Disusun Oleh
TEKNIK INFORMATIKA
TEKNOLGI INFORMASI DAN KOMPUTER
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2019
DAFTAR ISI
i
2.5. IP Private – Intranet .......................................................................... 21
2.6. Classless Inter-Domain Routing (CIDR) .......................................... 23
2.7. IP Datagram ...................................................................................... 24
2.7.1. Fragmentasi ......................................................................... 27
2.8. Pertanyaan Audience ........................................................................ 30
BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 33
REFERENSI ................................................................................................... 34
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Teknologi jaringan komputer sangat diperlukan dalam membantu
meningkatkan kinerja dalam kehidupan manusia. Dengan jaringan komputer
manusia dapat saling berkomunikasi dengan yang lainnya melalu komputer
mereka yang membentuk sebuah jaringan. Melalui jaringan itu mereka dapat
saling bertukar informasi, dan data satu sama lainnya. Dalam IP Address
juga dikenal sebuah istilah subnetting yang bertujuan untuk membagi
jaringan kedalam subnet – subnet sehingga memudahkan dalam pembagian
network dan pengontrolan dari sebuah jaringan.
Subnetting merupakan teknik memecah network menjadi beberapa
subnetwork yang lebih kecil dengan cara mengorbankan bit Host ID pada
subnet mask untuk dijadikan Network ID baru.
Sebagai seorang mahasiswa Teknik Informatika, tentu saja konsep
subnetting perlu untuk di ketahui. Oleh karena itu dalam tulisan ini akan
dijelaskan konsep dasar subnetting dan perhitungan subnetting.
Routing adalah proses untuk memilih jalur (path) yang harus dilalui
oleh paket. Jalur yang baik tergantung pada beban jaringan, panjang
datagram, type of service requested dan pola trafik. Pada umumnya skema
routing hanya mempertimbangkan jalur terpendek (the shortest path). Untuk
mendapatkan rute dari satu jaringan ke jaringan yang lain, digunakan
routing protokol.
IP Private adalah IP address yang digunakan untuk jaringan internal
(LAN) dibalakang router/NAT terpisah dari jaringan internet secara
langsung.
Classless Inter-Domain Routing (CIDR) adalah sebuah cara alternatif
untuk mengklasifikasikan alamat-alamat IP berbeda dengan sistem
klasifikasi ke dalam kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E. Disebut
juga sebagai supernetting. CIDR merupakan mekanisme routing dengan
membagi alamat IP jaringan ke dalam kelas-kelas A, B, dan C.
1
Paket-paket data dalam protokol IP dikirimkan dalam bentuk datagram.
Sebuah datagram IP terdiri atas header IP dan muatan IP (payload).
Ketika sebuah host sumber atau router harus mentransmisikan sebuah
datagram IP dalam sebuah saluran jaringan di mana nilai Maximum
transmission unit (MTU) yang dimilikinya lebih kecil dibandingkan ukuran
datagram IP, datagram IP yang akan ditransmisikan tersebut harus dipecah
ke dalam beberapa fragmen. Proses ini disebut sebagai Fragmentation
(fragmentasi).
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah menjawab rumusan
masalah yang ada, antara lain :
1. Mahasiswa/I dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan internet
protocol.
2. Mahasiswa/I dapat memahami dan mengerti bagaimana mekanisme
melakukan subnetting.
3. Mahasiswa/I dapat memahami sistem kerja routing.
4. Mahasiswa/I dapat mengetahui metode metode pengiriman data.
5. Mahasiswa/I dapat memahami apa itu IP Private dan memahami IP
Datagram.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Internet Protocol
Protokol Internet (Inggris Internet Protocol disingkat IP) adalah
protokol lapisan jaringan (network layer dalam OSI Reference Model) atau
protokol lapisan internetwork (internetwork layer dalam Defense Advanced
Research Projects Agency DARPA Reference Model) yang digunakan oleh
protokol TCP/IP untuk melakukan pengalamatan dan routing paket data
antar host-host di jaringan komputer berbasis TCP/IP. Versi IP yang banyak
digunakan adalah IP versi 4 (IPv4) yang didefinisikan pada RFC 791 dan
dipublikasikan pada tahun 1981, tetapi akan digantikan oleh IP versi 6 pada
beberapa waktu yang akan datang.
Internet Protocol dikembangkan pertama kali oleh Defense Advanced
Research Projects Agency ( DARPA) pada tahun 1970 sebagai awal dari
usaha untuk mengembangkan protokol yang dapat melakukan interkoneksi
berbagai jaringan komputer yang terpisah, yang masing-masing jaringan
tersebut menggunakan teknologi yang berbeda.
