NIM : 1715744048 / 08
Kelas : 3E MBI
Adanya kebijakan relaksasi ini adalah bertujuan untuk membuka kesempatan penanaman
modal dalam negeri (PMDN) dan asing masuk dalam sektor usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM) dan koperasi agar bisa masuk ke segala bidang usaha.
Menurut Menteri Koordinator dan Perekonomian Darmin Nasution, relaksasi DNI dibagi
dalam lima bagian. Dalam lima bagian ini, terdapat 54 sektor usaha yang direlaksasi pemerintah.
Relaksasi dilakukan berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah terhadap implementasi
Perpres No 44 Tahun 2016 mengenai Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang
Terbuka dengan persyaratan di Bidang Penanaman Modal Daftar ini sering disebut Daftar Negatif
Investasi (DNI). Hasil evaluasi menunjukkan ada beberapa sektor usha yang selama ini kurang
diminati investor baik dalam negeri maupun luar negeri. Ada bidang usaha yang perkembangannya
cukup baik, dan sebaliknya ada yang tidak diminati sama sekali. Untuk itulah kebijakan relaksasi
ini diresmikan dan menghasilkan 25 sektor usaha yang dapat dikuasai oleh asing.
Sektor usaha terbut antara lain adalah sebagai berikut :
Sektor Kehutanan
1. Pengusahaan Pariwisata Alam berupa pengusahaan Sarana kegiatan dan Jasa Ekowisata di
dalam kawasan hutan dengan pengaturan Penanaman Modal Asing Maksimal 51 persen
(70 persen ASEAN).
Sektor Perdagangan
9. Jasa Survei/ Jajak Pendapat Masyarakat dan Penelitian Pasar dengan pengaturan PMDN
100 persen maksimal 70 persen bagi penanam modal dari negara-negara ASEAN
Direlaksasi dari DNI sehingga tidak perlu kemitraan dengan pihak lain untuk
memulai usaha agar mendorong perluasan usaha masyarakat yang berbasis
teknologi. PMA tidak dapat masuk karena berdasarkan UU UMKM PMA hanya
untuk usaha besar.
Sektor Pariwisata
10. Galeri Seni dengan pengaturan PMA maksimal 67 persen
11. Gedung Pertunjukan Seni dengan pengaturan PMA maksiml 67 persen
12. Angkutan orang dengan moda darat tidak dalam trayek. Angkutan Pariwisata dan
Angkutan Tujuan tertentu dengan peraturan PMA maksimal 49 persen
13. Agkutan Moda Laut Luar Negeri untuk penumpang (tidak termasuk cabotage) (CPC 7211
dengan peraturan PMA ASEAN maksimal 70 persen.
Sektor Kominfo
14. Jasa sistem komunikasi data dengan pengaturan PMA maksimal 67 persen
15. Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi tetap dengan pengaturan PMA maksimal 67
persen
16. Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi bergerak dengan pengaturan PMA maksimal 67
persen
17. Penyelenggaraan jasa telekomunikasi layanan content (ringtone,sms premium,dsb) dengan
pengaturan PMA maksimal 67 persen
18. Pusat layanan informasi dan jasa nilai tambah telepon lainnya dengan pengatura PMA
maksimal 67 persen
19. Jasa akses internet dengan pengaturan PMA maksimal 67 persen
20. Jasa internet telepon untuk keperluan public dengan pengaturan PMA maksimal 67 persen
21. Jasa interkoneksi internet, jasa multimedia lainnya dengan penaturan PMA maksimal 67
persen
Sektor Ketenagakerjaan
22. Pelatihan kerja (memberi, memperoleh, meningkatkan,mengembangkan kompetensi kerja,
produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja antara lain meliputi bidang kejuruan teknik dan
engineering, tata niaga, Bahasa, pariwisata, manajemen, teknologi informasi, seni dan
pertanian yang diarahkan untuk membekali angkatan kerja memasuki dunia kerja dengan
pengaturan PMA maksimal 67 persen.
Sektor Kesehatan
23. Industri farmasi obat jadi > Rp100 Miliyar dengan pengaturan PMA Maksimal 85 persen
24. Fasilitas pelayanan akupunktur dengan pengaturan PMA maksimal 49 persen
25. Pelayanan pest control/fumigasi dengan pengaturan PMA maksimal 67 persen
KESIMPULAN
Menurut saya setelah diresmikannnya relaksasi DNI ini, sektor yang paling berpotensi
merugikan UMKM adalah sektor perdagangan karena dalam hal ini pemerintah memberi
peraturan Penanaman Modal Asing maksimal 70% sehingga para investor asing
berpeluang untuk menguasai usaha pada sektor perdagangan. Seperti yang kita ketahui di
Indonesia banyak sekali usaha yang terkait pada sektor perdagangan. Jika nantinya sector
perdagangan dikuasai oleh penanam modal asing maka nasib pemilik UMKM bisa jadi
gulung tikar, sebab akses permodalan masyarakat yang memiliki UMKM tidak sebaik dari
pengusaha-pengusaha dari luar dalam segi peralatan dan permodalannya. Namun tentu saja
pemerintah Indonesia juga sudah memperhitungkan langkah untuk melindungi UMKM.
Pemerintah menyatakan peluncuran kebijakan relaksasi DNI bukan untuk membuka keran
sector usaha UMKM kepada pihak asing. Melainkan kebijakan tersebut bertujuan
memperkuat dan memproteksi UMKM di Indonesia. Selain itu kebijakan baru ini juga
mempermudah UMKM dalam hal perijinan. Tentunya modal asing tidak bisa serta merta
masuk ke dalam UMK karena masih ada UU tentang UMKM yang memayunginya.