ] semakin lama seseorang pasien yang menjalani HD
2.Resiko syok progregsifitas fungsi ginjal tetap akan semakin menurun dan urine output semakin
cardiogenic factor berkurang. Pada penelitian [ CITATION Joh13 \l 1033 ] Hemodialisis yang sering dapat
resiko peningkatan mengubah status volume, tekanan darah, dan konsentrasi zat terlarut aktif secara
kadar kalium osmotik, masing-masing dapat mempengaruhi residual fungsi ginjal.
Kelebihan Volume Cairan adalah Peningkatan retensi cairan isotonik [ CITATION Pro17 \l
1033 ]. Pada penelitian [ CITATION Sit18 \l 1033 ] kelebihan cairan pada pasien PGK
disebabkan karena terganggunya fungsi ginjal untuk menjalankan fungsi ekskresinya.
Gambaran kejadian kelebihan cairan seperti asites dan efusi pleura menunjukkan
jumlah sedikit, dapat disebabkan oleh terapi hemodialisis. Pada mesin dialis
dilakukan penarikan cairan sampai tercapai berat badan kering, yaitu berat badan
dimana sudah tidak ada cairan berlebih dalam tubuh. Kelebihan cairan tubuh dialirkan
ke dalam mesin dyalizer yang alirannya dikontrol oleh pompa. Lalu cairan tersebut
akan dikeluarkan dari sirkulasi sistemik.
35. Mengapa diambil keputusan dx kep Pola napas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukkan cairan di rongga pleura ?
Pada kasus pasien didapatkan hasil thorax yaitu efusi pleura bilateral, pada penelitian
[ CITATION Bar18 \l 1033 ] pada pasien yang menjalani hemodialysis jangka panjang
sehingga progresififitas PGKnya lebih tinggi, dimana sudah menimbulkan berbagai
komplikasi seperti gagal jantung, infeksi dan efusi pleura. Menurut penelitian
[ CITATION Nur19 \l 1033 ] ketidakefektifan pola nafas dapat disebabkan antara lain oleh
infeksi, inflamasi, alergi, rokok, penyakit jantung dan paru, imobilitas, statis secret,
batuk tidak efektif, depresi sistem saraf pusat atau trauma kepala, supresi reflek
batuk, kelembapan yang tinggi atau sangat rendah
36. Batasan karakteristik pada pasien sesuai SDKI ?
Sesuai, batasan karakteristik terdiri dari penggunaan otot bantu pernafasan, fase
ekspirasi memanjang, dan pola nafas abnormal (takipnea, bradipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes) [ CITATION Tim171 \l 1033 ].
37. Resiko syok cardiogenic factor resiko peningkatan kadar kalium adalah,,,,
Resiko Syok Kardiogenik adalah kegagalan pompa jantung, yang dapat diakibatkan
preload, afterload, atau kontraktilitas miokadium. Gangguan preload dapat terjadi
akibat pneumotoraks, efusi pericardium, hemoperikardium atau penumoperikardium.
Gangguan afterload dapat terjadi akibat kelainan obstruktif kongenital, emboli,
peningkatan vascular sistemik (contoh: phechromocytoma). Gangguan kontraktilitas
miokardium dapat diakibatkan infeksi virus, gangguan metabolic seperti asidosis,
hipoflikemia, hipokalsemia, penyakit kolagen [CITATION Dial9 \l 1033 ]
38. Batasan karakteristik pada pasien yang sesuai SDKI ?
Sesuai, factor resiko nya yaitu hipoksemia, hipoksia, hipotensi, kekurangan volume
cairan, sepsis, sindrom respon inflamasi sitemik (SISRS) [ CITATION Tim171 \l 1033 ]
39. Mengapa dx kep ini perlu diangkat pada kasus ini ?
Syok kardiogenik lebih sering disebabkan karena kegagalan jantung kiri yang mana
hal ini dapat memperburuk keadaan karena mempengaruhi oksigenasi ke tubuh.
Biasanya ditandai dengan penurunan tekanan daraa (sistolik < 90 mmHg, atau
berkurangnya tekanan arteri rata – rata > 30 mmHg) dan atau penurunan pengeluaran
urin (> 0,5 ml/kg/jam) dengan laju nadi lebih dari 60x/menit dengan atau tanpa
adanya kongesti organ [ CITATION Bru13 \l 1033 ]. Pada penelitian [ CITATION Tif18 \l 1033 ]
gagal ginjal kronik menimbulkan berbagai komplikasi, salah satu komlikasi yang
paling ditakutkan adalah penyakit jantung coroner, dimana PJK disebabkan oleh
proses deposisi plaque atheroma dan penyempitan progresif dari arteri yang
menyuplai darah ke otot jantung, sehingga pembuluh coroner tidak adekuat lagi.
Dengan demikian dinding otot jantung mengalami iskemia di mana oksigen bagi otot
jantung tidak cukup untuk kebutuhan metabolisme sel-selnya. Dua faktor yang
dianggap memiliki kontribusi dalam terbentuknya atheroma pada pasien gagal ginjal
kronik adalah inflamasi dan kalsifikasi dinding pembuluh darah. Penelitian
menunjukkan bahwa proses inflamasi, terutama C-reactiveprotein (CRP) mempunyai
efek langsung pada pembentukan atherosklerosis. CRP akan mengikat sel-sel yang
rusak yang kemudian akan mengaktivasi sistem komplemen, menunjukkan ikatan
kalsiumdependen, dan agregasi dari LDL dan VLDL Sehingga CRP merupakan
indikator jumlah plak atherosklerosis dan ketebalan tunika intima-media arteri
koronaria baik pada pasien yang sudah maupun belum menjalani hemodialisa
Rencana HD 40. HD adalah
Rawat ruangn Hemodialisis (HD) adalah dialisis dengan menggunakan mesin dialyzer yang
HCU/ICU berfungsi sebagai “ginjal buatan”. Pada proses ini darah di pompa keluar tubuh,
masuk dalam dialiser. Di dalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat racun
melalui proses difusi dan ultra filtrasi oleh dialisat (satuan cairan khusus untuk
dialysis), lalu setelah darah dibersihkan , darah kembalikan dalam tubuh. Proses
ini dilakukan 1-3 seminggu di rumah sakit dan setiap kalinya membutuhkan waktu
2-4 jam.
(Sumber : Firman Rizky, Dkk. 2016. The Quality Life of Renal Failure Patienr
Undergo Hemodialysis. Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 3, No 2 : Malang)