Protokol IP merupakan salah satu protokol kunci di dalam kumpulan
protokol TCP/IP. Sebuah paket IP akan membawa data aktual yang
dikirimkan melalui jaringan dari satu titik ke titik lainnya. Metode yang
digunakannya adalah connectionless yang berarti ia tidak perlu membuat
dan memelihara sebuah sesi koneksi. Selain itu, protokol ini juga tidak
menjamin penyampaian data, tetapi hal ini diserahkan kepada protokol pada
lapisan yang lebih tinggi (lapisan transport dalam OSI Reference Model
atau lapisan antar host dalam DARPA Reference Model), yakni protokol
Transmission Control Protocol (TCP).
2.1. Pengalamatan IP
Alamat IP (Internet Protocol Address atau sering disingkat IP) adalah
deretan angka biner antara 32 bit sampai 128 bit yang dipakai sebagai
3
alamat identifikasi untuk tiap komputer host dalam jaringan Internet.
Panjang dari angka ini adalah 32 bit (untuk IPv4 atau IP versi 4), dan 128
bit (untuk IPv6 atau IP versi 6) yang menunjukkan alamat dari komputer
tersebut pada jaringan Internet berbasis TCP/IP.
4
Alamat IP memungkinkan perangkat untuk berkomunikasi dan
mengirim data satu sama lain melalui Internet, sama halnya dengan nomor
telepon yang memungkinkan orang untuk berbicara satu sama lain di ponsel
pintar atau telepon mereka. Jika tidak ada alamat IP, perangkat tidak akan
dapat terhubung ke Internet apalagi mengirim dan menerima data.
5
Gambar 2.2 Range IP Address
IP address kelas A
Kelas A Digunakan untuk jaringan yang sangat besar. Alamat IP
Kelas A ini cocok untuk sistem jaringan dengan skala besar. Bit awal
dimulai dengan angka 0. Jumlah maksimal hostnya bisa mencapai
16.777.226 dari seluruh dunia.
Bit pertama IP address kelas A adalah 0, dengan panjang net ID 8
bit dan panjang host ID 24 bit. Jadi byte pertama IP address kelas A
mempunyai range dari 0-127. Jadi pada kelas A terdapat 127 network
dengan tiap network dapat menampung sekitar 16 juta host (255×255×255)
IP address kelas B
Kelas B Digunakan untuk jaringan yang ukurannya medium.
Alamat IP Kelas B ini cocok untuk sistem jaringan dengan skala besar dan
menengah. Bit awal dimulai dengan angka 128.0.0.0. Jumlah maksimal
hostnya bisa mencapai 65.536 dari seluruh dunia.
Dua bit IP address kelas B selalu diset 10 sehingga byte
pertamanya selalu bernilai antara 128-191. Network ID adalah 16 bit
pertama dan 16 bit sisanya adalah host ID sehingga kalau ada komputer
6
mempunyai IP address 167.205.26.161, network ID = 167.205 dan host ID
= 26.161. Pada. IP address kelas B ini mempunyai range IP dari
128.0.xxx.xxx sampai 191.155.xxx.xxx, yakni berjumlah 65.255 network
dengan jumlah host tiap network 255 x 255 host atau sekitar 65 ribu host.
IP address kelas C
Kelas C Digunakan untuk jaringan yang ukurannya kecil. Alamat
IP Kelas C ini cocok untuk sistem jaringan dengan skala kecil. Bit awal
dimulai dengan angka 192.0.0.0. Jumlah maksimal hostnya hanya mencapai
256 saja dari seluruh dunia.
IP address kelas C mulanya digunakan untuk jaringan berukuran
kecil seperti LAN. Tiga bit pertama IP address kelas C selalu diset 111.
Network ID terdiri dari 24 bit dan host ID 8 bit sisanya sehingga dapat
terbentuk sekitar 2 juta network dengan masing-masing network memiliki
256 host.
IP address kelas D
Kelas D Digunakan untuk IP Multicasting. Alamat IP Kelas D ini
cocok untuk keperluan multicasting saja. Bit awal dimulai dengan angka
224.0.0.0. Tidak ada jumlah maksimal hostnya karena Alamat IP ini tidak
mengenal istilah Network ID maupun Host ID.
IP address kelas D digunakan untuk keperluan multicasting. 4 bit
pertama IP address kelas D selalu diset 1110 sehingga byte pertamanya
berkisar antara 224-247, sedangkan bit-bit berikutnya diatur sesuai
keperluan multicast group yang menggunakan IP address ini. Dalam
multicasting tidak dikenal istilah network ID dan host ID.
