Kromosom 12, HNF ⍺ (MODY 3), Kromosom 7, glukokinasi (MODY 2), Kromosom 20, HNF ⍺ (MODY 1), Kromosom 13, IPF
(MODY 4), Kromososm 17, HNF-1 β (MODY 5), Kromosom 2, Neuro D1 (MODY 6), dan Lainnya.
o Defek genetik kerja insulin
Resisitensi Insulin tipe A, leperechaunism, sindrom Rabson Mendenhall diabetes lipoatrofik, dll.
o Penyakit eksokrin pankreas
Pankreatitis, trauma/pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, dll.
o Endokrinopati
Akromegali, cushing sindrom, feokromositoma, hipertiroidisme somatostatinoma, aldosteronoma, dll
o Obat / Zat Kimia
Vacor, pentamidine, asam nikotinat, glukokortikoid, hormone tiroid, diazoxid, aldosteronoma, dll.
o Infeksi
Rubella congenital, CMV
o Imunologi
Sindrom stiffman, antibody antireseptor insulin, dll
o Sindroma Genetik lain
Sindrom down, sindrom Klinefelter, sindrom turner, sindro us, but much less efficient, in terms of solute clear- ance.
Although no large-scale clinical trials have been completed com- paring outcomes among patients randomized to
either hemodialysis or peritoneal dialysis, outcomes associated with both therapies are similar in most reports, and
the decision of which modality to select is often based on personal preferences and quality-of-life considerations.
Administrasi epinefrin 1:1000; 0,01 mg/kgbb max 0,5 mg (dewasa) atau 0,3 mg
(anak). Diinjeksi segera intramuscular di bagian mid- anterolateral.
Catat waktu pemberian dosis pertama
Pemberian adrenalin dapat diulang setelah 5-15 menit bila diperlukan.
administrasi epinefrin intravena, 1:10.000 dengan kecepatan 2-10 mcg per menit atau
bila diperlu
kan dapat diberikan vasopressin intravena
tambahan lain
diperlukan
Treatment/
Medikasi
3
Diet
Jelaskan kepada keluarga dan pasien tentang kondisi pasien, perkiraan penyebab alergi agar
dihindari, kemungkinan terjadinya kambuhan setelah pulih, rencana terapi selanjutnya
Rujuk/ Konsultasi
Rencana Rawat
Rawat Jalan
Perawatan Inap
arkan studi yang menunjukkan bahwa insulin berespon terhadap kelebihan glukosa oral yang
sesuai dengan jumlah glukosa intravena. Hormon incretin yang dominan adalah GLP-
1(Glukagon-like peptide-1). Sebagai tambahan untuk mestimulasi sekresi insulin, GLP-1
menekan pelepasan Glukagon, memperlambat pengosongan lambung, meningkatkan
sensitivitas insulin, dan mengurangi intake makanan. Pada tikus dan sistem model sel, GLP-
1 ditunjukkan meningkatkan massa dan regenerasi sel β serta menstimulasi penurunan
apoptosis. Mentargetkan stimulasi reseptor GLP-1 dan kerja adalah fokus untuk investigasi
strategi terapi untuk pengobatan DM tipe 2 dan pelibatan infusi kronik dari GLP-1, inhibitor
Dipeptidyl peptidase-IV oral, dan penyerupaan incretin, termasuk baru-baru ini yang
disetujui GLP-1 peptide alami, exendin-4.
Konsep dari incretin diawali dengan hipotesis dari studi yang melaporkan semakin besarny