Anda di halaman 1dari 3

PENANGANAN CUTANEUS LARVA MIGRANS

No. Dokumen : /SOP/UKP-VII/PSS/II/2018

No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit :

Halaman :

UPT dr. Juliani Perangin – angin


1/2
PUSKESMAS NIP. 19730803200702016
SEI SEMAYANG

1. Pengertian Cutaneus Larva Migrans (Creeping Eruption) merupakan kelainan kulit berupa
peradangan berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dan progresif, yang
disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan kucing.
Penularan melalui kontak langsung dengan larva.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan cutaneus larva migran
dan mencegah komplikasi untuk semua pasien yang menderita cutaneus larva migran yang
datang di Puskesmas Sei Semayang.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sei Semayang No. /SKP/UKP-VII/PSS/I/2018
tentang Kebijakan Pelayanan Klinis UPT Puskesmas Sei Semayang
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 514 Tahun 2015 tentang Panduan
Praktik Klinik Bagi Dokter di Fasilitas pelayanan kesehatan primer.
5. Prosedur Alat:-
Bahan:-
6. Langkah- 1. Melakukan anamnesa
langkah a. Sapa pasien dengan ramah
b. Tanyakan keluhan: Gatal dan panas pada tempat infeksi. Pada awal infeksi, lesi
berbentuk papul yang kemudian diikuti dengan lesi berbentuk linear atau berkelok
kelok yang terus menjalar memanjang. Keluhan dirasakan muncul sekitar empat
hari setelah terpajan..
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Patognomonis: Lesi awal berupa papul eritema yang menjalar dan
tersusun linear atau berkelok kelok meyerupai benang dengan kecepatan 2 cm per hari.
Predileksi penyakit ini terutama pada daerah telapak kaki, bokong, genital dan tangan.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang khusus tidak ada.
4. Penatalaksanaan
a. Memodifikasi gaya hidup dengan menggunakan alas kaki dan sarung tangan
pada saat melakukan aktifitas yang berkontak dengan tanah, seperti berkebun dan
lain-lain.
b. Terapi farmakologi dengan: Tiabendazol 50mg/kgBB/hari, 2x sehari, selama 2
hari; atau Albendazol 400 mg sekali sehari, selama 3 hari.
c. Untuk mengurangi gejala pada penderita dapat dilakukan penyemprotan Etil
Klorida pada lokasi lesi, namun hal ini tidak membunuh larva.
d. Bila terjadi infeksi sekunder, dapat diterapi sesuai dengan tatalaksana pioderma.
5. Konseling dan edukasi
Edukasi pasien dan keluarga untuk pencegahan penyakit dengan menjaga kebersihan
diri.
6. Kriteria rujukan
Pasien dirujuk apabila dalam waktu 8 minggu tidak membaik dengan terapi

1
PENANGANAN CUTANEUS LARVA MIGRANS

No. Dokumen : /SOP/UKP-VII/PSS/II/2018

No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit :

Halaman :

UPT dr. Juliani Perangin – angin

PUSKESMAS NIP. 19730803200702016


SEI SEMAYANG

2/2 Pasien Datang

Ambil nomor antrian

Mendaftar di loket pendaftaran

Masuk ruang pemeriksaan umum

Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang

Cutaneus Larva Migran

Pemberian terapi, edukasi, dan rujukan bila di perlukan

Pasien Pulang
Bagan Alir

7. Hal-hal yg Observasi Pasien


2
PENANGANAN CUTANEUS LARVA MIGRANS

No. Dokumen : /SOP/UKP-VII/PSS/II/2018

No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit :

Halaman :

UPT dr. Juliani Perangin – angin

PUSKESMAS NIP. 19730803200702016


SEI SEMAYANG

perlu
diperhatikan
8. Unit terkait Ruang Pemeriksaan Umum, Ruang pemeriksaan Anak, Ruang Farmasi, Laboratorium
9. Dokumen Buku laporan kegiatan, rekam medis
terkait
10. Rekaman No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan
historis
perubahan

Anda mungkin juga menyukai