IP address kelas E
Kelas E Dicadangkan untuk penggunaan eksperimen. Alamat IP
Kelas E ini cocok untuk keperluan eksperimental. Bit awal dimulai dengan
angka 240.0.0.0. Tidak ada jumlah maksimal hostnya karena Alamat IP ini
tidak mengenal istilah Network ID maupun Host ID.
7
IP address kelas E tidak diperuntukkan untuk keperluan umum. 4
bit pertama IP address kelas ini diset 1111 sehingga byte pertamanya
berkisar antara 248-255.
2.2.1. Subnetting.
Subnetting adalah teknik memecah suatu jaringan besar menjadi
jaringan yang lebih kecil dengan cara mengorbankan bit Host ID pada
subnet mask untuk dijadikan Network ID baru. Subnetting merupakan
8
teknik memecah network menjadi beberapa subnetwork yang lebih kecil.
Subnetting hanya dapat dilakukan pada IP addres kelas A, IP Address kelas
B dan IP Address kelas C. Dengan subnetting akan menciptakan beberapa
network tambahan, tetapi mengurangi jumlah maksimum host yang ada
dalam tiap network tersebut.
Subnetting bertujuan untuk mengefisienkan alokasi IP Address
dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address.
Selain itu subnetting juga berfungsi untuk mengatasi masalah perbedaan
hardware dan media fisik yang digunakan dalam suatu network, karena
Router IP hanya dapat mengintegrasikan berbagai network dengan media
fisik yang berbeda jika setiap network memiliki address network yang unik.
Subnetting juga dapat meningkatkan security dan mengurangi terjadinya
kongesti akibat terlalu banyaknya host dalam suatu network.
Jika seorang pemilik sebuah IP address memerlukan lebih dari satu
network ID maka harus mengajukan permohonan ke Internic untuk
mendapatkan IP address baru. Namun persediaan IP address pada saat ini
angat terbatas. Untuk mengatasi kesulitan ini maka muncul suatu teknik
untuk memperbanyak Network ID dari satu Network ID yang sudah ada.
Teknik ini dinamakan subnetting, dimana sebagian Host ID dikorbankan
untuk dipakai dalam membuat Network ID tambahan.[3]
2.2.2. Tujuan dan Fungsi Subnetting
Tujuan dari subnetting adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengefisienkan pengalamatan (misal untuk jaringan yang hanya
mempunyai 10 host, kalau kita menggunakan kelas C saja terdapat 254
– 10 =244 alamat yang tidak terpakai).
2. Membagi satu kelas network atas sejumlah subnetwork dengan arti
membagi suatu kelas jaringan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
3. Menempatkan suatu host, apakah berada dalam satu jaringan atau tidak.
Menempatkan suatu host, apakah berada dalam satu jaringan atau tidak.
4. Untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan
supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address.
9
5. Mengatasi masalah perbedaan hardware dan media fisik yang
digunakan daam suatu network, karena Router IP hanya dapat
mengintegrasikan berbagai network dengan media fisik yang berbeda
jika setiap network memiliki address network yang unik.
6. Meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti akibat
terlalu banyaknya host dalam suatu network.
7. Mereduksi Trafik Jaringan yaitu mereduksi ukuran broadcast domain.
Broadcast secara berkesinambungan dikirim ke semua host yang ada di
jaringan dan sub jaringan. Saat trafik broadcast mulai mengasumsi
begitu banyak bandwidth tersedia, maka administrator perlu mengambil
langkah subnetting untuk meredukasi ukuran broadcast domain
tersebut.
8. Mengoptimasi Performansi Jaringan. Sebagai hasil dari reduksi
jaringan, maka otomatis akan diperoleh performansi jaringan lebih baik.
Fungsi subnetting antara lain sbb:
1. Mengurangi lalu-lintas jaringan, sehingga data yang lewat di
perusahaan tidak akan bertabrakan (collision) atau macet.
2. Teroptimasinya unjuk kerja jaringan.
3. Pengelolaan yang disederhanakan.
4. Membantu pengembangan jaringan ke arah jarak geografis yang
menjauh.
2.2.3. Subnet Mask
Cara menentukan berapa banyak bit dalam network-portion dan
berapa banyak host-portion yaitu dapat menggunakan subnet mask.
Subnet mask adalah istilah teknologi informasi dalam bahasa
Inggris yang mengacu kepada angka biner 32-bit yang digunakan untuk
membedakan network ID dengan host ID dan menunjukkan letak suatu host.
Seperti halnya IP adrres, subnet mask juga merupakan 32 bit angka biner
yang diekspresikan dalam bentuk dotted-decimal. Hanya saja, didalam
bentuk subnet mask semua bit network-portion diwakili oleh 1 angka 1
sedangkan bit host-portion diwakili dengan angka 0. Subnetmask digunakan
10
untuk membaca bagaimana kita membagi jalan dan gang, atau membagi
network dan hostnya. Address mana saja yang berfungsi sebagai SUBNET,
mana yang HOST dan mana yang BROADCAST. [4]
Tabel 2.1 Table Bit Subnet Mask
Berikut ini adalah subnet mask yang bisa digunakan untuk melakukan
subnetting:
1. Untuk kelas A subnet mask yang digunakan adalah :
255.128.0.0, 255.192.0.0, 255.224.0.0, 255.240.0.0, 255.248.0.0,
255.252.0.0, 255.254.0.0
2. Untuk kelas B subnet mask yang digunakan adalah :
255.255.128.0, 255.255.192.0, 255.255.224.0, 255.255.240.0,
255.255.248.0, 255.255.252.0, 255.255.254.0, 255.255.255.0
3. Untuk kelas C subnet mask yang digunakan adalah :
11
255.255.255.128, 255.255.255.192, 255.255.255.224, 255.255.255.240,
255.255.255.248, 255.255.255.252
Berapa jumlah kelompok angka yang termasuk network ID dan berapa
yang termasuk host ID, bergantung pada kelas dari IP address yang dipakai.
Untuk mempermudah pemakaian bergantung pada kebutuhan pemakai.
Agar jaringan dapat mengetahui kelas mana yang dipakai oleh suatu
IP address, dipergunakan default subnet mask. Angka desimal 255 atau
biner 11111111 dari default mask menandakan bahwa oktet yang
bersangkutan dari IP address adalah network ID sedangkan angka desimal 0
atau 00000000 dari default subnet mask menandakan bahwa oktet yang
bersangkutan dari IP Address adalah untuk Host ID.
2.2.4. Aturan Membuat Subnet Mask.
1. Angka minimal untuk network ID adalah 8 bit. Dan oktet pertama dari
subnet pasti 255.
2. Angka maksimal untuk network ID adalah 30 bit. Kita harus
menyisakan sedikitnya 2 bit untuk host ID, untuk mengizinkan paling
tidak 2 host. Jika anda menggunakan seluruh 32 bit untuk network ID,
maka tidak akan tersisa untuk host ID. Ya, pastilah nggak akan bisa.
Menyisakan 1 bit juga tidak akan bisa. Hal itu disebabkan sebuah host
ID yang semuanya berisi angka 1 digunakan untuk broadcast address
dan semua 0 digunakan untuk mengacu kepada network itu sendiri.
Jadi, jika anda menggunakan 31 bit untuk network ID dan menyisakan
hanya 1 bit untuk host ID, (host ID 1 digunakan untuk broadcast
address dan host ID 0 adalah network itu sendiri) maka tidak akan ada
ruang untuk host sebenarnya. Makanya maximum network ID adalah 30
bit.
3. Karena network ID selalu disusun oleh deretan angka-angka 1, hanya 9
nilai saja yang mungkin digunakan di tiap octet subnet mask (termasuk
0).
12
2.2.5. Tipe Subnetting
1. Static Subnetting
Subneting yang digunakan hanya memperhatikan dari kelas
dari IP address. Contoh untuk jaringan kelas C yang hanya
memiliki 4 host digunakan subnet mask 255.255.255.0.
Dalam hal penggunaan ini akan memudahkan karena apabila
ada penambahan host tidak perlu lagi merubah subnetmask, tetapi
akan melakukan pemborosan sebanyak 250 alamat IP.
2. Variable Length Subnetting Mask
Subneting yang digunakan berdasarkan jumlah host. Sehingga
akan semakin banyak jaringan yang bisa dipisahkan.
Contoh : Dibutuhkan 14 host. Maka dapat digunakan ip
jaringan 192.168.100.16/28
3. Gabungan antara static subneting danvariable length subneting.
Penggunaan subneting biasanya menggunakan static subneting.
Tetapi karena suatu keperluan sebagian kecil jaringan tersebut
menggunakan variable length subneting. Sehingga diperlukan
router untuk menggabungkan kedua jaringan tersebut.
2.2.6. Perhitungan Subnetting
Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara
binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada
hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat
masalah yaitu:
1. Perhitungan Subnetting pada Class A
Analisa: 10.0.0.0 berarti kelasA, dengan Subnet Mask /16 berarti
11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
a. Jumlah Subnet = = 256 subnet
b. Jumlah Host per Subnet = – 2 = 65534 host
c. Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
2. Perhitungan Subnetting pada Class B
13
Analisa: 172.16.0.0 berartikelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti
11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:
a. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2
oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah = 4 subnet
b. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah kebalikan dari x
yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per
subnet adalah – 2 = 16.382 host
c. Blok Subnet = 256 – 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 =
128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128,
192.
3. Perhitungan Subnetting pada Class C
Analisa: 192.168.1.0 berartikelas C dengan Subnet Mask /26 berarti
11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan:
a. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet
terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet
terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah = 4 subnet
b. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah kebalikan dari x
yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host
per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
c. Blok Subnet = 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64.
Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi
subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192. [5]
2.3. IP Routing
Routing adalah proses untuk memilih jalur (path) yang harus dilalui
oleh paket. Jalur yang baik tergantung pada beban jaringan, panjang
datagram, type of service requested dan pola trafik. Pada umumnya skema
routing hanya mempertimbangkan jalur terpendek (the shortest path). Untuk
mendapatkan rute dari satu jaringan ke jaringan yang lain, digunakan
routing protokol.[9]
14
Routing merupakan proses penetuan arah yang terjadi pada router
yang digunakan untuk meneruskan paket data ke jaringan tujuan. Suatu
router membuat keputusan berdasarkan IP address yang dituju oleh paket.
Semua router menggunakan IP address tujuan untuk mengirim paket.
Ada 3 jenis routing yang dikenal, yaitu:
1. Static route – suatu metode routing yang dikonfigurasi secara manual
oleh seorang administrator jaringan pada router.
2. Default route - Default route digunakan untuk arah paket dengan
tujuan yang tidak ditujukan untuk tujuan manapun pada tabel routing.
3. Dynamic route – suatu medote routing yang melakukan penyesuaian
secara otomatis untuk informasi perubahan topologi dan traffic
Routing protocol berbeda dengan routed protocol baik dalam fungsi
maupun tugasnya. Routing protocol memberikan satu router untuk berbagi
informasi dengan router lain mengenai pemahaman jaringan seperti router
yang terdekat. Contoh routing protocol adalah:
1) Routing Information Protocol (RIP)
2) Interior Gateway Routing Protocol (IGRP)
3) Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)
4) Open Shortest Path First (OSPF)
Routed protocol digunakan untuk traffic pemakai langsung. Routed
protocol memberikan informasi yang cukup pada alamat lapisan network
yang memberikan paket untuk diteruskan dari satu host ke host lain
berdasarkan pada skema pengalamatan.[10] Contoh routed protocol adalah:
1) Internet Protocol (IP)
2) Internetwork Packet Exchange (IPX)
15
2.3.1. Tipe Routing.
Terdapat 2 bentuk routing, yaitu:
1) Direct Routing
16
Gambar 2.5 Skema Routing
Tabel Routing pada umumnya berisi informasi tentang:
1) Alamat Network Tujuan
2) Interface Router yang terdekat dengan network tujuan
3) Metric, yaitu sebuah nilai yang menunjukkan jarak untuk mencapai
network tujuan. Metric tesebut menggunakan teknik berdasarkan
jumlah lompatan (Hop Count).
Contoh Table Routing :
17
Gambar 2.7 Table Routing 2
Karena jaringan selain 129.7.0.0 harus dicapai melalui E, maka
host F hanya menggunakan default route melalui E.
18
kualitas pengiriman data dapat dijamin, karena setiap kegagalan pengiriman
akan diketahui oleh pengirim dan dapat melakukan pengiriman ulang.[13]
Jenis-jenis alamat unicast :
1) Alamat publik
Alamat publik adalah alamat-alamat yang telah ditetapkan oleh
InterNIC dan berisi beberapa buah network identifier yang telah dijamin
unik (artinya, tidak ada dua host yang menggunakan alamat yang sama)
jika intranet tersebut telah terhubung ke Internet.
2) Alamat ilegal
Intranet-intranet pribadi yang tidak memiliki kemauan untuk
mengoneksikan intranetnya ke Internet dapat memilih alamat apapun
yang mereka mau, meskipun menggunakan alamat publik yang telah
ditetapkan oleh InterNIC.
2.4.2. Broadcast
Broadcast adalah sebuah metode pengiriman data, dimana data
dikirimkan ke banyak titik sekaligus, tanpa melakukan pengecekan apakah
titik tersebut siap atau tidak, atau tanpa memperhatikan apakah data itu
sampai atau tidak. Salah satu contoh penggunaan sistem ini adalah siaran
televisi dan radio. Dimana stasiun siaran melakukan siaran terus menerus
tanpa mempedulikan apakah ada pesawat televisi ataupun radio yang
memonitor siaran tersebut.
Ada empat buah jenis alamat ip broadcast, yakni network
broadcast, subnet broadcast, all-subnet-directed broadcast dan limited
broadcast. Untuk setiap jenis alamat broadcast tersebut, paket ip broadcast
akan dialamatkan kepada lapisan antarmuka jaringan dengan menggunakan
alamat broadcast yang dimiliki oleh teknologi antarmuka jaringan yang
digunakan.
1) Network Broadcast
Network broadcast IPv4 adalah alamat yang dibentuk dengan cara
mengeset semua bit host menjadi 1 dalam sebuah alamat yang
menggunakan kelas (classful). Contohnya adalah, dalam NetID
19
131.107.0.0/16, alamat broadcast-nya adalah 131.107.255.255. Alamat
network broadcast digunakan untuk mengirimkan sebuah paket untuk
semua host yang terdapat di dalam sebuah jaringan yang berbasis kelas.
2) Subnet broadcast
Alamat subnet broadcast adalah alamat yang dibentuk dengan cara
mengeset semua bit host menjadi 1 dalam sebuah alamat yang tidak
menggunakan kelas (classless). Sebagai contoh, dalam NetID
131.107.26.0/24, alamat broadcast-nya adalah 131.107.26.255. Alamat
subnet broadcast digunakan untuk mengirimkan paket ke semua host
dalam sebuah jaringan yang telah dibagi dengan cara subnetting, atau
supernetting
3) All-subnets-directed broadcast
Alamat IP ini adalah alamat broadcast yang dibentuk dengan
mengeset semua bit-bit network identifier yang asli yang berbasis kelas
menjadi 1 untuk sebuah jaringan dengan alamat tak berkelas (classless).
Sebuah paket jaringan yang dialamatkan ke alamat ini akan disampaikan
ke semua host dalam semua subnet yang dibentuk dari network identifer
yang berbasis kelas yang asli.
4) Limited broadcast
Alamat ini adalah alamat yang dibentuk dengan mengeset semua
32 bit alamat IP versi 4 menjadi 1
(11111111111111111111111111111111 atau 255.255.255.255). Alamat
ini digunakan ketika sebuah node IP harus melakukan penyampaian data
secara one-to-everyone di dalam sebuah jaringan lokal tetapi ia belum
mengetahui network identifier-nya.
2.4.3. Multicast
Konsep multicast hampir sama dengan broadcast, dimana data
dikirimkan kepada banyak titik sekaligus, namun perbedaannya adalah, titik
tujuan dikelompokkan berdasarkan group-group tertentu melalui alamat
groupnya. Hal ini akan mengakibatkan pengiriman menjadi lebih efektif
20
dibandingkan broadcast namun dapat diterima jauh lebih banyak
dibandingkan sistem unicast.
2.4.4. Anycast
Anycast merupakan sebuah metode pengiriman (transmisi) data
Point-to-Point-Nearest. Bisa dibilang untuk mekanisme dari anycast
gabungan antara unicast dan multicast. Didalam transmisi anycast si
pengirim dan si penerima mempunyai alamat yang jelas , namun untuk
menuju ke penerima akan menggunakan titik (point) sebuah group yang
memiliki jalur terdekat. Alamat ini hanya sebagai alamat tujuan (destination
address) dan diberikan hanya pada router, bukan kepada host host biasa.
Contoh penggunaan alamat anycast banyak ditemukan pada IPV6.
21
Network address translation (NAT) adalah sebuah metode remapping
satu IP address ke beberapa IP dengan cara memodifikasi informasi network
address pada IP header paket data ketika paket transit di perangkat
router.Sederhananya kamu bisa menggunakan satu IP untuk menyamarkan
beberapa IP dibelakang router/NAT agar memiliki akses yang sama ke
jaringan seperti satu IP yang diNAT tadi.
Dalam penggunaannya IP private tidak perlu didaftarkan ke pihak
otoritas sebelum digunakan karena penggunaan IP private telah diatur,
dialokasian dan distandarkan oleh IANA (Lembaga yang mengatur
penggunaan dan pengalokasian IP address di seluruh dunia) dalam dokumen
RFC 1918.
22
2.6. Classless Inter-Domain Routing (CIDR)
Classless Inter-Domain Routing (CIDR) adalah sebuah cara alternatif
untuk mengklasifikasikan alamat-alamat IP berbeda dengan sistem
klasifikasi ke dalam kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E. Disebut
juga sebagai supernetting. CIDR merupakan mekanisme routing dengan
membagi alamat IP jaringan ke dalam kelas-kelas A, B, dan C.[14]
CIDR digunakan untuk mempermudah penulisan notasi subnet mask
agar lebih ringkas dibandingkan penulisan notasi subnet mask yang
sesungguhnya. Untuk penggunaan notasi alamat CIDR pada classfull
address pada kelas A adalah /8 sampai dengan /15, kelas B adalah /16
sampai dengan /23, dan kelas C adalah /24 sampai dengan /28. Subnet mask
CIDR /31 dan /32 tidak pernah ada dalam jaringan yang nyata.
23
Gambar 2.12 CIDR Kelas C
2.7. IP Datagram
Paket-paket data dalam protokol IP dikirimkan dalam bentuk
datagram. Sebuah datagram IP terdiri atas header IP dan muatan IP
(payload), sebagai berikut:
1) Header IP: Ukuran header IP bervariasi, yakni berukuran 20 hingga 60
byte, dalam penambahan 4-byte. Header IP menyediakan dukungan
untuk memetakan jaringan (routing), identifikasi muatan IP, ukuran
header IP dan datagram IP, dukungan fragmentasi, dan juga IP Options.
2) Muatan IP: Ukuran muatan IP juga bervariasi, yang berkisar dari 8 byte
hingga 65515 byte.
Sebelum dikirimkan di dalam saluran jaringan, datagram IP akan
"dibungkus" dengan header protokol lapisan antarmuka jaringan dan trailer-
nya, untuk membuat sebuah frame jaringan.
24
Tabel 2.3 Keterangan IP Datagram
25
Berisi dua buah flag yang berisi apakah sebuah datagram
IP mengalami fragmentasi atau tidak. Meski berisi tiga bit,
Flag 3 bit ada dua jenis nilai yang mungkin, yakni apakah hendak
memecah datagram IP ke dalam beberapa fragmen atau
tidak.
26
Pada saat menghitung checksum terhadap semua field di
dalam header IP, nilai header checksum akan diset ke nilai
0.
2.7.1. Fragmentasi
Ketika sebuah host sumber atau router harus mentransmisikan
sebuah datagram IP dalam sebuah saluran jaringan di mana nilai Maximum
transmission unit (MTU) yang dimilikinya lebih kecil dibandingkan ukuran
datagram IP, datagram IP yang akan ditransmisikan tersebut harus dipecah
ke dalam beberapa fragmen. Proses ini disebut sebagai Fragmentation
(fragmentasi). Ketika fragmentasi terjadi, muatan IP akan dibelah menjadi
beberapa segmen, dan setiap segmen akan dikirimkan dengan header IP-nya
masing-masing.[15]
Header IP mengandung informasi yang dibutuhkan untuk
menyatukan kembali muatan IP yang telah dipecah tersebut menjadi muatan
IP yang utuh pada saat datagram IP tersebut telah sampai pada host tujuan.
Karena IP merupakan teknologi datagram packet-switching dan juga
fragmen dapat sampai ke tujuan dalam kondisi tidak terurut, fragmen-
27
fragmen tersebut harus dikelompokkan (dengan menggunakan field
Identification dalam header IP), diurutkan (dengan menggunakan field
Fragment Offset dalam header IP), dan diperjelas pembatasannya (dengan
menggunakan flag More Fragment dalam header IP).
Ada tiga buah field yang berguna untuk menunjukkan apakah
sebuah datagram IP harus difragmentasi atau tidak, yakni sebagai berikut:
1) Field identification:
Digunakan untuk mengelompokkan semua fragmen dari sebuah
datagram IP dalam sebuah kelompok. Host pengirim akan
mengeset nilai field ini, dan nilai ini tidak akan beruba selama
proses fragmentasi berlangsung. Field ini selalu diset (memiliki
nilai) meskipun datagram IP tidak boleh diset dengan
menggunakan bit flag Dont Fragment (DF).
2) Field Flag, yang memiliki dua buah nilai:
a. Don't fragment (DF):
Flag ini akan diset ke nilai "0" untuk mengizinkan fragmentasi
dilakukan, atau nilai "1" untuk mencegah fragmentasi dilakukan
terhadap datagram IP. Dengan kata lain, fragmentasi akan terjadi
jika flag DF ini bernilai "0". Jika fragmentasi dibutuhkan untuk
meneruskan datagram IP (akibat ukuran datagram IP yang lebih
besar dibandingkan dengan ukuran maximum transmission unit
(MTU)) dan flag DF ini diset ke nilai "1", maka router akan
mengirimkan pesan "ICMP Destination Unreachable-
Fragmentation Needed And DF Set" kepada host pengirim,
sebelum router tersebut akan mengabaikan datagram IP tersebut.
b. More Fragments (MF):
Flag ini akan diset ke nilai "0" jika tidak ada fragmen lainnya yang
mengikuti fragmen yang bersangkutan (berarti tanda bahwa
fragmen tersebut merupakan fragmen terakhir), atau diset ke nilai
"1" jika ada tambahan fragmen yang mengikuti fragmen tersebut
(berarti tanda bahwa fragmen tersebut bukanlah fragmen terakhir).
28
3) Field' Fragment Offset:
Field ini akan diset untuk mengindikasikan posisi fragmen yang
bersangkutan terhadap muatan IP yang belum difragmentasikan.
Field ini akan digunakan untuk mengurutkan kembali semua
fragmen pada saat proses penyatuan kembali menjadi sebuah
datagram IP yang utuh di pihak penerima. Ukurannya adalah 13 bit,
sehingga mendukung nilai hingga 8191 saja.
Mengingat ukuran muatan IP terbesar adalah 65515 byte (216-20),
sedangkan ukuran field ini adalah 13 bit, maka field ini tidak dapat
digunakan untuk mengindikasikan byte offset. Karenanya setiap nilai field
fragment offset harus merepresentasikan nilai 3 bit. Dengan demikian, field
Fragment Offset pun dapat didefinisikan dalam blok-blok berukuran 8 byte
yang disebut sebagai Fragment block.
Selama fragmentasi dilakukan, muatan IP akan dipecah ke dalam
fragmen-fragmen dengan menggunakan batasan 8 byte dan nilai maksimum
fragment block (8 byte) diletakkan pada setiap fragmen. Field Fragment
Offset pun diset untuk mengindikasikan permulaan fragment block untuk
fragmen tersebut dibandingkan dengan muatan IP yang belum
difragmentasi.
Setiap fragmen yang difragmentasi oleh router, header IP akan
disalin dan beberapa field ini akan diubah selama fragmentasi oleh router:
1) Header length: Bisa berubah atau tidak bergantung pada
keberadaan IP Options, dan juga apakah IP Options tersebut disalin
ke semua fragmen atau hanya fragmen pertama saja.
2) Time-to-Live (TTL): selalu dikurangi 1.
3) Total Length: Diubah untuk merefleksikan perubahan pada header
IP yang baru dan tentunya muatan IP yang baru.
4) Flag More Fragment akan diset ke angka 1 untuk fragmen pertama
atau fragmen pertengahan, atau nilai 0 untuk fragmen terakhir.
29
5) Fragment Offset: Diset untuk mengindikasikan posisi fragmen di
dalam fragment block relatif terhadap muatan IP yang belum
difragmentasi.
6) Header Checksum: dihitung ulang berdasarkan field yang berubah
di dalam header IP.
7) Field "identification": tidak berubah untuk setiap fragmen.
30
Range IP :
192.168.100.1 – 192.168.100.30
192.168.100.33 – 192.168.100.62
.
.
.
192.168.100.225 – 192.168.100.254
31
diartikan sebagai alamat network yang menunjuk ke jaringan, bukan ke
host.
32
BAB III
KESIMPULAN
33
REFERENSI
4. http://ardi-hadma.blogspot.com/p/pengertian-ip-address-internet-
protocol.html
5. https://www.komputerdia.com/2017/07/pengertian-subnet-mask-dan-prefix-
ip-address-dalam-jaringan-komputer.html
6. http://blog.unnes.ac.id/ayukwitantri/2016/02/19/vlsm-variable-lenght-
subnet-mask/
7. http://wildanil.blogspot.com/2017/07/ip-address-prefix-dan-suffix.html
8. http://www.subnet-calculator.com/subnet.php?net_class=C
9. https://catatanteknisi.com/pengertian-routing-tabel-routing-protokol-routing/
10. https://technorody.wordpress.com/2011/01/24/algoritma-ip-routing/
11. https://anafajrin.wordpress.com/2015/01/10/mengenal-ip-routing/
12. https://pekoktenan.wordpress.com/2009/03/31/routing/
13. http://enamsembihlan69.blogspot.com
14. https://averouswari.wordpress.com
15. https://id.wikipedia.org/wiki/Protokol_Internet#Datagram_IP
34